Anda di halaman 1dari 4

GRATIFIKASI DARI KORUPSI

Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang,
rabat (discount), komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya.
Istilah Gratifikasi berasal dari bahasa Belanda “gratikatie“ yang diadopsi dalam bahasa
Inggris menjadi “gratification“ yang artinya “pemberian sesuatu/hadiah“. Black’s Law
Dictionary memberikan pengertian gratifikasi atau Gratification adalah sebagai “a
voluntarily given reward or recompense for a service or benefit” yang dapat diartikan sebagai
“sebuah pemberian yang diberikan atas diperolehnya suatu bantuan atau keuntungan”. Kita
terkadang sangat sulit membedakan antara “ hadiah (gift) “ dengan “ suap (bribe) “ ketika
berhadapan dengan pejabat.
Gratifikasi positif adalah pemberian hadiah dilakukan dengan niat yang tulus dari
seseorang kepada orang lain tanpa pamrih artinya pemberian dalam bentuk “tanda kasih”
tanpa mengharapkan balasan apapun. Gratifikasi negatif adalah pemberian hadiah dilakukan
dengan tujuan pamrih, pemberian jenis ini yang telah membudaya dikalangan birokrat
maupun pengusaha karena adanya interaksi kepentingan, misalnya dalam mengurus pajak,
seseorang memberikan uang tips pada salah satu petugas agar pengurusan pajaknya dapat
diurus dengan segera. Hal ini juga sangat merugikan bagi orang lain dan perpektif dan nilai-
nilai keadilan dalam hal ini terasa dikesampingkan hanya karena kepentingan sesorang yang
tidak taat pada tata cara yang telah ditetapkan. Dengan demikian secara perspektif gratifikasi
tidak selalu mempunyai arti jelek, namun harus dilihat dari kepentingan gratifikasi. Di
negara-negara maju, pemberian gratifikasi bagi kalangan birokrat dilarang keras. Karena hal
tersebut dapat mengakibatkan bocornya keuangan negara yang diakibatkan dari pembuatan
kebijakan ataupun keputusan yang independen. Bahkan dikalangan swasta pun gratifikasi
dilarang keras dan diberikan sanksi yang tegas bagi pelanggarnya. Sehingga, pelarangan
gratifikasi dalam ruang lingkup Pelaksanaan Kegiatan Birokrasi Pelayanan Masyarakat pun
perlu dilarang dan diberi sanksi yang tegas bagi para pelakunya. Pemberian dalam konsep
Gratifikasi.
Pemidanaan berbagai bentuk pemberian tidak hanya dibebankan kepada penerima,
tetapi juga pada pemberi. Bagi pemberi, pemberian kepada pihak pegawai negeri dapat
bertentangan dengan pasal-pasal yang diatur di dalam Undang-Undang 30 tahun 1999 jo
Undang-Undang 20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi khususnya
pasal 5 ayat (1) dan pasal 13.
COTOH GRATIFIKASI :

 Pemberian hadiah atau uang sebagai ucapan terima kasih karena telah dibantu;
 Hadiah/sumbangan rekanan yang diterima pejabat pada saat perkawinan anaknya;
 Pemberian tiket perjalanan kepada pejabat/pegawai negeri atau keluarganya untuk
keperluan pribadi secara Cuma-Cuma;
 Pemberian potongan harga khusus bagi pejabat/pegawai negeri untuk pembelian
barang atau jasa dari rekanan;

1
 Pemberian biaya atau ongkos naik haji rekanan kepada pejabat/pegawai negeri;
 Pemberian hadiah ulang tahun atau pada acara-acara pribadi lainnya dari rekanan;
 Pemberian hadiah/souvenir pada pejabat/pegawai negeri saat kunjungan kerja;
 Pemberian hadiah atau parsel kepada pejabat/pegawai negeri pada saat hari raya
keagamaan, oleh rekanan atau bawahannya;
 Pemberian bea siswa pada anak pejabat terntentu

3 Jenis gratifikasi yang harus ditolak


1. Komisi atau cashback. Misalnya, dari pihak perusahaan melalui bagian purchaser,
membeli keperluan bahan baku produksi ke vendor. ...
2. Bingkisan. ...
3. Tiket perjalanan.
FAKTOR
UMUM DAN EKSTERNAL PENYEBAB KORUPSI
Faktor internal/Umum merupakan faktor penyebab korupsi yang terlahir dari dalam diri
sendiri,  merupakan faktor pendorong korupsi dari dalam diri, yang dapat diperinci
menjadi
Aspek perilaku individu, seperti:
 Sifat tamak / rakus manusia  Kebutuhan hidup yang mendesak
 Moral yang kurang kuat  Malas tidak suka bekerja
 Gaya hidup yang konsumtif  Ajaran agama yang tidak
diterapkan
 Aspek sosial
 Lemahnya ajaran agama
 Penghasilan kurang mencukupi

 Aspek moral, misalnya lemahnya keimanan, kurangnya kejujuran, dan rasa malu.
 Aspek sikap dan perilaku, misalnya gaya hidup yang konsumtif
 Aspek sosial, misalnya keluarga yang dapat mendorong seseorang untuk berperilaku
korupsi.
Faktor eksternal merupakan faktor penyebab korupsi yang datangnya dari luar. memicu
perilaku korup yang disebabkan  oleh faktor diluar diri pelaku.
 Aspek sikap masyarakat terhadap  Sikap masyarakat yang berpotensi
korupsi menyuburkan tindak korupsi terjadi
karena:

2
 Nilai-nilai di masyarakat kondusif  Kurang adanya sikap keteladanan
untuk terjadinya korupsi. pimpinan
 Masyarakat kurang menyadari  Tidak adanya kultur organisasi
bahwa korban utama korban yang benar
korupsi adalah masyarakat sendiri.
 Kurang memadainya`sistem
 Masyarakat kurang menyadari akuntabilitas
bahwa dirinya terlibat korupsi.
 Kelemahan sistem pengendalian
 Masyarakat kurang menyadari manajemen
bahwa korupsi akan bisa dicegah
 Lemahnya pengawasan, secara
dan di berantas bila masyarakat
umum pengawasan dibagi menjadi
ikut aktif dalam agenda
dua, yaitu pengawasan internal
pencegahan dan pemberantasan
(pengawasan fungsional dan
korupsi.
pengawasan langsung oleh
 Aspek ekonomi pimpinan) dan pengawasan yang
bersifat eksternal (pengawasan dari
 Aspek politis legislatif dan masyarakat
 Aspek organisasi

3
 Aspek ekonomi, misalnya pendapatan / gaji yang tidak mencukupi kebutuhan
 Aspek politis, misalnya instabilitas politik, kepentingan politis, meraih dan
mempertahankan kekuasaan.
 Aspek managemen dan organisasi, misalnya ketiadaan akuntabilitas dan transparansi.
 Aspek hukum, misalnya buruknya wujud perundang-undangan dan lemahnya
penegakkan hukum.
 Aspek sosial, misalnya lingkungan atau masyarakat yang kurang mendukung perilaku
anti koripsi.
Beberapa pendapat :
1. Menurut Nur Syam (2000) penyebab seseorang melakukan korupsi yaitu
karena ketergodaannya akan dunia materi atau kekayaan yang tidak mampu
ditahannya. Sudut pandang yang seperti itulah yang menjadi salah satu
penyebab korupsi yaitu cara pandang tarhadap kekayaan.
2. Menurut pandangan yang dikemukakan oleh Arifin yang mengidentifikasi
faktor-faktor penyebab terjadinya korupsi antara lain:
 Aspek perilaku individu
 Aspek organisasi
 Aspek masyarakat tempat individu dan organisasi berada.

Pidana bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
adalah pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20
(dua puluh) tahun, dan pidana denda paling sedikit Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) 

 Dampak positif
 Dampak negative
- Merugikan banyak masyarakat
- Pelayan public menjadi lambat
- Pada sector ekonomi gratifikasi menciptakan iklim yang tidak sehat
- Para pelaku usaha akan berada pada kompetisi yang tidak adli
- Ekonomi akan menurun

Anda mungkin juga menyukai