Anda di halaman 1dari 12

154

PERUMUSAN KETENTUAN PIDANA


DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH
(Studi di Kabupaten Purbalingga)*
Oleh:
Muhammad Fauzan, Djumadi, dan Riris Ardhanariswari
Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto

Abstract
Article 143 section (2) Law Number 32 Years 2004 concerning Local Government contending that by
law can load six-month coop crime threat at longest or maximun Rp. 50.000.000,00 ( fifty million
rupiah). While in section ( 3) the law give authority to local goverment to load the crime in the out
off the this regulation. This regulation by itself give authority at local government to specify crime
threat or maximal penalty. Even give crime threat besides the crime serve a sentence and penalty.
The Result this research that in the reality Rule of Crime in Local Regulation in Purbalingga still not
yet applied the mentioned, is even found also not clear of arrangement of rule of crime in Local
Regulation Sub-Province of Purbalingga, like: boundary inexistence upper and lower in rule of crime,
there is no him clarity of qualifikasi glare at alternative, or cumulative or alternatif-cumulatif,
there is no him rule of attempt penalization. What for the reason this research give
recommendation for this local regulation.

Kata kunci: Local Government, Rule of Crime, Local Regulation

A. Pendahuluan
Sebagai sumber normatif dalam sistem lain selain pidana penjara dan denda.
pembangunan daerah, perancangan dan pe- Ketentuan pidana berupa denda mak-
laksanaan peraturan daerah harus disusun simal Rp 50 juta atau kurungan selama-lamanya
sebaik mungkin. Perancangan dan pelaksanaan 6 bulan bagi setiap pelanggar perda sangat
peraturan daerah harus dipandang sebagai hal penting untuk membuat jera para pelaku tindak
dinamis untuk memberi peluang bagi pe- pidana. Sebab rendahnya ancaman sanksi pi-
merintah daerah yang bermaksud membangun dana, terutama sanksi denda, merupakan salah
kredibilitas negara (good governance) melalui satu penyebab terhambatnya upaya penegakan
potensinya dalam membangun daerah. perda. Dengan denda yang sangat rendah orang
Pasal 143 ayat (2) Undang-Undang No. 32 akan dengan mudah melanggar perda.
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pada prakteknya ketentuan pidana da-
menetapkan bahwa peraturan daerah dapat lam peraturan daerah umumnya menetapkan
memuat ancaman pidana kurungan paling lama dua jenis ancaman pidana terhadap tindak
enam bulan atau denda sebanyak-banyaknya pidana atas pelanggaran peraturan daerah,
Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). yaitu: pidana penjara dan/atau denda. Untuk
Sedangkan dalam ayat (3) undang-undang pidana penjara juga terdapat variasi ancaman
tersebut memberikan kewenangan pada daerah pidana: tiga dan enam bulan penjara.
untuk memuat jenis pidana di luar ketentuan Namun yang perlu dipikirkan dan dikaji
tersebut. Ketentuan inii dengan sendirinya adalah bagaimana menetapkan kriteria pe-
memberi kewenangan pada pemerintah daerah langgaran untuk bisa dikenakan denda atau
untuk menetapkan ancaman pidana atau denda kurungan sesuai tingkat pelanggaran itu. Sebab
maksimal. Bahkan memberikan ancaman pidana sangat tidak adil bila semua bentuk pe-
______________________________ langgaran diancam pidana atau denda yang
* Artikel ini merupakan artikel hasil penelitian dari sama. Tidak mungkin pelanggaran yang dilaku-
penelitian yang biayai Anggaran DIPA Unsoed 2008 kan pedagang kaki lima (PKL) dikenakan pidana
Perumusan Ketentuan Pidana 155
Dalam Pembentukan Peraturan Daerah

atau denda yang sama dengan pelanggaran daerah tingkat II Purbalingga Nomor 15
yang dilakukan oleh penjual minuman keras. Tahun 1998 tentang Retribusi Rumah Potong
Karena itu perlu ditentukan kriteria atau tolok Hewan.
ukur pelanggaran sehingga layak dikenakan i. Perda Nomor 10 Tahun 2005 tentang Retri-
pidana atau denda dengan ancaman tertentu. busi Izin Usaha Pertambangan Daerah.
Di lain pihak, Pasal 143 ayat (3) juga ha- j. Perda Nomor 11 Tahun 2005 tentang Retri-
rus dikaji lebih lanjut terkait dengan alternatif busi Izin Lokasi.
pidana selain pidana denda atau penjara dalam k. Perda Nomor 12 Tahun 2005 tentang
pelanggaran terhadap peraturan daerah serta Retribusi Izin Usaha Industri dan Tanda
konsekuensi yuridis yang mengikutinya. Hal ini Daftar Industri.
terkait dengan makin beragamnya pelanggaran l. Undang-undang/Peraturan lain yang berkait-
yang terjadi daerah. an dengan pokok permasalahan penelitian,
Untuk itulah, penelitian ini bermaksud Traktat, Yurisprudensi, Peraturan Pemerin-
untuk mengkaji dan meneliti aspek hukum tah, Keputusan Pemerintah, dan peraturan
pidana dan pemidanaan peraturan daerah yang lain yang setaraf ataupun yang berada
terdapat dalam peraturan daerah Kabupaten dibawahnya.
Purbalingga. Data yang diperoleh dianalisis dengan meng-
gunakan analisis kualitatif.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan C. Pembahasan
yuridis normatif dengan pendekatan perma- 1. Teknis Penyusunan Ketentuan Pidana
salahan berupa statute approach, conceptual dalam Peraturan Daerah-Peraturan Daerah
approach dan analytical approach. Spesifikasi Di Kabupaten Purbalingga
penelitian ini adalah deskriptif dengan tipe Dalam merumuskan ketentuan Pidana,
penelitian berupa inventarisasi bahan hukum terutama dalam Peraturan Daerah, ada bebe-
dan penemuan hukum. Data yang gunakan rapa hal yang harus diperhatikan:
adalah data sekunder berupa sumber bahan a. Rumusan pidana harus bertumpu pada asas-
hukum yang terdiri dari: asas umum hukum pidana. Misalnya tentang
a. Undang–undang No. 32 tahun 2004 tentang berlaku surut, percobaan melakukan ke-
Pemerintahan Daerah, jahatan, percobaan melakukan pelanggaran
b. Undang-undang No 10 Tahun 2004 tentang dan sebagainya. Implementasi dari hal ini,
Pembentukkan Peraturan Perundang-un- adalah bahwa suatu Perda haruslah me-
dangan, ngikuti asas-asas dalam hukum pidana. Salah
c. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, satu asas adalah asas larangan retroaktif.
d. Perda Nomor 18 Tahun 1998 tentang Retri- Jika suatu peraturan perundang-undangan
busi Izin Gangguan. hendak diberlakusurutkan, ketentuan pi-
e. Perda Nomor 22 Tahun 2000 tentang Larang- dananya harus dikecualikan, mengingat ada-
an, Pengawasan dan Pengendalian Minuman nya asas umum dalam Pasal 1 ayat (1) Kitab
Beralkohol. Undang-Undang Hukum Pidana yang me-
f. Perda Nomor 12 Tahun 2003 tentang nyatakan bahwa ketentuan pidana tidak
Perubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten boleh berlaku surut. Peraturan Daerah
Purbalingga Nomor 5 Tahun 2000 tentang Purbalingga yang diteliti dalam penelitian
Retribusi Izin Trayek. ini, ternyata sama sekali tidak ada satu pun
g. Perda Nomor 20 Tahun 2003 tentang Garis yang memberlakukan asas retroaktif.
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Sehingga ketentuan pidana dalam peraturan
Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai. daerah-peraturan daerah yang diteliti disini,
h. Perda Nomor 4 Tahun 2005 tentang Pe- tidaklah dikecualikan dari pengaturan yang
rubahan atas Peraturan Daerah Kabupaten lainnya. Demikian hal-nya dengan percobaan
156 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

melakukan kejahatan ataupun pelanggaran, Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan


ketentuan pidana yang ada dalam Peraturan Bekas Sungai) dan 6 (enam) peraturan
Daerah Peraturan Daerah yang diteliti, tidak daerah menggunakan penyebutan subyek
ada satupun yang mengatur tentang delik hukum pidana yang bersifat khusus (Perda
percobaan. Menurut peneliti, dalam Perda No. 18 Tahun 1998 tentang Retribusi Izin
Nomor 22 Tahun 2000 tentang Larangan, Gangguan, Perda No. 12 Tahun 2003
Pengawasan dan Pengendalian Minuman tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Beralkohol terutama dalam Pasal 8 ayat (1) Kabupaten Purbalingga No. 5 tahun 2000
yang berbunyi: Tentang Retribusi Izin Trayek, Perda No.
Barang siapa melanggar ketentuan Pasal 3 4 Tahun 2005 tentang Prubahan Atas
dan Pasal 5 Peraturan Daerah ini, diancam Peraturan Daerah No. 15 Tahun 1998
pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan tentang Retribusi Rumah Potong Hewan,
atau denda sebanyak-banyaknya Rp. Perda No. 10 Tahun 2005 tentang Retri-
5.000.000,00 busi Izin Usaha Pertambangan Daerah,
Dari ketentuan diatas, dapat ditambahkan Perda No. 11 Tahun 2005 Tentang Retri-
ketentuan tentang hukuman percobaan, busi Izin Lokasi, dan Perda No. 12 Tahun
sebab essensi dari Pasal 8 ayat (1) diatas 2005 tentang Retribusi Izin Usaha Industri
adalah larangan untuk memproduksi, mem- dan Tanda Daftar Industri). 7 (Tujuh)
perdagangkan, mengedarkan, menyimpan, buah Perda yang menggunakan kata:
mengoplos, menjamu dan atau meminum ”wajib retribusi” untuk penyebutan sub-
minuman beralkohol. Kegiatan tersebut, yek hukum pidana yang bersifat khusus.
dapat saja dilakukan dengan percobaan, mi- Sedangkan dari 2 (dua) buah Perda yang
salnya: seseorang baru saja hendak meng- menggunakan penyebutan subyek hukum
oplos minuman keras, namun dia sudah bersifat umum, masih menggunakan kata-
tertangkap lebih dahulu, dengan bukti-bukti kata: ”Barang Siapa”. Menurut peneliti,
yang menunjukkan bahwa dia sedang akan lebih baik dan up to date (mengikuti
berusaha (mencoba) mengoplos minuman perkembangan zaman) jika kata-kata ter-
keras. Apabila kemudian diatur mengenai sebut diganti dengan kata-kata ”Setiap
delik percobaan dalam Pasal 8 diatas, maka orang”.
dapat di tambahkan dalam ayat selanjutnya 2) Penyebutan sifat perbuatan pidana,
dengan ketentuan bahwa hukuman atas apakah sengaja atau kelalaian
percobaan yang dilakukan adalah seper-tiga Dari seluruh Perda yang diteliti, tidak ada
dari ancaman hukuman seluruhnya. satupun yang menyebutkan sifat dari
b. Dalam merumuskan ancaman pidana harus perbuatan pidana, apakah sengaja atau
memenuhi unsur-unsur: kah kelalaian. Menurut hemat penulis,
1) Penyebutan subyek pidana, baik yang pertimbangan sengaja ataukah kelalaian
bersifat umum (setiap orang) maupun dalam pelanggaran ketentuan pidana di
orang tertentu atau kelompok orang perda ini, di kembalikan pada institusi
tertentu (orang asing, dan lain-lain) hakim dan pengadilan. Artinya, hakim
Dalam aplikasinya dari 8 (delapan) buah yang nanti akan memeriksa dan mengadili
Peraturan Daerah Peraturan Daerah yang yang mempunyai kewenangan menilai dan
diteliti, 2 (dua) buah peraturan daerah memutuskan apakah benar ada unsur
menggunakan penyebutan subyek hukum kelalaian atau memang sengaja. Sehingga
pidana yang bersifat umum (Perda No. 22 berat ringannya suatu hukuman, akan
Tahun 2000 tentang Larangan, Pengawas- ditentukan dari ada atau tidaknya unsur
an, dan Pengendalian Minuman Beralko- kelalaian dan/atau kesengajaan.
hol dan Perda No. 20 Tahun 2003 tentang 3) Penyebutan perbuatan yang diancam
Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat pidana, baik dengan cara menunjuk pa-
Perumusan Ketentuan Pidana 157
Dalam Pembentukan Peraturan Daerah

sal, atau pasal-pasal yang diancam pidana bedaan antara tindak pidana dengan pe-
maupun rumusan kongrit mengenai langgaran.1 Dari 8 (delapan) Perda yang
perbuatannya diteliti, hanya 1 (satu) Perda saja yang
Dari 8 (delapan) Perda yang diteliti, 4 menyebutkan bahwa perbuatan yang
(empat) buah Perda yang dalam dilanggar termasuk kualifikasi perbuatan
penyebutan perbuatan yang diancam tindak pidana yaitu Perda Nomor 20
pidana menggunakan cara menunjuk Tahun 2003 tentang Garis Sempadan
pasal dan/atau pasal-pasal yang diancam Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
pidana (Perda No. 22 Tahun 2000 tentang Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, se-
Larangan, Pengawasan, dan Pengendalian dangkan 7 (tujuh) Perda lainnya menye-
Minuman Beralkohol, Perda No. 12 Tahun butkan bahwa perbuatan yang dilanggar
2003 tentang Perubahan Atas Peraturan adalah termasuk kualifikasi pelanggaran.
Daerah Kabupaten Purbalingga No. 5 5) Penyebutan lama atau besarnya ancaman
tahun 2000 Tentang Retribusi Izin Trayek, pidana yang disebutkan adalah ancaman
Perda No. 20 Tahun 2003 tentang Garis maksimum. Untuk pidana badan disebut-
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat kan paling lama. Sedangkan untuk pidana
Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan denda disebutkan paling banyak.
Bekas Sungai, Perda No. 4 Tahun 2005 Masih adanya kerancuan dalam penyebut-
tentang Prubahan Atas Peraturan Daerah an ancaman maksimum dan itu terjadi
No. 15 Tahun 1998 tentang Retribusi dalam beberapa Perda yang diteliti. Ada
Rumah Potong Hewan) sedangkan 4 (lima) 2 (dua) buah Perda yang masih mem-
buah Perda dalam penyebutan perbuatan punyai kerancuan dalam merumuskan
yang diancam pidana menggunakan cara penyebutan ancaman maksimumnya.
merumuskan kongkrit mengenai perbuat- Yaitu Perda No. 18 Tahun 1998 tentang
annya, yaitu dengan penyebutan: ”wajib Retribusi Izin Gangguan dan Perda No. 20
retribusi yang tidak melaksanakan Tahun 2003 tentang Garis Sempadan
kewajibannya, sehingga merugikan ke- Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
uangan daerah”. Artinya, bahwa rumus- Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai.
an kongkrit perbuatan pidananya adalah Perda No. 18 Tahun 1998 memakai kata-
”merugikan keuangan daerah” (Perda kata ”paling lama” untuk merumuskan
No. 18 Tahun 1998 tentang Retribusi Izin denda maksimum yang harus ditanggung
Gangguan, Perda No. 10 Tahun 2005 sedangkan Perda No. 20 Tahun 2003
tentang Retribusi Izin Usaha Pertambang- menggunakan kata-kata: ”setinggi-tinggi-
an Daerah, Perda No. 11 Tahun 2005 nya” untuk merumuskan denda maksi-
Tentang Retribusi Izin Lokasi, dan Perda mum. Kerancuan dalam pemakaian baha-
No. 12 Tahun 2005 tentang Retribusi Izin sa untuk menunjukkan ambang batas
Usaha Industri dan Tanda Daftar Industri). maksimum memang terlihat sepele dan
4) Penyebutan jenis perbuatan pidana apa- ringan, namun bagaimanapun perlu ke-
kah kejahatan ataukan pelanggaran. jelasan bahasa dan kesesuaian ancaman
Penyebutan jenis pidana ini bertalian pidananya. Menurut peneliti, akan lebih
dengan sistem hukum pidana Indonesia. tepat dan sesuai bahasa hukumnya, jika
Penyebutan jenis perbuatan pidana perumusan denda maksimum pada kedua
dalam Peraturan Daerah yang diteliti, Perda diatas menggunakan kata-kata
masih membedakan antara tindak ke- ”paling banyak”. Ini akan lebih menun-
jahatan (pidana) dengan pelanggaran. Ini jukkan kualifikasi maksimum dari pidana
disebabkan karena sistem hukum yang
dianut Indonesia sampai dengan peneliti- 1
Kompas, 15 Juli 2006, Rapat Perdana Perumus Revisi
an ini ditulis, masih mengunakan pem- KUHP: Implikasi KUHP Pada Perda.
158 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

denda yang sesungguhnya. Sebab denda, paten Daerah Tingkat II Purbalingga No-
yang dimanifestasikan melalui uang, mor 15 Tahun 1998 Tentang Retribusi
secara materiil memang memiliki jumlah Rumah Potong Hewan, Pasal 23 ayat (1)
hitungan banyak dan sedikit. menyebutkan:
c. Rumusan ketentuan pidana harus menyata- Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan
kan secara tegas apakah pidana yang kewajibannya sebagaimana dimaksud
dijatuhkan bersifat kumulatif, alternatif, Pasal 12 ayat (1) dan (2) Peraturan
atau kumulatif alternatif. Hindari perumus- Daerah ini...
an dalam ketentuan pidana yang tidak Keempat Perda diatas, menunjukkan
menunjukkan dengan jelas apakah unsur- kerancuan dan ambiguitas dalam perumusan
unsur perbuatan pidana bersifat kumulatif ketentuan pidana apakah merupakan alternatif,
atau alternatif. Dalam bahasa perundang- kumulatif atau alternatif kumulatif. Sebab
undangan, menentukan apakah kumultif masing-masing pasal yang dijadikan rujukan/
alternatif menggunakan kata sambung landasan pemidanaan, sebenarnya adalah suatu
”dan/atau”. Jika menggunakan kata sam- delik pidana tersendiri. Artinya masing-masing
bung ”dan” berarti merupakan kumulatif, pasal sebenarnya berdiri sendiri sebagai suatu
sedangkan jika menggunakan kata ”atau” delik dimana masing-masing orang yang
maka merupakan alternatif. Kerancuan melanggar satu pasal tersebut, sudah bisa
dalam menentukan sifat kumulatif, alter- dikenakan pidana. Namun menjadi rancu ka-
natif atau kumulatif alternatif nampak rena dalam keempat Perda diatas, mengguna-
dalam: kan kata ”dan” yang berarti menunjukkan sifat
1) Perda Nomor 22 Tahun 2000 tentang kumulatif suatu ketentuan pidana. Logika yang
Larangan, Pengawasan, dan Pengendalian timbul dari penggunaan kata ”dan” adalah
Minuman Beralkohol, Pasal 8 ayat (1) seseorang baru dapat dipidana jika melakukan
menyebutkan bahwa: perbuatan-perbuatan (yang lebih dari satu)
Barang siapa melanggar ketentuan Pasal tersebut, dan tidak bisa dipidana jika hanya
3 dan Pasal 5 Peraturan Daerah ini... melakukan salah satu perbuatan saja. Contoh:
2) Perda Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pe- Pada Ketentuan Pidana Pasal 20 ayat (1) Perda
rubahan atas Peraturan Daerah Kabupa- Nomor 20 Tahun 2003 tentang Garis Sempadan
ten Purbalingga Nomor 5 Tahun 2000 Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah
Tentang Retribusi Izin Trayek, Pasal 25 Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, logika
menyebutkan: yang dibangun adalah orang baru dapat
Wajib Retribusi yang tidak melaksanakan dipidana berdasarkan Perda ini, jika melanggar
kewajibannya sebagaimana dimaksud secara kumulatif (melanggar seluruhnya) dari
Pasal 2 dan Pasal 11 Peraturan Daerah Pasal 10 ayat (2), Pasal 11, Pasal 13, Pasal 13
ini... ayat (1), Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 18.
3) Perda Nomor 20 Tahun 2003 tentang Padahal masing-masing pasal di atas, merupa-
Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat kan suatu delik yang berdiri sendiri, artinya
Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan setiap orang yang hanya melanggar salah satu
Bekas Sungai, Pasal 20 ayat (1) me- dari pasal tersebut sudah dapat dipidana.
nyebutkan: Maka solusi yang dapat di tempuh untuk
Barangsiapa melanggar ketentuan- menyempurnakan ketentuan Pidana dari
ketentuan yang tercantum dalam Pasal keempat Perda diatas, menurut peneliti adalah
10 ayat (2), Pasal 11, Pasal 13, Pasal 13 dengan mengubahnya menjadi kualifikasi delik
ayat (1), Pasal 15 ayat (1) dan Pasal 18 alternatif kumulatif dengan menggunakan kata
Peraturan Daerah ini... dan/atau. Sehingga logika hukum yang akan
4) Perda Nomor 4 tahun 2005 tentang Pe- terjadi dengan menggunakan kata ”dan/atau”
rubahan atas Peraturan Daerah Kabu- berarti bahwa seseorang dapat dipidana jika
Perumusan Ketentuan Pidana 159
Dalam Pembentukan Peraturan Daerah

melanggar salah satu pasal atau tetap dapat disebut naturrlijke persoon (menselijk per-
dipidana jika melanggar lebih dari satu pasal soon), atau bukan orang biasa yang lazim
tersebut, secara bersamaan atau terpisah. disebut sebagai rechtpersoon.
Contoh: Pada Ketentuan Pidana Pasal 20 ayat Subyek hukum rechtpersoon itulah yang
(1) Perda Nomor 20 Tahun 2003 tentang Garis disebut dengan istilah badan hukum yang me-
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, rupakan persona ficta atau orang yang
Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas Sungai, diciptakan oleh hukum sebagi persona (orang
jika menggunakan kualifikasi kumulatif alter- fiktif). Pandangan tersebut dianut oleh Carl von
natif, maka orang yang hanya melanggar Pasal Savigny, C.W. Opzoomer, A.N. Houwing, dan
10 akan dipidana. Begitupun orang yang me- juga Langemeyer. Mereka berpendapat bahwa
langgar Pasal 10 dan Pasal 11 yang dilakukan badan hukum adalah fiksi hukum semata, yaitu
secara bersamaan atau terpisah waktunya, merupakan buatan hukum yang diciptakan
tetap dikenakan pidana. sebagai bayangan manusia yang ditetapkan oleh
Ketentuan kumulatif alternatif yang hukum negara. Oleh karena itu, aliran
diterapkan bersamaan akan lebih efektif dan pandangan ini disebut sebagai teori fiktif atau
efisien dalam menjaring para pelanggar Perda, teori fiksi.2
serta tepat dalam penggunaan bahasa hukum. Oleh karena itulah, maka dalam ketentu-
Tindak Pidana dapat dilakukan oleh orang an Pasal 20 ayat (3) Perda No. 20 Tahun 2003,
perorangan, atau oleh korporasi. Pidana ditentukan hukuman bagi pegurus korporasi
terhadap tindak pidana yang dilakukan oleh yang notabene adalah subyek hukum yang bisa
korporasi dijatuhkan kepada: dikenakan hukuman
a. Badan Hukum, Perseroan, Perkumpulan,
atau Yayasan, 4) Sanksi Denda Ketentuan Pidana Dalam
b. Mereka yang memberi perintah melakukan Peraturan Daerah
tindak pidana atau yang bertindak sebagai Dasar pemberlakuan denda dalam keten-
pimpinan dalam melakukan tindak pidana, tuan pidana di Perda-Perda dalam penelitian
atau ini, masih mempergunakan landasan Hukum
c. Kedua-duanya. Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang
Ketentuan mengenai tindak pidana yang Pemerintahan Daerah, yang masih memberlaku-
dijatuhkan kepada korporasi atau pengurus kan sanksi denda maksimumnya (setinggi-
korporasi dalam Peraturan Daerah yang di tingginya) adalah Rp. 5.000.000,00 (lima juta
teliti, hanya terdapat dalam Perda Nomor 20 rupiah). Sementara Undang-Undang Nomor 22
Tahun 2003 tentang Garis Sempadan Sungai, tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah sudah
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32
Sungai dan Bekas Sungai. Ketentuan tersebut tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
ada dalam Pasal 20 ayat (3) Perda Nomor 20 dalam ketentuan Pasal 143 ayat (2) menyebut-
Tahun 2003 yang pada intinya mengatur bahwa kan:
ancaman pidana pada Perda ini dapat di-
Perda dapat memuat ancaman pidana
kenakan kepada pengurus badan hukum atau kurungan paling lama 6 (enam) bulan
badan sosial yang melakukan tindak pidana atau denda paling banyak Rp. 50.000.
sebagaimana diatur dalam Perda No. 20 tahun 000,00 (Lima puluh juta rupiah)
2003. Ini sesuai dengan teori fiksi badan
2
hukum. Teori ini mengungkapkan bahwa subyek R. Ali Rido, 2001, Badan Hukum Dan Kedudukan Badan
Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Perseroan,
hukum sendiri dalam ilmu hukum adalah Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung:
sebagai pembawa atau penyandang hak dan Penerbit Alumni, hlm. 7-8, Lihat Juga: CST. Kansil Dan
Christine S.T. Kansil, 2002, Pokok-Pokok Badan Hukum,
kewajiban dalam hubungan-hubungan hukum. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm. 14, Bandingkan
Yang disebut sebagai pembawa hak dan Juga Dengan: Jimly Asshiddiqie, Kemerdekaan Berserikat
Pembubaran Partai Politik dan Mahkamah Konstitusi,
kewajiban dapat berupa orang biasa yang Jakarta: Konstitusi Press, Jakarta, hlm. 70.
160 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

Berdasarkan ketentuan diatas, maka sebangun dengan maksud dari penghukuman


Peraturan Daerah Peraturan Daerah yang sudah yang sekarang lebih menitik beratkan bukan
berlaku maupun yang dibuat, ketentuan me- pada upaya pembalasan, namun penyadaran
ngenai denda paling banyak (maksimum) harus dan perbaikan. Uang denda yang dibayarkan
mengikuti Pasal 143 ayat (2) Undang-Undang tentu saja akan sangat berguna untuk me-
Nomor 32 tahun 2004 diatas. Bagi Peraturan rehabilitasi dan memperbaiki segala sesuatu
Daerah yang sudah ada sebelum Undang-undang yang rusak akibat timbulnya pelanggaran atau
Nomor 32 tahun 2004, yang ketentuan pidana- kejahatan tersebut. Selain juga uang denda
nya masih mengikuti Undang-Undang Nomor 22 yang dibayarkan tentu akan sangat bermanfaat
tahun 1999, maka ketentuan pidananya harus bagi usaha-usaha lainnya untuk memakmurkan
dirubah untuk menyesuaikan dan mengkuti daerah/negara.
ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam
Pasal 143 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 5) Kriteria Untuk Menetapkan Ketentuan Pi-
tahun 2004. dana Dalam Perda
Sudah barang tentu bahwa perubahan Landasan Yuridis untuk mengukur lama
besarnya denda dan hukuman dalam ketentuan atau besarnya pidana (pidana badan atau
pidana di peraturan daerah dari waktu kewaktu denda atau jenis pidana lainnya) disesuaikan
mengalami perubahan signifikan. Sebab bagai- dengan prinsip-prinsip sistem pemidanaan yang
manapun, hukum yang baik adalah hukum yang berlaku secara umum. Bagi peraturan perun-
selalu mengikuti perkembangan masyarakat. dang-undangan yang tingkatannya lebih rendah
Perubahan dan perkembangan masyarakat dari undang-undang, ancaman pidana, lama,
selalu bergerak dinamis. Termasuk diantaranya dan besarnya pidana ditentukan dengan ada
adalah perubahan perekonomian, inflasi, nilai atau tidaknya ”delegasi” dari undang-undang
tukar, harga-harga, daya beli, dan fluktuasi yang membenarkan memuat ketentuan pidana.
nilai mata uang dalam masyarakat. Oleh karena Mengenai delegasi ini, ada yang bersifat umum
itulah maka perubahan ketentuan pidana ter- atau khusus.
utama pidana denda besarnya selalu mengikuti Umum, jika ada undang-undang yang se-
perkembangan perekonomian dalam masya- cara umum menyatakan (misalnya) Peraturan
rakat. Apa yang menjadi ukuran secara materi Pemerintah dapat memuat ancaman pidana
pada masa lalu, tidak bisa dijadikan ukuran kurungan paling lama 6 bulan atau denda paling
pada masa kini terlebih pada masa mendatang. banyak Rp. 15.000.000,00.
Oleh karena itulah Hukum yang responsif Khusus, apabila ada undang-undang ter-
adalah hukum yang selalu mengikuti dinamika tentu yang menyatakan (misalnya) Peraturan
gerak materil dari hal-hal yang ada di Pemerintah yang dibuat untuk melaksanakan
sekelilingnya. undang-undang ini dapat memuat ancaman
Selain itu, dengan pemberian sanksi pidana paling lama 3 bulan atau denda Rp.
denda yang tinggi berlipat-lipat kali, tidak bisa 7.500.000, 00.3
dilepaskan dari essensi hukum untuk mengen- Maka berdasarkan penjabaran diatas,
dalikan dan membuat patuh masyarakat. Sebab ketentuan bahwa disetiap Ketentuan Pidana di
dengan memberikan suatu ancaman hukuman Perda harus mengikuti Pasal 143 ayat (2)
denda, yang lebih materiil, maka manusia Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
relatif lebih akan patuh dan tunduk pada Pemerintahan Daerah adalah termasuk dalam
ketentuan tersebut. Karena manusia memang pendelegasian yang bersifat khusus. Karena
sering didorong oleh motif ekonomi dalam Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
mencapai maksud-maksudnya, faktor inilah Pemerintahan Daerah adalah termasuk undang-
yang membuat manusia berpikir berpuluh-puluh
kali sebelum melanggar suatu ketentuan. Selain 3
Lihat dalam Bagir Manan, 1992, Dasar-Dasar Perundang-
itu, ketentuan hukuman denda juga selaras dan undangan Indonesia, Jakarta Penerbit IND-HILCO, hlm.
70.
Perumusan Ketentuan Pidana 161
Dalam Pembentukan Peraturan Daerah

undang yang bersifat khusus dan tertentu serat suatu konstruksi logika hukum yang simetris dan
memang secara spesifik menyatakan dalam sebangun, sehingga konstruksinya kuat dan
Pasal 143 ayat (2) agar setiap Perda mengikuti menjadi jelas.
maksud dari Pasal 143 ayat (2) tersebut. Mengenai hal tersebut, Peneliti mengaju-
Jika optik kajian kita arahkan pada lan- kan beberapa kiteria untuk membangun sebuah
dasan Filosofis ketentuan Pidana dalam Perda konstruksi hukum yang kokoh dan responsif se-
yang sedang diteliti, maka ulasannya sama hingga akan diketahui kriteria berat ringannya
dengan pada saat membahas landasan filosofis ketentuan pidana dalam Perda-Perda yang
pada ketentuan denda pada Perda. Bagaimana- diteliti ini.
pun, suatu perundang-undangan haruslah mem- a. Memperhatikan kondisi daerah dan tingkat
punyai sifat visioner kedepan dan menjawab perekonomian daerah dimana Perda tersebut
tantangn zaman yang bergerak maju. Salah diterapkan, salah satu indikator dalam
satunya adalah dengan memberikan ketentuan menentukan kriteria berat ringannya suatu
Pidana yang disesuaikan. Terutama dalam hal ancaman Pidana dan denda yang ada dalam
pencantuman pidana minimal dan maksimal, Perda tersebut adalah indikator dari kondisi
sebab dengan memberi ketentuan hukuman daerah dan tingkat perekonomian daerah
minimal dan maksimal, maka hakim dan tersebut. Melihat kondisi Kabupaten Purba-
penegak hukum lainnya mempunyai sebuah lingga yang masih dalam kategori Kabupaten
pedoman dan patokan dalam menentukan berkembang, namun tingkat investasinya
besarnya hukuman. sudah signifikan dalam menunjang per-
Akan lebih baik jika dalam ketentuan ekonomian daerah.4
pidana dalam Perda (maupun peraturan per- b. Memperhatikan efektifitas Perda tersebut.
undang-undangan yang lain) ketentuan pidana Efektifitas suatu Perda ataupun perundang-
selain diberi batas ambang atas (maksimum) undangan, tidak bisa dilepaskan dari fakta-
juga diberi ketentuan ambang batas bawah fakta yang ada pada saat penerapan Perda
(minimum). Dengan begitu terdapat kesesuaian atau Perundang-Undangan tersebut. Efekti-
dan konsistensi hukuman yang diberikan. fitas juga sebangun dan simetris dengan
Seringkali kita menemukan antara ketentuan keberanian dan ketegasan aparat penegak
suatu ambang batas atas (maksimum) dalam hukum (struktur), ketepatan dan kecermat-
perundang-udangan, sangat tidak tepat dengan an isi perundang-undangan (substansi) dan
implementasi keputusannya. Misalnya; ancaman juga budaya tertib hukum dalam masyarakat
hukuman pembunuhan adalah maksimal 15 dimana Perda itu diterapkan (kultur).5 Se-
tahun penjara, namun yang terjadi seringkali ring ditemui bahwa Peraturan perundangan-
pelaku pembunuhan hanya dihukum 3 tahun undangan hanya berlaku efektif kepada
saja. Jika saja ada ambang batas bawah masyarakat biasa, atau rakyat biasa.
(minimum), maka dapatlah dipenuhi rasa Sementara ketegasan penegakan hukum
keadlian, kepastian dan konsistensi dari ke- Perda akan melemah ketika berhadapan
putusan hukum yang bersumber dari suatu dengan orang atau institusi yang mempunyai
perundang-undangan. kuasa, uang dan wewenang. Oleh sebab
Suatu perundang-undangan, juga harus itulah, maka salah satu unsur penunjang dari
jelas dalam menentukan besarnya sanksi efektifitas Perda itu harus di buat dengan
hukuman pidana maupun denda. Masing-masing baik, yaitu unsur dalam perumusan kaidah
peraturan tersebut jelas memiliki kriteria dan dan norma yang tepat sehingga substansi
hukuman yang berbeda-beda dalam penerapan- Perda lebih mengena dan tepat. Oleh karena
nya. Demikian halnya dalam Perda-Perda yang itu, salah satu tonggak dan pilar dari
menjadi obyek penelitian ini. Masing-masing
4
Perda haruslah mempunyai kriteria dan sanksi Lihat lampiran hasil penelitan yang berupa gambaran
umum kondisi Kabupaten Purbalingga.
hukuman yang tersendiri, berdasarkan pada 5
Firedmann, Op. Cit.
162 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

efektifitas Perda adalah adanya lembaga mereka tidaklah lebih dari Rp. 300.000,00.
public hearing atau dengar pendapat untuk Yang berarti jika mereka memilih dikurung,
melakukan upaya-upaya agregasi kepenting- maka sesuai dengan denda sebesar itu.
an dan penyerapan aspirasi masyarakat. Namun akan lain logikanya jika diterapkan
Pelibatan masyarakat untuk ikut serta dalam pada produsen minuman keras yang umum-
menetukan kebijakan yang akan diambil, nya adalah orang-orang yang mampu.
yang notabene menyangkut hajat hidup Hukuman 1 (satu) bulan penjara yang jika
orang bayak, adalah salah satu pilar demo- diganti dengan denda sebanyak Rp. 300.
kratisasi dan tujuan dari adanya otonomi 000,00 (tigaratus ribu rupiah) adalah sangat
daerah itu sendiri. Selain sebagai sebuh tidak adil bagi orang-orang yang nyata-nyata
keniscayaan agar Perda yang ada responsif, mampu. Jelas mereka akan lebih memilih
efektif dan mempunyai daya tolak yang membayar denda yang besarnya tidak se-
rendah dari masyarakat. berapa jika dibandingkan kekayaan atau
c. Melihat dari jenis pelanggaran atau ke- penghasilan mereka. Demikian halnya yang
jahatan dan subyek hukum yang diatur terjadi pada Perda-Perda yang mengatur
dalam Perda. tentang retribusi Industri, izin gangguan,
Perlu juga diperhatikan bahwa ada semacam retribusi usaha, dan lain-lain perda yang
kriteria atau alasan-alasan yang mendasari essensinya mengatur terhadap orang-orang
pemberlakuan jenis pelanggaran atau ke- yang ”berpunya” atau mampu, bahkan
jahatan dari sebuah peraturan perundang- diantaranya pengusaha. Ketentuan besar dan
undangan. Hal ini berkaitan dengan aspek ringannya pidana kurungan dan denda pada
sosiologis dari peraturan perundang-undang- suatu perda atau ketentuan Perundang-
an. Seringkali dalam memakai kriteria jenis undangan, harusnya mengacu pada subyek
dan beratnya sanksi pidana dan denda hukum yang dikenakan. Apabila subyek
memakai alasan-alasan yang kabur dan tidak hukum tersebut adalah masyarakat biasa,
jelas, menjadikan perundang-undangan ti- rakyat kecil yang memang tidak mampu,
dak memiliki alasan keadilaan yang dapat maka ketentuan Pidananya juga harus
diterima oleh masyarakat. responsif, simetris dan sebangun dengan
Ketentuan mengenai pidana denda misalnya, kemampuan dari subyek hukum Perda ter-
seringkali ditemukan penegakan hukuman sebut. Namun jika subyek hukumnya adalah
sejumlah denda tertentu dalam Perda, perusahaan, coorporate dan pengusaha atau
sejalan dan sebangun dengan penetapan orang-orang yang memang mampu, maka
hukuman kurungan/fisik, terutama dalam ketentuan pidana dalam perda atau
hal sifat alternatif suatu ketentuan pidana. perundang-undangan juga harus simetris dan
Misalnya: ditemukan dalam penelitian bahwa sebangun dengan kemampuan subyek
penegakan hukuman Perda No 22 Tahun hukumnya juga. Disinilah rasa keadilan
2000 tentang Larangan, Pengawasan dan dalam perda dan perundang-undangan akan
Pengendalian Minuman Keras dilakukan sejalan dengan kemanfaatan dan kepastian
dengan memberikan denda sebanyak Rp. hukumnya. Demikian halnya dengan perda-
300.000,00 (Tigaratus ribu rupiah) atau perda yang berkaitan dengan pengelolaan
kurungan selama 1 (satu) bulan. Maksud dari lingkungan hidup dan kelestarian lingkungan
hakim ketika memutuskan ini, bahwa yang yang sering dianggap sebelah mata dan
umumnya dikenakan pidana akibat Perda ini diremehkan. Padahal essensi utama dari
adalah rakyat kecil biasa, yang memang perda tersebut jauh lebih besar dan sangat
tidak mampu. Sehingga ukuran untuk signifikan manfaatnya. Namun perda yang
mereka adalah kurang lebih 1 bulan sama menyangkut lingkungan hidup dan ke-
dengan Rp. 300.000,00. Atau setidak-tidak- lestarian lingkungan seringkali ketentuan
nya minimal dalam satu bulan penghasilan pidananya rendah dan tidak mempunyai
Perumusan Ketentuan Pidana 163
Dalam Pembentukan Peraturan Daerah

peran yang signifikan untuk mengembalikan pidana peraturan daerah di kabupaten Pur-
kondisi lingkungan yang sudah terlanjur ru- balingga,
sak. Padahal negara dan daerah akan sangat e. Perumusan jumlah atau banyaknya masa
dirugikan jika terjadi kerusakan lingkungan hukuman, baik itu denda maupun kurungan,
atau pencemaran lingkungan. Banjir, long- dalam ketentuan pidana peraturan daerah
sor, kebakaran hutan, pemanasan global di Kabupaten Purbalingga, ternyata tidak
kekurangan air tanah, sebenarnya jika dikaji jelas dan memakai bahasa hukum yang tidak
merupakan hasil dari ulah tangan-tangan tegas.
jahil manusia yang tidak peduli akan ling- f. Belum dicantumkannya batas atas dan batas
kungan. Oleh karena itulah, negara harus bawah dalam perumusan ancaman hukuman
mempunyai kewajiban untuk mengendalikan kurungan dalam ketentuan pidana peraturan
dampak-dampak lingkungan yang timbul aki- daerah di kabupaten Purbalingga,
bat ulah manusia melaui instrumen hukum g. Belum adanya ketentuan hukuman percoba-
seperti Perda. Oleh karena itu upaya ini an terhadap suatu kejahatan yang memang
harus sejalan dan sebangun dengan pem- memungkinkan terjadinya percobaan dalam
berian sanksi hukuman yang relatif berat tindak kejahatan dalam ketentuan pidana
dan memberi efek jera selain efek penya- peraturan daerah di kabupaten Purbalingga,
daran akan pentingnya menjaga kelestarian h. Tujuan dari lembaga ganti rugi berupa
lingkungan hidup. denda adalah untuk mengembalikan segala
kerugian yang timbul dari kejahatan masa
lalu yang pernah terjadi. Penetapan ganti
D. Penutup
rugi melihat secara proporsional dan
1. Simpulan mendasarkan pada kemanfaatan, selain juga
Dari penelitian terhadap ketentuan pi- kepastian hukum dan keadilan,
dana dalam Peraturan Daerah Kabupaten Pur- i. Indikator dan faktor yang mempengaruhi be-
balingga, dapat ditarik kesimpulan: saran ketentuan kurungan dan denda dalam
a. Secara keseluruhan, belum ada kriteria yang peraturan daerah adalah sebagai berikut:
jelas, tepat dan responsif yang mengandung 1) delegasi dari peraturan perundang-un-
unsur filosofis, sosiologis dan yuridis dalam dangan yang lebih tinggi,
perumusan ketentuan pidana dalam per- 2) memperhatikan kondisi daerah dan ting-
aturan daerah kabupaten Purbalingga. Krite- kat perekonomian daerah dimana perda
ria dari ketentuan pidana biasanya hanya tersebut diterapkan,
mengikuti politik hukum daerah/kabupaten 3) memperhatikan efektifitas Perda ter-
dimana Perda tersebut berada. sebut,
b. Ketentuan Pidana dalam Peraturan Daerah, 4) melihat jenis ancaman pelanggaran atau
harus secara tegas menyebutkan subyek kejahatan dan subyek hukum yang diatur
hukum yang dituju, dalam Perda.
c. Masih terdapatnya perbedaan antara tindak 2. Rekomendasi
pidana dan pelanggaran dalam sistem pi- a. Dalam merumuskan ketentuan pidana harus
dana Indonesia yang berdasarkan pada jelas, apakah termasuk kualifikasi delik ku-
KUHP, membuat kualifikasi perbuatan dalam mulatif, alternatif atau kumulatif-alternatif.
Peraturan Daerah terbagi menjadi dua yaitu b. Dalam menentukan rumusan jumlah atau
tindak pidana dan pelanggaran, banyaknya masa hukuman, baik itu denda
d. Belum adanya kejelasan dalam menentukan maupun kurungan memiliki reasoning (alas-
kualifikasi delik alternatif atau kumulatif an) yang harus bisa dipertanggungjawabkan.
atau alternatif kumulatif dalam ketentuan Selain itu perumusannya haruslah jelas dan
memakai bahasa hukum yang tegas.
164 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 8 No. 2 Mei 2008

c. Dalam beberapa ketentuan pidana yang -----------------. 2004. Konstitusi dan Konstitusi-
memang memungkinkan terjadinya percoba- onalisme Indonesia. Jakarta: Mahkamah
an terhadap suatu kejahatan, maka haruslah Konstitusi dan Pusat Studi HTN FH UI;
dirumuskan suatu ketentuan tentang hukum- Bentham, Jeremy. 2006. Teori Perundang-un-
an bagi percobaan tindak pidana tersebut, dangan: Prinsip-prinsip Legislasi, Hukum
Perdata dan Hukum Pidana. Jakarta:
yang mana ketentuannya mengikuti per-
Nuansa;
aturan dan doktrin yang berlaku,
d. Ketentuan besaran hukuman kurungan dan CST. Kansil Dan Christine S.T. Kansil. 2002.
Pokok-Pokok Badan Hukum. Jakarta:
denda dalam Peraturan Daerah, secara tek- Pustaka Sinar Harapan;
nis harus menutup celah distorsi dalam pe-
Freidmann, W. 1967. Legal Theory, New York:
negakan hukum dan memenuhi rasa keadilan
Colombia University Press;
masyarakat, oleh karena itu, perlu diterap-
kan batas atas dan batas bawah untuk me- Hamzah, Andi dan Siti Rahayu. 1993. Suatu
Tinjauan Ringkas tentang Sistem
nentukan besaran hukuman kurungan dan
Pemidanaan di Indonesia. Jakarta: PT
denda. Rineka Cipta;
e. Responsifitas dan ketegasan dalam perumus-
------------------. 1994. Asas-Asas Hukum Pidana,
an ketentuan hukuman kurungan dan denda Jakarta: PT Rineka Cipta.
harus berimbang, simetris dan sebangun,
dengan melihat faktor-faktor dan indikator
yang mempengaruhinya. Implementasinya Artikel dan Berita Media
adalah dengan merumuskan kembali batas Kompas, 15 Juli 2006, Rapat Perdana Perumus
bawah yang responsif dan batas atas yang Revisi KUHP: Implikasi KUHP Pada Perda
lebih tegas. Dengan demikian, diharapkan
ketentuan pidana selain menjamin kepastian
Peraturan Perundang-Undangan
hukum juga memberikan keadilan dengan
tetap memperhatikan faktor-faktor dan Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-un-
indikator yang mempengaruhi besaran ke-
dangan
tentuan kurungan dan denda dalam ketentu-
an pidana peraturan daerah di kabupaten Undang–undang No. 32 tahun 2004 tentang Pe-
merintahan Daerah,
Purbalingga,
f. Rasa keadilan masyarakat dengan kepastian Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
hukum dan kemanfaatan Peraturan daerah Perda Nomor 18 Tahun 1998 tentang Retribusi
haruslah saling bersinergi dan saling men- Izin Gangguan
dukung. Ketiganya harus berjalan seiringan Perda Nomor 22 Tahun 2000 tentang Larangan,
dan tidak terpisah-pisah, sehingga Perda Pengawasan dan Pengendalian Minuman
memiliki responsifitas yang baik dan visioner Beralkohol
(mempunyai pandangan kedepan), sehingga Perda Nomor 12 Tahun 2003 tentang Perubahan
selalu mengikuti perkembangan zaman. atas Peraturan Daerah Kabupaten
Purbalingga Nomor 5 Tahun 2000 tentang
Retribusi Izin Trayek
Daftar Pustaka
Buku Literatur Perda Nomor 20 Tahun 2003 tentang Garis
Sempadan Sungai, Daerah Manfaat
Ali Rido, R. 2001. Badan Hukum Dan Kedudukan Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan
Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Bekas Sungai
Koperasi, Perseroan, Perkumpulan, Ko-
perasi, Yayasan, Wakaf. Bandung: Perda Nomor 4 Tahun 2005 tentang Perubahan
Penerbit Alumni; atas Peraturan Daerah Kabupaten daerah
tingkat II Purbalingga Nomor 15 Tahun
1998 tentang Retribusi Rumah Potong
Hewan
Perumusan Ketentuan Pidana 165
Dalam Pembentukan Peraturan Daerah

Perda Nomor 10 Tahun 2005 tentang Retribusi Perda Nomor 12 Tahun 2005 tentang Retribusi
Izin Usaha Pertambangan Daerah Izin Usaha Industri dan Tanda Daftar
Industri
Perda Nomor 11 Tahun 2005 tentang Retribusi
Izin Lokasi

Anda mungkin juga menyukai