Anda di halaman 1dari 43

KEPERAWATAN MATERNITAS

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M DENGAN POST OPERATIF


SECTIO CAESAREA DENGAN INDIKASI CEPHALO PELVIK
DISPROPORTION ”

Dosen Pengampu:

Ernawati, S.Kp., M.Kep

Disusun Oleh :

Yuliawati Yusri

PO 71.20.22.000.26

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN


POLTEKES KEMENKES JAMBI
TAHUN 2020
BAB I
KONSEP DASAR POST PARTUM

A. DEFINISI
Post partum adalah masa pulih kembali,mulai dari bayi lahir sampai
organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.lama masa ini
adalah 6 minggu atau 42 hari.(Bobak,2005)
Post partum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan
pulihnya organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami
perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan
(Suherni, dkk, 2009).
Post partum adalah periode 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ -
organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil.Menurut Bobak
(2004) .Post partum (nifas/puerperium) adalah masa setelah keluarnya plasenta
sampai alat – alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal
berlangsung selama enam minggu atau 42 hari.Ambarwati & Wulandari
(2008) .Periode Post Partum Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada
post partum adalah sebagai berikut :
a. Periode ImmediatePost partum (24 jam)
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini
sering terdapat masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh
karena itu, dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontraksi uterus,
pengeluaran lochea, tekanan darah, dan suhu.
b. Periode EarlyPost partum (24 jam – 1 minggu)
c. Pada fase ini memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu mendapatkan
makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
d. Periode Late Post partum (1 minggu – 5 minggu)
Pada periode ini tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari
serta konseling KB.
B. PERUBAHAN-PERUBAHAN FISIK YANG TERJADI PADA IBU POST
PARTUM
1. Payudara
Perubahan payudara ibu post partum dipengaruhi oleh hormone
esterogen,progesterone,HPL,dan prolactin.sedangkan hormone yang
berfungsi untuk memperlancar ASI yaitu insulin,kortikosteroid dan
tiroksin.pada ibu post partum payudara akan tegang,penuh dan terasa
nyeri bila disusukan pada bayi.
2. Abdomen
Setelah post partum perut akan terasa ringan dan adanya strie serta
linea nigra.
a. Jalan lahir
Pada jalan lahir umumnya pada hari 1-3 lochea berwarna rubra,setiap
pengeluaran lochea bila disertai dengan perpanjangan pengeluaran
darah ada kemungkinan mengalami kedaan abnormal seperti
terdapatnya sisa ketuban atau luka jalan lahir yang masih berdarah

b. Kembalinya rahim kebentuk asal

Pada waktu kehamilan terjadi perubahan ada otot rahim yang


disebabkan karena adanya pembesaran ukuran sel.
c. Perubahan kulit
Pada waktu hamil terjadi pigmentasi pada beberapa tempat karena
proses hormonal yaitu berupa :Kloasma gravidarum pada pipi .setelah
persalinan hormonal berkurang dan hiperpigmentasi menghilang serta
pada dinding perut akan menjadi putih mengkilat.
d. Dinding perut
Otot dinding perut memanjang sesuai dengan besarnya pertumbuhan
hamil dan setelah persalinan dinding perut akan kendor sesuai dengan
jumlah kehamilan dan tergantung pada perawatan ibu selama masa
nifas.
KONSEP DASAR SC

A. Definisi
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria adalah tindakan untuk melahirkan bayi melalui pembedahan
abdomen dan dinding uterus (Nugroho, Taufan. 2011).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan
diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria atau bedah sesar adalah sebuah bentuk melahirkan anak
dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang menembus abdomen seorang
ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk mengeluarkan satu bayi atau lebih
(Dewi Yusmiati, 2007).

B. Faktor Predisposisi/Penyebab
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan Sectio caesaria adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari
beberapa faktor Sectio caesaria diatas dapat diuraikan beberapa penyebab Sectio
caesaria sebagai berikut:
a. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan
susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan
jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis juga dapat
menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami sehingga harus
dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut menyebabkan
bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang
panggul menjadi abnormal.
b. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
c. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
d. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
e. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada
jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
f. Kelainan Letak Janin
1) Kelainan pada letak kepala
a) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam teraba
UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala
bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
b) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak
paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
c) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
2) Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum
uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna
dan presentasi kaki (Saifuddin, 2002).

C. Klasifikasi
a. Menurut NANDA (2015) operasi SC dapat dibedakan menjadi :
1) Sectio caesaria abdomen
Seksio secara transperitonealis:
a) Sectio caesaria klasik atau korporal dengan insisi memanjang pada
korpus uteri
b) Sectio caesaria ismika atau profunda atau low cervical dengan
insisi pada segmen bawah rahim
c) Sectio caesaria ekstraperitonealis,yaitu tanpa membuka peritonium
parietalis, dengan demikian tidak membuka kavum abdominal

2) Sectio caesaria vaginalis


Menurut arah sayatan pada rahim, Sectio caesaria dapat dilakukan
sebagai berikut:
a) Sayatan memanjang (longitudinal) menurut Kronig
b) Sayatan melintang (transversal) menurut Kerr
c) Sayatan huruf T (T-incision)
3) Sectio caesaria klasik (Corporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm. Tetapi saat ini teknik ini jarang dilakukan
karena memiliki banyak kekurangan namun pada kasus seperti operasi
berulang yang memiliki banyak perlengketan organ cara ini dapat
dipertimbangkan.
Kelebihan:
a) Mengeluarkan janin lebih cepat
b) Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik
c) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan
a) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonealisasi yang baik
b) Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura uteri
spontan

4) Sectio caesaria ismika (Profunda)


Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen
bawah rahim (low cervical transfersal) kira-kira sepanjang 10 cm.
Kelebihan:
a) Penjahitan luka lebih mudah
b) Penutupan luka lebih mudah
c) Tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga periotoneum
d) Perdarahan berkurang
e) Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri
spontan kurang/lebih kecil
Kekurangan:
a) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapat
menyebabkan arteri uterina terputus sehingga mengakibatkan
perdarahan yang banyak
b) Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi
D. Gelaja Klinis
a. Plasenta previa sentralis dan latealis (posterior)
b. Panggul sempit
Holemer mengambil batas terendah untuk melahirkan janin vias naturalis
ialah CV = 8 cm. Panggul dengan CV = 8 cm dapat dipastikan tidak dapt
melahirkan janin yang normal, harus diselesaikan dengan Sectio caesaria.
CV antara 8-10 cm boleh dicoba dengan partus percobaan, baru setelah
gagal dilakukan Sectio caesaria sekunder
c. Disproporsi sefalopelvik: yaitu ketidakseimbangan antara ukuran kepala
dan panggul
d. Ruptura uteri mengancam
e. Partus lama (prolonged labor)
f. Partus tak maju (obstructed labor)
g. Distosia serviks
h. Pre-eklamsi dan hipertensi
i. Malpresentasi janin:
1) Letak lintang
Greenhill dan Eastman sama-sama sependapat
a) Bila ada kesempitan panggul, maka Sectio caesaria adalah cara
yang terbaik dalam segala letak lintang dengan janin hidup dan
besar biasa
b) Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
Sectio caesaria, walau tidak ada perkiraan panggul sempit
c) Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan
cara-cara lain
2) Letak bokong
Sectio caesaria dianjurkan pada letak bokong bila ada:
a) Panggul sempit
b) Primigravida
c) Janin besar dan berharga
3) Presentasi dahi dan muka (letak defleksi) bila reposisi dan cara-cara
lain tidak berhasil
4) Presentasi rangkap, bila reposisi tidak berhasil
5) Gemelli, menurut Eastman Sectio caesaria dianjurkan:
a) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu (shoulder
presentation)
b) Bila terjadi interlock (locking of the twins)
c) Distosia oleh karena tumor
d) Gawat janin, dan sebagainya

E. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin
b. Pemantauan EKG
c. JDL dengan diferensial
d. Elektrolit
e. Hemoglobin/Hematokrit
f. Golongan darah
g. Urinalisis
h. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
i. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
j. Ultrasound sesuai pesanan

F. Penatalaksanaan Medis
a. Pemberian cairan
Karena 6 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka pemberian
cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung elektrolit agar
tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada organ tubuh
lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%, garam fisiologi
dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung kebutuhan. Bila
kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai kebutuhan.
b. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita flatus
lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.Pemberian
minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan pada 6 - 8
jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
c. Mobilisasi
Mobilisasi dilakukan secara bertahap meliputi :
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 8 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
3) Hari pertama post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit
dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, klien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.klien bisa dipulangkan

d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan.Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
i. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
ii. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
d) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C.
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan
berdarah harus dibuka dan diganti.
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan
darah, nadi,dan pernafasan.

G. Komplikasi
a. Infeksi puerpuralis (nifas)
1) Ringan : Dengan kenaikan suhu beberapa hari saja
2) Sedang : Dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehidrasi
atau perut sedikit kembung
3) Berat : Dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah terjadi
infeksi intrapartal karena ketuban yang telah pecah terlalu lama.
b. Perdarahan, disebabkan karena
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia uteri
3) Perdarahan pada placenta bed
c. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonialisasi terlalu tinggi.
d. Kemungkinan rupture uteri spontan pada kehamilan mendatang.
WOC
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada wanita pasca partum Sectio caesaria
meliputi:
a. Identitas Klien dan penanggung jawab/suami
b. Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status
perkawinan, agama, suku, alamat, No. CM, tanggal MRS, Tanggal
pengkajian, sumber informasi.
c. Penanggung jawab/suami
d. Yang terdiri atas: nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat.
e. Alasan dirawat
f. Yang terdiri atas: alasan MRS dan keluhan saat dikaji
g. Riwayat Masuk Rumah Sakit
h. Yang terdiri atas: keluhan utama (saat MRS dan sekarang), riwayat
persalinan sekarang (diuraikan kala I sampai dengan kala IV dan
keadaan bayi saat lahir: APGAR score, BB, Lingkar kepala,lingkar
dada, lingkar perut, dan lain-lain).
i. Riwayat Obstetri dan Ginekologi
1) Riwayat menstruasi
2) Yang terdiri atas: umur menarche dan siklusnya, banyak darah, lama
menstuasi, keluhan saat menstruasi, dan HPHT).
3) Riwayat pernikahan
4) Yang terdiri atas: banyak pernikahan yang dilakukan dan lama
pernikahan berapa tahun
5) Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu
6) Riwayat keluarga berencana
7) Yang terdiri atas: jenis KB yang digunakan dan lama pemakaian,
masalah selama penggunaan KB, rencana KB yang akan digunakan
berikutnya
j. Pola Fungsional Kesehatan
k. Yang terdiri atas:
1) Pola manajemen kesehatan-persepsi kesehatan
2) Pola metabolik-nutrisi
3) Pola eliminasi
4) Pola aktivitas-latihan
5) Pola istirahat tidur
6) Pola persepsi-kognitif
7) Pola konsep diri-persepsi diri
8) Pola hubungan peran
9) Pola reproduktif-seksualitas
10) Pola toleransi terhadap stres-koping
11) Pola keyakinan-nilai

2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan (mukus dalam
jumlah berlebihan), jalan nafas alergik (respon obat anastesi)
b. Nyeri akut b.d agen injuri fisik (pembedahan, trauma jalan lahir,
episiotomi)
c. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d kurang pengetahuan ibu,
terhentinya proses menyusui
d. Gangguan eliminasi urine
e. Gangguan pola tidur b.d kelemahan
f. Resiko Infeksi b.d faktor risiko: episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan
pertolongan persalinan
3. Rencana asuhan keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NOC NIC


Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi 1. Respiratory status : Ventilation Airway Suction
atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mepertahankan 2. Respiratory status : airway
kebersihan jalan nafas patency 1. Pastikan kebutuhan oral /
Kriteria Hasil tracheal suctioning
Faktor yang berhubungan:
1. Mendemonstrasikan batuk 2. Auskultasi suara nafas
1. Lingkungan efektif dan suara napas yang sebelum dan sesudah
a. Perokok pasif bersih, tidak ada sianosis dan suctioning
b. Menghisap asap dyspneu (mampu mengeluarkan
c. Merokok 3. Informasikan pada klien
sputum, mampu bernapas dengan
2. Obstruksi jalan napas dan keluaraga tentang
mudah, tidak ada pursed lips)
a. Spasme jalan napas suction
2. Menunjukkan jalan napas
b. Mokus dalam jumlah berlebihan yang paten (klien tidak merasa 4. Minta klien nafas dalam
c. Eksudat dalam jalan alveoli tercekik, irama nafas dan frekuensi sebelum suction dilakukan
d. Materi asing dalam jalan napas napas dalam rentang normal, tidak
e. Adanya jalan napas buatan ada suara napas abnormal) 5. Berikan Oksigen dengan
f. Sekresi tertahan/sisa sekresi 3. Mampu mengidentifikasi menggunakan nasal untuk
g. Sekresi dalam bronki dan mencegah faktor yang dapat memfasilitasi suction
3. Fisiologis menghambat jalan napas nasotrakeal
a. Jalan napas alergik
b. Asma 6. Gunakan alat yang steril
c. PPOK setiap melakukan tindakan
d. Hiperplasi dinding bronkial
7. Anjurkan px untuk
e. Infeksi istirajat dan nafas dalam
f. Disfungsi neuromuskular setelah kateter dikeluarkan
dari nasotrakeal
8. Monitor status oksigen
9. Ajarkan px bagaimana
cara menggunakan suction
10. Hentikan suction dan
berikan oksigen apabila px
menunjukkan bradikardi,
peningkatan saturasi
oksigen dll.

Airway management
1. Buka jalan nafas,
gunakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu
2. Posisikan px utk
memaksimalkan ventilasi
3. Identifikasikan px
perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan
4. Pasang mayo bila perlu
5. Lakukan fisioterapi dada
jika perlu
6. Keluarkan sekret dengan
batuk atau suction
7. auskultasi suara
nafas,catat adanya suara
tambahan
8. Lakukan suction pada
mayo
9. Berikan bronkodilator
bila perlu
10 berikan pelembab udara
kassa basah NaCl lembab
11 Atur intake untuk ciran
mengoptimalkan
keseimbangan
12. Monitor respirasi dalam
status oksigen

2. Nyeri akut NOC NIC


Definisi: Pengalaman sensori dan emosional yang tidak 1. Pain level Pain Management
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang 2. Pain control
aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan 3. Comfort level 1. Lakukan pengkajian
sedemikian rupa (International Association for the study of nyeri secara
pain): awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas Kriteria Hasil: komprehensif termasuk
ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi lokasi karakteristik,
atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan. 1. Mampu mengontrol nyeri (tahu durasi, frekuensi,
penyebab nyeri, mampu kualitas, dan faktor
Faktor yang berhubungan: menggunakan teknik presipitasi
nonfarmakologi untuk 2. Observasi reaksi
1. Agen cedera (mis. biologis, zat kimia, fisik, psikologis) mengurangi nyeri, mencari nonverbal dari
bantuan) ketidaknyamanan
2. Melaporkan bahwa nyeri 3. Gunakan teknik
berkurang dengan komunikasi terapeutik
menggunakan manajemen nyeri untuk mengetahui
3. Mampu mengenali nyeri (skala, pengalaman nyeri klien
intensitas, frekuensi, dan tanda 4. Kaji kultur yang
nyeri) mempengaruhi respon
4. Mampu menyatakan rasa nyeri
nyaman setelah nyeri berkurang 5. Evaluasi pengalaman
nyeri masa lampau
6. Evaluasi bersama klien
dan tim kesehatan lain
tentang
ketidakefekstifan
kontrol nyeri masa
lampau
7. Bantu klien dan
keluarga untuk mencari
dan menemukan
dukungan
8. Kontrol lingkungan
yang dapat
mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan
kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi nyeri
10. Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi,
nonfarmakologi, dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
12. Ajarkan tentang teknik
nonfarmakologi
13. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
14. Evaluasi keefektifak
kontrol nyeri
15. Tingkatkan istirahat
16. Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
17. Monitor penerimaan
klien tentang
manajemen nyeri
Analgesic Administration
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas,
dan derajta nyeri
sebelum pemberian
obat
2. Cek intruksi dokter
tentang jenis obat,
dosis, dan frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari
analgesik ketika
pemberian lebih dari
satu
5. Tentukan pilihan
analgesik tergantung
tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian
secara IV, IM, untuk
pengobatan nyeri
secara teratur
8. Monitor vital
signsebekum dna
sesudah pemberian
analgesik pertama kali
9. Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat
nyeri hebat
10. Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala
3. Ketidakefektifan pemberian ASI Setelah diberikan asuhan NIC
keperawatan selama …x24 jam
Definisi:Ketidakpuasan atau kesulitan ibu, bayi, atau anak diharapkan pola menyusui ibu Breastfeeding Assistance
menjalani proses pemberian ASI efektif dengan kriteria hasil:
1. Evaluasi pola
Faktor yang berhubungan 1. Kemantapan pemberian ASI: menghisap/menelan
Bayi: perlekatan bayi dan bayi
1. Defisit pengetahuan 2. Tentukan keinginan dan
proses menghisap payudara ibu
2. Anomali bayi motivasi ibu untuk
untuk memperoleh nutrisi
3. Bayi menerima makanan tambahan dengan putting menyusui
selama 3 minggu pertama
buatan 3. Evaluasi pemahaman
pemberian ASI
4. Diskontinuitas pemberian ASI ibu tentang isyarat
2. Kemantapan pemberian ASI:
5. Ambivalen ibu menyusui dari bayi
Ibu: kemantapan ibu untuk
6. Ansietas ibu (misalnya reflex
membuat bayi melekat dengan
7. Anomali payudara ibu rooting, menghisap dan
tepat dan menyusu dari
8. Keluarga tidak mendukung terjaga)
payudara ibu untuk
9. Pasangan tidak mendukung 4. Kaji kemampuan bayi
memperoleh nutrisi selama 3
10. Reflek menghisap buruk untuk latch-on dan
minggu pertama pemberian ASI
11. Prematuritas menghisap secara
3. Pemeliharaan pemberian ASI :
12. Pembedahan payudara sebelumnya efektif
keberlangsungan pemberian
13. Riwayat kegagalan menyusui sebelumnya 5. Pantau keterampilan ibu
ASI untuk menyediakan nutrisi
dlaam menempelkan
bagi bayo/toddler bayi ke putting
4. Penyapihan pemberian ASI 6. Pantau integritas kulit
5. Diskontinuitas progresif putting ibu
pemberian ASI 7. Evaluasi pemahaman
6. Pengetahuan pemberian ASI: tentang sumbatan
tingkat pemahaman yang kelenjar susudan
ditunjukka mengenai laktasi mastitis
dan pemberian makanan bayi 8. Pantau kemampuan
melalui proses pemberian ASI untuk mengurangi
7. Ibu mengenali isyarat lapar dari kongesti payudara
bayi dengan segera dengan benar
8. Ibu mengindikasikan kepuasan 9. Pantau berat badan dan
terhadap pemberian ASI pola eliminasi bayi
9. Ibu tidak mengalami nyeri Breast examination
tekan pada putting
10. Mengenali tanda-tanda Lactation Supression
penurunan suplai ASI
1.
interaktif untuk membantu
mempertahankan
keberhasilan proses
pemberian ASI
2.
tentang laktasi dan teknik
memompa ASI (secara
manual atau dengan pompa
elektrik), cara
mengumpulkan dan
menyimpan ASI
3.
mengenai topik-topik
seperti penyimpanan dan
pencairan ASI dan
penghindaran memberi
susu botol pada dua jam
sebelum ibu pulang
4.
mempersiapkan,
menyimpan,
menghangatkan dan
kemungkinan pemberian
tambahan susu formula
5.
dipelukan, informasikan
ibu mengenai kembalinya
proses ovulasi dan seputar
alat kontrasepsi yang
sesuai.
Lactation Counseling
1.
tentang keuntungan dan
kerugian pemberian ASI
2.
menghisap, jika perlu
3.
alternative pemberian
makan bayi
4. Gangguan Eliminasi Urin Setelah diberikan asuhan NIC
keperawatan selama …x24
Definisi: Disfungsi pada eliminasi urine diharapkan eliminasi urin klien Urinary retention care
adekuat dengan dengan kriteria
Faktor yang berhubungan: 1. Lakukan penilaian
hasil:
kemih yang
1. Obstruksi anatomik komprehensif berfokus
1. Kandung kemih kosong secara
2. Penyebab multiple pada inkontinensia (mis.
penuh
3. Gangguan sensori motorik output urin, pola
2. Tidak ada residu urin lebih dari
4. Infeksi saluran kemih berkemih, fungsi
100-200 cc
3. Intake cairan dalam rentang kognitif, dan masalah
normal kencing praeksisten)
4. Bebas dari ISK 2. Memantau penggunaan
5. Tidak ada spasme bladder obat dengan sifat
6. Balance cairan seimbang antikolinergik atau
properti alpa agonis
3. Memonitor efek dari
obat-obatan yang
diresepkan, seperti
calsium channel
blockers dan
antikolinergik
4. Gunakan kekuatan
sugesti dengan
menjalankan air atau
disiram toilet
5. Merangsang reflek
kandung kemih
6. Sediakan waktu yang
cukup untuk
mengosongkan kandung
kemih (10 menit)
7. Menyediakan manuver
Crede, yang diperlukan
8. Gunakan teknik double-
void
9. Masukkan kateter kemih
10. Anjurkan klien/keluarga
untuk mencatat output
urin
11. Intruksikan cara-cara
untuk menghindari
konstipasi atau impaksi
tinja
12. Memantau asupan dan
keluaran
13. Memantau tingkat
distensi kandung kemih
dengan palpasi dan
perkusi
14. Membantu ke toilet
secara berkala
15. Memasukkan pipa ke
dalam lubang tubuh
untuk sisa
16. Menerapkan kateterisasi
intermiten
17. Merujuk ke spesialis
kontinensia kemih
5. Gangguan Pola Tidur Setelah dilakukan asuhan NIC
keperawatan selama... x 24 jam Sleep Echancement
Definisi: Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat diharapkan px tidak terganggu saat 1. Determinasi efek-efek
faktor eksternal tidur dengan kriteria hasil : medikasi terhadap pola
tidur.
Faktor yang berhubungan 1. Jumlah jam tidur dalam batas 2. Jelaskan pentingnya
normal 6-8 jam/hari. tidur yang adekuat.
1) Kelembaban lingkungan sekitar
2. Pola tidur, kualitas dalam batas 3. Fasilitas untuk
2) Suhu lingkungan sekitar
normal. mempertahankan
3) Tanggung jawab memberi asuhan
3. Perasaan segar sesudah tidur aktivitas sebelum tidur
4) Perubahan pajanan terhadap cahaya-gelap
atau istirahat. (membaca).
5) Gangguan (mis. untuk tujuan terapeutik, pemantauan,
4. Mampu mengidentifikasi hal- 4. Ciptakan lingkungan
pemeriksaan laboratorium)
hal yang meningkatkan tidur. yang nyaman.
6) Kurang kontrol tidur
7) Kurang privasi, pencahayaan 5. Kolaborasi pemberian
8) Bising, bau gas obat tidur.
9) Restrain fisik, teman tidur 6. Diskusikan dengan
10) Tidak familier dengan prabot tidur klien dan keluarga
tentang teknik tidur
klien.
7. Instruksikan untuk
memonitor tidur klien.
8. Monitor waktu makan
dan minum dengan
waktu tidur.
9. Monitor/catat
kebutuhan tidur klien
setiap hari dan jam.

6. Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan NIC


Definis : Mengalami peningkatan resiko terserang keperawatan selama …. X 24 jam Kontrol Infeksi
organisme patogenik diharapkan status kekebalan px 1. Bersihkan lingkungan
Faktor-faktor resiko: meningkat dengan KH : setelah dipakai px lain
1. Penyakit kronis : DM dan Obesitas 1. Klien bebas dari tanda dan 2. Pertahankan teknik
2. Pengetahuan yang tidak cukup untuk menghindari gejala infeksi isolasi
pemanjangan patogen 2. Mendeskripsikan proses 3. Batasi pengunjung bila
3. Pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat : gangguan penularan penyakit , faktor perlu
peritalsis, kerusakan integritas kulit (pemasangan yang memengaruhi penularan 4. Instruksikan pada
kateter IV, prosedur invasif) , perubahan sekresi pH, serta penatalaksanaannya pengunjung untuk
penurunan kerja siliaris, pecah ketuban dini, pecah 3. Menunjukkn kemampuan untuk mencuci tangan saat
ketuban lama, merokok, stasis ciran tubuh, trauma mencegahtimbunya infeksi berkunjung dan setelah
jaringan ( mis, trauma destruksi jaringan) 4. Jumlah leukosit dalam batas berkunjun
4. Ketidak adekuatan pertahanan sekunder : penurunan normal meninggalkan px
Hb, imunosupresan (mis. Imunitas didapat tidak aekuat, 5. Menunjukkan perilaku hidup 5. Gunakan sabun
agen farmaseutikal termasuk imunosupresan,steroid, sehat antimikroba untuk cuci
antibodi monoklonal, imunomudulator,suoresi respon tangan
inflamasi) 6. Cuci tangan setiap
5. Vaksinasi tidak adekuat sebelum dan sesudah
6. Pemajangan terhadap patogen lingkungan meningkat : tindakan kolaboratif
wabah 7. Gunakan baju,sarung
7. Prosedur invasif tangan sebagai alat
8. Malnutrisi pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama
pemasangan alat
9. Ganti letak IV perifer
dan line central dan
dressing sesuai dg
petunjuk
10. Gunakan kateter
intermiten utk
menurunkan infeksi
kandung kemih
11. Tingkatkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi antibiotik
bila perlu infection
protection (proteksi
terhadap infeksi)
13. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
14. Monitor hitung
granulosit, WBC
15. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
16. Pertahankan teknik
aseptik pd px yg
beresiko
17. Pertahankan teknik
isolasi k/p
18. Berikan perawatan kulit
pada area epidema
19. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas dan drainase
20. Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
21. Dorong masukan nutrisi
yg cukup
22. Dorong masukan cairan
23. Dorong istirahat
24. Instruksikan px utk
minum antibiotik sesuai
resep
25. Ajarkan px dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
26. Ajarkan cara
menghindari infeksi
27. Laporkan kecurigaan
infeksi
28. Laporkan kultur positif
TINJAUAN KASUS

Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 6 Juni 2018
Identitas Pasien

Nama/Initial : Ny.M No MR 366454


Umur : 34 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Masuk: 17-11-2020

Status : Kawin

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : SD

Alamat : Simpang Kawat

Penanggung Jawab

Nama : Tn.A

Umur : 46 tahun

Hub. Keluarga : Suami

Pekerjaan : Tani

ALASAN MASUK

Klien masuk Poli Kebidanan di RSUD Raden Mattaher Jambi pada hari
selasa jam 09.00 wib dengan G4P3A0H2 gravid aterm + bekas SC 3x
dengan indikasi CPD(Cephalopelvic disporpotion).
RIWAYAT KESEHATAN

1. Riwayat Kesehatan Sekarang


Saat melakukan pengkajian pada hari pertama setelah post SC Ny.M
mengatakan operasi dilakukan pada tanggal 18 November 2020 pada jam
10.00 wib klien mengatakan ini sudah keempat kalinya melakukan operasi
SC karna klien tidak bisa melahirkan secara normal disebabkan karena
panggul sempit. Klien mengatakan nyeri pada bagian jahitan post SC,
Klien mengatakan tidak nyaman pada luka jahitan post SC, Klien
mengatakan nyeri saat bergerak ditempat tidur, klien mengatakan badan
terasa berat, klien mengatakan susah bergerak, klien mengatakan takut
infeksi pada bekas luka jahitan, klien mengatakan kurang mengetahui
tentang pemenuhan kebutuhan nutrisi, Klien mengatakan tidak mengetahui
pentingya kebutuhan nutrisi pada ibu menyusui, Klien mengatakan tidak
mengetahui makanan apa yang harus dikomsumsi untuk ibu menyusui.

2. Riwayat Kesehatan Dahulu


Klien Mengatakan sebelumnya sudah pernah masuk Rumah Sakit Raden
Mattaher Jambi, terakhir klien dirawat pada tahun 2015 karena klien
melakukan operasi SC untuk yang ketiga kalinya dengan indikasi CPD.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga


Klien mengatakan keluarga tidak ada menderita penyakit keturunan
seperti Hipertensi,DM ataupun menular genetik.
Genogram

X X
x x

Keterangan:

Laki-Laki : x

Perempuan :

Meninggal : X

Pasien :

Serumah : -------

4. Riwayat Menstruasi
Menarche : 15 Tahun

Siklus Haid : 28 hari

Lama Haid : 5 Hari

Banyaknya : 3x ganti pembalut

Masalah selama Haid : klien mengatakan tidak ada masalah selama haid

5. Riwayat Kehamilan persalinan dan nifas yang lalu


No Tanggal Tempat Umur Jenis Penolong penyulit Anak Keadaan
tahun partus partus hamil persalinan persalinan ke/bb/ anak
JK sekarang
1 3- 02- 2007 Rumah 9 bulan SC Dokter CPD 3,1 Meninggal
sakit kg/Pr
2 2- 05- 2010 Rumah 9 bulan SC Dokter CPD 2,0 Sehat
sakit kg/Lk
3 11- 01-2015 Rumah 9 bulan SC Dokter CPD 1,5 Sehat
sakit kg/Lk
4 18- 11-2020 Rumah 9 bulan SC Dokter CPD 3,2 Sehat
sakit kg/Lk

6. Riwayat Persalinan
Jenis Persalinan : SC
Penyulit dalam persalinan : Panggul sempit
Lama persalinan : 2 jam

7. Pengkajian fisik bayi


1) Keadaan : Baik
2) Tanda – tanda vital
Suhu : 36,50c
Nadi : 100 x/i
RR : 30x/i
3) Anak : Laki-Laki
4) BB : 3200 gram
5) Pb : 49 Cm
6) Ku : Baik
7) Lingkar kepala : 32 cm
8) Lingkaran dada : 36 cm
9) Lingkaran perut : 35 cm
10) Reflek neonatal : Moro (+) ,Rooting (+),Isap (+), Pegang (+)
11) Nilai Apgar Score : 7/8
PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran : Composmentis

Gcs : 15

Tanda Vital
: 36,8 o C
Suhu

Nadi : 82x/i

Pernafasan : 20x/i

TD : 120/70 mmHg

Bb : 165 kg

8. Kepala
 Rambut
Rambut klien panjang dan kulit kepala tampak bersih tidak berketombe, warna
rambut hitam, tidak teraba adanya benjolan,lesi dan luka.
 Mata
Mata simetris kiri dan kanan,fungsi penglihatan baik,reflek pupil (+) ,konjugtiva
tidak anemis, sklera ikterik.
 Telinga
Telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada serumen, tidak ditemukan
peradangan,fungsi pendengaran baik.
 Hidung
Hidung tampak simetris,tidak tampak adanya secret,tidak ada sinus dan polip, fungsi
penciuman baik.

 Mulut dan Gigi


Bibir dan mukosa mulut tampak lembab, tidak tampak adanya stomatitis,
tidak ada karies atau lesi.

9. Leher
Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening dan kelenjar
thyroid, fungsi menelan baik.
10. Thorax
 Payudara
Bentuk payudara simetris kiri dan kanan, Warna sekitar areola hitam kecoklatan,
produksi ASI banyak, tidak ada kelainan pada payudara, puting susu menonjol,
payudara terasa padat.
 Paru-Paru
I : Simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada normal
P : tidak ada nyeri tekan, getaran fremitus suara terasa
P : suara sonor
A : bunyi nafas vesikuler terdengar di semua lapang paru
 Jantung
I : ictus cordis tidak tampak
P : ictus cordis tidak teraba
P : suara jantung redup
A : bunyi jantung I dan II murni , tidak ada bunyi jantung tambahan atau
murmur irama regular
 Abdomen
I :Bentuk abdomen simetris, terdapat luka operasi SC dengan jenis memanjang
,ukuran panjang post SC sekitar 10 cm, lebarnya sekitar 1-2 cm. Kondisi luka
post operasi belum diketahui karna masih ditutup verban .
A : Bising usus Normal 12x/i
P : involusi uterus Baik, TFU: 2 jari dibawah pusat.
P : tympani

11. Eksremitas
Atas : Terpasang infus Ivfd RL 12 tpm , dibagian tangan sebelah kiri Bawah :
Ekstremitas bawah lengkap, simetris kiri dan kanan tidak ada udema pada kaki
klien,tidak terdapat kelainan, tidak ada nyeri tekan pada betis ibu.
pemeriksaan human sign (-)

12. Genetalia
Terpasang kateter jumlah urin 500 cc.
 Lochea
Jenis lochea : Rubra Jumlah : 50cc
Bau : Amis
Konsistensi : Cair
 Perineum
Utuh tidak ada jahitan, tidak ada robekan, Keadaan baik,kebersihan baik,tidak ada
varices.

13. Integumen
Keadaan turgor kulit baik, tidak ada lesi,kulit lembab, tidakk ada oedema, tidak
ada nyeri tekan. Warna kulit sao matang.

DATA BIOLOGIS

NO AKTIVITAS SEHAT SAKIT


1. Nutrisi Makan
Menu Nasi putih,lauk pauk Makanan lunak
Porsi Sayur-sayuran,buah 2 ½ porsi
Makanan kesukaan piring Makanan biasa Tidak
Pantangan Makanan biasa
ada
Tidak ada
Minum
Jumlah
Minuman kesukaan 6 gelas/hari 8 gelas/hari
Pantangan Air putih Air putih
Tidak ada Tidak ada
2. BAB
Frekuensi 2x/hari Klien mengatakan
Warna Bau Kuning Khas Belum ada BAB sejak
Konsistensi Lembek melahirkan
Kesulitan Tidak ada kesulitan
selama BAB

BAK
Frekuensi 5 kali perhari Terpasang kateter
Warna Bau Kuning Jumlah urin 500 ml
Kesulitan Tidak ada kesulitan ketika Kuning
BAK Tidak ada
3 Istirahat dan tidur
Tidak menentu
Waktu tidur 21.00 wib
5-6 jam
Lama tidur 8 jam Tidak ada
Sering tersentak
Hal yang mempermudah Tidak ada
pada malam hari
tidur Tidak ada karena nyeri post
operasi
Kesulitan tidur
DATA PENUNJANG

Tanggal pemeriksaan: 18-11-2020


NO NAMA JUMLAH SATUAN NILAI
PEMERIKSAAN RUJUKKAN
1 HGB 13,2 ( g/dl ) P 13.0 - 16.0
W 12.0 - 14.0
2 RBC 4,25 ( 10‟6/ul ) P 4.5 - 5.5
W 4.0 - 5.0
3 HCT 38,4 (%) P 40.0 – 48.0
W 37.0 – 43.0
4 WBC 11,47 (10‟3/ul) 5.0 – 10.0

TERAPI OBAT
NO NAMA OBAT DOSIS FREKUENSI
1 CEFTRON 2 gr 2x1
2 CEFRIAXONE 1 gr 2x1
3 METRONIDAZOL 500 mg 3x1
4 VIT C 1 amp 3x1
5 RL 500 12tpm

Yang melakukan pengkajian

( Yuliawati Yusri )
NIM : PO 71.20.22.000.26
ANALISA DATA

NO DATA KEMUNGKINAN MASALAH


PENYEBAB

1. DS : Agen cidera fisik Nyeri akut


- Klien mengatakan nyeri pada bagian nyeri
pada bagian jahitan post SC
- Klien mengatakan nyeri terasa saat
bergerak
- Klien mengatakan tidak nyaman pada luka
jahitan post SC

DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak meringis saat mengubah
posisi
- Skala nyeri 5
- TD: 120/70
- S : 36,8
- N : 82 x/i
- RR : 20 x/i
DS : Nyeri pada luka Gangguan
- Klien mengatakan badan terasa berat post op mobilitas fisik
2 - Klien mengatakan sulit bergerak karena
nyeri pada bekas jahitan post SC
-
DO :
- Klien tampak sulit bergerak
- Klien tampak lemah
3. DS : Trauma jaringan Resiko infeksi
- Klien mengatakan takut infeksi pada luka
post SC

DO :
- Luka post sc klien belum tampak karna
masih ditutup verban
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF

1. 18-11-2020 Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik ditandai YY


08.00 WIB dengan klien mengatakan nyeri pada bagian nyeri pada bagian
jahitan post sc, klien mengatakan nyeri terasa saat bergerak,
klien mengatakan tidak nyaman pada luka jahitan post sc,
klien tampak gelisah, klien tampak meringis saat mengubah
posisi, skala nyeri 5, TD: 120/70, S : 36,8, N : 82 X/I,RR : 20
x/i

2 18-11-2020 Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri pada YY


08.00 WIB luka post op ditandai dengan klien mengatakan badan terasa
berat, klien mengatakan sulit bergerak karena nyeri pada
bekas jahitan post sc, klien tampak sulit bergerak
klien tampak lemah
3 18-11-2020 Resiko infeksi berhubungan trauma jaringan dengan ancaman YY
08.00 WIB pada statatus terkini ditandai dengan klien mengatakan takut
infeksi pada luka post SC, luka post SC klien belum tampak
karna masih ditutup verban
INTERVENSI KEPERAWATAN
DX
TGL/ JAM NOC NIC PARAF
KEPERAWATAN

18-11-2020 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri :


08.00 WIB berhubungan tindakan keperawatan
dengan agen cidera 3X 24 jam, nyeri klien  Lakukan pengkajian
fisik berkurang atau hilang komprehensif (PQRST)
dengan kriteria hasil :  Observasi reaksi non
verbal dari ketidaknyamanan.
- Mampu  Berikan teknik
mengontrol nyeri relaksasi hand massage untuk
dengan teknik non menurunkan nyeri.
farmakologi  Kaji vital sign
- Melaporkan
bahwa nyeri berkurang
manajemen nyeri.
- Mengatakan
rasa nyaman setelah
nyeri berkuang.
18-11-2020 Gangguan Setelah dilakukan  Bantu klien untuk
08.00 WIB mobilitas fisik
berhubungan tindakan mengidentifikasi aktivitas
dengan nyeri pada keperawatan selama yang mammpu dilakukan
luka post op
3x24 jam diharapkan  Bantu klien untuk
klien dapat mengembangkan motivasi
meningkatkan dan diri dann penguatan
melakukan aktifitas  Monitor respon
sesuai kemampuan fisik,emosi,social,dan
tanpa disertai dengan spritual
nyeri. dengan kriteria  Anjurkan klien untuk
Hasil istirahat

 Klien dapat  Bantu klien uuntuk


mengidentifikasi memenuhi aktivitas

faktor- faktor yang sehari-hari

menurunkan  Tingkatkan aktifitas secara


bertahap
intoleransi aktifitas
dan klien dapat
beristirahat
denngan nyaman
 Mampu berpindah
tempat
 Klien mampu
melakukan aktivitas
secara mandiri
18-11-2020 Resiko infeksi Setelah dilakukan  Pertahankan teknik aseptik
08.00 WIB berhubungan
dengan trauma tindakan  Cuci tangan sebelum dan
jaringan keperawatan selama sesudah melakukan
3x24 jam diharapkan tindakan
pasien tidak  Berikan terapi antibiotik
mengalami infeksi  Tingkatkan intake nutrisi
dengan kriteria hasil :  Monitor tanda dan gejala
 Klien bebas dari infeksi sistematik dan lokal
tanda dan gejala  Dorong pasien istirahat
infeksi yang cukup
 Menunjukkan
kemampuan untuk
mencegah
timbulnya infeksi
 Jumlah leukosit
dalam batas
normal
 TTV Dalam batas
normal

CATATAN PERKEMBANGAN
TGL/ IMPLEMEMTASI EVALUASI PARAF
JAM

18/11/202  Melakukan pengkajian S:


0 komprehensif (PQRST)  Pasien mengatakan nyerinya sedikit
11.00 WIB  Mengobservasi reaksi non berkurang
verbal dari ketidaknyamanan. O:
 Memberikan teknik relaksasi  Pasien tampak tenang
tarik nafas dalam untuk A:
menurunkan nyeri.  Masalah nyeri akut teratasi sebagian
 Mengkaji vital sign P:
 Intervensi dilanjutkan

18/11/202  Membantu klien untuk S:


0 mengidentifikasi aktivitas yang  Pasien mengatakan badannya bisa
11.00 WIB mampu dilakukan digerakkan meskipun dengan gerakan kecil
 Membantu klien untuk
mengembangkan motivasi diri O:
dann penguatan  Pasien tampak tenang
 Memonitor respon
A:
fisik,emosi,social,dan
 Masalah gangguan mobilitas fisik
spritual
teratasi sebagian
 Menganjurkan klien untuk
istirahat P:
 Membantu klien uuntuk  Intervensi dilanjutkan
memenuhi aktivitas
sehari-hari
 Meningkatkan aktifitas secara
bertahap
18/11/202  Mempertahankan teknik aseptik S:
0  Mencuci tangan sebelum dan  Pasien mengatakan semoga lukanya
11.00 WIB sesudah melakukan tindakan tidak infeksi
 Memberikan terapi antibiotik O:
 Meningkatkan intake nutrisi  Pasien tampak tenang dan stabil
A:
 Memonitor tanda dan gejala
 Masalah resiko infeksi teratasi
infeksi sistematik dan lokal
sebagian
 Mendorong pasien istirahat P:
yang cukup  Intervensi dilanjutkan
DAFTAR PUSTAKA

 Mitayani.(2011) Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika

 Nurarif.A.H. dan Kusuma. H (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarata: MediAction.

 Abdul, Bari Saifuddin. (2008). Buku panduan praktis pelayanan kesehatan maternal

dan neonatal. Jakarta : Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

 Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC

 Prawirohardjo Sarwono. (2009) . Ilmu Kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka

 Nanda International . DIAGNOSIS KEPERAWATAN Definisi dan Klasifikasi.

2015. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai