1. PENGERTIAN MUDHARABAH
1
Abdullah Saeed, Bank Islam Dan Bunga Studi Kritis Dan Interpretasi Kontemporer
tentang Riba dan Bunga, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008), hlm. 91
3
Wahbah Zuhayli menjelaskan salah satu arti dari mudharabah
adalah melakukan perjalanan di muka bumi (al-sir fi al-ardh).2 Istilah
mudharabah dapat disebut juga dengan qiradh/muqaradhah. Hal ini
dikarenakan istilah mudharabah lebih dikenal dan dipergunakan oleh
penduduk Irak yang mayoritas mengikuti mazhab Hanafi dan Hambali.
Sedangkan qiradh merupakan istilah yang sering dipergunakan oleh
penduduk Hijaz yang mayoritas mengikuti mazhab Maliki dan Syafi’i.
Tetapi pada dasarnya pengertian dari kedua istilah tersebut mempunyai
makna yang serupa.
2
Wahbah Az-Zuhayli, Fiqh Islam Wa Adillatuhu.(Jakarta:Gema Insani,2007)
3
Muhammad, Etika Bisnis Islam. (Yogyakarta: AMP YKPN, 2004), hlm. 82-83
4
Selain empat mazhab di atas, pendapat lainnya mengenai
mudharabah diungkap juga oleh Ibn Rusyd, Sayyid Sabiq dan
Abdurrahaman Al-Jaziri. Menurut Ibn Rusyd dalam kitab “Bidayat al-
Mujtahid wa Nihayat alMuqtashid”, Ibn Rusyd menyamakan istilah
mudharabah dengan qiradh atau muqaradhah, ketiga istilah tersebut
mempunyai makna yang sama sebagai perkongsian modal dan usaha. Di
dalam kitab tersebut Ibn Rusyd tidak terlalu banyak membahas
mengenai definisi mudharabah karena telah dibahas secara lengkap oleh
ulama lain khususnya imam mazhab.
A. Landasan Hukum
Adapun landasan hukum syariah dari pembiayaan Mudharabah
seperti yang tertera dalam Al- Quran dan Al- Hadits, yaitu:
4
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah. (Jakarta: Al-I’itishom, 2008)
5
1. Al- Quran Surah Al- Baqarah ayat 198
ض ُت ْمْ ْس َع َل ْي ُك ْم ُج َنا ٌح أَنْ َت ْب َت ُغوا َفضْ اًل ِمنْ َر ِّب ُك ْم ۚ َف إِ َذا أَ َف
َ َلي
ُت َف ْاذ ُكرُوا هَّللا َ عِ ْن دَ ْال َم ْش َع ِر ْال َح َر ِام ۖ َو ْاذ ُك رُوه ٍ ِمنْ َع َر َفا
ينَ َِّك َما َهدَا ُك ْم َوإِنْ ُك ْن ُت ْم ِمنْ َق ْبلِ ِه َلم َِن الضَّال
Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki
hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu
telah bertolak dari 'Arafat, berdzikirlah kepada Allah di
Masy'arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut)
Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu;
dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar
termasuk orang-orang yang sesat.5
2. Al- Hadits
6
B. Rukun dan Syarat Mudharabah
7
Modal Mudharabah Modal dalam akad mudharabah adalah
berupa uang, menurut jumhur ulama modal dalam akad mudharabah
tidak boleh dalam bentuk barang, karena sifat harganya yang mudah
berubah (fluktuatif), sehingga hal ini akan mempengaruhi hasil
keuntungan yang didapat karena tidak dapat dipastikan jumlahnya
(majhul), sehingga bagi hasil yang diperoleh dari keuntungan tersebut
untuk masingmasing pihak akan menjadi tidak jelas.
Namun beberapa ulama memperbolehkan modal usaha
mudharabah dapat bentuk inventori/barang, hal ini merujuk kepada
pendapat yang disampaikan oleh Imam Malik, menurutnya modal usaha
mudharabah dapat dalam bentuk barang dan tidak diharuskan dalam
bentuk uang tunai.
Oleh karena itu, barang dagangan dapat menjadi modal dalam
akad mudharabah baik yang sama jenisnya atau berbeda jenisnya.
Sedangkan Ibn Rusyd menyatakan bahwa para ahli fikih telah
bersepakat membolehkan modal mudharabah dalam bentuk alat tukar
(uang) karena uang memiliki nilai yang dapat dijadikan sebagai alat
transaksi. Berdasarkan hal tersebut, Ibn Rusyd tidak memperbolehkan
penggunaan alfulus (mata uang lokal) karena al-fulus tidak memenuhi
syarat sebagai alat transaksi di tingkat negara.
Ibn Rusyd tidak memperbolehkan penggunaan barang sebagai
modal karena sifatnya yang sulit untuk ditaksir dan terdapat
ketidakpastian pada nilai barang (modal) sehingga dikhawatirkan akan
menimbulkan perselisihan diantara kedua pihak.6
8
nuqrah yaitu potongan emas yang berbentuk perhiasan dikarenakan
mempunyai kedudukan yang sama dengan barang dagangan. Dalam
riwayat lain, ulama Hanafiah berpendapat bahwa modal dalam akad
mudharabah diperbolehkan dalam bentuk tabur dan nuqrah. 7
5. MUSAQAH
A. Pengertian Musaqah
Secara etimologi, musaqah berarti transaksi dalam pengairan, yang
oleh penduduk Madinah disebut dengan al-mu’amalah. Secara
terminologi, akad musaqah adalah sebuah bentuk kerja sama antara
pemilik kebun dan petani penggarap dengan tujuan agar kebun itu
dipelihara dan dirawat sehingga memberikan hasil yang maksimal.
Kemudian, segala sesuatu yang dihasilkan pihak kedua berupa buah
merupakan hak bersama antara pemilik dan penggarap sesuai dengan
kesepakatan yang mereka buat.
7
Mubarok Jaih, Hasanudin, Fikih Muamalah (Akad Syirkah dan Mudharabah),
(Bandung:Simbiosa Rekatama Media 2017), hlm 167
9
Menurut kebanyakan ulama, hukum musaqah yaitu boleh atau
mubah, berdasarkan sabda Rasulullah saw. :
B. Rukun Musaqah
1. Dua orang/Pihak yang melakukan transaksi
2. Tanah yang dijadikan objek musaqah
3. Jenis usaha yang akan dilakukan petani penggarap
4. Ketentuan mengenai pembagian hasil musaqah
5. Shighat (ungkapan) ijab dan kabul
C. Syarat Musaqah
1. Baligh dan berakal
2. Tanah diserahkan sepenuhnya kepada petani penggarap setelah
akad berlangsung untuk digarap, tanpa campur tangan pemilik
tanah
3. Hasil yang dihasilkan dari kebun itu merupakan hak mereka
bersama, sesuai dengan kesepakatan yang mereka buat, baik
dibagi dua,tiga, dan sebagainya
4. Lamanya perjanjian harus jelas aga terhindar dari ketidakpastian
5. Objek musaqah harus terdiri atas pepohonan yang mempunyai
buah. Menurut ulama Hanafiyah, objeknya adalah pepohonan
yang berbuah (boleh berbuah), seperti kurma, anggur, dan
terong. Menurut ulama Malikiyah adalah tanaman keras dan
palawija, seperti kurma, terong, apel, dan anggur. Menurut
10
ulama Hanabilah adalah tanaman yang buahnya boleh
dikonsumsi. Menurut ulama Syafi’iyah adalah hanya boleh
kurma dan anggur saja.
6. MUZARAAH
a) Pengertian
Menurut bahasa, al-muzara’ah diartikan wajan ٌ ُمفَا َعلَةdari
ُ Xَ( ا ِإل ْنبmenumbuhkan).
ُ ْزَرX اَلyang sama artinya dengan اتX
kata ع
Muzara’ah dinamai pula dangan mukhabarah dan muhaqalah.
Orang irak memberikan istilah muzara’ah dengan istilah al-
qarah.
Muzara’ah ialah mengerjakan tanah (orang lain) seperti
sawah atau ladang dengan imbalan sebagian hasilnya (seperdua,
sepertiga atau seperempat). Sedangkan biaya pengerjaan dan
benihnya ditanggung pemilik tanah.
11
Hanafiyah, muzara’ah ialah:
8
Dr.H. Hendi Suhendi hal : 153-154
9
Abdul Rahman Ghazali dkk Hal :114 lain
12
dikategorikan perkongsian antara harta dan pekerjaan, sehingga
kebutuhan pemilik dan pekerja dapat dipenuhi. Tidak jarang
pemilik tidak dapat memelihara tanah, sedangkan si penggarap
mampu memeliharanya dengan baik, tetapi tidak memiliki tanah.
Dengan demikian dibolehkan sebagai mana dalam mudharobah.
Menurut ulama Hanafiyah, hukum muzara’ah yang sahih
adalah sebagai berikut:
1) Segala keperluan untuk memelihara tanaman
diserahkan kepada penggarap.
2) Pembiayaan atas tanaman dibagi antara
penggarap dan pemilik tanah.
3) Hasil yang diperoleh dibagikan berdasarkan
kesepakatan waktu akad. Antara lain didasarkan
pada hadis :
)اَ ْل ُم ْسلِ ُموْ نَ ِع ْن َد ُشرُوْ ِط ِه ْم (رواه الحاكم عن أ نس و عا ءشه
Artinya : kaum muslimin berdasarkan syarat
diantara mereka (HR.Hakim dari Anas
dan Siti Aisyah)
4) Menyiram atau menjaga tanaman, disyaratkan
akan dilakukan bersama, hal itu haris dipenuhi.
Akan tetapi, jika tidak ada kesepakatan,
penggaraplah yang paling bertanggung jawab
menyiram atau menjaga tanaman.
5) Dibolehkan menambah penghasilan dari
kesepakatan waktu yang telah ditetapkan.
6) Jika salah seorang yang akad meninggal sebelum
diketahui hasilnya, penggarap tidak mendapatkan
apa-apa sebab ketetapan akad didasarkan pada
waktu.
13
Oleh Syekhul Islam Ibni Taimiyyah berkata; Muzara’ah
merupakan asal dari al-ijarah (mengupah atau menyewa orang),
dikarenakan dalam kedu masing-masing pihak sama-sama
merasakan hasil yang diperoleh dan menanggung kerugian yang
terjadi.
7. MUKHABARAH
a. Pengertian Mukhabarah
ةُ ِه َيX َو ْال ُمزَ ا َر َع. ِلXذ ُر ِمنَ ْال َعا ِمXْ Xَا َو ْألبXXَ ُر ُج ِم ْنهXْْض َما يَح ِ ْاَ ْل ُمخَ بَ َرةُ ِه َي َع َم ُل ْاالَر
ِ ض بِبَع
ك ِ ِاَ ْل ُمخَابَ َرةُ َولَ ِك َّن ْالبَ ْذ َرفِ ْيهَا يَ ُكوْ نُ ِمنَ ْال َمال.
14
antara mukhabarah dan muzara’ah terjadi pada peristiwa yang sama,
yaitu pemilik tanah menyerahkan tanahnya kepada orang lain untuk
dikelola. Perbedannya ialah pada modal, bila modal berasal dari
pengelola disebut mukhabarah, dan bila modal dikeluarkan dari pemilik
tanah disebut muzara’ah.10
15
Jadi, hukum mukhabarah sama seperti muzara’ah yaitu mubah atau
boleh dan seseorang dapat melakukannya untuk dapat memberi dan
mendapat manfaatnya dari kerjasama muzara’ah dan mukhabarah ini.
a. tanah,
b. perbuatan pekerja,
c. modal,
d. alat-alat untuk menanam.11
Adapun syaratnya;
1.1 Syarat yang menyangkut orang yang berakad ialah keduanya harus
sudah baligh dan berakal.
1.2 Syarat menyangkut benih yang akan ditanam harus jelas dan dapat
menghasilkan.
1.3 Syarat yang menyangkut tanah;
a. Menurut adat dikalangan petani, tanah itu boleh digarap dan
menghasilkan. Jika tanahnya tandus dan tidak memungkinkan
dapat ditanami maka akad muzara’ah tidak sah.
b. Batas-batas tanah itu jelas.
c. Tanah itu diserahkan sepenuhnya kepada petani untuk digarap.
Apabila disyaratkan bahwa pemilik tanah ikut mengolah pertanian
itu maka akad muzara’ah tidak sah.
11
Hendi Suhendi hlm:158
16
1.4 Syarat menyangkut hasil panen ;
a. Pembagian panen masing-masing pihak harus jelas
b. Hasil itu benar-benar milik bersama orang yang berakad tanpa
boleh ada pengkhususan
c. Pembagian hasil panen itu ditentukan, misalnya ½, 1/3, atau ¼,
sejak dari awal akad, sehingga tidak timbul perselisihan
dikemudian hari, dan penentuannya tidak boleh berdasarkan
jumlah tertentu secara mutlak, seperti 1 kwintal untuk pekerja,
atau 1 karung, karena kemungkinan hasil panen jauh dibawah itu
atau melampaui itu.12
1.5 Syarat menyangkut jangka waktu yang disesuaikan adat setempat.
Menurut Abu Yusuf dan Muhammad (sahabat Abu Hanifah),
berpendapat bahwa Muzara’ah memiliki beberapa syarat yang
berkaitan dengan aqid (orang yang melangsungkan akad), tanaman,
tanah yang ditanami, sesuatu yang dikeluarkan dari tanah, tempat
akad, alat bercocok tanam, dan waktu bercocok tanam.13
9. FATWA DSN-MUI
12
Azam, Abdul Aziz Muhammad, 2010. Fiqh Muamalah Sistem Transasi Dalam Islam, Jakarta :
Amzah. Hlm. 49
13
Suhendi, Hendi. 2011. Fiqh Muamalah, Jakart: Raja Grafindo Persada.
17
tanaman berasal dari penggarap lahan; hasil pertanian dibagi
antara pemilik dan penggarap sesuai nisbah yang disepakati.
d. Akad Musaqah adalah akad kerjasama antara pemilik lahan dan
penggarap dalam rangka pemeliharaan tanaman agar tumbuh
dan berbuah secara baik yang hasilnya dibagi antara pemilik
dengan penggarap sesuai nisbah yang disepakati.
18