Anda di halaman 1dari 4

TUGAS 8

Nomer Absen : 16
Nama : Siti komala sari
Nim : 0142S1D019465
Program study: pendidikan Guru PAUD
Mata Kuliah : Pendidikan Kognitif AUD
Semester : 6 (enam)
Dosen :Bpk. Abdul Halim, M. Pd

SIMPULAN TENTANG MATERI PERILAKU KOGNITIF, AFEKTIF, DAN


PSIKOMOTORIK
1.      Kognitif

Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Segala upaya yang menyangkut
aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif  memiliki enam jenjang atau aspek,
yaitu:

1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)

2. Pemahaman (comprehension)

3. Penerapan (application)

4. Analisis (analysis)

5. Sintesis (syntesis)

6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)

Tujuan aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berfikir yang mencakup kemampuan intelektual
yang lebih sederhana, yaitu mengingat, sampai pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut
siswa untuk menghubungakan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau prosedur yang
dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut. Dengan demikian aspek kognitif adalah subtaksonomi
yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari tingkat pengetahuan sampai ke
tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.

2.      Afektif

     Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak
perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat
tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.

Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:

1. Receiving atau attending ( menerima atua memperhatikan)

2. Responding (menanggapi) mengandung arti “adanya partisipasi aktif”

3. Valuing (menilai atau menghargai)

4. Organization  (mengatur atau mengorganisasikan)

5. Characterization by evalue or calue complex (karakterisasi dengan  suatu nilai atau

komplek nilai)

3.      Psikomotorik

     Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) tau kemampuan
bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor ini
sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar
afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Ranah psikomotor
adalah berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan
sebagainya.

Hasil belajar keterampilan (psikomotor) dapat diukur melalui: (1) pengamatan langsung dan
penilaian tingkah laku peserta didik selama proses pembelajaran praktik berlangsung, (2) sesudah
mengikuti pembelajaran, yaitu dengan jalan memberikan tes kepada peserta didik untuk mengukur
pengetahuan, keterampilan, dan sikap, (3) beberapa waktu sesudah pembelajaran selesai dan kelak
dalam lingkungan kerjanya.

PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI ABAD 21


A. Pembelajaran AUD Abad 21
Pembelajaran abad 21 merupakan pembelajaran yang mempersiapkan generasi abad 21 dimana
kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang berkembang begitu cepat memiliki terhadap
berbagai aspek kehidupan termasuk pada proses belajar mengajar. Salah satu contoh kemajuan
Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki pengaruh terhadap proses pembelajaran ialah anak diberi
kesempatan dan dituntut untuk mampu mengembangkan kecakapannya dalam menguasai teknologi
informasi dan komunikasi khususnya komputer, sehingga anak memiliki kemampuan dalam
menggunakan teknologi pada proses pembelajaran yang bertujuan untuk mencapai kecakapan berpikir
dan belajar anak.
Selain itu, sistem pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran di mana kurikulum
yang dikembangkan saat ini menuntut sekolah untuk merubah pendekatan pembelajaran yang berpusat
pada pendidik (teacher-centered learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada
anak (student-centered learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan dunia masa depan di mana anak
harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar.

Kecakapan-kecakapan tersebut diantaranya adalah kecakapan memecahkan masalah (problem


solving), berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi. Semua kecakapan ini bisa dimiliki
oleh anak apabila pendidik mampu mengembangkan rencana pembelajaran yang berisi kegiatan-
kegiatan yang menantang anak untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Kegiatan yang
mendorong anak untuk bekerja sama dan berkomunikasi harus tampak dalam setiap rencana
pembelajaran yang dibuatnya.

Pembelajaran yang berpusat pada anak berbeda dengan pembelajaran yang berpusat pada pendidik,
berikut karakter pembelajaran abad 21 yang sering disebut sebagai 4 C, yaitu:
1. Communication
Pada karakter ini, anak dituntut untuk memahami, mengelola, dan menciptakan komunikasi yang efektif
dalam berbagai bentuk dan isi secara lisan, tulisan, dan multimedia. Anak diberikan kesempatan
menggunakan kemampuannya untuk mengutarakan ide-idenya, baik itu pada saat berdiskusi dengan
teman-temannya maupun ketika menyelesaikan masalah dari pendidiknya.

Abad 21 adalah abad digital. Komunikasi dilakukan melewati batas wilayah negara dengan menggunakan
perangkat teknologi yang semakin canggih. Internet sangat membantu manusia dalam berkomunikasi.
Saat ini begitu banyak media sosial yang digunakan sebagai sarana untuk berkomunikasi. Melalui
smartphone yang dimilikinya, dalam hitungan detik, manusia dapat dengan mudah terhubung ke seluruh
dunia.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan
atau berita dari dua orang atau lebih agar pesan yang dimaksud dapat dipahami. Sedangkan Wikipedia
dinyatakan bahwa komunikasi adalah “suatu proses dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok,
organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan
lingkungan dan orang lain”.

Komunikasi tidak lepas dari adanya interaksi antara dua pihak. Komunikasi memerlukan seni, harus tahu
dengan siapa berkomunikasi, kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi, dan bagaimana cara
berkomunikasi yang baik. Komunikasi bisa dilakukan baik secara lisan, tulisan, atau melalui simbol yang
dipahami oleh pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi dilakukan pada lingkungan yang beragam,
mulai di rumah, sekolah, dan masyarakat. Komunikasi bisa menjadi sarana untuk semakin merekatkan
hubungan antar manusia, tetapi sebaliknya bisa menjadi sumber masalah ketika terjadi miskomunikasi
atau komunikasi kurang berjalan dengan baik. Penguasaan bahasa menjadi sangat penting dalam
berkomunikasi. Komunikasi yang berjalan dengan baik tidak lepas dari adanya penguasaan bahasa yang
baik antara komunikator dan komunikan.

Kegiatan pembelajaran merupakan sarana yang sangat strategis untuk melatih dan meningkatkan
kemampuan komunikasi anak, baik komunikasi antara anak dengan guru, maupun komunikasi
antarsesama anak. Ketika anak merespon penjelasan guru, bertanya, menjawab pertanyaan, atau
menyampaikan pendapat, hal tersebut adalah merupakan sebuah komunikasi.

2. Collaboration
Pada karakter ini, anak menunjukkan kemampuannya dalam kerjasama berkelompok dan
kepemimpinan, beradaptasi dalam berbagai peran dan tanggungjawab, bekerja secara produktif dengan
yang lain, menempatkan empati pada tempatnya, menghormati perspektif berbeda. Anak juga
menjalankan tanggungjawab pribadi dan fleksibitas secara pribadi, pada tempat kerja, dan hubungan
masyarakat, menetapkan dan mencapai standar dan tujuan yang tinggi untuk diri sendiri dan orang lain,
memaklumi kerancuan.

Pembelajaran secara berkelompok, kooperatif melatih anak untuk berkolaborasi dan bekerjasama. Hal
ini juga untuk menanamkan kemampuan bersosialisasi dan mengendalikan ego serta emosi. Dengan
demikian, melalui kolaborasi akan tercipta kebersamaan, rasa memiliki, tanggung jawab, dan kepedulian
antaranggota.

Sukses bukan hanya dimaknai sebagai sukses individu, tetapi juga sukses bersama, karena pada dasarnya
manusia disamping sebagai seorang individu, juga makhluk sosial. Saat ini banyak orang yang cerdas
secara intelektual, tetapi kurang mampu bekerja dalam tim, kurang mampu mengendalikan emosi, dan
memiliki ego yang tinggi. Hal ini tentunya akan menghambat jalan menuju kesuksesannya, karena
menurut hasil penelitian Harvard University, kesuksesan seseorang ditentukan oleh 20% hard skill dan
80% soft skiil. Kolaborasi merupakan gambaran seseorang yang memiliki soft skill yang matang.

3. Critical Thinking and Problem Solving


Pada karakter ini, anak berusaha untuk memberikan penalaran yang masuk akal dalam memahami dan
membuat pilihan yang rumit, memahami interkoneksi antara sistem. Anak juga menggunakan
kemampuan yang dimilikinya untuk berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan
mandiri, anak juga memiliki kemampuan untuk menyusun dan mengungkapkan, menganalisa, dan
menyelesaikan masalah.

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk mewujudkan hal tersebut melalui penerapan pendekatan
saintifik (5M), pembelajaran berbasis masalah, penyelesaian masalah, dan pembelajaran berbasis
projek.

Guru jangan risih atau merasa terganggu ketika ada anak yang kritis, banyak bertanya, dan sering
mengeluarkan pendapat. Hal tersebut sebagai wujud rasa ingin tahunya yang tinggi. Hal yang perlu
dilakukan guru adalah memberikan kesempatan secara bebas dan bertanggung bertanggung jawab
kepada setiap anak untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Guru mengajak anak untuk
menyimpulkan dan membuat refleksi bersama-sama. Pertanyaan-pertanyaan pada level HOTS dan
jawaban terbuka pun sebagai bentuk mengakomodasi kemampuan berpikir kritis anak.

4. Creativity and Innovation


Pada karakter ini, anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan, melaksanakan, dan
menyampaikan gagasan-gagasan baru kepada yang lain, bersikap terbuka dan responsif terhadap
perspektif baru dan berbeda.

Guru perlu membuka ruang kepada anak untuk mengembangkan kreativitasnya. Kembangkan budaya
apresiasi terhadap sekecil apapun peran atau prestasi anak. Hal ini bertujuan untuk memotivasi anak
untuk terus meningkatkan prestasinya. Tentu kita ingat dengan Pak Tino Sidin, yang mengisi acara
menggambar atau melukis di TVRI sekian tahun silam. Beliau selalu berkata “bagus” terhadap apapun
kondisi hasil karya anak-anak didiknya. Hal tersebut perlu dicontoh oleh guru-guru masa kini agar anak
merasa dihargai.

Peran guru hanya sebagai fasilitator dan membimbing setiap anak dalam belajar, karena pada dasarnya
setiap anak adalah unik. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Howard Gardner bahwa manusia
memiliki kecerdasan majemuk. Ada delapan jenis kecerdasan majemuk, yaitu; (1) kecerdasan
matematika-logika, (2) kecerdasan bahasa, (3) kecerdasan musikal, (4) kecerdasan kinestetis, (5)
kecerdasan visualspasial, (6) kecerdasan intrapersonal, (7) kecerdasan interpersonal, dan (8) kecerdasan
naturalis.

Ada beberapa penggunaan model dan pendekatan pembelajaran pendidikan karakter pada abad 21
pada umumnya yaitu; pendekatan keteladanan, pendekatan berbasis kelas, pendekatan kegiatan
kokurikuler dan ekstrakurikuler, pendekatan kultur kelembagaan dan kultur akademik, pendekatan
berbasis komunitas, dan dukungan kebijakan pendidikan yang relevan serta model pembelajaran
penanaman nilai, berbasis perkembangan penalaran moral, analisis nilai, dan project citizen yang dapat
dikembangkan guna pembentukan karakter baik (good character) setiap anak didik.

Anda mungkin juga menyukai