Anda di halaman 1dari 18

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Syarfan (2009), Analisis Pendapatan Dan Produksi

Usahatani Jagung Pola Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dengan Pengelolaan

Tanaman Non Terpadu (PTNT) di Desa Petimbe Kecamatan Palolo

menyimpulkan bahwa input produksi, produksi rata-rata dan pendapatan usahatani

pola PTT lebih besar dari rata-rata pendapatan usahatani PTNT, dengan R/C

masing-masing 1,80 dan 1,46, berarti usahatani jagung di Desa Patimbe

Kecamatan Palolo memberi keuntungan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sudarno (1999) tentang Alternatif Paket

Teknologi Budidaya Jagung Pada Musim Kering Di Lampung Selatan

melaporkan bahwa jagung komposit varietas bisma mampu tumbuh dengan

baik pada musim tanam 3 dengan hasil produksi mencapai 3,99 ton/ha.

Percobaan dilaksanakan pada musim tanam tahun 1999 di Desa Talang Baru

Kecamatan Sidomulyo, Lampung Selatan. Kegiatan penanaman dilakukan satu

hamparan lahan kering dengan melibatkan 11 petani dengan luas lokasi

masing-masing adalah 0,25 ha. Benih yang digunakan adalah beni jagung

hibrida pioner 4 dan pioner 8 serta jagung komposit varietas bisma dan sintetik

unila-1, dengan menyiapkan lahan 60 m x 41,60 m. Lahan kemudian dibagi

menjadi 3 masing-masing berukuran 20 m x 41,60 m untuk menerapkan tiga

paket teknologi yang diginakan.

9
10

Penelitian tersebut didapatkan, hasil paket A4,61 ton/ha, paket B 4,14 ton/ha

dan paket C 3,99 ton/ha. Hasil rata-rata tidak menunjukan perbedaan hasil ini

menunjukan bahwa pada kondisi kering, varietas komposit (bisma) mampu bersaing

dengan jagung hibrida dan menghasilkan 3,99 ton pipilan kering tiap hektar.

Hasil penelitian Pirngadi dan Rahman (2005) yang menyatakan bahwa

pemupukan 50 kg/ha NPK 15-15-15 nyata meningkatkan bobot pipilan biji jagung.

Bobot brangkasan kering tertinggi dicapai pada pemupukan 300 kg/ha NPK 15-15-

15 ditambah 250 kg. Kontribusi hara N untuk meningkatkan hasil jagung lebih

banyak daripada hara P2 O5 dan K2 O. Kasno (2013) Nilai relatif efisiensi

agronomi dan keuntungan usahatani jagung tertinggi dicapai pada pemupukan

NPK majemuk 15-15-15 dengan dosis 300 kg/ha ditambah 250 kg urea/ha.

2.2 Kajian Pustaka

Hasil dari kajian diatas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa dalam

meningkatkan produksi dan pendapatan usahatani jagung hibrida dengan

menggunakan faktor-faktor produksi dengan baik hal ini dapat memberi masukan bagi

penulis dapat melakukan penelitian tentang analisis produksi dan pendapatan usahatani

jagung hibrida di Desa Modo Kecamatan Bukal Kabupaten Buol.

2.2.1 Konsep Agribisnis

Agribisnis terbentuk dari dua unsur yaitu kata agri yang berasal dari kata

agriculture (pertanian) dan bisnis dari kata business (usaha). Agribisnis adalah suatu

kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantrai produksi,

pengolahan hasil dan pemasaran yang hubungannya dengan pertanian dalam arti luas,

yaitu usaha yang di tunjang oleh kegiatan pertanian (Soekartawi, 1991).


11

Soekartawi (2013), yang di maksud dengan agribisnis adalah : “suatu

kesatuan usaha yang meliputi salah satu atau keseluruhan dari mata rantai

produksi, pengolahan hasil pemasaran yang ada hubungannya dengan pertanian.

Hubungannya dengan pertanian dalam arti luas adalah kegiatan usaha yang di

tunjang oleh kegiatan pertanian”.

Agribisnis sebagai mega sektor terdiri atas empat subsektor, yaitu : 1) subsektor

agribisnis hulu (up-stream agribusiness) yakni seluruh kegiatan yang menghasilkan

sarana produksi pertanian primer. Termaksud di dalamnya adalah agroindustri hulu

seperti industri pembibitan/pembenihan, industri obat-obatan, pertanian, industri

pupuk, industri mesin dan peralatan pertanian; 2) sub-sektor on farm agribusiness

atau usahatani, yakni kegiatan yang menggunakan sarana produksi untuk menghasilkan

komoditi pertanian primer; 3) sub-sektor hilir (down-stream agribusiness) yakni

keseluruhan kegiatan yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk-

produk olahan, baik produk antara (internediate product) maupun produk akhir

(finish product) dan; 4) sub-sektor jasa penunjang agribisnis yakni kegiatan yang

menyediakan jasa yang dibutuhkan agribisnis seperti perbankan, asuransi, penelitian

pengembangan, komunikasi dan kebijakan pemerintah, baik tingkat makro, regional

maupun mikro (Saraggi dan Murthi,1998).

2.2.2 Konsep Produksi

Teori produksi mengambarkan tentang keterkaitan diantara faktor-faktor

produksi dengan tingkat produksi yang diciptakan. Teori produksi dapat dinyatakan

dalam bentuk fungsi produksi dan tingkat produksi yang diciptakan. Faktor-faktor

produksi dikenal pula dengan istilah input, dan jumlah produksi disebut output.
12

(Sukirno, 2000). Kaitannya dengan pertanian, produksi adalah suatu proses produksi

terhadap hubungan antara tingkat penggunaan faktor-faktor produksi dengan hasil

yang akan diperoleh. Berproduksi diperlukan sejumlah input, dimana umumnya input

yang diperlukan pada sektor pertanian adalah tenaga kerja dan teknologi, demikian

hubungannya antara produksi dengan input, yaitu output maksimal yang dihasilkan

dengan input tertentu atau disebut fungsi produksi.

Pengertian produksi telah banyak dikemukakan oleh para ahli ekonomi

moderan dalam definisi yang beragam tetapi pada hakekatnya adalah sama. Bidang

pertanian secara teknis dalam arti sempit merupakan suatu proses pendayagunaan

sumber-sumber yang telah tersedia dan diharapkan memperoleh hasil yang telah

melebihi pengorbanan atau input yang telah diberikan. Pengertian ekonomi

produksi dalam arti luas merupakan suatu proses pendayagunaan segala sumber

yang tersedia untuk mewujudkan hasil yang terjamin kualitas dan Terkelola dengan

baik, sehingga menghasilkan komoditas yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi

jika diperdagangkan (Kartasapoetra, 1988).

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk

atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi antara lain

disebabkan karena perbedaan kaulitas. Hal ini dapat dimengerti karena kaulitas

yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang baik dilaksanakan dengan baik

dan begitu pula sebaiknya kualitas produksi kurang baik bila usahatani tersebut

dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 2003).

2.2.3 Faktor Produksi

Daniel (2004) menyatakan bahwa faktor produksi adalah terdiri dari tiga

komponen yaitu : 1). Tanah, 2). Modal dan 3). Tenaga kerja. Masing-masing
13

faktor produksi mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu sama

lain, kalau salah satu faktor tidak tersedia maka peroses produksi tidak akan

berjalan.

Soekartawi (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan faktor

produksi adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman

tersebut mampu tumbuh dan menghasilkan dengan baik. Faktor produksi dikenal

pula dengan istilah input dan korbanan produksi. Faktor produksi memang sangat

menentukan besar kecilnya produksi yang diperoleh. Faktor produksi lahan, modal

untuk membeli benih, pupuk, pestisida dan tenaga kerja serta aspek manajemen

adalah faktor produksi yang penting. Hubungan antara faktor produksi (Input) dan

produksi (Output) biasanya disebut dengan fungsi produksi.

Soekartawi (2003) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi produksi

menjadi dua kelompok yaitu :

a. Faktor biologi, seperti lahan/tanah pertanian dengan macam tingkat

kesuburannya, benih, pupuk, pestisida dan lain sebagainya.

b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendapatan, resiko dan ketidak pastian, kelembagaan, tersedianya kredit dan

sebagainya.

Adapun faktot-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani jagung adalah:

1. Luas lahan

Suratiyah ( 2015), mengemukakan bahwa luas lahan dipandang dari sudut

efisiensi, semakin luas lahan yang diusahakan maka semakin tinggi


14

produksi. Penggunaan luas usahatani dapat diukur dengan berdasarkan hal-

hal sebagai berikut:

a. Luas total lahan adalah jumlah seluruh tanah yang ada dalam usahatani

termasuk sawah, tegal, pekarangan dan sebaginya.

b. Luas lahan pertanaman adalah jumlah seluruh tanah yang dapat

ditanami/diusahakan.

c. Luas tanaman adalah jumlah luas tanaman yang ada pada suatu saat.

2. Benih

Rukmana (1997), mengemukakan bahwa benih yang bermutu tinggi yang

berasal dari varietas unggul merupakan salah satu faktor penentu untuk

memperoleh kepastian usahatani jagung. Berbagai benih varietas unggul jagung

dapat dengan mudah diperoleh di toko-toko sarana produksi pertanian. Benih

jagung tersebut sudah dikemas dalam kantong pelastik dan berlebel sertifikat

sehingga petani tinggal menggunakannya.

Jumlah benih yang dibutuhkan dalam luasan lahan ditentukan oleh jarak tanam

berat benih, daya tumbuh benih dan jumlah benih perlubang. Pemilihan varietas

jagung diarahkan kepada varietas unggul yang dapat memberi hasil dan keuntungan

yang lebih besar bagi petani, dengan kebutuhan jagung sebesar 20 kg/ha dengan jarak

tanam 20x 400 cm (AgroMedia, 2007).

3. Tenaga kerja

Faktor produksi tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang sangat

penting dan perlu diperhitungkan dalam proses produksi dalam jumlah yang

cukup, bukan saja dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan
15

macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan

pada faktor produksi tenaga kerja adalah :

a. Tersedianya tenaga kerja, setiap proses produksi diperlukan tenaga kerja

yang cukup memadai, jumlah tenaga kerja yang diperlukan perlu

disesuaikan dengan kebutuhan sampai tingkat tertentu sehingga jumlahnya

optimal. Jumlah tenaga kerja yang diperlukan ini memang masih banyak

dipengaruhi dan dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja. Jenis kelamin,

musim dan upah tenaga kerja.

b. Kualitas tenaga kerja, dalam proses produksi, apakah itu proses produksi

barang-barang pertanian atau bukan, selain diperlukan sepesialisasi.

Persediaan tenaga kerja sepesialisasi pekerjaan tertentu dan tersedia dalam

jumlah yang terbatas, bila masalah tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka

akan terja kemacetan dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat

teknologi canggih tidak dioprasikan karena belum tersedianya tenaga kerja

yang mempunyai klasifikasi untuk mengoprasikan alat tersebut.

c. Jenis kelamin, kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin,

apalagi dalam proses produksi pertanian. Tenaga kerja mempunyai

sepesialisasi dalam bidang pekerjaan tertentu seperti mengelolah tanah, dan

tenaga kerja wanita mengerjakan tanam.

d. Tenaga kerja musiman, pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah

penyediaan tenaga kerja musiman dan pengangguran tenaga kerja musiman.

Bila tenaga kerja pengangguran semacam ini, maka akan terjadi migrasi

atau urbanisasi musiman (Soekartawi, 2003).


16

Melakukan kegiatan usahatani dibutuhkan tenaga kerja dan sebagian besar

tenaga kerja berasal dari keluarga petani sendiri. Tenaga kerja keluarga ini

merupakan sumbangan keluarga pada produksi pertanian secara keseluruhan dan

tidak perlu dinilai dengan uang tapi terkadang juga membutuhkan tenaga kerja

tambahan misalnya dalam penggarapan tanah baik dalam bentuk pekerjaan ternak

maupun tenaga kerja langsung sehingga besar kecilnya upah tenaga kerja

ditentukan olah jenis kelamin. Upah tenaga kerja pria umumnya lebih tinggi bila

dibanding dengan upah tenaga kerja wanita. Upah tenaga kerja ternak umumnya

lebih tinggi dari pada upah tenaga kerja musiman.

Soekartawi (2003), umur tenaga kerja di pedesaan juga sering menjadi

penentu besar kecilnya upah, mereka yang tergolong dibawah usia dewasa akan

menerima upah yang lebih rendah bila dibanding dengan tenaga kerja yang

dewasa. Penilaian terhadap upah perlu disetandarisasi menjadi hari orang kerja

(HOK). Lama waktu bekerja juga menentukan besar kecinya upah, makin lama

jam kerja makin tinggi upah yang mereka terima dan begitu pula sebaliknya,

hasil analisis untuk tenaga kerja per hektar.

Tenaga kerja bukan manusia seperti mesin dan ternak juga menentukan

besar kecilnya upah tenaga kerja. Nilai tenaga kerja traktor akan lebih tinggi bila

dibanding dengan nilai tenaga kerja orang, karena kemampuan traktor tersebut

dalam mengolah tanah yang relatif lebih tinggi. Begitu pula halnya tenaga kerja

ternak, nilai lebih tinggi bila dibanding dengan nilai tenaga kerja traktor karena

kemampuan yang lebih tinggi dari pada tenaga kerja tersebut (Soekartawi, 2003).

4. Pupuk
17

Pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk memberikan kesuburan

tanah, sedangkan pemupukan adalah penambahan bahan tersebut ke tanah agar

tanah menjadi lebih subur. Pemupukan pada umumnya diartikan sebagi

penambahan zat hara tanaman ke dalam tanah. Pemupukan dalam arti luas

adalah penambahan bahan-bahan lain yang dapat memperbaiki sifat-sifat tanah

misalnya pemberian pasir pada tanah liat, pemberian tanah mineral pada tanah

organik, pengapuran dan sebagainya (Hardjowigeno, 2015).

Upaya peningkatan produksi jagung, sealu diiringi oleh penggunaan pupuk,

pada prinsipnya, pemupukan dilakukan secara berimbang, sesuai kebutuhan

tanaman dengan mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara

alami, keberlanjutan sistem produksi dan keuntungan yang memadai bagi petani.

Penggunan dosis pupuk NPK pada tanaman jagung untuk tanah Inceptisols

adalah 300 kg/ha Urea, 132 kg/ha SP-36, 150 kg/ha KCl dan untuk mencapai hasil

jagung pipilan kering antara 5,0-6,0 ton/ha diperlukan dosis pupuk 90-225 kg/ha N,

45-100 kg/ha P2O5, dan 50-120 kg/ha K2O (Suyamto, 1993).

5. Tingkat pendidikan dan pengalaman petani

Tingkat pendidikan mempunyai peranan penting terhadap peningkatan

produksis usaha pertanian, selain itu tingkat pendidikan dapat meningkatkan

kualitas dan hasil kerja pertanian termasuk tenaga kerja itu sendiri. Pendidikan

yang relatif tinggi menyebabkan analisis seorang akan semakin baik dan cermat

menghasilkan petani yang lebih produktif, karena pendidikan juga mempengaruhi

seseorang dalam mengambil keputusan yang terkait dalam usaha yang dilakukan.
18

Menurut Samangun (1986) Pendidikan mempengaruhi seseorang terhadap

objek dalam hal teknologi usahatani, karena dengan mengamati objek seseorang

akan mengenal dan mengetahui objek tersebut sehingga menimbulkan kesan dalam

pemikiran yang dapat menimbulkan respon terhadap objek apakah senang atau

tidak senang, menerima atau menolak objek. Demikian juga dengan pengetahuan

mengenai teknologi usahatani yang sangat penting dalam menentukan sikap petani

untuk mengadopsi teknologi, karena semakin banyak pengalaman dan semakin

tinggi pendidikan maka semakin luas pula teknologi yang ingin didapatkan.

6. Modal

Modal adalah faktor produksi yang mempunyai peran cukup penting dalam

proses produksi, karena modal diperlukan ketika pengusaha hendak mendirikan

perusahaan baru atau untuk memperluas usaha yang sudah ada, tanpa modal yang

cukup maka akan berpengaruh terhadap kelancaran usaha, sehingga akan

mempengaruhi pendapatan yang diperoleh.

Menurut Adiwilaga, (1982) modal adalah salah satu faktor produksi dari

tiga faktor yang disatupadukan dalam proses produksi tanah, tenaga dan modal.

Modal (sarana produksi) dalam proses kegiatan produksi pertanian, maka modal

dibedakan menjadi dua macam yaitu modal tetap dan tidak tetap. Perbedaan

tesebut dibedakan karena ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Faktor produksi

seperti tanah, bangunan, dan mesin-mesin sering dimasukan dalam kategori modal

tetap, demikian dengan modal tetap didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan

dalam proses produksi yang tidak habis dalam sekali proses produksi tersebut.

Pristiwa ini terjadi dalam waktu yang relativ pendek dan tidak berlaku dalam
19

jangka panjang (Soekartawi, 2003), sebaliknya dengan modal tidak tetap atau

modal variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis

dalam satu kali proses produksi tersebut, misalnya biaya produksi yang

dikeluarkan untuk membeli benih, pupuk, pestisida atau yang dibayarkan untuk

pembayaran tenaga kerja.

2.2.4 Konsep Usahatani

Pengertian usahatani, ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana

seorang mengusahakan dan memanfaatkan faktor-faktor produksi berupa lahan dan

alam sekitarnya sebagai modal sehingga memberikan manfaat yang baik. Sebagi ilmu

pengetahuan, ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara petani

menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor

produksi seefektif dan seefesien mungkin, sehingga usaha tersebut memberikan

pendapatan semaksimal mungkin (Suratiyah, 2015).

Menurut Prawirokusumo (1996), ilmu usahatani diartikan sebagi ilmu terapan

yang membahas dan mempelajari bagimana membuat atau menggunakan

sumbernya secara baik pada suatu usaha pertanian atau perternakan dan perikanan.

Selain itu juga dapat diartikan sebagai ilmu mempelajari bagaimana membuat dan

melaksanakan keputusan pada usaha pertanian, peternakan atau prikanan untuk

mencapai tujuan yang telah disepakati oleh petani tersebut.

2.2.5 Analisis Usahatani

a. Biaya Usahatani

Biaya adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen

untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan penunjang lainnya yang


20

akan didayagunakan agar produk-produk yang akan direncanakan dapat

terwujud dengan baik (Kartaspoetra,1988).

Menurut Soekartawi (2002) biaya usahatani biasanya didefinisikan

menjadi dua yaitu : biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap umumnya

didefinisikan sebagai biaya yang relaif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan

walaupun produksi yang diperoleh bayak atau sedikit. Biaya tidak tetap atau

biaya variabel biasanya didefinisikan sebagi biaya yang besar kecilnya

dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh.

Biaya produksi didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan

oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor dan bahan-bahan mentah yang

akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi prusahaan

tersebut (Sukirno, 2002).

b. Peneriamaan Usahatani

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga

jual. Penerimaan juga sangat ditentukan oleh besar kecilnya produksi yang

dihasilkan dan harga dari produksi tersebut, demikian juga bila harga pasaran

naik maka penerimaan juga akan naik (Soekartawi, 2002).

Mengetahui tingkat efisiensi usahatani yang digunakan analisis imbangan

antara penerimaan dan biaya atau R/C yaitu singkatan dari Revenue cost ratio

atau dikenal dengan perbandingan antara penerimaan dan biaya. Usahatani yang

akan dilaksanakan dinilai dapat memberikan keuntungan atau layak diterima, jika

dilakukan analisis kelayakan usahatani. Kelayakan usahatani dapat diketahui

dengan menggunakan analisis R/C (Soekartawi, 2002).


21

c. Pendapatan Usahatani

Prawirokusumo (1996), mengemukakan bahwa pendapatan petani adalah

pendapatan tenaga kerja petani ditambah bunga modal senderi, sewa lahan, milik

sendiri, sewa alat dan penyusustan alat. Winardi (1994), mengemukakan definisi

pendapatan sebagai hasil berupa uang atau hasil material lainya yang dicapai dari

penggunaan barang atau jasa-jasa manusia.

Kartasapoetra (1988), mengemukakan bahwa kualitas hasil sangat

tergantung pada pengolahan usahatani, baik mulai dari pengolahan tanah,

pemeliharaan tanaman sampai pasca panen dan akan dapat mempengaruhi

pendapatan keluarga petani.

Menurut Soekartawi (2002), mengemukakan bahwa pendapatan usahatani

adalah selisi antara peneriaman dan semua biaya, dimana penerimaan uashatani

adalah perkalian antara produksi dan harga jual, sedangkan biaya adalah semua

pengeluaran yang digunakan dalam suatu usahatani.

Pendapatan bersih usaha budidaya merupakan selisih antara pendapatan

kotor usaha budidaya dan pengeluaran total usahatani. Pendapatan bersih usaha

budidaya mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan

faktor-faktor produksi kerja, pengolahan dan modal milik sendiri atau pinjaman

yang diinvestasikan kedalam usaha budidaya. Pendapatan merupakan imbalan dari

pelayanan yang diberikan (Siagian, 1997).

2.2.6 Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas

Fungsi Cobb-Douglas adalah suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan

dua atau lebih variabel, dimana variabel satu disebut dengan variabel dependen
22

yang dijelaskan (Y) dan yang lain disebut dengan variabel independen yang

menjelaskan (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan X adalah dengan cara

Regresi dimana variansi dari Y akan mempengaruhi variansi dari X, dengan

demikian kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku dalam penyelesaian fungsi

Cobb-Douglas dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = f ( X1, X2,X3,….Xn)

Melakukan penaksiran dengan mentrasformasikan persamaan tersebut

kedalam bentuk Regresi Linier Berganda (Multiple Linear Regression) dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

Ln Y = ln bo+b1 ln X1+b2 ln X2+b3 ln X3+ b4 ln X4 +µ

Keterangan :

Y = Produksi Jagung (kg)


X1 = Luas Lahan (ha)
X2 = Benih (kg)
X3 = Pupuk (kg)
X4 = Tenaga Kerja (HOK)
bo = Intersep (Konstan)
b1- b4 = Parameter Yang Ditaksir
µ = Kesalahan Pengganggu

Mendapatkan pendugaan terhadap permasalahan maka persamaan

tersebut diubah menjadi linier berganda dengan cara meloggaritmakan

persamaan tersebut kedalam logaritma natural, sehingga menjadi persamaan:

Ln Y = ln bo+b1 ln X1+b2 ln X2+b3 ln X3+ b4 ln X4 +µ

Permasalahan tersebut dapat dengan mudah diselesaikan dengan cara

Regresi Berganda. Persamaan tersebut dapat terlihat bahwa nilai b 1, b2, b3 dan

b4 adalah tetap walaupun variabel terlibat dilogaritmakan, hal ini dapat


23

dimengerti karena b 1, b2, b3 dan b4 pada fungsi Cobb-Douglas adalah sekaligus

menunjukan elastisitas X terhadap Y.

Karena penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selau dilogaritmakan dan diubah

bentuk fungsinya menjadi funggsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang

harus dipenuhi sebelum seseorang mengunakannya, antara lain:

a. Tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol, sebab logaritma dari nol

adalah satu bilangan yang besarnya tidak diketahui.

b. Fungsi produksi perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada

setiap pengamatan (non-neutral difference in the respective technologies)

ini artinya fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam

pengamatan dan bila diperlukan analisis yang memerlukan lebih dari satu

model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept dan bukan

pada kemiringan garis (slope) model tersebut.

c. Tiap Variabel X

Permasalahan diatas terlihat bahwa nilai b1, b2, b3 dan b4 adalah tetap

walupun variabel yang terlihat jelas dilogaritmakan, hal tersebut menujukan

elastisitas X terhadap Y (Soekartawi, 2003)

Soekartawi (2003), ada tiga alasan pokok menanggapi fungsi Cobb-

Douglas lebih banyak digunakan dalam penelitian dibanding dengan fungsi

produksi lain, yaitu :

1. Penyelesaian fingsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibanding dengan

fingsi lain.
24

2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan

koefisien Regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas, jadi

besaran bi pada persamaan elastisitas.

3. Besaran elastisitas sekaligus menunjukan tingkat besaran skala kenaikan

hasilnya (return to scala) dengan kata lain bahwa nilai koefisien Regresai

(bi) pada fungsi Cobb-Douglas merupakan besaran elastisitas sekaligus

merupakan ukuran skala kenaikan hasilnya (Soekartawi, 2003).

Walaupun fungsi produksi Cobb-Douglas memiliki kelebihan-kelebihan

dibanding fungsi-fungsi produksi lain, maka bukan berarti bahwa fungsi produksi

Cobb-Douglas terhindar dari kelemahan-kelemahan yang ada. Umumnya

kelemahan dari fungsi produksi ini terletak pada permasalahan pendugaan yang

melibatkan kaidah metode kuadrat terkecil yang umumnya merupakan batasan-

batasan yang harus dipatuhi dalam regresi linear seperti multikolinearitas,

autokorelasi, kesalahan pengukuran variabel, sepesifikasi variabel yang keliru,

asumsi dan lain-lain (Soekartawi, 2003).

2.3 Kerangka Pemikiran

Usahatani secara umum adalah kegiatan untuk memproduksi di lingkungan

pertanian serta mendapatkan keuntungan yang maksimum. Mendapat keuntungan

tersebut banyak faktor yang mepengaruhinya seperti luas lahan, benih, pupuk dan

tenaga kerja yang digunakan. Oleh karena itu dapat upaya peningkatan

pendapatan petani itu harus memperhitungkan faktor-faktor produksi yang

mempengaruhinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dibedakan

menjadi 2 kelompok (Soekartawi, 2003), antara lain ialah faktor aktor biologi,
25

seperti lahan/tanah pertanian dengan macam tingkat kesuburannya, benih, pupuk,

pestisida dan lain sebagainya, sedangkan faktor sosial ekonomi, seperti biaya

produksi, harga, tenaga kerja, tingkat pendapatan, resiko dan ketidak pastian,

kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya. Ada pun gambar kerangka

pikir:

Usahatani Jagung
Hibrida

Biaya Variabel Biaya Tetap


- Benih - Pajak Lahan
- Pestisida - Sewa Lahan
- Tenaga Kerja
- Penyusutan Alat
- Pupuk
- Transportasi

Produksi Jagung
Hibrida

Harga

Penerimaan

Pendapatan
Total Biaya Usahatani Jagung
Hibrida
26

Gambar 1 bagan alur kerangka fikir

Gambar 1. menunjukan bahwa dalam memproduksi jagung hibrida (output)

dipengaruhi oleh variabel input produksi, yaitu luas lahan, benih, pupuk dan

tenaga kerja. Luas lahan sebagai variabel independen (X1), Varietas benih sebagai

variabel independen (X2), pupuk sebagai variabel independen (X3) dan tenaga

kerja sebagai variabel independen (X4) mempengaruhi proses Produksi jagung

hibrida sebagai variabel dependen (Y)

2.4. Hipotesis

Penggunaan input produksi luas lahan, benih, pupuk, dan tenaga kerja,

berpengaruh terhadap produksi jagung hibrida di Desa Modo Kecamatan

Bukal Kabupaten Buol.

Anda mungkin juga menyukai