Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN

Pendidikan Orang Dewasa

Dosen Pengampu :
1. Dr. Ir. Ismulhadi, M.Si.
2. Setya Handayani, S.Pt., M.Si

Oleh :
Khaliana Tantri (04.03.18.175)

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG


BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
KEMENTERIAN PERTANIAN
2020
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesadaran bahwa belajar adalah proses menjadi dirinya sendiri bukan proses
untuk dibentuk menurut kehendak orang lain, membawa kesadaran yang lain bahwa
kegiatan belajar harus melibatkan individu atau orang lain dalam proses pemikiran:
apa yang mereka inginkan, apa yang dilakukan, menentukan dan merencanakan
serta melakukan tindakan apa saja yang perlu untuk memenuhi keinginan tersebut.
Inti dari pendidikan adalah menolong orang belajar bagaimana memikirkan diri
mereka sendiri, mengatur urusan kehidupan mereka sendiri untuk berkembang dan
matang, dengan mempertimbangkan bahwa mereka juga sebagai makhluk sosial.
Pada dasarnya "orang dewasa" memiliki banyak pengalaman baik dalam
bidang pekerjaannya maupun pengalaman lain dalam kehidupannnya. Tentu saja
untuk menghadapi peserta pendidikan yang pada umumnya adalah "orang dewasa"
dibutuhkan suatu strategi dan pendekatan yang berbeda dengan "pendidikan dan
pelatihan" ala bangku sekolah, atau pendidikan konvensional yang sering disebut
dengan pendekatan Pedagogis. Dalam praktek "pendekatan pedagogis" yang
diterapkan dalam pendidikan dan pelatihan seringkali tidak cocok. Untuk itu,
dibutuhkan suatu pendekatan yang lebih cocok dengan "kematangan", "konsep diri"
peserta dan "pengalaman peserta". Di dalam dunia pendidikan, strategi dan
pendekatan ini dikenal dengan "Pendidikan Orang Dewasa" (Adult Education).
Malcolm Knowles dalam publikasinya yang berjudul "The Adult Learner, A
Neglected Species" mengungkapkan teori belajar yang tepat bagi orang dewasa.
Sejak saat itulah istilah "Andragogi" makin diperbincangkan oleh berbagai kalangan
khususnya para ahli pendidikan (Yusnadi, 2002).

1.2 Tujuan
Adapun tujuan mempelajari pendidikan orang dewasa adalah:
1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian dan prinip pendidikan orang dewasa
2. Mahasiswa dapat mengetahui pentingnya pendidikan orang dewasa.

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pendidikan Orang Dewasa


Pendidikan Orang dewasa atau yang dikenal dengan istilah Andragogi berasal
dari dua kata dalam bahasa Yunani, yakni Andra berarti orang dewasa dan agogos
berarti memimpin. Dapat juga dikatakan bahwa andragogi merupakan suatu ilmu
(science) dan seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar. Sedangkan istilah
lain yang sering dipergunakan sebagai perbandingan adalah "pedagogi", yang ditarik
dari kata "paid" artinya anak dan "agogos" artinya membimbing atau memimpin.
Maka dengan demikian secara harafiah "pedagogi" berarti seni atau pengetahuan
membimbing atau memimpin atau mengajar anak (Yusnadi, 2002).
Perbedaan antara anak-anak dan dewasa dapat ditinjau dari 3 hal yaitu :
1. Usia, individu yang berumur lebih dari 16 tahun dapat dikatakan sebagai orang
dewasa dan kurang dari 16 tahun masih disebut anak-anak.
2. Ciri psikologis, individu yang dapat mengarahkan diri sendiri, tidak selalu
tergantung dengan oranglain, bertanggung jawab, mandiri, berani mengambil resiko,
mampu mengambil keputusan merupakan ciri orang dewasa.
3. Ciri biologis, individu dikatakan dewasa apabila telah menunjukkan tanda-tanda
kelamin sekunder.
Karena pengertian pedagogi adalah seni atau pengetahuan membimbing atau
mengajar anak maka apabila menggunakan istilah pedagogi untuk kegiatan pelatihan
bagi orang dewasa jelas tidak tepat, karena mengandung makna yang bertentangan.
Pada awalnya, bahkan hingga sekarang, banyak praktek proses belajar dalam suatu
pendidikan yang ditujukan kepada orang dewasa, yang seharusnya bersifat
andragogis,dengan cara-cara yang pedagogis. Dalam hal ini prinsip-prinsip dan
asumsi yang berlaku bagi pendidikan anak dianggap dapat diberlakukan bagi
kegiatan pendidikan bagi orang dewasa. Namun karena orang dewasa sebagai
individu yang sudah mandiri dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, maka dalam
andragogi yang terpenting dalam proses interaksi belajar adalah kegiatan belajar
mandiri yang bertumpu kepada warga belajar itu sendiri dan bukan merupakan
kegiatan seorang guru mengajarkan sesuatu (Learner Centered Training / Teaching
(Yusnadi, 02002).
Pendidikan orang dewasa merupakan Keseluruhan proses pendidikan yang
diorganisasikan, apa pun isi, tingkatan,metodenya baik formal dan tidak, yang
melanjutkan maupun yang menggantikan pendidikan semula di sekolah, akademi
dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang yang dianggap dewasa oleh
masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya pengetahuannya,
meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan mengakibatkan perubahan
pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap perkembangan pribadi secara
utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial, ekonomi dan budaya yang
seimbang dan bebas. Defenisi diatas menekankan pencapaian perkembangan
individu dan peningkatan partisipasi social (Suprijanto, 2007).

Karakteritik Pendidikan Orang Dewasa:


1. Memiliki lebih banyak pengalaman hidup.
2. Memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar. Orang dewasa termotivasi untuk
belajar karena ingin memperoleh pekerjaan yang lebih baik dan berprestasi secara
personal, keputusan dan perwujudan diri.
3. Banyak peranan dan tanggung jawab yang dimiliki. Menimbulkan persaingan
terhadap permintaan waktu antar setiap peranan yang ia miliki. Menyebabkan
keterbatasan waktu untuk belajar. Penting bagi pendidik orang dewasa untuk
memiliki sensitifitas dan memahami adanya persaingan penggunaan waktu.
4. Kurang percaya diri atas kemampuan diri yang mereka miliki untuk belajar
kembali. Kepercayaan – kepercayaan yang tidak benar tentang belajar, usia lanjut
dan faktor fisik juga dapat meningkatkan ketidak percayaan diri orang dewasa untuk
kembali belajar.
5. Pengalaman dan tujuan hidup orang dewasa lebih beragam daripada para
pemuda. Dan hal ini dapat dijadikan suatu kekuatan yang positif yang dapat
dimanfaatkan melalui pertukaran pengalaman dikalangan pembelajar orang dewasa.
6. Makna belajar bagi orang dewasa. Belajar adalah suatu proses mental yang terjadi
dalam benak seseorang yang melibatkan kegiatan berfikir. Bagi pendidikan orang
dewasa melalui pengalaman-pengalaman belajar makna belajar diberikan
(Suprijanto, 2007).

Beberapa Asumsi Dasar dan Implikasi Orang Dewasa:


1. Konsep Diri
Konsep diri yang dimiliki orang dewasa berbeda dengan konsep diri anak. Jika
konsep diri anak bahwa dirinya tergantung dengan orang lain. Maka, konsep diri
orang dewasa adalah tidak lagi tergantung namun, telah dapat mengambil
keputusan, mampu mengatur diri sendiri. Oleh sebab itu, orang dewasa perlu
perlakuan yang sifatnya menghargai, terkhusus pada pengambilan keputusan. Orang
dewasa juga akan menolak apabila kondisi belajar berbeda dengan konsep diri yang
ia miliki. Orang dewasa telah mempunyai kemauan sendiri (pengarahan diri) untuk
belajar.

Implikasi :
a. Iklim belajar diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Seperti : ruangan,
kursi, meja dan sejenisnya disusun sesuai keinginan orang dewasa. Dengan demikian
diharapkan terciptanya kenyamanan belajar.
b. Pelajar dilibatkan dalam proses merancang perencanaan belajar.
c. Pelajar diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajar. Mereka akan lebih
terlibat dan termotivasi untuk belajar jika hal yang akan dipelajari sesuai dengan
kebutuhan mereka.

2. Pengalaman
Perbedaan pengalaman yang dimiliki merupakan akibat dari masa
mudanya.Seiring berjalannya waktu maka pengalaman yang dimilikinya pun semakin
banyak.

Implikasi :
a. Proses belajar lebih ditekankan pada metode yang menyaring pengalaman
mereka, seperti melalui diskusi kelompok, metode kasus, metode insiden kritis,
simulasi dll. Dengan demikian akan lebih banyak keterlibatan diri pada proses
belajar.
b. Penekanan pada proses belajar aplikasi praktis. Untuk memberikan
pengenalankonsep baru pengajar memberikan penjelasan melalui pengalaman yang
berasal dari pelajar itu sendiri.

3. Kesiapan Untuk Belajar,


Kesiapan belajar yang dimiliki individu sebagai akibat dari peranan sosial yang
dimilikinya. Havinghurts (1953) membagi masa dewasa menjadi tiga, yaitu : masa
dewasa awal (18-30 tahun), dewasa madya (30-55 tahun), dewasa akhir (lebih dari
55 tahun). Dan membagi 10 peranan sosial yaitu sebagai pekerja, kawan, orangtua,
kepala rumah tangga, anak, warga Negara, anggota organisasi, rekan kerja,
anggotakeagamaan, pemakai waktu luang.

Implikasi :
a. Urutan kurikulum disusun berdasarkan tugas perkembangan bukan berdasarkan
urutan mata pelajaran atau kebutuhan lembaga.
b. Konsep mengenai tugas perkembangan orang dewasa memberikan petunjuk
dalam belajar kelompok.

4. Orientasi Terhadap Belajar


Orang dewasa cenderung mempunyai perspektif untuk secepatnya
mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari. Pendidikan bagi orang dewasa
dipandang sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemampuan dalam
memecahkan masalah hidup yang ia hadapi.

Implikasi :
a. pendidik berperan sebagai pemberi bantuan kepada pelajar dewasa bukan
sebagai guru yang mengajar materi.

b. Kurikulum POD tidak berorientasi pada mata pelajaran tertentu, tetapi


berorientasi pada masalah.
c. Karena orang dewasa berorientasi pada masalah maka pengalaman belajar yang
dirancang didasarkan pada masalah dan hal yang menjadi bahan perhatian mereka
juga (Suprijanto, 2007).

Fungsi Dasar Pendidikan Orang Dewasa


Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling,
perkembangan program dan administrasi. Proses pengembangan program
melibatkan penilaian pada kebutuhan pelajar, membuat dan mengeksekusi
keputusan yang diperlukan dalam aktivitas belajar untuk memposisikan dan
mengevaluasihasil. Keunikan dan keterpusatan fungsi pengembangan program
dalam pendidikan orang dewasa berasal dari perbedaan tujuan dan kebutuhan
pendidik orang dewasa. Sebuah upaya dilakukan untuk mempertemukan bermacam-
macam perubahan individu dan kebutuhan kelompok walaupun berupa program
jangka pendek. Hal ini mengikuti pernyataan bahwa pendidikan orang dewasa lebih
distandarisasi seperti dalam program remidi atau kesempatan kedua yang
mensejajarkan kurikulum pendidikan remaja, dan fungsi pengembangan program
tidaklah begitu penting (Suprijanto, 2007).

Tujuan Pendidikan Orang Dewasa Sebagai Berikut:


1. Membantu pelajar mencapai suatu tingkatan kebahagiaan dan makna hidup.
2. Membantu pelajar memahami dirinya sendiri, bakatnya, keterbatasannya dan
hubungan interpersonalnya
3. Membantu mengenali dan memahami kebutuhan lifelong education.
4. Memberikan kondisi dan kesempatan untuk membantu mencapai kemajuan
proses pematangan secara spiritual, budaya, fisik, politik dan kejujuran.
5. Memberikan kemampuan melek huruf, keterampilan kejujuran dan kesehatan
bagi orang dewasa yang sebelumnya tidak memiliki kesempatan untuk belajar
(Suprijanto, 2007).

Pertimbangan Filosofis Dalam Pendidikan Orang Dewasa


Berpikir filosofis sangat berguna untuk “Mengetahui prinsip-prinsip apa yang
harus atau yang akan dilakukan”. Filsafat berkenaan dengan rangkaian panjang yang
berkelanjutan dari common sense manusia disatu pangkal dan akhir cara berpikir
filosofis disuatu ujung yang mungkin tak terhingga. Pemikiran filsafat sebagi suatu
proses tidak pernah berakhir, sama seperti lifelong education bagi orang dewasa.
Kadangkala common sense tidak cukup untuk menjadi penyusun kebijaksanaan
pendidikan jangka panjang, maka common sense dalam cara berpikir filosofis perlu
untuk diperbaiki dan dijernihkan secara terus menerus, dapat dilakukan dengan
pendekatan ilmiah dan pendekatan filosofis.
Pendekatan ilmiah dengan menentukan masalah spesifik pendidikan dan
membatasi variable setepat mungkin. Kemudian menentukan hubungan antar
variable untuk memperoleh jawaban yang tepat. Kita harus mencegah variable luar
lain mempengaruhi hasil penelitian. Pendekatan filosofis merupakan cara pandang
yang kompleks. Yang didapat dari berbagai sumber pemikiran, yaitu common sense,
tradisi, ilmu pengetahuan hidup, sosial dan sejarah. Pendekatan ini untuk
memecahkan masalah berdimensi luas (Suprijanto, 2007).
Alasan pentingnya berpikir filsafat dalam pendidikan orang dewasa, karena
1. Perlu acuan pertanyaan dalam menetapkan program yang akan datang.
2. Seringkali pendidik merasa hanya menjadi bagian kecil pada suatu lembaga besar,
sehingga ia memandang lembaga menjadi sumber acuannya.
3. Perlu landasan pendidikan untuk menilai keterkaitan antar masalah/personal.
4. Pendidik perlu melihat keterkaitan antara pendidikan orang dewasa dengna
aktifitas masyarakat.
5. Berpikir filsafat yang dikembangkan dengan baik dapat menyiapkan pendidik
(Suprijanto, 2007).

2.2 Prinsip Pendidikan Orang Dewasa


Pendidikan orang dewasa memiliki 10 Prinsip yang membedakannya dengan
jenis pendidikan yang lain. 10 Prinsip pendidikan orang dewasa tersebut,dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang efektif dan efisien. 10 Prinsip tersebut,
yaitu:

1. Prinsip kemitraan.
Prinsip kemitraan menjamin terjalinnya kemitraan di antara pengajar dan
pelajar. Dengan demikian pelajar tidak diperlakuan sebagai murid tetapi sebagai
mitra belaajar sehingga hubugan yang mereka bangun bukanlah hubungan yang
bersifat memerintah, tetapi hubungan yang bersifat membantu, yaitu pengajar akan
berusaha semaksimal mungkin untuk membantu proses belajar pelajarnya.
2. Prinsip pengalaman nyata.
Prinsip pngalaman nyata menjamin berlangsungnya kegiatan pembelajaran
pendidikan orang dewasa terjadi dalam situasi kehidupan yang nyata. Kegiatan
pembelajaran pendidikan orang dewasa tidak berlangsung di kelas atu situasi yang
simulative, tetapi pada situasi yang sebenmarnya.

3. Prinsip kebersamaan.
Prinsip kebersamaan menuntut digunakannya kelompok dalam kegiatan
pembelajaran pendidikan orang dewasa untuk menjamin adanya interaksi yang
maksimal di antara peserta dengan difasilitasi pengajar.
4. Prinsip partisipasi.
Prinsip partisipasi adalah untuk mendorong keterlibatan pelajar secara
maksimal dalam kegiatan pembelajaran orang dewasa, dengan fasilitas dari
pengajar. Dalam kegiatan pembelajaran pendidikna orang dewasa semua pesrta
harus terlibat atau mengambil bagian secara aktif dari seluruh proses pembelajarn
mulai dari perencanaan,pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
5. Prinsip keswadayaan.
Prinsip keswadayaan merupakan prinsip yang mendorong kemandirian pelajar
dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pendidikan orang dewasa
bertujuan untuk menghasilkan manusia yang mandiri yang mampu melakukan
peranan sebagai subyek atau pelaku. Untuk itulah diperlukan prinsip keswadayaan.
6. Prinsip kesinambungan
Prinsip yang menjamin adanya kesimambungan dari materi yang dipelajari
sekarang dengan materi yang telah dipelajari di masa yang lalu dan dengan materi
yang akan dipelajari di waktu yang akan datang. Dengan prinsip ini maka akan
terwujud konsep pendidikan seumur hidup (life long education) dalam pendidikan
orang dewasa.
7. Prinsip manfaat
Prinsip manfaat menjamin bahwa apa yang dipelajari dalam pendidikan orang
dewasa adalah ssesuai dengan kebutuhan yang dirasakan oleh pelajar. Orang
dewasa akan siap untuk belajar manakala dia menyadari adanya kebutuhan yang
harus dipenuhi. Kesadaran terhadap kebutuhan ini mendorong timbulnya minat
untuk belajar, dan karena rasa tanggung jawabnya sebagai orang dewasa maka
timbul kesiapanya untuk belajar.
8. Prinsip kesiapan
Prinsip kesiapan menjamin kesiapan mental maupun kesiapan fisik dari pelajar
untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran. Orang dewasa tidak akan dapat
melakukan kegiatan pembelajaran manakala dirinya belum siap untuk
melakukannya, apakah itu karena belum siap fisiknya atau belum siap mentalnya.
9. Prinsip lokalitas
Prinsip lokalitas menjamin adanya materi yang dipelajari bersifat spesifik local.
Generalisasi dari hasil pembelajaran dalm pendidikan orang dewasa akan sulit
dilakukan. Hasil pendidikan orang dewasa pada umumnya merupakan kemampuan
yang spesifik yang akan dipergunakan untuk memecahkan masalah pelajar pada
tempat mereka masing-masing, pada saat sekarang juga. Kemampuan tersebut tidak
dapat diberlakukan secara umum menjadi suatu teori, dalil, atau prinsip yang dapat
diterapkan dimana saja, dan kapan saja. Hasil pembelajaran sakarang mungkin sudah
tidak dapat lagi dipergunakan untuk memecahkan masalah yang sama dua atau tiga
tahun mendatang. Demikian pula hasil pembelajaran tersebut tidak dapat
diaplikasikan dimana saja, tetapi harus diaplikasikan di tempat pelajar sendiri karena
hasil pembelajaran tersebut diiproses dari pengalaman-pengalaman yang dimiliki
oleh pelajar.
10. Prinsip keterpaduan
Prinsip keterpaduan menjamin adanya integrasi atau keterpaduan materi
pendidikan orang dewasa. Rencana pembelajaran dalam pendidikan orang dewasa
harus meng-cover materi-materi yang sifatnya terintegrasi menjadi suatu kesatuan
meteri yang utuh, tidak partial atau terpisah-pisah. (Suprijanto, 2007).
III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah:


1. Pendidikan Orang Dewasa atau Andragogi merupakan suatu ilmu (science) dan
seni (art) dalam membantu orang dewasa belajar.
2. Fungsi dasar pendidikan orang dewasa adalah instruksi, konseling,
perkembangan program dan administrasi.
3. Terdapat 10 prinsip Pendidikan Orang Dewasa, yaitu: kemitraan, pengalaman
nyata, kebersamaan, partisipasi, keswadayaan, kesinambungan, manfaat, kesiapan,
lokalitas, dan keterpaduan.
DAFTAR PUSTAKA

Suprijanto, 2007. Pendidikan Orang Dewasa : dari teori hingga aplikasi.Jakarta : Bumi
Aksara.

Yusnadi. (2002). Andragogi, pendidikan orang dewasa. Medan : Program


Pascasarjana Universitas Sumatera Negeri Medan

Anda mungkin juga menyukai