I. SYARAT PENULISAN:
Setiap artikel ilmiah yang diajukan untuk dimuat pada Jurnal Elektronik (Katalogis, Mitra Sains, dan
Bahasa Ntodea) Program Pascasarjana Universitas Tadulako, harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Artikel yang diajukan merupakan hasil pengkajian secara empirik. Bagi mahasiswa pascasarjana,
artikel yang diajukan merupakan hasil reduksi dari Tesis.
2. Jumlah naskah artikel adalah 10 - 12 Halaman, atau maksimal 5.000 kata. Huruf Times New Roman
font 12 dalam 2 kolom pada kertas A4 dengan jarak 1 spasi.
3. Aturan Margins pada kertas A4:
Atas/Top : 3,5 cm
Kanan/Left : 2 cm
Bawah/Bottom : 3 cm
Kiri/Right : 2 cm
Header top : 1,5 cm
Footer bottom : 1,25 cm
4. Sistematika Penulisan:
- Judul (Kapital dengan font 14)
- Abstract dan keywords jika artikelnya dalam Bahasa Indonesia, abstrak dan kata kunci jika
artikelnya dalam Bahasa Inggris (font 12)
- Pendahuluan (tidak perlu dituliskan sebagai judul)
- Metode (Kapital dengan font 12)
- Hasil dan Pembahasan (Kapital dengan font 12)
- Kesimpulan dan Rekomendasi (Kapital dengan font 12)
- Ucapan Terima Kasih (Kapital dengan font 12)
- Daftar Rujukan (Kapital dengan font 12)
5. Menggunakan Persetujuan pemuatan artikel:
a. Bagi Mahasiswa Pascasarjana, artikel yang akan dimuat harus disetujui (ditandatangani) oleh
penyunting, dan Pengelola Jurnal Elektronik Pascasarjana Untad (Penyunting Ahli dan
Ketua/Wakil Ketua Penyunting Jurnal Elektronik Katalogis, Mitra Sains, dan Bahasa Ntodea).
b. Bagi kalangan akademisi, artikel yang akan dimuat harus disetujui (ditanda tangani) oleh
Pengelola Jurnal Elektronik Pascasarjana Untad (Penyunting Ahli dan Ketua/Wakil Ketua
Penyunting Jurnal Elektronik Katalogis, Mitra Sains, dan Bahasa Ntodea).
6. Artikel yang diserahkan kepada pengelola Jurnal Elektronik (Katalogis, Mitra Sains, dan Bahasa
Ntodea) Program Pascasarjana Untad, dalam bentuk Hard Copy (Cetakan) dan Soft Copy (dalam
bentuk CD)
7. Mengikuti format penulisan yang ada (contoh artikel terlampir)
9. DAFTAR RUJUKAN
Memuat rujukan yang benar-benar disebutkan dalam tubuh artikel, dan disajikan pada
halaman terakhir (tidak pada halaman baru).
Tatacara penulisan Daftar Rujukan mengikuti format Pascasarjana Untad.
Contoh Penulisan Artikel:
JUDUL ARTIKEL
Nama Mahasiswa1 , Pembimbing I dan Pembimbing II2
email: ………………………………
1
Mahasiswa Program Studi Magister ................ Pascasarjana Universitas Tadulako
2
Dosen Program Studi Magister ................ Pascasarjana Universitas Tadulako
Abstract
................................... (Maksimal 250 kata)
Keywords: dikemukakan kata-kata kunci pokok hingga 5 kata
Pendahuluan (Kata Pendahuluan tidak perlu dituliskan sebagai judul dalam artikel)
................................ dst
METODE
................................ dst
HASIL DAN PEMBAHASAN
Aspek A
............................... dst
Aspek B
............................... dst
Mengetahui
Wakil Direktur Bidang Akademik &
Kemahasiswaan,
Program Studi :
Pembimbing : 1.
2.
email : Mahasiswa :
Pembimbing 1 :
Pembimbing 2 :
Telah diperiksa dan layak untuk dimuat dalam Jurnal Elektronik (Katalogis, Mitra Sains dan
Bahasa Ntodea*) Program Pascasarjana Universitas Tadulako.
Palu, ..........................................
Disetujui oleh:
Telah diperiksa dan layak untuk dimuat dalam Jurnal Elektronik (Katalogis, Mitra Sains
Dan Bahasa Ntodea*) Program Pascasarjana Universitas Tadulako.
Palu, ..........................................
Disetujui oleh:
(____________________________) (__________________________)
Penyunting Ahli Ketua/Wkl Ketua Penyunting*)
Abstract
Development of community forest with agroforestry system is in compliance with forestry
implementation, by considering aspiration and participation of community. The study was
conducted by using survey method at study site and closed interview with key informans, i,e:
farmer, community leader, NGO, decision maker in the village. The result of study showed that
community forest might be have high potency to be developed based on the large area of
degradated by planting local trees in agroforestry system. Therefore, forest should be sustained by
planty local trees either in natural forest or in plantation by growing local trees in agroforestry
system might increase the community income.
Keywords: Agroforestry, Community Forest, Local Trees Species
Hutan memiliki peranan penting dalam kehutanan yang berdaya guna dan berhasil guna
mempengaruhi keberlanjutan lingkungan (pasal 70 UU Kehutanan No.41 Tahun 1999).
fungsi hutan yaitu dibagi menjadi produksi, Kabupaten Donggala memiliki Kawasan
lindung, konservasi dan lain - lain. Hutan seluas 485.634.4 Ha, yang terdiri dari;
Hutan Produksi (HP) seluas 197.144,49 Ha
Berdasarkan strategi pembangunan jangka
merupakan fungsi kawasan yang terluas di
panjang kehutanan, hutan yang sudah tidak Kabupaten Donggala, kemudian Areal
produktif akan dioptimalkan fungsinya Penggunaan Lain (APL) atau Luar Kawasan
kembali, oleh pemerintah hutan dimanfaatkan Hutan seluas 167.137,17 Ha, selanjutnya urutan
sebagai hutan tanaman (Anjasari, 2009). ketiga adalah Hutan Lindung (HL) yaitu seluas
Ruhimat (2004) menyatakan bahwa 91.648,30 ha sementara Hutan Konservasi (HK)
masyarakat Indonesia sesungguhnya sudah sejak hanya seluas 21.895,33 ha, terdapat pula kawasan
lama mengenal program Konservasi dan Perairan Darat (PD) yang luasnya hanya mencapai
Rehabilitasi Lahan seperti program penghijauan, 2807,522 Ha (Dishutbun Donggala 2012).
penanaman sejuta hektar, rehabilitasi lahan kritis, Potensi tersebut memberi peluang untuk
reboisasi dan Agroforestry. dikembangkan hal ini dilakukan karena
Pengembangan Hutan Kemasyarakatan ketersediaan kayu yang semakin kurang akibat
dengan menggunakan pola Agroforestry sejalan pembalakan liar baik yang dilakukan oleh industri
dengan landasan utama penyelenggaraan maupun oleh masyarakat secara berkelompok atau
kehutanan yaitu memperhatikan aspirasi dan individu.
mengikutsertakan masyakarat. Bahkan Kerusakan hutan di wilayah kabupaten
Pemerintah wajib mendorong peran serta Donggala setiap tahunnya terus meningkat
masyarakat melalui berbagai kegiatan di bidang
baik yang dilakukan oleh masyarakat di
sekitar hutan maupun oleh pihak swasta Penelitian ini menggunakan metode
dalam hal ini pemegang izin diantaranya izin survey melalui pengamatan langsung
Hak Pengelolaan Hutan (HPH), Izin di lapangan. Data yang digunakan
Pengelolaan Kayu (IPK) dan Izin Pengelolaan dalam penelitian ini, yaitu data primer
Kayu Rakyat (IPKR) yang mana lokasi dan data sekunder. Data primer
perambahan hutan sudah semakin dekat diperoleh dan dikumpulkan langsung
dengan pemukiman warga hal ini dari 36 responden dan informan kunci
mengakibatkan lahan yang ditinggalkan di lapangan, melalui wawancara
menjadi kritis yang secara otomatis tertutup berdasarkan daftar pertanyaan
mengurangi tegakan pohon di dalamnya (kuesioner) yang telah disiapkan
dimana rata-rata adalah jenis kayu lokal yang sebelumnya baik berupa daftar
memiliki potensi untuk dikembangkan, pertanyaan bagi petani, tokoh
disamping potensi lahan yang luas sepanjang masyarakat, LSM, pemangku
das dan disekitar daerah irigasi khususnya kebijakan di Desa
wilayah kecamatan sindue yang belum Sementara data sekunder, yaitu data
dikelola dengan baik oleh masyarakat, untuk yang diperoleh dari instansi-instansi
itu perlu dilakukan tindakan atau kebijakan terkait yang telah tersedia dalam bentuk
melestarikan kawasan hutan dengan dokumen dan studi literatur. Inventarisasi
dan penelusuran data sekunder ini
pemanfaatan kayu lokal yang sudah ada baik
dilakukan terhadap instansi-instansi yang
yang tumbuh secara alami atau yang ditanam meliputi: Dinas Kehutanan dan
oleh masyarakat, sebagaimana kita ketahui Perkebunan Kabupaten Donggala, Dinas
dampak negatif dari pengelolaan hutan secara Kehutanan Provinsi Sulawesi Tengah,
sembarangan tersebut dapat menimbulkan BP2HP XIV Palu dan BPDAS Palu-Poso
tanah dan lahan menjadi kritis, kebakaran yang berjumlah 9 orang.
hutan, kabut asap dll (Kusnanta, 2002) Analisis SWOT dilakukan dengan
sehingga perlu dilakukan strategi dengan mengidentifikasi berbagai faktor secara
pengembangan Hutan Kemasyarakatan (Hkm) sistematis untuk merumuskan strategi
melalui pola Agroforestry sehingga mampu (Rangkuti 2004), penggabungan faktor –
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. faktor internal dan eksternal tersebut akan
menghasilkan bentuk – bentuk strategi
Zain (1998) menyatakan rehabilitasi lahan
yang implementasinya akan disesuaikan
adalah upaya memulihkan lahan dengan dengan kondisi wilayah dan masyarakat
melakukan penanaman pohon dan konservasi setempat (Rangkuti, 1977).
tanah. Tujuan dari Penelitian ini adalah: (1) u
mengetahui strategi pengembangan Hutan HASIL DAN PEMBAHASAN
Kemasyarakatan dengan pola Agroforestry
dan (2) menemukan pola Agroforestry yang Strategi Pengembangan
baik dalam rangka meningkatkan Berdasarkan data hasil
kesejahteraan masyarakat Desa Amal penelitian dapat digambarkan aspek-
Kecamatan Sindue Kabupaten Donggala. aspek lingkungan internal yang
merupakan kekuatan (strengths) dan
METODE kelemahan (weaknesses), juga asepk-
aspek eksternal yang merupakan
Penelitian ini dilaksanakan peluang (oppurtunities) dan ancaman
selama tiga bulan yaitu bulan Juli - (threats) dalam upaya pengembangan
September 2014. Wilayah penelitian Hutan Kemasyarakatan dengan pola
untuk pengambilan data di laksanakan agroforestry, karakteristik petani
Kecamatan Sindue Desa Amal. responden di Desa Amal Kecamatan
Sindue meliputi: umur responden, Faktor Internal
tingkat pendidikan, jumlah Hasil identifikasi faktor internal
tanggungan keluarga, pendapatan dan diperoleh klasifikasi faktor internal
pengalaman berusahatani. seperti terlihat pada Tabel 1.
Hasil perhitungan dari nilai skor faktor 0,48 dengan demikian, nilai sumbu X dalam
lingkungan internal dalam strategi diagram SWOT adalah sebesar 0,48.
pengembangan Hutan Kemasyarakatan
dengan pola Agroforestry di Desa Amal, yaitu Faktor Eksternal
faktor kekuatan (strenght) dikurangi dengan Hasil Identifikasi diperoleh klasifikasi
faktor kelemahan (weakness) diperoleh nilai faktor eksternal seperti terlihat pada Tabel 3.
X sebagai sumbu horizontal = 1,35–0,93=
Peluang (O)
Y (+)
-0,95
(-) Y
Ancaman (T)
Gambar1. Posisi Strategi Pengembangan Hutan Kemasyarakatan dengan pola Agroforestry di Desa
Amal Kecamatan Sindue, 2014
Tabel 5. Diagram Matriks Analisis SWOT Strategi Pengembangan Tanaman Lokal Kehutanan
dengan Pola Agroforestri di Desa Amal Kecamatan Sindue. 2014
Strength (S) Weaknesses (W)
IFAS 1. Dukungan kebijakan 1. Kelembagaan hutan
pemerintah dalam pengelolaan masyarakat masih rendah
hkm 2. Tingkat pendidikan
2. Master Plan perencanaan HKm masyarakat masih rendah
dengan pola Agroforestry 3. Partisipasi masyarakat masih
3. Pengalaman berusahatani hutan rendah
4. Tenaga kerja keluarga cukup 4. Kekosmospolitan masyarakat
tersedia masih rendah
EFAS
Opportunities (O) Strategi SO Strategi WO
1. Potensi sumber pandapatan 1. Meningkatkan peran 1. Pengembangan dan
masyarakat pemerintah dalam peningkatan kualitas SDM
pengembangan tanaman lokal masayarakat lokal dalam
kehutanan dengan pola pengembangan tanaman lokal
agroforestri yang lebih kehutanan denagan pola AF
komprehensi dan peningkatan 2. Pengembangan dan
pendapatan hasil peningkatan kelembagaan
2. Potensi penggunaan, dan 2. Draft rancang bangun masyarakat khususnya petani
pemfaatan fungsi lahan diselaraskan dengan hutan yang berada disekitar
pemanfaatan kawasan HKm kawasan HKm
untuk pengembangan jenis 3. Optmalisasi peran dan
tanaman kayu dan non kayu partisipasi masyarakat dalam
sesuai dengan kondisi lahan pengelolaan tanaman lokal
hutan kemasyaratan kehutanan dengan pola AF
3. Kesesuaian lahan dan jenis 3. Implementasi program 4. Peningkatan akses informasi
tanaman yang diusahakan kegiatan pengembangan dan teknologi, sarana
di kawasan areal Hkm tanaman lokal kehutanan prasarana serta insentif bagi
4. Implementasi pencanangan dengan pola agroforestri pengelola dan masyarakat.
HKm dengan pola AF 4. Dukungan perundangan
tentang HKm sebagai bahan
rujukan institusi
Threats (T) Strategi ST Strategi WT
1. Tingginya degradasi hutan 1. Peningkatan Penerapan 1. Mengembangkan upaya-upaya
akibat adanya pembalakan kebijakan Penegakkan untuk meningkatkan
liar(ilegal logging) hukum dalam menekan laju kesejahteraan masyarakat di
penyebab degradasi lahan dalam dan di sekitar hutan,
yang dilakukan oleh para dengan membangun kemitraan
pihak; dengan swasta.
2. Pengembangan dan peningkatan
2. Tata kelola lahan hutan 2. Peningkatan partisipasi kualitas SDM lokal dalam
yang masih lemah masyarakat lokal dalam pengelolaan HKm melalui
proses pencanangan HKm training-training dan kursus
melalui pola AF serta magang
3. Mengembangkan dan
mendorong lembaga-lembaga
3. Adanya konflik 3. Peningkatan dan pemantapan keuangan masyarakat seperti
penggunaan lahan hutan tata kelola lahan hutan koperasi dll dalam berinvestasi
lindung sesuai fungsi 4. Mendorong pengembangan
ekonomis, sosial dan ekologi kapasitas pengelolaan sumber
hutan daya alam dan lingkungan
4. Jumlah penduduk dan 4. Optimalisasi kegiatan hidup; dan peningkatan
kemiskinan yang cukup koordinasi antar masyarakat kualitas dan akses informasi
tinggi yang terkait dalam sumber daya alam dan
persamaan presepsi lingkungan hidup.
pengelolaan HKm
5. Peningkatan kemampuan
potensi masyarakat dan
ketersediaan sumberdaya
masyarakat
Di areal pencanangan HKm
Berdasarkan matriks SWOT pada Tabel d) Transparansi Penentuan batas-batas
5, maka dalam strategi pengembangan Hutan hutan yang dikelola dengan melibatkan
Kemasyarakatan dengan pola Agroforestry masyarakat dan pemangku kepentingan
pada lokasi pencanangan HKm di Desa Amal melalui sosialisasi intensif;
Kecamatan Sindue digunakan Strategi ST Inventarisasi, identifikasi
dengan melakukan kegiatan opersional : keadaan/kondisi kawasan hutan dan
1. Peningkatan Penerapan dan kebijakan permasalahannya, melakukan pendataan
Penegakkan hukum (law enforcement) kondisi sosial, ekonomi dan budaya
dalam menekan laju penyebab degradasi masyarakat sekitar dan didalam
lahan. kawasan pencanangan HKm, dan
a) Resktrukturisasi kelembagaan sektor e) Merekomendasikan dan mengupayakan
kehutanan; penyelesaian hukum melalui
b) Pemberantasan pencurian dan mekanisme revisi tata ruang pada areal
perdagangan kayu ilegal; konflik tenurial berat yang tidak
c) Revitalisasi sektor kehutanan, mungkin dipertahankan sebagai
khususnya industri kehutanan; kawasan hutan.
d) Pemberdayaan ekonomi masyarakat di 4. Optimalisasi kegiatan koordinasi antar
dalam dan disekitar kawasan; stakeholder yang terkait dalam persamaan
e) Pemberian sanksi hukum tegas tanpa presepsi pengembangan Hutan
memandang status ekonomi pelaku Kemasyarakatan
pembalakan liar dan perambahan hutan; a) Melakukan kegiatan sosialisasi,
2. Peningkatan partisipasi masyarakat lokal pertemuan lintas sektor;
dalam proses pengembangan Hutan b) Optimalisasi akses masyarakat terhadap
Kemasyarakatan dengan pola agroforestri; hutan serta resolusi konflik lahan;
a) Pembinaan Masyarakat Desa secara c) Memberi jaminan dalam penanganan
terpadu dan holistik dalam proses pengembangan Hutan Kemasyarakatan;
pengembangan Hutan Kemasyarakatan; d) Pemantapan pengawasan hutan oleh
b) Mengembangkan tata ruang kawasan para stakeholder terkait dan
yang dinaunginya bersama masyarakat Peningkatan koordinasi lintas sektor
untuk disepakati bersama, dalam pengawasan hutan.
c) Melakukan Evaluasi dengan melibatkan 5. Peningkatan kemampuan potensi
masyarakat. masyarakat dan ketersediaan sumberdaya
3. Peningkatan dan pemantapan tata kelola masyarakat.
lahan HKm sesuai fungsi ekonomis, sosial a) Membuka akses kepada sumberdaya
dan ekologi hutan hutan, lahan, modal, Iptek, pasar dan
a) Prosperity opproach (pendekatan lapangan kerja;
pengelolaan budidaya; b) Menumbuh kembangkan kesadaran
b) Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (awareness) akan patensi SDA dan
dalam Pemanfaatan dan pengggunaan SDM yang dimiliki, menguatkan
kawasan hutan (pemberian izin-izin). invividu dan pranata sosial masyarakat;
c) Mengakomodasi akses masyarakat c) Penyediaan sarana dan prasarana fisik
terhadap sumber daya hutan sesuai (listrik, irigasi dan komunikasi) dan
prinsip kelestarian, mengembangkan Penyediaan sarana prasarana pelatihan
mekanisme pengakuan hak kelola pada (sosial, ekonomi dan teknologi dan
areal konflik berat/ringan namun tetap pemasaran di pedesaan).
mengacu pada kerangka pengelolaan d) Prosperity opproach (pendekatan
hutan lestari; budidaya tanaman kehutanan) dan
pemberian Dana Stimulan pengelolaan pendidikan dengan bobot 0,29 sehingga
dan pemanfaatan hutan. menjadi salah satu kelemahan dalam
Dari beberapa hasil penelitian pengembangan Hutan Kemasyarakatan
sebelumya seperti yang dilaksanakan oleh Dengan pola Agroforestry dimana
Ansary dkk., (2010) dengan judul Strategi Pengetahuan dan keterampilan bidang
Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat Di teknologi merupakan peralatan immaterial
Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo atau aset tidak nyata masyarakat, karena tanpa
berdasarkan hasil analisis bahwa itu modal fisik tidak dapat dimanfaatkan
Pengembangan HTR perlu memperhatikan secara produktif (veblen dalam Jhingan, 1990
jaminan ketersediaan dan keamanan kawasan dan Hakim, dkk, 2010)
hutan, kemampuan dan kesiapan masyarakat Pengembangan Hutan Kemasyarakatan
(ilmu pengetahuan dan teknologi, manajemen, di Desa Amal Masih memiliki potensi dan
dan kelembagaan). Sedangkan berdasarkan Peluang untuk dikembangkan hasil penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Widjajanto menunjukkan potensi penggunan dan
dan Gailea (2010) dengan judul Kajian pemanfaatan fungsi hutan memiliki bobot
Pengembangan Agroforestri Untuk 0,21, penggunaan kawasan hutan adalah
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Toranda, penggunaan atas sebagian kawasan hutan
Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, untuk kepentingan pembangunan di luar
PropinsiSulawesi Tengah dinyatakan bahwa kegiatan kehutanan tanpa mengubah fungsi
dukungan permodalan usahatani, keuntungan dan peruntukan kawasan hutan tersebut,
finansial, kesesuaian lahan, pengendalian dengan mempertimbangkan batasan luas dan
erosi dan rehabilitasi tanah, kemitraan jangka waktu tertentu serta kelestarian
agribisnis, dan peran kelembagaan petani lingkungan (Prastowo, 2003)
merupakan kriteria yang mempunyai bobot
kepentingan tertinggi, KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Penelitian ini mengkaji faktor-faktor
yang berpengaruh terhadap pengembangan Kesimpulan
Hutan Kemasyarakatan (Hkm) dengan pola
Agroforestry dimana kelembagaan Berdasarkan hasil dan pembahasan
masyarakat desa (kelompok tani hutan) masih penelitian diperoleh beberapa kesimpulan
lemah dengan bobot 0,13 sehingga perlu terus sebagai berikut:
dilakukan pembinaan secara terus menerus 1. Strategi pengembangan tanaman lokal
kelembagaan adalah suatu tatanan dan pola kehutanan di Desa Amal meskipun
hubungan antara anggota masyarakat atau menghadapi berbagai ancaman, namun
organisasi yang saling mengikar dan dapat kekuatan dari faktor internal masih
menentukan bentuk antar manusia atau antar dimiliki, maka strategi yang harus
organisasi yang diwadahi dalam suatu diterapkan adalah menggunakan kekuatan
organisasi untuk bekerja sama dan mencapai untuk memanfaatkan peluang jangka
tujuan bersama Djogo., (2003) dalam Hakim panjang
dkk (2010). Hal terpenting lainnya adalah 2. Pola Agroforestry yang baik untuk
pemberdayaan ataupun partisipasi masyarakat dikembangkan di Desa Amal Kecamatan
hendaknya tanpa paksaan (Mubyarto, 1994). Sindue Kabupaten Donggala khususnya di
Selain kelembagaan faktor pendidikan lokasi Hutan Kemasyarakatan adalah
juga menjadi faktor yang mempengaruhi dengan memanfaatkan Kekuatan/ internal
pengembangan Hutan Kemasyarakatan di dan peluang/ eksternal khususnya pada
Desa Amal Kec Sindue Kabupaten Donggala potensi pemanfaatan fungsi lahan dan
hasil penelitian menunjukkan tingkat kesesuaian lahan serta jenis tanaman yang
diusahakan dikawasan Hutan rendahnya Kinerja pemanfaatan air.
Kemasyarakatan. IPB Bogor Melalui http://Makalah
Falsafah Sains.htm[19/06/10]
Rekomendasi Rangkuti F, 1977. Analisis SWOT Teknik
Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT.
1) Diperlukan keterlibatan para pihak dan Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
masyarakat disekitar kawasan hutan _________., 2004. Analisis SWOT Teknik
lindung sebagai pelaku pembangunan Membedah Kasus Bisnis. Penerbit PT.
dalam pengelolaan hutan. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
2) Penguatan kelembagaan (Kelompok tani Ruhimat, S. I. 2004. Strategi Penyuluhan
hutan dan lembaga masyarakat desa Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
hutan), diantaranya melalui dan Lahan: Majalah Kenari. Pusat Bina
pemberdayaan kelembagaan koperasi/ Penyuluhan Kehutanan, Jakarta.
lembaga ekonomi rakyat yang bisa Widjajanto,D., Gailea, R, 2010. Kajian
memberikan hasil-hasil produksi kepada Pengembangan Agroforestri Untuk
petani. Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
Toranda, Kecamatan Palolo, Kabupaten
Sigi, Propinsi Sulawesi Tengah. J.
DAFTAR RUJUKAN Agroland 15 (4) : 264 - 270, Desember
2010
Anjasari, R. 2009. Pengaruh Hutan Tanaman Zain, S. A. 1998. Kamus Kehutanan. Rineka
Industri (HTI) terhadap Kondisi Sosial Cipta, Jakarta
Ekonomi Masyarakat di Kecamatan
Kampar Ilir. Tugas Akhir Jurusan
Perencanaan Wilayah dan Kota.
Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro, Semarang.
Anggraeny, R Malamassam, D dan
Paembonan, SA., 2010. Strategi
Pengembangan Hutan Tanaman Rakyat
Di Kabupaten Bone Bolango Provinsi
Gorontalo
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Donggala, 2012. Dokumen Rancangan
Tahunan RHL. Kabupaten Donggala
Djogo, dan Hakim.,2003. Kelembagaan dan
Kebijakan dalam Pengembangan
Agroforestri. World Agroforestry
Centre (ICRAF) Southeast Asia
Regional Office. Bogor. Indonesia.
Kusnanta. 2002. Pengelolaan Tanah
Berdasarkan Prinsip Kelestarian.
Kenari, Jakarta.
Mubyarto. 1994. Desa dan Perhutanan
Sosial. Adikarya Medya, Yogyakarta
Prastowo. 2003. Masalah Sumber Daya Air
di Indonesia: Kerusakan DAS dan