Anda di halaman 1dari 7

BAB III

INDUSTRI PARIWISATA HALAL

3.1 Industri Pariwisata Halal

Industri pariwisata halal merupakan sebuah industri yang menyediakan

permintaan serta pelayanan yang berlandas kepada konsep halal dalam Islam.

Industri tersebut berisi produk serta jasa yang tidak bertentangan dengan syariat

Islam. Terdapat banyak pengertian mengenai pariwisata halal. Pariwisata halal

merupakan sebuag kegiatan umat Islam bepergian serta tinggal di tempat yang

berada di luar lingkungan mereka yang tidak lebih dari datu tahun untuk

menjalankan kegiatan-kegiatan yang berlandas kepada Islam. Pengertian lain dari

pariwisata halal adalah paket pariwisata yang dirancang khusus untuk memenuhi

kebutuhan muslim. Pariwisata halal juga didefinisikan sebagai pariwisata yang

berlandas kepada ajaran Islam yang perjalanan tersebut dilakukan secara individu

atau dengan yang memiliki hubungan darah untuk memberikan kemanan. Salah

satu indikator pariwisata dikatakan halal adalah dengan adanya penyediaan

makanan halal di tempat pariwisata.1

Konsep dari pariwisata halal terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:2

1. Kebutuhan utama yang berdasar pada agama. Pariwisata halal harus

berlandas pada konsep halal menurut Islam sehingga wisatawan muslim dapat

menjalankan kewajibannya dalam beribadah.

1
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 17.
2
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 18.
2. Adanya permintaan (alasan dan motivasi) dari seorang muslim.

Terdapat permintaan dari masyarakat muslim sehingga tercipta pariwisata halal.

3, Adanya penawaran (layanan serta fasilitas perjalanan) untuk seorang

muslim. Para pelaku pariwisata menyediakan layanan serta fasilitas yang dapat

menjamu para wisatawan muslim sehingga para wisatawan merasa nyaman dalam

perjalanan pariwisata.

Gambar III.1

Sumber: COMCEC, 20163

Gambar tersebut menjelaskan bahwa terdapat permintaan serta penawaran

yang ada dalam sebuah pariwisata yang didasarkan pada kebutuhan dasar dari

sebuah pariwisata halal. Kebutuhan dasar tersebut adalah 6 faith based needs yang

dibuat oleh Committee for Economic and Trade Cooperation (COMCEC), untuk

pariwisata halal:4

3
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 18.
4
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 2.
1. Makanan halal

2. Tempat ibadah yang layak

3. Toilet yang memadai terdapat air untuk bersuci

4. Layanan serta fasilitas selama bulan Ramadhan

5. Fasilitas pariwisata yang bebas dari kegiatan non-halal

6. Tersedia fasilitas pariwisata privat

Kebutuhan pertama dari pariwisata halal adalah tersedianya makanan

halal. Makanan merupakan hal terpenting yang merupakan kebutuhan sehari-hari

manusia. Jenis makanan halal sendiri di berbagai negara berbeda-beda. Terdapat

beberapa jenis standarisasi halal di antaranya adalah rumah makan yang memiliki

sertifikat halal yang diberikan oleh sebuah lembaga sertifikasi halal. Sertifikasi

halal diberikan bagi rumah makan yang tidak menyediakan serta mengolah

makanan dengan bahan-bahan haram. Terdapat pula rumah makan yang hanya

memiliki sertifikasi halal untuk dapur saja. Dapur rumah makan sudah bebas dari

sesuatu yang haram namun dalam penyajiannya masing terdapat hal-hal yang

tidak sesuai seperti penyediaan minuman beralkohol. Jenis sertifikasi ini tidak

dapat diterima oleh semua kalangan muslim.5

Penerimaah seorang muslim atas sertifikasi yang ada di rumah makan

beragam tergantung daimana asal muslim tersebut. Muslim dari Asia Tenggara

dan Eropa Barat sangat mencari tumah makan yang memang memiliki sertifikasi

halal yang lengkap tanpa adanya penyajian sesuatu yang haram. Sertifikasi halal

5
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The Demand
and Supply Sides in The OIC Member Countries", 20.
untuk makanan umumnya diberikan oleh badan sertifikasi lokal yang telah

diizinkan melakukan sertifikasi di negara tersebut.6

Kebutuhan kedua adalah tempat untuk shalat. Shalat merupakan kewajiban

setiap muslim dalam keadaan apapun. Saat bepergian dimungkinkan bagi seorang

muslim untuk menggabungkan shalat dengan syarat-syarat tertentu. Kewajiban

tersebut yang mengharuskan sebuah tempat pariwisata memiliki ruang untuk

shalat. Tempat shalat idealnya dipisah antara pria dan wanita dan terdapat tempat

untuk berwudhu. Kebutuhan selanjutnya adalah layanan untuk bulan Ramadhan.

Meskipun tidak cukup banyak yang melakukan perjalanan selama Ramadhan,

tetapi tidak menutup kemungkinan adanya wisatawan saat bulan tersebut.

Kebutuhan yang sangat perlu disediakan adalah layanan untuk sahur.7

Layanan ketiga adalah toilet yang memadai untuk bersuci. Air sangat

dibutuhkan untuk bersuci sehingga hal tersebut sangat penting ada di dalam toilet.

Kebersihan dari toilet juga sangat diperhatikan karena hal tersebut akan

berpengaruh pada kesucian wisatawan muslim untuk melakukan ibadah.

Tersedianya fasilitas toilet yang lengkap merupakan sebuah kemudahan bagi

wisatawan muslim yang harus tersedia dalam sebuah tempat pariwisata. Layanan

selanjutnya adalah tidak adanya kegiatan non-halal. Hal tersebut sangat

diperlukan, wisatawan muslim pasti menghindari kegiatan-kegiatan yang dapat

menjerumus kepada dosa seperti diskotik dan kasino.8

6
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 20.
7
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 21.
8
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 22.
Layanan yang terakhir adalah tersedianya fasilitas dengan ruang privasi.

Ruang privasi merupakan pemisahan ruang antara pria dan wanita dalam sebuah

tempat pariwisata sehingga tidak menimbulkan kerancuan. Contoh ruang privasi

tersebut adalah tersedia kolam renang dan pusat kebugaran yang memisahkan

antara area pria dan wanita. Contoh lain adalah pantai yang menyediakan area

terpisah antara pria dan wanita sehingga masing-masing memiliki ruang privasi.9

3.2 Industri Pariwisata Halal di Jepang

Industri pariwisata halal telah berkembang secara pesat di Jepang dalam

beberapa tahun terakhir. Pengembangan industri pariwisata tersebut ditujukan

untuk menarik wisatawan muslim dari berbagai negara. Olimpiade yang akan

dilaksanakan di Tokyo pada tahun 2020 juga menjadi sebuah tujuan yang ingin

dicapai oleh Jepang dalam pengembangan industri pariwisata halal. Wisatawn

muslim yang akan datang khususnya pada sata Olimpiade akan cukup besar

jumlahnya sehingga pemerintah Jepang mendukung para pelaku usaha pariwisata

lokal untuk dapat memberikan pelayanan terkait fasilitas yang dibutuhkan oleh

seorang wisatawan muslim.10

Contoh dari dukungan pemerintah atas pelaku pariwisata lokal adalah

pemerintah daerah kota Aichi menerbitkan buku panduan untuk para pelaku

9
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Understanding The
Demand and Supply Sides in The OIC Member Countries", 22.
10
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries," hal. 77
[situs resmi]; tersedia di
http://www.sbb.gov.tr/wp-

content/uploads/2018/11/Muslim_Friendly_Tourism_MFT_Developing_and_Marketi
ng_MFT_Products_and_Services_in_the_OIC_Member_States.pdf; Internet;
diakses pada Senin, 11 November 2019 pukul 20.57 WIB.
pariwisata dalam bahasa Jepang mengenai bagaimana cara melayani wisatawan

muslim untuk dapat mengembangkan industri pariwisata mereka ke dalam

industri pariwisata halal. Buku tersebut berisi mengenai kesulitan apa saja yang

dihadapi oleh wisatawan muslim yang berkunjung ke Jepang sehingga para pelaku

usaha pariwisata dapat mengerti hal apa yang harus lebih dikembangkan dalam

upaya memberikan pelayanan barang serta jasa untuk wisatawan muslim.11

Pengembangan industri pariwisata halal Jepang memang belum dalam

tahap sempurna tetapi telah terjadi perkembangan. Perkembangan-perkembangan

tersebut selaras dengan 6 faith based yang telah disebutkan dalam sub-bab

sebelumnya. Jepang mulai menmbangun ruang untuk shalat di area-area publik

seperti bandara. Terdapat pula hotel yang ramah terhadap wisatawan muslim

karena hotel tersebut memisahkan antara pria dan wanita yang bukan keluarga.

Hotel tersebut juga menyajikan fasilitas untuk sahur pada bulan Ramadhan. 12

Rumah makan di Jepang juga telah sadar untuk ikut melakukan

standarisasi halal agar para wisatawan muslim tidak ragu untuk datang ke rumah

makan tersebut. Sertifikasi halal di Jepang dilakukan oleh berbagai lembaga

seperti Japan Islamic Trust (JIT), Islamic Center Japan (ICJ), Nippon Asia Halal

Association (NAHA), Japan Halal Association (JHA) dan Malayasia Halal

Corporation (MHC). Tempat hiburan serta perbelanjaan di Jepang juga mulai

menyediakan ruang untuk shalat dan tidak menyediakan minuman beralkohol

dalam tempat hiburan. Terdapat pula agen perjalanan pariwisata halal dan aplikasi

11
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries", 78.
12
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries", 78.
untuk memberikan petunjuk rumah makan, hotel serta pariwisata yang

menyediakan fasilitas untuk wisatawan muslim.13

Industri pariwisata yang ada di Jepang menggambarkan bahwa pemerintah

turut mendukung pengembangan industri pariwisata halal untuk dapat melayani

para wisatawan muslim. Adanya permintaan dari wisatawan muslim yang

berkunjung ke Jepang memicu kesadaran pemerintah serta para pelaku industri

pariwisata halal untuk lebih mengembangkan industri ini.14

13
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries", 78.
14
Comcec Coordination Office, "Muslim Friendly Tourism: Developing and
Marketing MFT Products and Services in The OIC Member Countries", 81.

Anda mungkin juga menyukai