Masa ini merupakan masa penjajahan Belanda dan Jepang, para siswa didiik untuk mengabdi emi
kepentingan penjajah. Dalam situasi seperti ini, upaya bimbingan dikerahkan. Bangsa Indonesia berusaha
untuk memperjuangkan kemajun bangsa Indonesia melalui pendidikan. Salah satunya adalah taman
siswa yang dipelopori oleh K.H. Dewantara yang menanamkan nasionalisme di kalangan para siswanya.
Dari sudut pandang bimbingan, hal tersebut pada hakikatnya adalah dasar bagi pelaksanaan bimbingan.
Dalam bidang pendidikan, pada decade 40-an lebih banyak ditandai dengan perjuangan merealisasikan
kemerdekaan melalui pendidikan. Melalui pendidikan yang serba darurat mkala pada saat itu di upayakan
secara bertahap memecahkan masalah besar anatara lain melalui pemberantasan buta huruf. Sesuai
dengan jiwa pancasila dan UUD 45. Hal ini pulalaah yang menjadi focus utama dalam bimbingan pada
saat itu.
Bidang pendidikan menghadapi tentangan yang amat besar yaitu memecahkan masalah kebodohan dan
keterbelakangan rakyat Indonesia. Kegiatan bimbingan pada masa dekade ini lebih banyak tersirat dalam
berbagai kegiatan pendidikan dan benar benar menghadapi tantangan dalam membantu siswa disekolah
agar dapat berprestasi.
Keadaan diatas memberikan tantangan bagi keperluan pelayanan bimbinga dan konseling disekekolah
Dalam dekade ini bimbingan di upayakan aktualisasi nya melalui penataan legalitas sistem, dan
pelaksanaannya. Pembangunan pendidikan terutama diarahkan kepada pemecahan masalah utama
pendidikan yaitu :
Pada dekade ini, bimbingan dilakukan secara konseptual, maupun secara operasional. Melalui upaya ini
semua pihak telah merasakan apa, mengapa, bagaimana, dan dimana bimbingan dan konseling.
Pada dekade ini, bimbingan ini diupayakan agar mantap. Pemantapan terutama diusahakan untuk
menuju kepada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an pembangunan telah
memasuki Repelita III, IV, dan V yang ditandai dengan menuju lepas landas.
1. Penyempurnaan kurikulum
2. Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
3. Profesionalisasi tenaga pendidikan dalam berbagai tingkat dan jenis
4. Penataan perguruan tinggi
5. Pelaksnaan wajib belajar
6. Pembukaan universitas teruka
7. Ahirnya Undang – Undang pendidikan nasional
Beberapa kecenderungan yang dirasakan pada masa itu adalah kebutuhan akan profesionalisasi layanan,
keterpaduan pengelolaan, sistem pendidikan konselor, legalitas formal, pemantapan organisasi,
pengmbangan konsep – konsep bimbingan yang berorientasi Indonesia, dsb.
Era lepas landas mempunyai makna sebagai tahap pembangunan yang ditandai dengan kehidupan
nasional atas kemampuan dan kekuatan sendiri khususnya dalam aspek ekonomi. Cirri kehidupan lepas
landas ditandai dengan keberadaan dan berkembang atas dasar kekuatan dan kemampuan sendiri, maka
cirri manusia lepas landas adalah manusia yang mandiri secara utuh dengan tiga kata kunci : mental,
disiplin, dan integrasi nasional yang diharapkan terwujud dalam kemampuannya menghadapi tekanan –
tekanan zaman baru yang berdasarkan peradaban komunikasi informasi.
Bimbingan mempunyai peran yang amat penting dan strategis dalam perjalanan bangsa Indonesia secara
keseluruhan. Manusia Indonesia yang dicita-citakan adalah manusia pancasila dengan cirri-ciri
sebagaimana yang terjabar dalam P-4 sebanyak 36 butir bagi bangsa Indonesia, pancasila merupakan
dasar Negara, pandangan hidup, kepribadian bangsa dan idiologi nasional. Sebagai bangsa, pancasila
menuntut bangsa Indonesia mampu menunjukkan ciri-ciri kepribadiannya ditengah-tengah pergaulan
dengan bangsa lain. Bimbingan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan dan mempunyai
tanggung jawab yang amat besar guna mewujudkan manusia pancasila karena itu seluruh kegiatan
bimbingan di Indonesia tidak lepas dari pancasila.
Sampai awal abad ke-20 belum ada konselor disekolah. Pada saat itu pekerjaan-pekerjaan konselor
masih ditangani oleh para guru.
Gerakan bimbingan disekolah mulai berkembang sebagai dampak dari revolusi industri dan keragaman
latar belakang para siswa yang masuk kesekolah-sekolah negeri. Tahun 1898 Jesse B. Davis, seorang
konselor di Detroit mulai memberikan layanan konseling pendidikan dan pekerjaan di SMA. Pada tahun
1907 dia memasukkan program bimbingan di sekolah tersebut.
Pada waktu yang sama para ahli yang juga mengembangkan program bimbingan ini diantaranya; Eli
Weaper, Frank Parson, E.G Will Amson, Carlr. Rogers.
Eli Weaper pada tahun 1906 menerbitkan buku tentang “memilih suatu karir” dan membentuk komite
guru pembimbing disetiap sekolah menengah di New York. Kamite tersebut bergerak untuk membantu
para pemuda dalam menemukan kemampuan-kemampuan dan belajar tentang bimbingan menggunakan
kemampuan-kemampuan tersebut dalam rangka menjadi seorang pekerja yang produktif.
Frank Parson dikenal sebagai “Father of The Guedance Movement in American Education”. Mendirikan
biro pekerjaan tahun 1908 di Boston Massachussets, yang bertujuan membantu pemuda dalam memilih
karir uang didasarkan atas proses seleksi secara ilmiyah dan melatih guru untuk memberikan pelayanan
sebagai koselor.
Bradley (John J.Pie Trafesa et. al., 1980) menambah satu tahapan dari tiga tahapan tentang sejarah
bimbingan menurut Stiller, yaitu sebagai berikut:
1. Vocational exploration : Tahapan yang menekankan tentang analisis individual dan pasaran kerja
2. Metting Individual Needs : Tahapan yang menekankan membantu individu agar meeting memperoleh
kepuasan kebutuhan hidupnya. Perkembangan BK pada tahapan ini dipengaruhi oleh diri dan
memecahkan masalahnya sendiri.
3. Transisional Professionalism : Tahapan yang memfokuskan perhatian kepada upaya profesionalisasi
konselor
4. Situasional Diagnosis : Tahapan sebagai periode perubahan dan inovasi pada tahapan ini
memfokuskan pada analisis lingkungan dalam proses bimbingan dan gerakan cara-cara yang hanya
terpusat pada individu.
3. Menurut Hans Koh
Pengertian asionalisme ini ialah formalisasi (bentuk) serta rasionalisasi dari
kesadaran nasional berbangsa dan juga bernegara sendiri.
4. Menurut L. Stoddard
Nasionalisme ini ialah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian besar
masyarakat yang mana mereka itu menyatakan rasa kebangsaan ialahsebagai
perasaan “memiliki “secara bersama di dalam suatu bangsa.
5. Menurut Smith
Definisi nasionalisme ini ialah suatu gerakan ideologis yang digunakan untuk
dapat meraih serta memelihara otonomi, kohesi, dan juga individualitas.
Gerakan tersebut dilaksanakan oleh satu (1) kelompok sosial tertentu yang
diakui oleh beberapa anggotanya guna membentuk atau menentukan satu
bangsa atau juga yang berupa potensi saja.
Tujuan Nasionalisme
Sikap nasionalisme di suatu negara mempunyai tujuan tertentu. Dibawah ini
merupakan beberapa tujuan nasionalisme:
Bentuk Nasionalisme
Terdapat beberapa bentuk nasionalisme yang di suatu negara. Dibawah ini
merupakan beberapa bentuk nasionalisme itu ialah sebagai berikut:
1. Nasionalisme Kewarganegaraan
Disebut juga dengan nasionalis sipil, yakni bentuk nasionalisme yang mana
negara mempunyai kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya,
kehendak rakyat, atau juga perwakilan politik.
2. Nasionalisme Etnis
Bentuk nasionalisme ini ialah semangat kebangsaan yang mana negara
mempunyai kebenaran politik dari budaya asal atau juga etnis suatu
masyarakat.
4. Nasionalisme Budaya
Bentuk nasionalisme yang mana negara itu mempunyai kebenaran politik
yang berasal dari budaya bersama, serta bukan dari “sifat keturunan” seperti
ras, warna kulit, dan lain lainnya.
5. Nasionalisme Kenegaraan
Bentuk nasionalisme disini ialah masyarakatnya itu mempunyai perasaan
nasionalistik yang kuat serta diberi keutamaan mengatasi hak universal dan
juga kebebasan. Nasionalisme kenegaraan ini sering dihubungkan
dengannasionalisme etnis.
6. Nasionalisme Agama
Bentuk nasionalisme yang mana negara itu mempunyai legitimasi politik dari
adanya persamaan agama.
Ciri-Ciri Nasionalisme
Nasionalisme ini dapat kita kenali dari karakteristiknya. Menurut Drs. Sudiyo,
ciri-ciri nasionalisme ini diantaranya ialah sebagai berikut:
Semangat nasionalisme ini juga tertuang dalam Pancasila, yakni pada sila ke-3
Pancasila yang berbunyi “Persatuan Indonesia” dengan ciri-ciri: