Anda di halaman 1dari 96

SKRIPSI

STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN FAMILY CAREGIVER


DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA
KANKER DI RS AWAL BROS BATAM
TAHUN 2020

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Keperawatan

ULIA FUANIDA
NIM : 00118029

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKes AWAL BROS BATAM
2020

i
LEMBAR PENGESAHAN
SKRIPSI
STUDI FENOMENOLOGI : PENGALAMAN FAMILY CAREGIVER
DALAM MERAWAT ANGGOTA KELUARGA YANG MENDERITA
KANKER DI RUMAH SAKIT AWAL BROS BATAM
TAHUN 2019

Telah diseminarkan dan diujikan pada tanggal


Februari 2020

Oleh :
Ulia Fuanida
00118029

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Siska Natalia, MSN, Palliative Care) (Yulianti Wulandari, SKM, MARS)

NIDN : 1017128403 NIDN : 101107670

Penguji I Penguji II

(Ns. Mira Agusthia, M.Kep ) (Rachmawaty M NoerNers, M. Kes)


NIDN : 1007088703 NIDN : 1012127701

Mengetahui
Ketua STIKes Awal Bros Batam

(Prof., dr., H. Fadil Oenzil., Ph.D., Sp. GK)

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Nama : Ulia Fuanida

NIM : 00118029

Judul : Studi Fenomenologi Pengalaman Family Caregiver


Dalam Merawat Anggota Keluarga Yang Menderita Kanker Di
Rumah Sakit Awal Bros Batam Tahun 2019

Skripsi ini telah diperiksa, disetujui dan siap dipertahankan di hadapan tim

penguji Program Studi Ilmu Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Awal

Bros Batam

Batam, Februari 2020

Pembimbing I Pembimbing II

(Ns. Siska Natalia, MSN, Palliative Care) (Yulianti Wulandari, SKM, MARS)
NIDN : 1017128403 NIDN 101107670

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena atas nikmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi saya

yang berjudul “Studi Fenomenologi: Pengalaman Family Caregiver dalam Merawat

Anggota Keluarga yang Menderita Kanker di Rumah Sakit Awal Bros Batam 2019 ”.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah satu

syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Keperawatan (S1) di STIKes Awal Bros

Batam. Dalam penulisan skripsi ini banyak dukungan , bantuan, serta doa dari

berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada :

1. Prof.dr. Fadil Oenzil, PhD, Sp. GK (K) selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Awal Bros Batam.

2. Ns. Sri Muharni, S. Kep, M. Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu

Keperawatan STIKes Awal Bros Batam

3. Ns. Siska Natalia, MSN, Palliative Care selaku pembimbing I yang telah

membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dan perhatian

dalam penyusunan penelitian ini.

4. Yulianti Wulandari, SKM, MARS selaku pembimbing II yang telah

membimbing dan mengarahkan dengan penuh kesabaran dan perhatian

dalam penyusunan penelitian ini.

iv
5. Selutuh staff dosen yang telah banyak mendidik dan membimbing

sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini.

6. Dr. Widya Putri MARS selaku direktur Rumah Sakit Awal Bros Batam

yang telah mendukung penelitian ini.

7. Bapak dan Ibu tercinta, yang telah menjadi motivasi utama bagi peneliti.

Terima kasih untuk semuanya, dukungan dari moril maupun material, dan

nasehat serta doa yang tidak pernah putus.

8. Kepada seluruh rekan-rekan seperjuangan STIKes Awal Bros Batam yang

saling memberi semangat.

Dengan segala kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran

yang berifat membangun untuk kesempurnaan proposal ini. Semoga Tuhan Yang

Maha Kuasa mencurahkan berkat serta Rahmat-Nya kepada semua pihak yang

telah banyak membantu penulis. Harapan penulisini semoga skripsi ini dapat

bermanfaat nantinya untuk pengembangan Ilmu pengetahuan khususnya Profesi

Keperawatan.

Batam, 23 Februari 2020

Ulia Fuanida

v
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI KESEHATAN AWAL BROS BATAM

Skripsi, Februari 2020


Ulia Fuanida
Studi Fenomenologi : Pengalaman Family Caregiver Dalam Merawat
Anggota Keluarga Yang Menderita Kanker Di Rumah Sakit Awal Bros
Batam Tahun 2019
82 halaman + 3 tabel + 10 lampiran
ABSTRAK
Kanker merupakan penyakit yang tidak dapat terkontrol penyebarannya dan
menjadi salah satu penyakit yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia,
semakin lama penyakit kanker dirasakan oleh pasien, maka akan semakin banyak
masalah yang dirasakan pasien sehingga membutuhkan seorang family caregiver
yang biasanya merupakan salah satu anggota keluarga dari pasien dan harus
menjalankan tugasnya sebagai orang yang merawat pasien selama pengobatan dan
di rumah. Family caregiver memiliki peranan penting dalam perawatan pasien
kanker tertutama pada pasien kanker stadium lanjut yang mengalami masalah
akibat kanker dan terapinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi
pengalaman family caregiver dalam bidang keperawatan. Metode penelitian
kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan
wawancara mendalam pada 10 partisipan sesuai dengan kriteria inklusi dan
dengan menggunakan saturasi data. Hasil penelitian memberikan 3 tema utama,
yaitu : masalah yang muncul pada family caregiver, beban yang dirasakan family
caregiver , dan strategi koping yang digunakan family caregiver. Kesimpulan
adanya pemahaman family caregiver yang kurang dan tingginya perawatan yang
harus diberikan mengakibatkan timbulnya beban fisik, psikologis dan sosial, dan
family caregiver memiliki strategi koping positif dan negatif yang digunakan
untuk menghadapi perannya. Disarankan kepada mutu keperawatan di rumah sakit
untuk dapat identifikasi pengalaman family caregiver yang berguna untuk
mengidentifikasi kesiapan family caregiver dalam advance care planning untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien, keluarga, tenaga dan kualitas pelayanan
kesehatan.
Kata kunci : family caregiver, kanker, masalah

vi
NURSING SCIENCE PROGRAM
AWAL BROS BATAM of HEALTH HIGH SCHOOL

Mini Thesis, February 2020


Ulia Fuanida

Phenomenology Study: Family Caregiver's Experience in Caring for Family


Members with Cancer at the Early Bros Batam Hospital in 2019

68 pages + 3 table + 10 attachment

ABSTRACT

Family caregiver has an important role in the treatment of cancer patients,


especially in advanced cancer patients who experience problems due to cancer
and its treatment. This study aims to explore the experience of family caregiver in
the field of nursing. Qualitative research methods with a phenomenological
approach. Data collection by in-depth interviews with 10 participants according
to inclusion criteria. The results of the study provide 3 main themes, namely:
problems that arise in family caregiver, the burden felt by family caregiver, and
coping strategies used by family caregiver. The conclusion is the lack of
understanding of family caregiver and the high level of care that must be given
results in physical, psychological and social burdens, and family caregiver has
positive and negative coping strategies that are used to deal with their role. It is
recommended to identify family caregiver experiences that are useful for
identifying family caregiver readiness in advance care planning to improve the
quality of life of patients, families, personnel and the quality of health services.

Keywords: family caregiver, cancer, problems, burden, coping strategies

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i


LEMBAR PENGESAHAN ..........................................................................ii
LEMBAR ORSINILITAS..............................................................................iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................vi
ABSTRACK....................................................................................................vii
DAFTAR ISI .................................................................................................viii
DATAR TABEL ............................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................1


A. Latar Belakang ......................................................................1
B. Rumusan Masalah .................................................................10
C. Tujuan Penelitan ...................................................................10
D. Manfaat Penelitian ................................................................10
1. Manfaat Penelitian Bagi pelayanan ..................................10
keperawatan di rumah sakit
2. Manfaat Penelitian Bagi Peneliti Selanjutnya ..................10
E. Ruang Lingkup Penelitian ....................................................11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................12


A. Kanker ...................................................................................12
1. Definisi Kanker ................................................................12
2. Klasifikasi Neoplasma .....................................................13
3. Etiologi Kanker ................................................................14
4. Tahapan Penyakit Kanker ................................................16
5. Patofisiologi Kanker ........................................................19
6. Terapi Untuk Kanker .......................................................20
7. Gajala Penyakit Kanker ...................................................22

viii
B. Pengalaman.............................................................................22
C. Family Caregiver .................................................................23
1. Definisi Family Caregiver ..............................................23
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi
beban family caregiver ..................................................... 24
3. Aspek-aspek caregiver burden ........................................28
4. Beban yang muncul pada caregiver .................................29
5. Strategi Koping Family caregiver......................................31

BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................32


A. Jenis dan Rancangan Penelitian ............................................32
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ...............................................32
C. Populasi dan Partisipan .........................................................32
D. Teknik Sampling ...................................................................34
E. Instrumen Penelitian .............................................................35
F. Pengolahan dan Analisa Data ...............................................37
G. Tahapan Penelitian ................................................................39
H. Keabsahan Data......................................................................42
I. Etika Penelitian .....................................................................44
BAB IV HASIL PENELITIAN ....................................................................46
A. Karakteristik Partisipan.............................................................46
B. Hasil analisa tematik dan identifikasi tema...............................47
1. Tema 1. Masalah yang dialami.........................................48
2. Tema 2. Beban yang dirasakan.........................................50
3. Tema 3. Strategi koping yang digunakan.........................55
BAB V PEMBAHASAN ................................................................................58
A. Intepretasi Hasil Penelitian ......................................................58
1. Tema 1. Masalah yang dialami........................................58
2. Tema 2. Beban yang dirasakan........................................65
3. Tema 3. Strategi koping yang digunakan........................77
B. Keterbatasan Penelitian.............................................................80

ix
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN........................................................81
1. Kesimpulan......................................................................81
2. Saran................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................83
LAMPIRAN ..................................................................................................87

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Karakteristik Partisipan .............................................................................46

Tabel 4.2 Pembentukan Tema dari Kategori dan Sub Tema ...............................47

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Permohonan Izin Melaksanakan Penelitian ......................................86

Lampiran 2 Balasan

Permohonan Izin Melaksanakan Penelitian ......................................87

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Pelaksanaan Penelitian .....................................88

Lampiran 4 Daftar Karakteristik Partispian............................................................89

Lampiran 5 Skema Tematik....................................................................................90

Lampiran 6 Data Demografi Partisipan..................................................................91

Lampiran 7 Transkip Verbatin ..............................................................................109

Lampiran 8 Panduan Wawancara...........................................................................136

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel

yang tidak terkontrol dan penyebaran sel yang tidak normal dan

merupakan penyakit terbesar kedua di dunia (American Cancer Society,

2016).

Menurut Mulyani (2013), menyebutkan kanker merupakan satu

golongan penyakit yang ditimbulkan oleh sel tunggal yang tumbuh

abnormal dan tidak terkendali, sehingga dapat menjadi tumor ganas yang

dapat mengancurkan dan merusak sel atau jaringan sehat.

Sedangkan menurut YKI (Yayasan Kanker Indonesia, 2015),

kanker adalah penyakit akibat pertumbuhan tidak normal dari sel-sel

jaringan tubuh yang berubah menjadi sel kanker. Dalam

perkembangannya, sel-sel kanker ini dapat menyebar ke bagian tubuh

lainnya sehingga dapat menyebabkan kematian.

Penyebab kematian utama diprediksikan pada tahun 2019 ini

adalah kanker, dikarenakan jumlah penderita kanker meningkat signifikan

(WHO, 2018). World Health Organization (WHO) mengestimasikan

bahwa 84 juta orang meninggal akibat kanker dalam rentang waktu 2005-

2015, dan memperkirakan lebih dari 15 juta orang di seluruh dunia akan

mengidap kanker pada tahun 2020 dan sekitar 10 juta orang akan

meninggal karena penyakit ini pada setiap tahunnya (peningkatan

kematian sebanyak 60%).

1
Di Amerika tercatat 21 persen (%) kasus kanker dengan 14,4

persen (%) kematian akibat kanker, meski hanya ,mencakup 13,3 peren

populasi dunia. Sedangkan Eropa menyumbang 23,4 persen kasus kanker

dan 20,3 persen kematian, walau memiliki 9 persen populasi dunia.

(Globocan, 2015)

Departemen kesehatan melaporkan angka kejadian penyakit kanker

di Indonesia (136.2/100.000 penduduk) berada pada urutan 8 Asia

Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadian tertinggi di

Indonesia untuk laki-laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4 per

100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk,

yang diikuti dengan kanker hati sebesar 12,4 per 100.000 penduduk

dengan rata-rata kematian 7,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka

kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu

sebesar 42,1 per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 17 per

100.000 penduduk yang diikuti kanker leher rahim sebesar 23,4 per

100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9 per 100.000 penduduk

(Kemenkes RI, 2018).

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2017) sebaran

penderita kanker di Indonesia mencakup beberapa wilayah indonesia

bagian barat penderita kanker tertinggi berdasarka survey di temukan di

Jawa Tengah jumlah penderita 1095 (23,6%) , wilayah indonesia bagian

tengah penderita tertinggi di Sulawesi Selatan sebanyak 159 penderita

2
(3,4%), dan indonesia bagian timur ditemukan tertinggi pada wilayah

Papua 25 penderita (0,5%).

Angka kejadian kanker di Kepulauan Riau sangatlah tinggi. Data

Dinas Kesehatan tahun 2017 dari beberapa rumah sakit di kepulauan Riau

ditemukan kasus kunjungan kanker di poli onkologi sebanyak 3.787 orang.

Sedangkan untuk tahun 2018 angka kunjungan poli ankologi 2.025 dan

yang melakukan operasi kanker sebanyak 167 orang, kejadian tertinggi

adalah kanker servix 40%, payudara 20% dan sisanya adalah kanker paru

dan kanker lainnya. Di beberapa rumah sakit di kota Batam yang melayani

kemoterapi kunjungan pasien meningkat tahun 2016 sebanyak 239 pasien ,

tahun 2017 menjadi 249 pasien (Dinas Kesehatan, 2018).

Kanker dapat mengalami metastase ke organ lain dan tidak dapat

disembuhkan, atau disebut dengan kanker stadium lanjut, meskipun kanker

stadium lanjut tidak dapat disembuhkan bukan berarti tidak dapat

diberikan perawatan maupun pengobatan (Society, 2015).

Kanker stadium lanjut merupakan salah satu penyakit kronis yang

berhubungan dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan pada pasien dan

dapat menimbulkan permasalahan lain pada pasien dan keluarga secara

terus-menerus dan fluktuatif (Rha, Park, Song, Lee, & Lee, 2015b). Pasien

kanker tidak hanya mengalami berbagai masalah dan gejala fisik yang

dirasakan selama dirawat di rumah sakit berkenaan dengan kanker yang

dideritanya, tetapi juga mengalami masalah dari segi psikologi (Dy et al.,

2010; Effendy et al., 2014b). mereka tentunya membutuhkan bantuan dari

3
seseorang untuk mencukupi kebutuhannya karena tidak dapat merawat

dirinya sendiri berkaitan dengan kanker dan pengobatan yang dijalaninya

(Barbara A. Given, Sherwood, & Given, 2011).

Orang yang paling bertanggung jawab dalam perawatan pasien

penderita kanker adalah keluarganya sendiri atau disebut dengan family

caregiver (Rha, Park, Song, Lee, & Lee, 2015a). Family caregiver pada

pasien kanker adalah individu yang bertugas sebagai perpanjangan peran

dari tenaga professional yang memberikan perawatan dan bantuan secara

sukarela terkait kondisi kesehatan kepada anggota keluarga yang

menderita kanker (Barbara A. Given et al., 2011). Kebanyakan dari

mereka adalah pasangan, anak, orang tua, tetangga atau kerabat pasien

yang berkomitmen untuk merawat pasien (Barbara A. Given, Given, &

Sherwood, 2012). Hasil penelitian di Indonesia pada 119 pasien kanker

menunjukkan bahwa family caregiver pasien kanker yang dirawat di

rumah sakit 57,8% adalah pasangan dan 32% adalah anak (Effendy et al.,

2015).

Family caregiver berperan memberikan perawatan bagi anggota

keluarganya yang sakit, termasuk selama dirawat di rumah sakit. Peran

tersebut merupakan suatu bentuk kewajiban keluarga yang dianut di

negara-negara Asia (Yoon, Kim, Jung, Kim, & Kim, 2014) termasuk juga

Indonesia (Effendy et al., 2015). Hal ini disebabkan adanya ikatan

kekeluargaan yang kuat dalam sistem budaya Indonesia (Effendy et al.,

2014 ; Subandi, 2011). Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah bahwa

4
keluarga mendampingi pasien selama 24 jam berada di rumah sakit untuk

membantu melakukan perawatan ( Shields & Hartati, 2003; Effendy et al.,

2014).

Peran family caregiver secara fisik dan emosional dapat meningkat

terutama saat kanker tidak dapat disembuhkan atau masuk ke stadium

lanjut (Barbara A. Given et al., 2012). Berdasarkan hasil penelitian di

Indonesia, family caregiver membantu menyelesaikan hampir semua

masalah pasien, antara lain masalah finasial (56%), autonomi (36%), dan

psikososial (34%) (Effendy et al., 2015).

Family caregiver mengemban tugas yang tidak sedikit, namun

sayangnya mereka tidak mendapatkan pelatihan khusus untuk merawat

pasien, serta sumber daya mereka terbatas (Ferrell, Hanson, & Grant,

2013). Oleh karena itu family caregiver kerap mengalami kesulitan dalam

upaya mereka untuk memberikan perawatan kepada anggota keluarga

yang menderita kanker (Barbara A. Given et al., 2011).

Kesulitan atau adanya tekanan family caregiver dalam merawat

anggota keluarganya disebut dengan beban caregiver (Barbara A. Given

et al., 2011). Beban caregiver meliputi beban fisik, psikologis, sosial, dan

keuangan (Rha et al., 2015a). Beban fisik yang sering dialami caregiver

dapat berupa gangguan tidur, fatigue, dan nyeri (Rha et al., 2015a). Beban

psikologis yang dialami caregiver berupa perasaan tertekan, depresi,

cemas, dan perasaan bersalah yang berkaitan dengan keterlibatannya

dalam merawat anggota keluarga yang menderita kanker (Goldstein et al.,

5
2004). Beban sosial yang dialami caregiver disebabkan oleh keharusan

family caregiver untuk membayar mahal biaya yang diperlukan untuk

perawatan anggota keluarga yang menderita kanker (Rha et al., 2015a).

Perubahan dalam prinsip perawatan pasien kanker dari yang

semula bertujuan untuk kesembuhan menjadi perawatan untuk tujuan

kenyamanan (B. A. Given, Given, & Kozachik, 2001) menjadikan

tantangan bagi keluarga untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan

ketrampilan mereka dalam merawat anggota keluarganya yang menderita

kanker dapat menjadikan masalah baru dalam proses perawatan (Rha et

al., 2015a). Masalah baru tersebut adalah kurangnya pemenuhan terhadap

kebutuhan family caregiver itu sendiri (Blum & Sherman, 2010).

Menurunnya produktvitas kerja (Mazanec et al., 2011), meningkatnya

risiko kerentanan terhadap suatu penyakit (Govina et al., 2015), bahkan

kematian pada family caregiver (O’Hara et al., 2010).

Menurut Zarit burden interview beban yang dirasakan family

caregiver adalah beban fisik , beban psikologis dan beban sosial, dimana

family caregiver merasa lelah, tertekan dan tidak memiliki waktu untuk

kegiatan sosial karena harus merawat keluarga yang menderita kanker

(Siegert, dkk 2010).

Beban family caregiver yang tinggi dan tidak terselesaikan akan

berakibat pada penurunan kualitas hidup baik bagi pasien maupun bagi

family caregiver (Effendy et al., 2015; Rha et al., 2015). Jika beban family

caregiver dapat diminimalkan, mereka dapat diikutsertakan dalam

6
perencanaan perawatan pasien lebih lanjut (advance care planning)

bersama perawat, dokter, dan tenaga professional lainnya sehingga akan

meningkatkan kualitas hidup dan kualitas perawatan yang tebaik (Faull,

De Caestecker, Nicholson, & Black, 2012).

Penelitian tentang pengalaman family caregiver dalam merawat

pasien kanker stadium lanjut sudah banyak dilakukan di Asia dan Amerika

(Effendy et al., 2015; Goldstein et al, 2004; Goldstein et al., 2015), tetapi

masih sedikit hasil penelitian mengenai identifikasi faktor yang

mempengaruhi beban family caregiver dalam merawat pasien kanker di

Indonesia. Budaya yang melekat di Indonesia yang dianggap bahwa

merawat anggota keluarganya yang sakit adalah kewajiban dan memiliki

kedekatan keluarga yang erat dapat membedakan hasil penelitian dari

penelitian yang sudah di lakukan sebelumnya.

Penelitian terkait pengalaman family caregiver dalam merawat

anggota keluarga dengan kanker stadium lanjut pernah dilakukan di

Yogyakarta (Sari, Warsini, & Effendy, 2018). Alasan melakukan

penelitian kembali pengalam family caregiver yang merawat anggota

keluarga dengan kanker stadium lanjut adalah perbedaan gaya hidup dan

kebiasaan masyarakat di Kepulauan Riau khususnya di kota Batam

7
Hasil studi pendahuluan penulis lakukan di ruang rawat inap

onkologi Rumah Sakit Awal Bros Batam , dengan melakukan wawancara

kepada 3 family caregiver anggota keluarga yang menderita kanker

stadium lanjut dengan menanyakan beberapa pertanyaan , menurut mereka

selama merawat anggota keluarganya yang menderita kanker mereka

menjadi kehilangan beberapa waktu untuk bekerja dan melakukan

kegiatan lain, merasa lelah karena harus membantu memenuhi kebutuhan

dan selalu mendampingi pasien , dan harus memerlukan biaya yang lebih

banyak karena harus memenuhi kebutuhan hidup yang lain selain untuk

pengobatan pasien. Sesekali mereka merasa bersalah karena tidak bisa

memberikan yang terbaik bagi pasien, kurang paham dalam merawat

dirumah dan sering merasa kesal dengan banyaknya permintaan pasien.

Stress dapat muncul bukan hanya pada pasien, tetapi juga pada

keluarga. Penelitian yang dilakukan oleh Steiner (2015) mengenai

dukungan emosional, bantuan fisik dan kesehatan keluarga pasien kanker,

menyoroti kekhawatiran para keluarga pasien kanker mengenai aspek-

aspek perawatan fisik. Kekhawatiran ini disebabkan karena

ketidakmampuan pasien kanker dalam memenuhi kebutuhan dasar sehari-

hari. Hal ini berdampak pada kesehatan keluarga, dimana beberapa

keluarga melaporkan adanya perubahan pada kesehatan pada kesehatan

fisiknya, seperti keluhan kelelahan, nyeri kepala, sakit pada persendian,

perasaan depresi, kesedihan, masalah keuangan yang terganggu, dan

kurangnya dukungan dari anggota keluarga yang lain. Mereka

8
menyimpulkan bahwa tanpa adanya dukungan, keluarga dari pasien kanker

kemungkinan akan menjadi “pasien kedua dalam keluarga”.

Dukungan untuk keluarga pasien harus diberikan melalui sebuah

usaha intradisiplin, yang melibatkan perawat, dokter, pasien dan keluarga,

serta pemerintah untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang

holistik. Inti kemitraan ini harus didasarkan pada komunikasi terbuka dan

kepercayaan diantara semua anggota untuk menjamin ketepatan intervensi

dan perencanaan kebutuhan pasien (Steiner, 2015).

Merujuk dari fenomena yang didapatkan, tampak bahwa kurangnya

informasi dan edukasi yang dimiliki oleh keluarga atau family caregiver

dalam merawat pasien kanker, dan munculnya masalah fisik,

psikologis,dan sosial menyebabkan mereka tidak cukup siap untuk

merawat pasien kanker, terutama pada pasien kanker stadium lanjut.

Beberapa penelitian yang mengungkapkan kualitas hidup pasien kanker

sudah dilakukan di Indonesia, tetapi masih jarang ada laporan

menyebutkan pengalaman keluarga sebagai caregiver dalam merawat

pasien kanker di rumah sakit. Peneliti memandang, perlu mengangkat

fenomena ini ke dalam penelitian lebih lanjut untuk mengetahui

pengalaman keluarga dalam merawat pasien kanker. Dengan harapan,

dapat dilihat sejauh mana kebutuhan family caregiver akan informasi dan

edukasi, yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesembuhan

pasien dan meminimalkan beban yang muncul pada family caregiver

dalam merawat pasien kanker.

9
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah “Bagaimana pengalaman family caregiver dalam

merawat anggota keluarga yang menderita kanker?”.

C. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplorasi

pengalaman family caregiver dalam merawat anggota keluarga yang

menderita kanker, berupa :

a. Mengeksplorasi masalah yang dialami family caregiver seperti

rendahnya pengetahuan, dan masalah finansial

b. Mengeksplorasi beban yang dirasakan family caregiver seperti

beban fisik, beban psikologis, dan beban sosial.

c. Mengeksplorasi strategi koping yang digunakan oleh family

caregiver seperti strategi koping positif dan strategi koping negatif.

D. Manfaat penelitian

a. Pelayanan Keperawatan di Rumah Sakit

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan di rumah sakit. Identifikasi pengalaman

family caregiver terhadap beban dalam merawat anggota kelaurga

dengan kanker dapat berguna untuk mengkaji kesiapan family

caregiver dapat diikutsertakan dalam advance care planning untuk

peningkatan kualitas hidup pasien dan keluarga, kepuasan pasien,

10
keluarga, dan juga tenaga kesehatan, serta peningkatan kualitas

layanan.

b. Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan motivasi dan

keinginan bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian tentang

intervensi keperawatan sebagai penatalaksanaan untuk mengatasi

beban family caregiver .

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengalaman family

caregiver terhadap beban dalam merawat anggota keluarga yang

menderita kanker di RS Awal Bros Batam. Populasi yang akan diteliti

adalah caregiver keluarga pasien kanker dengan berbagai macam

karakteristik, dengan tekhnik pengambilan sampling purposive sampling.

Waktu dilakukannya penelitian ini adalah dimulai dari bulan Desember

2019 – Februari 2020. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode

kualitatif dengan pendekatan fenomenologi.

11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker

1. Definisi Kanker

Kanker merupakan penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel

yang tidak terkontrol dan penyebaran sel yang tidak normal (Society,

2015). Kanker adalah istilah umum untuk menunjukkan neoplasma

ganas atau maligna. Neoplasma diartikan sebagai massa abnormal dari

sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-sel neoplasma berasal dari sel-

sel yang sebelumnya adalah sel-sel normal, namun mereka tumbuh

dengan kecepatan tidak terkendali, tidak seimbang dengan kebutuhan

dan tidak bergantung pada pengawasan homeostatis sebagian besar sel

tubuh lainnya.Istilah neoplasma merupakan sinonim dari tumor yang

diartikan sebagai pembengkakan atau gumpalan (Tian, Price, & Hood,

2012). Neoplasma berdasarkan sifatnya terbagi menjadi neoplasam

jinak (benigna) dan neoplasma ganas (maligna), kemudian

diklasifikasikan sebagai malingna atau benigna. Kanker merupakan

penyakit genetik mokular dikarenakan disfungsi regulasi dari proses

genomik normal untuk diferensiasi sel, pertumbuhan, replikasi atau

kematian sel atau apoptosis (Willis, 2016).

12
2. Klasifikasi Neoplasma

Sel-sel benigna dan maligna berbeda dalam berbagai karakteristik

pertumbuhan selular meliputi metode dan kecepatan pertumbuhan,

kemampuan untuk bermetastase atau penyebaran, efek umum,

pengrusakan jaringan, dan kemampuan untuk menyebabkan kematian

(Smelrzer, 2014).

a. Benigna (Neoplasma Jinak)

Neoplasma benigna adalah peristiwa lokal semata, terdiri

dari sel-sel ang serupa pada sel asalnya. Sel-sel berpoliferasi

tidak saling meninggalkan sehingga neoplasma cenderung

bergerak ke luar dengan bebas sambil mendesak jaringan yang

berdekatan. Dengan demikian, neoplasma jinak mempunyai

kapsul jaringan ikat padat yang memisahkan neoplasma dari

sekelilingnya. Tumor benigna menimbulkan efek-efek berupa

obstruksi, tekanan dan sekresi. Tumor benigna dalam ruang

tertutup seperti tengkorak dapat menimbulkan gangguan serius

yang dapat berujung kematian (Smelrzer, 2014).

b. Maligna (Neoplasma Ganas)

Neoplasama malingna cenderung tidak berkapsul, dan tidak

seperti sel jinak, biasanya tidak mudah dipisahkan dari sel

sekitarnya. Neoplasma maligna cenderung menyeru masuk ke

daerah sekitar dan bukan ke samping. Sel-sel neoplasma yang

berploriferasi mampu melepaskan diri dari tumor induk (tumor

13
primer) dan memasuki sirkulasi untuk menyebar ke tempat

lain. Jika menyangkut, sel-sel kanker embolik semacam ini

mampu keluar dari pembuluh, melanjutkan ploriferasi dan

membentuk tumor sekunder. Satu fokus kanker primer dapat

menimbulkan banyak fragmen embolik yang selanjutnya dapat

membentuk ratusan nodul sekunder di tempat yang sangat jauh

dengan nodus primer (Branco-Price et al., 2012).

3. Etiologi Kanker

a. Karsinogen Kimiawi

Karsinogen kimiawi adalah semua zat kimia yang dapat

menimbulkan kanker pada manusia maupun hewan. Karsinogen

kimiawi menurut mekanisme kerjanya, terbagi menjadi

karsinogen langsung, tidak langsung dan zat pemicu kanker.

Karsinogen langsung adalah zat yang setelah masuk ke

dalam tubuh dapa langsung bekerja atas sel tubuh, tanpa perlu

melalui metabolisme lebih dahulu. Zat ini langsung menginduksi

sel normal menjadi sel kanker biasanya digunakan untuk riset

karsinogenesis in vitro. Contohnya berbagai zat karsinogen

alkilasi, golongan nitrosilamin dan lain-lain.

Karsinogen tidak langsung adalah zat yang telah masuk ke

dalam tubuh memerlukan aktivasi melalui kerja enzim oksidasi

multifungsi mikrosomal dalam tubuh menjadi bentuk yang secara

kimiawi aktif, barulah ia berfungsi sebagai karsinogen.

14
Karsinogen jenis ini tersebar luas di lingkungan luar, yang sering

ditemukan adalh hidrokarbon aromatik polisiklik, golongan amin

aromaik, golongan nitrosamin, aftolaksis dan lain-lain.

Zat pemicu kanker disebut juga sebagai agen promosi

tumor. Zat pemicu tumor secara tersendiri di dalam tubuh tidak

akan menimbulkan kanker, tetapi dapat memacu karsinogen lain

yang menimbulkan kanker seperti minyak kroton, sakarin dan

fenobarbital.

b. Karsinogen Fisika

Karsinogenik fisika terdiri dari dua jenis yaitu radiasi

pengion dan sinar ultraviolet. Eek karsinogenik mereka memiliki

masa laten yang sangat panjang. Faktor fisika dapat menyebabkan

berbagai jaringan dan sel tubuh berubah sensitivastnya shingga

timbul kanker, dapat juga mencederai sel produksi sehingga

timbul kanker pada generasi selanjutnya.

Radiasi pengion adalah kersinogen fisika yang terpenting,

terutama radiasi gelombang elektromagnetik bergelombang

pendek dan berfrekuensi tinggi, serta radiasi elektron, proron,

neutron, partikel alfa dan lain-lain. Kontak jangka panjang dengan

radium, uranium, radon, kobal, stornsium dan isotop

radioaktiflain yang dapat menimbulkan kanker. Kanker yang

berkaitan dengan radiasi antara lain : kanker kulit, leukimia,

15
kelenjar tiroid, kanker paru, kanker mammae, kanker tulang,

mioeloma multiple dan limfoma.

c. Virus Karsinogen

Virus karsinogen atau virus tumor adalah jenis virus yang

dapat menimbulkan tumor pada tubuh atau membuat sel berubah

menjadi ganas. Interaksi antara virus tumor dan sel hospes

menyebabkan transformasi ganas sel, kuncinya adalah adanya

agen virus yang onkogenik berinteraksi dengan DNA sel sehingga

DNA virus menjadi bagian internal dari DNA sel, dan dengan

demikian dapat mempengaruhi proses kendali diferensiasi,

ploriferasi dan pertumbuhan sel hospes, sehingga terjadi

keganasan.

Contoh virus yang biasa ditemukan adalah : Virus Epstein

Barr penyebab karsinoma nasofaring (NPC), virus hepatitis B

(HBV) dan hepatoma (HCC), virus papiloma (HPV) dan

karsinoma serviks uteri (Wang et al., 2011).

4. Tahapan Penyakit Kanker

Kanker tahap awal memasuki stadium satu yaitu kanker telah

masuk ke lapisan sekitarnya. Pada stadium dua, kanker menyebar ke

jaringan terdekat tetapi belum sampai ke kelenjar getah bening.

Tahap lanjut atau stadium lanjut apabila kanker memasuki stadium

tiga. Stadium tiga berarti kanker telah menyebar ke kelenjar getah

bening terdekat tetapi belum sampai ke organ tubuh yang letaknya

16
lebih jauh. Tahap akhir atau disebut stadium akhir apabila telah masuk

pada stadium empat. Stadium empat menunjukkan bahwa kanker telah

menyebar ke organ tubuh atau jaringan lain (American Cancer Society,

2016).

Banyak rumah sakit dan pusat kesehatan menggunakan TNM

system untuk menentukan stadium kanker. Seperti halnya sama dengan

menentukan stadium kanker di hasil pemeriksaaan patologi, dimana

pemeriksaan setiap jenis kanker dibedakan untuk megetahui stadium

yang berbeda (National Cancer Institute, 2014).

Sistem TNM meliputi :

a. T untuk ukuran dan menentukan jenis tumor. Jenis tumor

biasanya disebut tumor primer.

b. N untuk mengacu pada jumlah kelanjar getah bening di sekitar

adanya kanker.

c. M untuk mengacu apakah kanker sudah menyebar, atau

mengalami metastase , hal ini menunjukkan bahwa kanker

telah menyebar dari tumor primer ke bagian lain pada tubuh.

17
Saat menggunakan sistem TNM untuk mendeskripsikan

kanker, akan ditampilkan angka yang akan menunjukkan detail

dari kanker, seperti T1N0MX atau T3N1M0, mengikuti penjelasan

dan petunjuk angka dan huruf sebagai berikut :

Primary Tumor (T)

- TX : tumor tidak bisa di ukur.

- T0 : tumor tidak bisa di temukan.

- T1, T2, T3, T4 : menunjukkan ukuran dan atau panjang dari

tumor, semakin tinggi angka setelah T , semakin banyak

yang tumbuh di jaringan terdekat. T dapat dibagi lebih

lanjut untuk memberikan lebih banyak detail, seperti T3a

dan T3b.

Regional kelenjar getah bening (N)

- NX : kanker di daerah dekat kelanjar getah bening tidak

terukur.

- N0 : tidak ada kanker di daerah dekat kelenajr getah

bening.

- N1, N2, N3 : mengacu pada jumlah dan lokasi kelenjar

getah bening yang mengandung kanker. Semakin tinggi

angkanya setelah N, semakin banyak kelenjar getah bening

yang mengandung kanker.

18
Jauhnya Metastasis (M)

- MX : metastastasis tidak dapat diukur .

- M0 : kanker belum menyebar ke bagian lain pada tubuh.

- M1 : kanker telah menyebar ke bagian lain dari tubuh.

5. Patofisiologi Kanker

Sel abnormal membentuk sebuah kelompok dan mulai

berproliferasi secara abnormal, membiarkan sinyal pengatur

pertumbuhan dilingkungan sekitarnya sel. Sel mendapatkan

karakteristik invasif sehingga terjadi perubahan jaringan sekitar. Sel

menginfiltrasi jaringan dan memperoleh akses kelimfe dan pembuluh

darah, yang membawa sel ke area tubuh yang lain, kejadian ini

dinamakan metastasis (kanker menyebar ke bagian tubuh yang lain).

Sel-sel kanker disebut neoplasma ganas/maligna dan

diklasifikasikan serta diberi nama berdasarkan tempat jaringan yang

tumbuhnya sel kanker tersebut. Kegagalan sistem imun untuk

menghancurkan sel abnormal secara cepat dan tepat tersebut

menyebabkan sel-sel tumbuh menjadi besar untuk dapat ditangani

dengan menggunakan imun yang normal. Kategori agens atau faktor

tertentu yang berperan dalam karsinomagenesis (transpormasi

maligna) mencakup virus dan bakteri, agens fisik, agens kimia, faktor

genetik atau familial, faktor diet, dan agens hormonal (Suddarth,

2016)

19
Neoplasma merupakan pertumbuhan baru. Menurut seorang

ankolog dari inggris menemakan neoplasma sebagai massa jaringan

yang abnormal, tumbuh berlebihan, dan tidak terkordinasi dengan

jaringan yang normal, dan selalu tumbuh meskipun rangsangan yang

menimbulkan sudah hilang. Proliferasi neoplastik menimbulkan massa

neoplasma sehingga menimbulkan pembengkakan atau benjolan pada

jaringan tubuh, sehinga terbentuknya tumor. Istilah tumor digunakan

untuk pembengkakan oleh sembaban jaringan atau perdarahan. Tumor

dibedakan menjadi dua yaitu jinak dan ganas. Jika tumor ganas

dinamakan kanker (Díaz Cifuente, Seara Cifuente, León Padilla, &

Jalill Martínez, 2001).

6. Terapi untuk kanker

Ada beberapa terapi atau pengobatan yang bisa dilakukan untuk

penderita kanker (American Cancer Society, 2016) :

a. Pembedahan

Pembedahan dilakukan untuk mencegah, mendiagnosa

(dengan cara biposy), mengetahui stadium kanker dan

pengobatan yang tepat. Pembedahan juga dilakukan untuk

membantu menurunkan rasa ketidaknyamanan atau masalah-

masalah penderita kanker. Pembedahan disesuaikan dengan

jenis kanker.

20
b. Kemoterapi

Kemoterapi adalah penggunaan berbagai macam obat untuk

mengobati beberapa macam penyakit. Tetapi kebanyakan orang

menganggap bahwa kemoterapi hanya digunakan untuk

pengobatan kanker. Pembedahan dan terapi radiasi membunuh

dan merusak sel kanker hanya dibagian tertentu, sedangkan

kemoterapi kesemua bagian tubuh melewati pembuluh darah,

hal ini menunjukkan bahwa kemoterapi dapat membunuh sel

kanker yang sudah bermetastase ke beberapa bagian tubuh atau

organ lain.

c. Terapi radiasi

Terapi radiasi sudah menajdi hal umum untuk pengobatan

kanker, nama lain dari terapi radiasi adalah radioterapi,

irradiasi, atau x-ray terapi. Radiasi terapi menggunakan pertikel

yang memiliki energi tinggi, seperti x-rays, gamma rays,

electron, proton, umtuk merusak sel kanker. Radiasi bekerja

dengan merusak DNA di dalam sel kanker dan membuat sel

kanker tidak bisa tumbuh dan mati.

21
7. Gejala – gejala Penyakit Kanker

Gejala kanker timbul dari organ tubuh yang diserang sesuai dengan

jenis kanker, gejala kanker pada tahap awal berupa kelelahan secara

terus menerus, demam akibat sel kanker dari kerja sistem imun tubuh

tidak sesuai.Sel-sel kanker menyebar dari satu organ atau bagian tubuh

ke bagian lain melalui invasi danbermetastase. Sehingga dampak yang

dirasakan sesuai organ tubuh yang terkena. Kanker menyebabkan

anemia, kelemahan, penurunan berat badan, kesulitan menelan,

anoreksia, dan nyeri (sering terjadi pada kanker stadium akhir).

B. Pengalaman

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2014), pengalaman

adalah sesuatu yang pernah dialami (dirasai, dijalani, ditanggung, dan

sebagainya). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori

episodic, yaitu memori yang menerima dan menyimpan persitiwa yang

terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu, yang

berfungsi sebagai referensi otobiografi (Daehler&Bukatko, 1985

dalam Syah, 2003).

Pengalaman merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

manusia. Pengalaman dapat menjadi suatu pembelajaran pada diri

manusia itu sendiri. Banyak hal yang dapat dipelajari dari pengalaman,

salah satunya adalah tidak mengulangi kesalahan yang sama di

kemudian hari. Pengalaman dalam hal menjaga kesehatan juga salah

satu hal yang terpenting. Tanpa adanya pengalaman, manusia tidak

22
dapat belajar dari masa lalu dan mecegah hal yang tidak diinginkan

pada masa depan.

C. Family Caregiver

1. Definisi Family Caregiver

Seorang anggota keluarga, tetangga, saudara atau setiap

orang yang menjadi pengasuh utama dalam merawat pasien dengan

kanker disebut dengan family caregiver, tugas dan peran sebagai

family caregiver meliputi banyak aspek perawatan, seperti

berurusan dengan diagnosa kanker dan keputusan perawatan,

membantu kegiatan kehidupan sehari-hari, menghadapi efek

samping dalam pengobatan, mengatasi perasaan dan emosi negatif

dari pasien (Ge & Mordiffi, 2017).

Tugas-tugas yang dilakukan family caregiver adalah

meliputi physical care , social care dan emotional care yaitu

membantu dalam perawatan personal yang meliputi berpakaian,

mandi, dan urusan toilet; membantu dalam mobilitas, seperti

berjalan atau membantu membaringkan ditempat tidur; melakukan

tugas-tugas keperawatan, termasuk pengawasan obat atau

mengganti pakaian; mengawasi dan memonitor recipient;

melakukan tugas-tugas praktis rumah tangga, termasuk memasak,

berbelanja, pekerjaan rumah, membantu menjaga emosi dan

perasaann pasien serta membantu masalah-masalah finansial dan

kerja administratif. Melihat dari banyaknya tugas-tugas yang perlu

23
dikerjakan oleh family caregiver, seringkali menimbulkan perasaan

terbebani bagi caregiver tersebut yang biasa disebut dengan beban

pengasuhan atau ceregiver burden (Arksey, dkk, 2005).

Zarit, Reever, & Bach-Peterson (1980) mendefinisikan

caregiver burden sebagai jenis stres atau ketegangan yang dialami

pengasuh terkait dengan masalah dan tantangan yang mereka

hadapi sebagai akibat dari status sebagai pemberi perawatan. Ini

adalah keadaan yang dihasilkan dari tugas pengasuhan yang

menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengasuh. Etters, Godall, &

Harrison (2007), juga menjelaskan bahwa caregiver burden berasal

dari persepsi pengasuh terhadap aktivitas dan stresor oleh karena

itu dipengaruhi oleh banyak faktor psikososial seperti kekerabatan,

lingkungan sosial, dan budaya.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi beban family caregiver

Menurut Zarit burden interview ada beberapa faktor yang

mempengaruhi beban family cargiver seperti usia family caregiver,

jenis kelamin family caregiver, lama merawat family caregiver,

jumlah waktu yang dihabiskan untuk merawat pasien kanker,

hubungan kekerabatan family caregiver dengan pasien, dan

penghasilan family caregiver dalam merawat pasien dengan kanker.

24
a. Usia

Rata-rata usia caregiver adalah usia produktif.

Suatu studi menyebutkan karakteristik usia caregiver untuk

pasien kanker adalah usia 30-45 tahun. Gambaran

karakteristik yang dihasilkan dapat dijadikan sebagai acuan

gambaran karakteristik umum caregiver di Indonesia.

Kaycee menyebutkan, di Amerika rata-rata usia caregiver

adalah 64 tahun.

b. Jenis Kelamin

Perempuan yang berperan sebagai caregiver lebih

banyak dari laki-laki. Menurut Kaycee M.S, mayoritas

caregiver adalah perempuan , yaitu 72%. Di Indonesia

secara budaya, sebagian besar masyarakat secara umum,

yaitu perempuan digambarkan sebagai orang yang

mengurus rumah tangga, termasuk mengurus orang yang

sakit sedangkan laki-laki berfungsi mencari nafkah.

Faktor jenis kelamin, dapat mempengaruhi

terjadinya beban caregiver. Feminization of caregiving

adalah suatu keadaan dimana masyarakat pada umumnya

mengharapkan perempuan yang berperan sebagai

caregiver. Studi di India menunjukkan, perempuan lebih

banyak yang mengalami beban caregiver dibandingkan

dengan laki-laki. Responden laki-laki dapat mengalami

25
beban karena tidak memiliki persiapan yang cukup untuk

berperan sebagai caregiver. Penelitian Lynn (2004) dan

Kim (2011) menunjukkan perempuan lebih memiliki beban

lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki.

c. Hubungan kekerabatan

Proporsi pasangan yang menjadi caregiver sekitar

48%. Dari penelitian di Yogyakarta dapat digambarkan

salah satu karakteristik caregiver pasien kanker adalah

hubungan kekerabatan, yaitu anak. Sebagian besar

caregiver di Amerika adalah pasangan. Kaycee

menyebutkan lebih dari 10 juta orang menjadi caregiver.

Hubungan dalam keluarga juga mempengaruhi

beban caregiver. Terdapat beban yang lebih tinggi pada

pasangan yang merawat dibandingkan pada anak dan cucu.

Pada pekerja yang bekerja dipanti jompo cenderung

memiliki beban lebih rendah dibandingkan dengan yang

merawat adalah anggota keluarga. Alasan emosi sering

menjadi penyebab caregiver memiliki beban yang lebih

tinggi dalam merawat pasien kanker.

26
d. Lama merawat

Family caregiver Alliance menyebutkan rata-rata

lama merawat pasien kanker adalah 4 tahun. Lama menjadi

caregiver juga mempengaruhi beban. Studi menunjukkan

peran pramurawat kurang dari atau sama satu tahun lebih

banyak merasakan beban ringan sampai sedang.

e. Jumlah Waktu Yang dihabiskan Untuk Merawat Pasien

Kanker

Jumlah waktu yang dihabiskan untuk merawat

caregiver kurang atau sama dengan 10 jam setiap

minggunya umumnya tidak membebani atau terjadi beban

ringan. Waktu yang dibutuhkan untuk merawat seseorang

dengan kanker adalah sekitar 70 jam dalam seminggu.

Menurut family caregiver Alliance sebagian besar

caregiver menghabiskan waktu hingga 40 jam per minggu

dalam menjalankan tugas sebagai pramurawat.

f. Penghasilan atau Finansial

Berdasarkan penelitian Marimbe et al (2016),

ternyata penghasilan caregiver berhubungan dengan beban

family caregiver. Dimana salah satu anggota keluarga yang

menjadi family caregiver tidak dapat bekerja , dan hanya

mengandalkan pendapatan dari anggota keluarga yang lain ,

berhubungan juga dengan pembiayaan pasien selama

27
menjalani perawatan baik rawat jalan atau pun rawat inap ,

dan masih harus memenuhi kebutuhan hidup yang lain .

Tentunya setiap keluarga memiliki kebutuhan dan

pendapatan yang berbeda. Tetapi faktor lamanya perawatan

pasien yang harus berjalan terus-menerus menjadikan

beban tersendiri bagi kelaurga yang merawat pasien kanker.

g. Pengetahuan

Menurut Potter & Perry (2010), kebutuhan

mengenai informasi tentang penyakit dan cara perawatan

merupakan kebutuhan informasi yang penting dan harus

terpenuhi oleh keluarga khusunya yang bertindak sebagai

family caregiver. Jika informasi yang didapatkan oleh

family caregiver tidak terpenuhi maka pengetahuan akan

rendah menimbulkan ketidakefektifan dan ketidakmampuan

dalam bertindak dan mengambil keputusan selama merawat

pasien kanker.

3. Aspek-aspek Cregiver Burden

Menurut Zarit (Siegert, dkk 2010), aspek-aspek caregiver burden

antara lain, yaitu:

a. Ketegangan pribadi

Ketegangan pribadi mencerminkan perasaan marah,

ketidaknyamanan dan ketegangan yang dialami oleh seorang

caregiver.

28
b. Ketegangan peran

Ketegangan peran yaitu mencerminkan perasaan bahwa

pasien tergantung pada caregiver, kehidupan sosial caregiver

menjadi terganggu, serta caregiver kehilangan kendali untuk

hidupnya sendiri karena harus memberikan perawatan.

c. Perasaan bersalah

Perasaan bersalah yang dialami caregiver yaitu merasa

seharusnya dapat melakukan pekerjaan atau memberikan

perawatan lebih baik.

Berdasarkan pemaparan diatas, maka dapat diketahui

bahwa aspek-aspek dalam caregiver burden adalah ketegangan

pribadi, ketegangan peran dan perasaan bersalah.

4. Beban yang Muncul pada Family Caregiver

Beban family caregiver mengacu pada perawatan yang dirasakan

secara fisik, emosional, psikologis, sosial, dan finansial sebagai

dampak dari merawat kerabatnya atau penderita kanker. Bukti

menunjukkan bahwa beban family caregiver yang tinggi dapat

menganggu kesehatan fisik dan psikologis family caregiver dan

menurunkan kualitas hidup mereka. Mengingat tingginya angka

kejadian kanker dibandingkan dengan populasi yang lain dan adanya

dampak signifikan pada beban dan kesehatan pengasuh, pemahaman

terhadap beban family caregiver harus diperhatikan dan sangat

diperlukan (Ge & Mordiffi, 2017).

29
Caregiver pasien kanker sering menghadapi masalah akibat

perubahan yang terjadi pada pasien kanker tersebut. Kondisi ini tidak

hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga mental dan bahkan

sosial ekonomi caregiver itu sendiri (Shaji et al., 2012). Lebih jauh

lagi juga akan berdampak terhadap hubungan antar anggota keluarga

itu sendiri. Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa

beban family caregiver dalam merawat anggota keluarga dengan

kanker berhubungan dengan timbulnya depresi (Gonyea, O’Connor,

Carruth, & Boyle, 2005). Selain itu beban yang dialami caregiver juga

berkaitan dengan peran yang overload dalam mengahdapi perubahan

perilaku pasien kanker, serta perasaan terjebak dalam lingjaran

rutinitas pekerjaan sebagai caregiver. Peningkatan jumlah waktu yang

dibutuhkan dalam merawat pasien dengan kanker dengan

ketergantungan merupakan faktor resiko terhadap beban caregiver

yang dapat menimbulkan masalah fisik dan depresi. Stressor

caregiver akibat gangguan yang dialami pasien kanker dan tanggung

jawab merawatnya secara langsung behubungan dengan depresi (Sink

et al., 2013).

Penelitian Yazici et al (2016) menyatakan bahwa caregiver yang

menghabiskan waktu lebih banyak bersama pasien akan memiliki

beban yang lebih tinggi dari pada family caregiver yan g sedikit

menghabiskan waktu bersama pasien. Penelitian Cw et al (2013)

menyatakan bahwa family caregiver yang menghabiskan waktu lebih

30
banyak bersama pasien akan mengalami beban yang lebih tinggi. Pada

penelitian yang dilakukan oleh Lopez, et al., (2012) memaparkan

bahwa perubahan peran dalam keluarga juga dirasakan oleh family

caregiver. Perubahan peran mempengaruhi perubahan pada tanggung

jawab anggota keluarga baik di dalam lingkungan keluarga ataupun

masyarakat. Sebagai contoh suami menggantikan istri mereka yang

menderita kanker untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.

5. Strategi Koping Family Caregiver

Strategi koping adalah cara yang digunakan oleh family caregiver

untuk mengatasi beban yang dirasakannya. Strategi koping yang

digunakan dalam penelitian ini adalah strategi koping positif dan

negatif. Strategi koping positif yang ditemukan adalah spiritual;

tanggung jawab; berfikir positif; menerima; mengalihkan; dan sabar.

Sedangkan strategi koping negatif yang digunakan adalah menolak;

marah; menangis; menghindar; dan berfikir negatif. (Geriani et al.,

2015).

31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Penelitian kualitataif adalah proses menjaring

informasi dan kondisi yang sebenarnya dalam kehidupan suatu objek yang

dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah baik dari sudut pandang

teoritis maupun praktis, dengan menggunakan metode penelitian

fenomenologi yaitu, menggunakan metode wawancara mendalam (in

depth interview). Penelitian ini merupakan pendekatan dalam mempelajari

makna dari pengalaman manusia menjalani suatu fase dalam hidupnya.

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata (Dharma, 2015).

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RS Awal Bros Batam

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2019 – Februari 2020

c. Waktu Pengambilan Data

Desember 2019 – Februari 2020

32
C. Populasi dan Sampel Penelitian

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan individu yang menajdi acuan terhadap

penelitian yang dilakukan (Notoatmodjo, 2010b). Populasi penelitian

ini adalah seluruh family caregiver yang merawat anggota dengan

kanker di rumah sakit awal bros batam, dengan rata-rata jumlah pasien

35 pasien perbulan.

b. Partisipan

Partisipan adalah seseorang yang memberikan informasi tentang

seseorang , organisasi kepada sebuah agensi (Notoatmodjo, 2010b).

Partisipan dalam penelitian ini adalah seluruh family caregiver

yang merawat anggota keluarga dengan kanker rumah sakit awal bros

batam, yang diambil dengan menggunakan purposive sampling, yaitu

pengambilan sampel yang dilakukan dengan cara memilih calon

partisipan berdasarkan tujuan tertentu yang dibuat oleh peneliti

(Creswell,1998).

Adapun karakteristik partsipan dalam penelitian meliputi :

a. Kriteria Inklusi

1. Partisipan merupakan family caregiver yaitu salah satu

anggota keluarga yang memberikan perawatan langsung

kepada anggota keluarga yang menderita kanker stadium III

dan stadium IV

2. Dapat membaca dan menulis

33
3. Bersedia menjadi responden

4. Usia responden diatas 17 tahun

b. Kriteria Eksklusi

Keluarga yang menggunakan jasa profesional untuk merawat

anggota keluarga yang menderita kanker

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan purposive sampling yaitu pengambilan sampel yang

dilakukan dengan cara memilih calon partisipan berdasarkan tujuan

tertentu yang dibuat oleh peneliti (Creswell,1998).

Proses pemilihan partisipan dimulai dengan mengidentifikasi

nama-nama pasien kanker stadium lanjut yang dirawat di Rumah Sakit

Awal Bros Batam. Nama-nama pasien kanker diperoleh dari data

rekam medis yang ada di ruang rawat inap Rumah Sakit Awal Bros

Batam. Peneliti kemudian menemui keluarga pasien kanker yang

memenuhi kriteria inklusi. Partisipan yang memenuhi kriteria, ditemui

secara langsung oleh peneliti untuk meminta ijin dan kesediaannya

menjadi partisipan dalam penelitian ini. Jika partisipan bersedia, maka

peneliti akan membuat kesepakatan tentang kapan dan dimana peneliti

dapat bertenu untuk melakukan wawancara dengan partisipan.

Jumlah partisipan yang diambil sebanyak 10 orang. Hal ini sesuai

dengan jumlah partisipan yang ditetapkan dalam rencana penelitian

yaitu 10 orang, dimana hal ini mengacu pada pendapat Pollit & Beck

34
(2006) yang menyatakan bahwa prinsip dasar dalam penelitian

kualitatif adalah saturasi data, yaitu sampling sampai pada suatu titik

jenuh dimana tidak ada informasi baru yang didapatkan dan telah

terjadi pengulangan informasi dari partisipan. Pollit & Beck (2006)

sendiri menyatakan bahwa penelitian fenomenologi biasanya dapat

mengandalkan jumlah partisipan yang sangat kecil yaitu 10 atau

kurang. Jumlah ini ditetapkan karena telah tercapai sesuai data, yaitu

situasi dimana informasi yang diberikan oleh partisipan ke sepuluh

sudah tidak memberikan tambahan informasi baru tentang fenomena

yang diteliti. sepuluh partisipan tersebut mengikuti secara keseluruhan

dari awal hingga akhir proses penelitian dan tidak ada partisipan yang

mengundurkan diri.

E. Instrumen Penelitian

a. Alat pengumpulan data

Peneliti merupakan alat utama dalam penelitian kualitatif,

sedangkan alat pengumpul data merupakan alat bantu bagi peneliti

untuk menghimpun data penelitian. Alat pengumpul data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah buku catatan lapangan, alat

tulis dan alat perekam dari telepon genggam.

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti melakukan uji

coba wawancara dengan dua orang family caregiver pasien kanker

stadium lanjut yang telah merawat pasien lebih dari 6 hari di rumah

sakit. Pada tahap awal, peneliti merasakan adanya kesulitan untuk

35
mengembangkan pertanyaan dari setiap pernyataan yang

dikemukakan oleh partisipan. Hal ini disebabkan karena peneliti

masih berpaku pada panduan wawancara dan merasa kurang dalam

penulisan catatan lapangan, yang pada akhirnya menyebabkan

tujuan penelitian tidak tercapai dengan baik. Pada uji coba

wawancara kedua yang dilakukan, peneliti mulai bisa

mengembangkan pertanyaan penelitian. Hal tersebut dilakukan

peneliti dengan cara membuat catatan-catatan kecil mengenai

setiap ungkapan bermakna yang disampaikan partisipan, yang

menjadi dasar peneliti untuk mengembangkan pertanyaan secara

lebih mendalam. Pada uji coba wawancara yang dilakukan, peneliti

juga menemukan beberapa pertanyaan dalam pedoman wawancara

yang tidak dipahami oleh partisipan. Hal ini dapat diatasi dengan

memodifikasi pertanyaan, sehingga tujuan penelitian tetap tercapai.

Uji coba juga dilakukan pada alat perekam wawancara. Dimana

pada awalnya peneliti menggunakan alat perekam MP4, tetapi

peneliti menemukan kendala berupa terjadinya ketidakjelasan suara

atau audio yang dihasilkan, sehingga peneliti menggunakan

perekam pada telepon genggam peneliti. Pada uji coba wawancara

berikutnya, peneliti kembali menggunakan telepon genggam

sebagai alat perekam, dan tidak menemukan hambatan selama

proses wawancara berlangsung.

36
F. Pengolahan dan Analisa Data

a. Pengolahan Data

Penulisan hasil pengumpulan data dilakukan segera setelah

proses wawancara, yaitu pada rentang hari pertama sampai hari

ketiga. Penulisan dilakukan dengan pembuatan naskah transkip

berdasarkan hasil wawancara dan field note. Sebelum dianalisis

peneliti membaca transkip dan catatan lapangan sebanyak tiga

sampai empat kali agar dapat memahami data dengan baik dan

dapat melakukan analisis data.

b. Analisis Data

Proses analisis data pada penelitian kualitatif fenomenologi

dilakukan melalui beberapa cara. Penelitian ini menggunakan

metode intepretasi dan sembilan langkah menurut Collaizi (1978,

dalam Speziale dan Carpenter, 2003). Metode tersebut dipilih ,

karena langkah-langkah analisis data menurut Collaizi cukup

sederhana, jelas dan terperinci untuk digunakan dalam penelitian

ini, meliputi:

1. Mendeskripsikan fenomena yang diteliti. Peneliti mencoba

memahami fenomena pengalaman family caregiver terhadap

beban dalam merawat anggota keluarga yang menderita kanker.

2. Mengumpulkan deskripsi fenomena melalui pendapat partisipan.

Peneliti melakukan wawancara dan menuliskannya dalam

bentuk naskah transkrip untuk dapat mendeskripsikan

37
pengalaman family caregiver terhadap beban dalam merawat

anggota keluarga dengan kanker.

3. Membaca seluruh deskripsi fenomena yang telah disampaikan

pertisipan.

4. Membaca kembali transkip hasil wawancara dan mengutip

pernyataan-pernyataan yang bermakna. Setelah mampu

memahami pengalaman informan, peneliti membaca kembali

transkip hasil wawancara, memilih peryataan-peryataan dalam

naskah transkip yang signifikan dan sesuai dengan tujuan

khusus penelitian dan memilih kata kunci pada pernyataan yang

telah dipilih dengan cara memberikan garis penanda.

5. Menguraikan arti yang ada dalam pernyataan-pernyataan

signifikan. Peneliti membaca kembali kata kunci yang telah

diidentifikasi dan mencoba menemukan esensi atau makna dari

kata kunci untuk membentuk kategori.

6. Mengorganisir kumpulan-kumpulan makna yang terumuskan ke

dalam kelompok tema. Peneliti membaca seluruh kategori yang

ada, membandingkan dan mencari persamaan diantara kategori

tersebut, dan pada akhirnya mengelompokkan ketegori-kategori

yang serupa kedalam sub tema dan tema.

7. Menuliskan deskripsi yang lengkap. Penulis merangkai tema

yang ditemukan selama proses analisis data dan menuliskannya

menjadi sebuah deskripsi yang dalam terkait pengalaman family

38
caregiver terhadap beban dalam merawat anggota keluarga

dengan kanker dalam bentuk penelitian.

8. Menemui partisipan untuk melakukan validasi deskripsi hasil

analisis. Peneliti kembali kepada partisipan dan membacakan

kisi-kisi hasil analisis tema. Hal ini dilakukan untuk mengetahui

apakah gambaran tema yang diperoleh sebagai hasil penelitian

sesuai dengan keadaan yang dialami partisipan.

9. Menggabungkan data hasil validasi kedalam deskripsi hasil

analisis. Peneliti menganalisis kembali data yang telah diperoleh

selama melakukan validasi kepada partisipan, untuk

ditambahkan ke dalam deskripsi akhir yang mendalam pada

laporan penelitian sehingga pembaca mampu memahami

pengalaman partisipan.

G. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2019 – Januari

2020 dengan mengambil tempat di Rumah Sakit Awal Bros Batam.

Pelaksanaan penelitian ini menjadi tiga tahap yaitu :

1. Persiapan

Pada tahap persiapan, peneliti melakukan observasi

mengidentifikasi masalah yangada kemudian menentukan judul

penelitian. Dilanjutkan dengan permohonan izin di tempat penelitian

kemudian penyusunan proposal peneltian yang meliputi studi

pendahuluan, perumusan masalah penelitian, studi dokumentasi dan

39
literatur yang berhubungan dengan masalah penelitian serta

penyusunan metode penelitian.

2. Pelaksanaan penelitian

Dalam tahap pelaksanaan peneltian pada dasarnya adalah

pelaksanaan metode penelitian, yang meliputi kegiatan menemui

sumber data dan mendapatkan data dengan menggunakan kuesioner

kemudian melakukan analisis data. Penelitian ini dilakukan oleh

peneliti sendiri di Rumah Sakit Awal Bros Batam, sejumlah subjek

penelitian yang sebelumnya sudah menyetujui menjadi responden

diberi pertanyaan dari kuesioner yang telah memenuhi uji validitas

dan uji reliabilitas.

Wawancara dimulai dengan mengajukan pertanyaan yang bersifat

umum baru kemudian diarahkan kepada hal-hal yang lebih bersifat

khusus yaitu dengan mengajukan pertanyaan berupa “ dapatkah

saudara menceritakan perubahan yang dirasakan selama merawat

pasien kanker dirumah sakit”. Selama proses wawancara, peneliti

mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara yang

telah dipersiapkan dan dikembangkan sesuai dengan pertanyaan yang

dikatakan oleh partsipan. Namun, ada beberapa partisipan yang

menyatakan kurang mengerti dengan pertanyaan yang diajukan

peneliti, sehingga peneliti memodifikasi pertanyaan yang diajukan

dengan tidak merubah maksud dan tujuan pertanyaan. Lamanya

proses pelaksanan wawancara berbeda-beda antara setiap partisipan.

40
Rata-rata proses pelaksaan wawancara berlangsung anatara 30 menit

hingga 1 jam. Selama wawancara peneliti menemukan hamabtan

ketika partisipan larut dalam perasaan sedih dan menagis , dimana

peneliti harus menunggu beberapa saat sehingga partisipan dapat

menenangkan diri baru melanjutkan wawancara dengan partisipan.

Peneliti tidak menemukan distraksi dari lingkungan sekitar, karena

seluruh proses wawancara pada semua partisipan berlangsung

diruangan tertutup, sehingga wawancara dapat berlangsung dengan

lancar.

3. Terminasi

Sebelum mengakhiri wawancara, peneliti melakukan kontrak

dengan partisipan untuk mengklarifikasi data hasil wawancara yang

telah diverbatim. Waktu dan tempat pelaksanaan disesuaikan dengan

keinginan partisipan. Sebelum, selama dan sesudah proses

pengumpulan data yang dilakukan, peneliti membuat berbagai catatan

lapangan untuk melengkapi dokumentasi rekaman.

4. Penyusunan laporan dan penyajian hasil penelitian

Setelah seluruh kegiatan pelaksanaan penelitian selesai dilakukan

maka disusunlah laporan penelitian berupa skripsi yang harus

dipertanggungjawabkan dengan pemaparan hasil penelitian dalam

sebuah sidang atau dalam sebuah ujian hasil penelitian.

41
H. Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan syarat penting dalam analisa data.

Untuk menjamin kebenaran data, maka peneliti mengkonkirmasi informasi

yang telah ditemukan dengan cara kredibilitas (credibility),

kebergantungan (dependability), kepastian (confirmability), dan

keteralihan (transferability).

Kredibilitas bertujuan untuk menilai kebenaran dari temuan

penelitian kualitatif. Kredibilitas ditunjukkan ketika partisipan

mengungkapkan bahwa tema-tema penelitian memang benar-benar

pengalaman uang dialami oleh dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti

memberikan data yang ditranskipkan untuk dibaca ulang oleh partisipan.

Jika partisipan mengatakan bahwa data tersebut sesuai dengan pengalaman

dirinya sendiri, maka transkip dianggap telah memenuhi kredibilitas.

Peneliti akan meminta partisipan untuk membubuhkan tanda (√) jika data

yang ditranskipkan sesuai dan dianggap cocok. Pada beberapa partisipan

(P2), peneliti membantu membacakan hasil transkip verbatim yang telah

dibuat oleh peneliti, karena keterbatasan kemampuan partisipan untuk

membaca transkip.

Kebergantungan bermakna sebagai reliabilitas atau kestabilan data

dari waktu kewaktu. Salah satu tehnik untuk mencapai dependility adalah

inquiry audit, yang melibatkan suatu penelaahan data dan dokumen-

dokumen yang mendukung secara menyeluruh dan detail oleh seorang

penelaah eksternal (Pollit&Beck, 2006). Penelaah eksternal yang

42
dilibatkan dalam penelitian ini adalah para pembimbing penelitian selama

melakuka penelitian dan penyusunan skripsi. Selama proses penulisan

transkip dan analisa tema, peneliti melakukan beberapa kali konsultasi,

baik kepada pembimbing I maupun kepada pembimbing II. Pada tahap

awal uji coba wawancara, peneliti melakukan tiga kali proses bimbingan

untuk melihat sejauh mana pertanyaan yang diajukan sudah dapat

mejawab tujuan dari penelitian dan bagaimana mengkategorikan setiap

kata kunci yang diungkapkan oleh partisipan. Pada tahap proses

wawancara, peneliti melakukan empat kali pertemuan dengan pembimbing

dan untuk menelaah tema-tema yang ditemukan dalam transkip verbatim.

Selain itu peneliti juga melakukan dua kali pertemuan dengan pembimbing

satu untuk menelaah tema-tema yang ditemukan dalam penelitian yang

dilakukan.

Kepastian bermakna objekstifitas atau netralis data, dimana

tercapai persetujuan antara dua orang atau lebih tentang relevansi dan arti

data (Pollit&Hungler, 1999). Penelitian dikatakan objektif bila hasil

penelitian kualitatif, uji confirmability mirip dengan uji dependability,

sehingga pengujian dapat dilakukan secara bersamaan. Peneliti melakukan

confirmability dengan menunjukkan seluruh transkip yang sudah

dilengkapi dengan catatan lapangan, tabel pengkategorian tema awal dan

tabel analisis tema pada pembimbing penelitian dan partisipan. Peneliti

dan pembimbing bersama-sama menentukan analisis tematik hasil

penelitian.

43
Keteralihan merupakan validitas eksternal, yang menunjukkan

derajat ketepatan dan hasilnya dapat diterapkan kepada populasi dimana

sample tersebut diambil. Validitas tersebut menghasilkan deskripsi yang

dapat digunakan pad setting lain dengan konsep yang sama.

Transferability dilakukan peneliti dengan cara menanyakan respon 10

orang family caregiver pasien lain yang telah melakukan perawatan pasien

kanker. Family caregiver tersebut diminta untuk membaca transkip

lengkap dari partisipan yang ada. Peneliti kemudian menyanyakan apakah

pengalaman partisipan sama dengan pengalaman family caregiver terebut.

Selain itu peneliti juga menanyakan apakah ada pengalam lain yang ingin

ditambahkan oleh family caregiver. Hasil yang didapat, menunjukkan

bahwa 10 orang family caregiver pasien lain tersebut menyatakan bahwa

tema-tema yang telah teridentifikasi juga dirasakan oleh mereka.

I. Etika Penelitian

Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang sangat

penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan berhubungan

langsung dengan manusia, maka segi etika penelitian harus diperhatikan.

Masalah etika yang harus diperhatikan antara lain sebagai berikut

(Hidayat, 2010) :

a. Informed consent

Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

partisipan penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

44
Tujuannya agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian dan

mengetahui dampaknya.

b. Tanpa nama (Anonimity)

Untuk menjaga kerahasiaan partisipan, peneliti tidak

mencantumkan nama subyek penelitian namun hanya diberi simbol

atau kode.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan

jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun

masalah – masalah lainnya. Semua informasi yang telah

dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya

kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.

45
BAB IV
HASIL PENELITIAN

Bab ini akan menjelaskan tentang hasil penelitian yang telah dilakukan

yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengalaman family

caregiver terhadap beban dalam merawat anggota keluarga yang menderita

kanker. Penjelasan hasil penelitian ini terbagi atas dua bagian, yaitu: pertama,

peneliti akan mengawali penjelasan dengan menggambarkan karakteristik

partisipan yang berisi informasi tentang data demografi informan, kedua, peneliti

akan menyajikan tema yang muncul dari penelitian ini yang diambil dari sudut

pandang informan tentang pengalaman family caregiver dalam merawat anggota

keluarga yang menderita kanker.

A. Karakteristik Partisipan

Karakteristik partisipan penelitian tersaji dalam tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data Demografi Partisipan


Karakteristik Jumlah (n) Frekuensi (%)
Usia :
16-20 tahun 1 10
21-25 tahun 2 20
26-30 tahun 1 10
31-35 tahun 0 0
36-40 tahun 3 30
41.45ahun 2 20
46-50 tahun 1 10
Jenis kelamin :
Laki-laki 6 60
Perempuan 4 40
Hubungan dengan pasien :
Suami 3 30
Istri 1 10
Anak 5 50
Lain-lain 1 10

46
47
B. Hasil Analisis Tematik dan Identifikasi Tema

Berdasarkan hasil penelitian, maka ditemukan tiga tema utama

yaitu masalah yang dialami; beban yang dirasakan; strategi koping yang

digunakan. Adapun proses pembentukan tema dari kategori dan sub tema

akan dijelaskan dalam tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Pembentukan Tema dari Kategori dan Sub Tema

Tema Subtema Kategori


Masalah yang Rendahnya Kurangnya pengetahuan tentang cara merawat
dialami pengetahuan Kurangnya pengetahuan tentang pengobatan
Finansial Biaya pengobatan
Berkurangnya penghasilan

Beban yang Beban fisik Keletihan


dirasakan Gangguan kesehatan
Gangguan pola tidur
Beban Terkejut
psikologis Sedih
Takut
Stress
Kesal
Malu
Tidak mendapat dukungan
Stigma
Beban sosial Pasif dalam kegiatan sekitar
Strategi koping Strategi koping Spiritual
yang digunakan posistif Tanggung jawab
Berfikir positif
Menerima
Sabar
Mengalihkan
Strategi koping Marah
negatif Menangis
Menolak
Menghindar
Berpikir negatif
Putus asa

47
1. Tema 1. Masalah Yang Dialami

Masalah yang dialami oleh family caregiver dalam merawat pasien

kanker berhubungan dengan kendala yang terjadi selama merawat

klien. Adapun masalah family caregiver adalah rendahnya

pengetahuan; kekambuhan penyakit pada klien dan munculnya

masalah finansial.

a. Pengetahuan

Masalah pengetahuan ini dapat dilihat dari kurangnya

pemahaman family caregiver tentang penyakit kanker, serta

tanda gejalanya. Family caregiver juga tidak mengerti

bagaimana kanker bisa terjadi dan bagaimana cara merawatnya.

Hal ini dapat dilihat dari ungkapan berikut :

“...Bapak tidak begitu tahu apa itu sakit kanker, yang saya

tahu ini penyakit serius, cara merawatnya gimana saya masih

takut makanya setiap ibu sakit Bapak pergi ke RS.. “(P1).

“...gejala awalnya saya gak tahu , tahu-tahu udah sakit

parah aja ibu sakit kanker, gimana bisa sakit ini sebabnya apa

saya tidak tahu..”(P3).

“...dulu ibu cuman ngeluh sakit aja di payudara, gak

kepikiran bakal jadi sakit kanker penyebabnya apa aku juga

gak tahu, yang aku tahu sampai sekarang ini penyakit bahaya

gak bisa sembuh..” (P5).

48
“.. aku gak tahu gimana cara ngerawatnya dirumah kalo

papa lagi sesak nafas terus batuk-batuk dirumah aku sama

mama panik aja langsung buru-buru ke rumah sakit..” (P2).

b. Masalah Finansial

Masalah finansial diungkapkan oleh family caregiver

terkait mahalnya biaya pengobatan secara medis, terutama

sebelum adanya Asuransi Kesehatan BPJS. Setelah adanya

BPJS caregiver merasa terbantu dalam biaya pengobatan.

Namun, kadang pengobatan untuk kanker tidak bisa dilakukan

di puskesmas , dan obat yang diperlukan kadang sesekali harus

dibeli secara mandiri dengan harga yang cukup tinggi. Selain

pengobatan biaya yang dibutuhkan untuk kebutuhan

transportasi selama pengobatan dan kemoterapi serta biaya

tempat tinggal saat menjalani terapi juga semakin banyak.

Selain biaya pengobatan yang cukup tinggi , masalah

finansial selanjutnya yang dikeluhkan oleh family caregiver

adalah berkurangnya waktu bagi family caregiver untuk

bekerja, bahkan beberapa family caregiver harus meninggalkan

pekerjaannya untuk merawat klien. Akhirnya family caregiver

mengalami penurunan penghasilan selama merawat klien.

Seperti ungkapan “...saya jadi harus sering menutup toko

saya , libur jualan dulu selama bapak di rawat di rumah sakit ,

49
apalagi kalau saat kemoterapi , sampai berminggu-minggu

saya nggak jualan...” (P2).

“...jadi sering ijin gak masuk di PT, buat nemenin mama,

mama udah gak bisa urus diri sendiri jadi harus di

temenin...”(P3).

“..ya ini sebernya kadang jadi masalah sih mbak, meski ada

BPJS tapi saya jadi gak kerja, butuh biaya buat bolak balik

sama biayain anak sekolah..” (P5).

“..ya namanya usaha buat berobat mama, kalau pakai BPJS

obatnya harus ganti dan takutnya gak bagus, jadi kami tetep

bayar pribadi aja, biar dapat obat kemo yang paling bagus,

udah sampai jual ruko beberapa saya sus..” (P6).

2. Tema 2. Beban Yang Dirasakan

Beban yang dirasakan oleh family caregiver dalam merawat

anggota keluarga yang menderita kanker merupakan dampak dari

permasalahan yang dialami oleh family caregiver. Beban yang

ditemukan dalam penelitian ini adalah beban fisik, beban psikologis,

dan beban sosial.

a. Beban fisik

Beban fisik yang diungkapkan oleh family caregiver yaitu

adanya kelelahan. Kelelahan yang dialami oleh family

caregiver berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan harian

klien (seperti makan, minum, mandi, dan kebutuhan dasar lain)

50
dan mencarai pengobatan ke berbagai tempat. Pengobatan yang

dipilih kadang sering ke luar daerah tempat tinggal hingga

keluar negeri , sehingga harus menempuh jarak yang cukup

jauh dan waktu yang lama.

Kelelahan dalam merawat klien kanker sangat dikeluhkan

terutama family caregiver yang tidak mendapatkan dukungan

dari orang lain dalam merawat klien, seperti ungkapan

“...badan saya sudah capek , karena mengurus bapak

sendirian ibu sudah tua juga jadi udah gak bisa bantu ..” (P2).

“....capek sebenernya , masih urus anak-anak juga , istri

juga harus dijaga badan jadi gampang capek sekarang,

kadang masih harus kemoterapi ke malaysia juga jauh ..”(P1).

Beban fisik lain yang banyak dikeluhkan oleh family

caregiver adalah gangguan pola tidur. Gangguan pola tidur ini

terjadi karena family caregiver sering memikirkan keadaan

klien, kesembuhan klien, orang yang akan merawat klien

setelah caregiver meninggal dan menghadapi gejala yang

muncul serta memenuhi kebutuhan klien pada malam hari.

Akibatnya family caregiver sering mengalami penurunan status

kesehatan seperti insomania, hipertertmi, gastritis, nyeri area

badan, dislokasi, gangguan tekanan darah, dan gangguan

penglihatan. Hal ini dapat dilihat dari ungkapan berikut :

51
“...tiap malam saya jadi susah tidur , kepikiran kalau saya

yang meninggal duluan gimana istri saya siapa yang mau

rawat, anak-anak juga gak ada yang rawat, sekarang tensi

saya sering tinggi kepala saya sering sakit tapi saya tetap

harus jaga istri bantuin dia ..” (P1).

“..tiap malam saya melek, ibu sering pipis malam-malam

harus dibantuin, saya takut juga kalo ibu tiba-tiba kambuh pas

saya tidur jadi gak tenang kalo mau tidur..” (P3).

“...pasti jadi kurang tidur, apalagi pas habis kemoterapi

sama radioterapi di Malaysia, gak bisa tidur denger suami

kesakitan, jadi gak tenang buat tidur gak tega, harus nemenin

dia bantu dia kencing bantu kasih dia minum..” (P4).

“...tensi saya jadi gampang naik sus, kepala jadi sakit

kayaknya karna kecapean, karna ibu harus terus ditemenin

jadi gak sempat aku periksa” (P7).

“pasti ada mbak, badan jadi kaya masuk angin gitu

apalagi pas habis bolak-balik tiba-tiba meriang,mual kaya

sakit maagh gitu..” (P8).

b. Beban Psikologis

Beban psikologis merupakan beban yang paling menonjol

dalam penelitian ini, terutama pada kejadian awal anggota

keluarga didiagnosa kanker, dan semakin lama klien

mengalami penurunan kondisi dimana semua kebutuhan

52
bergantung pada family caregiver , perubahan perasaan klien

juga sangat sulit untuk ditebak membuat family caregiver

sering merasa tekejut, sedih, stres, takut, seperti ungkapan

berikut ini “.....awal istri saya dinyatakan kanker saya syok,

kaget, sekarang sakitnya tambah parah, kita salah ngomong

dikit bisa tersinggung dan tiba-tiba marah dianya, nanti tiba-

tiba sedih sendiri nangis sendiri, sedih juga rasanya lihat dia

udah gak bisa apa-apa..” (P1).

“....waktu pertama dengar bapak sakit kanker, aku sedih

mbak nangis berhari-hari gak tega lihat bapak sesak nafas gak

bisa apa-apa, takut bapak kenapa-kenapa takut bapak

meninggal kepikiran terus ...” (P2).

“..pasti ngerasa sedih, sedih sekali, pas awal bapak

didiagnosa CA sebulan kami gak bisa terima, syok, stress,

kaget, posisi jauh di Malaysia keluarga gak ada, apa-apa aku

sendiri, gak ada yang bisa nemenin gak ada yang bisa buat

cerita, sampai aku tanya sama Tuhan kenapa suamiku yang

sakit kanker, kenapa gak saya, jadi ingat juga dulu ibu saya

juga kanker, mertua saya juga sakit kanker, kenapa bertubi-

tubi cobaannya gini, sedih rasanya...” (P4).

“..dari awal sampai sekarang ini sejak ibu mulai sakit

gelisahku gak ilang-ilang mbak, mikirin gimana nasib anak-

53
anaku nanti kalau istri tiba-tiba kenapa-napa, masih kecil-

kecil takut banget saya mbak..” (P5).

“...kami merantau di Batam ini sus, jadi ya keluarga jauh

di Jawa sana, apa-apa pikir sendiri, gak tau mau minta tolong

siapa tetangga juga gak enak, yang sering bikin aku bingung

sedih ngadepin ini sendiri, mau kubawa pulang kondisi mama

gak memungkinkan di perjalanan pula.. “ (P7).

“..takut aku sus, aku masih kecil ibuku udah kena kanker

kata bu guru kanker itu bahaya, takut ibu nanti meninggal

lama-lama..” (P9).

“..dulu iya, kaget syok dia masih muda dai pintar, baik

juga tapi harus sakit parah gini, dulu aku sering main sama

belajar bareng, tapi sekarang dia baring lemah gitu, sedih

banget aku..” (P10).

Hal ini dikarenakan family caregiver tidak tahu cara terbaik

untuk menghadapi gejala pasien kanker, serta tidak adanya

dukungan dari lingkungan sekitar untuk menghadapi masalah

yang muncul.

c. Beban Sosial

Beban sosial merupakan beban yang dialami oleh family

caregiver yang berhubungan dengan orang lain secara

lingkungan sekitar. Beban sosial yang ditemukan terutama

adalah stigma pada klien kanker. Stigma juga dapat

54
menurunkan dukungan dari orang lain, sehingga family

caregiver sulit mendapatkan support system. Rendahnya

dukungan dari orang lain terutama dukungan keluarga akan

menambah berat beban yang dialami oleh family caregiver. Hal

ini dapat dilihat dari ungkapan sebagai berikut :

“....saya ngurus ibuk cuman sama bapak ,bapak juga udah tua,

sodara rumahnya jauh jarang jenguk jarang bantuin, ya jadi

saya tiap hari adanya kerja terus jaga ibuk jadi jarang main

sama kawan..” (P3).

“...jaman bapak sehat sering saya keluar sama teman-teman,

tapi sejak 3 tahun ini bapak udah bolak-balik berobat ke

rumah sakit ke malaysia ke Surabaya ke Batam jadi ya lebih

baik nemenin dia, terus mau cerita sama mereka tentang

keadaan sekarang juga gak mecahin masalah, jadi dah gak tau

dunia luar saya sus.. “ (P4).

“...saya jadi jarang ikut acara goro di sekitar rumah, karna

istri gak bisa ditinggal kan, kalau ada acara kampung juga

jarang ikut, gak enak juga sebernya, tapi ya gimana ya sus,

mudah-mudahan mereka ngertiin aja..” (P8).

3. Tema 3. Strategi Koping yang Digunakan

Strategi koping adalah cara yang digunakan oleh family caregiver

untuk mengatasi beban yang dirasakannya. Strategi koping terbagi atas

dua, yaitu strategi koping posistf dan strategi koping negatif.

55
a. Strategi koping positif

Family caregiver mengalami beberapa masalah dan

berbagai pengalaman selama merawat anggota keluarga dengan

kanker. Selama merasakan beban yang muncul dan dirasakan

dalam merawat klien family caregiver lebih menjadi baik

dalam beribadah dan berdoa, lebih mendekatkan diri kepada

Tuhan, agar diberikan ketenangan dan kekuatan dalam merawat

keluarga yang sedang sakit, seperti ungakapan berikut

“...sejak istri sakit saya kadang jadi sering ngeluh cobaan

kok gini , tapi saya ingat Allah kasih cobaan pasti sesuai

kemampuan hamba-Nya, tapi dari situ saya jadi lebih sering

doa biar kuat dan istri saya lekas sembuh, kalo ngeluh terus

gak ada manfaatnya..” (P1).

“..saya muslim, jadi kalo malam saya gak bisa tidur saya

sholat malam berdoa sama Allah biar cepet diangkat

penyakitnya disudahi sakitnya, cerita sama Allah nangis juga

sama Allah, lebih deketin diri sama Allah jadi lebih dapat

kekuatan tersendiri rasanya sus..” (P4).

“lebih banyak doa sama tuhan aja aku sus, kemana-mana

bawa al-kitab apalagi kalau mama lagi mulai kumat rasa

sakitnya, aku minta sama tuhan biar dia cepet sehat..” (P6).

“..diajarin sama guru ngajiku, kita harus banyak doa sama

Allah, terutama harus bisa jadi anak sholeh biar bisa bantu

56
mama sehat, rajin ibadah rajin doa, ngerawat orang tua

ikhlas..” (P9).

b. Strategi koping Negatif

Beban yang dirasakan family caregiver kadang membuat

mereka merasakan putus asa, marah, dan tidak bisa menerima

kenyataan yang dihapadi terutama saat pertama merawat klien

kanker , seperti ungkapan berikut

“....pas tau bapak saya sakit gitu saya sempat marah sama

Tuhan, rasanya sedih saya sayang sama papa sampai pernah

seharian gak nemuin papa gak mau lihat dia kesakitan..” (P2).

“..pas awal ibu sakit sus, aku sempat putus asa gak tau

mau apa, sempet marah-marah sendiri, ibu juga pernah

sampe kumarahin karna udah jauh dari rumah mau minta

tolong sama siapa, harus berobat kesana kemari juga, lelah

badan sama hatiku..” (P8).

“..minggu awal bapak didiagnosa sakit CA, kaya kena

petir, aku sempet tanya sama Tuhan kenapa suami saya

dikasih sakit kaya gini, kenapa cobaan terus-terusan, ya kaya

marah gitu sama Tuhan, udah cukup sampai segini aja

sakitnya kasihan..” (P4).

“..pernah kecewa sama Tuhan, kenapa harus abang yang

sakit dia masih muda, dia tulang punggung keluarga juga

mama sama papa dah cerai..” (P10).

57
BAB V
PEMBAHASAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai tema-tema yang terdapat dalam

penelitian dan dikaitkan dengan teori-teori dan penelitian yang telah ada

sebelumnya.

A. Intepretasi Hasil Penelitian

Penelitian ini menemukan tiga tema dan beberapa diantaranya terdapat sub

tema dan kategori. Berikut penjelasan pembahasan secara rinci mengenai

tema-tema yang ada :

1. Tema 1. Masalah yang Dialami

Family caregiver memiliki tanggung jawab terhadap perawatan

pasien. Seorang family caregiver berkewajiban memberikan bantuan

medis, ekonomi, dan sosial kepada individu yang mengalami

ketergantungan karena kondisi sakit yang dialami individu tersebut

(Yuniarsih, 2010). Tugas family caregiver dalam memberikan perawatan

juga disebutkan oleh Friedman. Menurut Friedman (1998) menyebutkan

bahwa tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan anggota keluarga

dibagi menajdi lima tugas, yaitu keluarga mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan untuk melakukan tindakan terhadap masalah yang

terjadi, memberikan perawatan, mempertahankan suasanan rumah yang

menguntungkan kesehatan dan keluarga diharapkan dapat memanfaatkan

fasilitas kesehatan. (Mubarak, 2010).

58
a. Rendahnya Pengetahuan

Seorang family caregiver harus mendapatkan informasi dan

pengetahuan mengenai penyakit pasien dan prognosisnya (Lopez, et

al., 2012). Hal ini pula disebutkan oleh Orem dalam Potter & Perry

(2010) yaitu , kebutuhan mengenai informasi tentang penyakit dan

cara perawatan merupakan kebutuhan informasi yang penting dan

harus terpenuhi oleh keluarga khusunya yang bertindak sebagai family

caregiver. Informasi ini akan membantu keluarga untuk berespon

terhadap penyakit pasien dan beradaptasi terhadap segala aspek

perubahan yang terjadi dalam keluarga. Kebutuhan akan edukasi

mengenai kanker ini juga menjadi hal yang belum cukup terpenuhi

oleh family caregiver.

Hal tersebut dapat dilihat dalam narasi dari beberapa partisipan

mulai dari P1, P1 merupakan suami dari pasien berusia 47 tahun

dimana bertugas juga sebagai kepala keluarga dan memiliki dua orang

anak, ada beberapa alasan baginya untuk memutuskan sebagai family

caregiver dimana dia adalah suami dari pasien dan anak mereka masih

kecil-kecil,belum bisa untuk mandiri dan merawat pasien, P1 kurang

mengetahui tentang penyakit yang diderita pasien dan cara

perawatannyadan selalu langsung membawa pasien pergi ke rumah

sakit setiap ada keluhan seperti pada ungkapan berikut :

59
“...Bapak tidak begitu tahu apa itu sakit kanker, yang saya tahu ini

penyakit serius, cara merawatnya gimana saya masih takut makanya

setiap ibu sakit Bapak pergi ke RS.. “(P1).

Jadi P1 belum memahami betul apa penyakit yang diderita oleh

pasien dan bagaimana merawatnya dirumah, sehingga masih merasa

panik saat pasien mengeluhkan sesuatu tentang penyakitnya.

P3 adalah anak laki-laki berusia 25 tahun, merupakan anak

kandung dari pasien dan belum menikah dan bekerja di salah PT di

daerah tempat dia tinggal , dia hanya hidup berdua dengan pasien

yang merupakan ibunya, jadi dia adalah family caregiver tunggal

untuk ibunya, P3 tidak mengethaui gejala awal yang dirasakan ibunya

dan penyakit yang diderita sehingga saat keluhanyya semakin parah

P3 baru tahu bahawa ibunya sakit kanker dan sudah stadium lanjut

seperti pada ungkapan berikut :

“...gejala awalnya saya gak tahu , tahu-tahu udah sakit parah aja

ibu sakit kanker, gimana bisa sakit ini sebabnya apa saya tidak

tahu..”(P3).

P5 adalah seorang laki-laki berusia 49 tahun dan merupakan suami

dari pasien dan juga sebagai kepala keluarga, P5 sampai sekarang

kurang mengetahui apa penyakit yang diderita pasien, hanya tahu

bahwa pasien sakit parah dan sakit di bagian payudara dan tidak bisa

sembuh, seperti ungkapan berikut :

60
“...dulu ibu cuman ngeluh sakit aja di payudara, gak kepikiran

bakal jadi sakit kanker penyebabnya apa aku juga gak tahu, yang aku

tahu sampai sekarang ini penyakit bahaya gak bisa sembuh..” (P5).

P2 adalah seorang perempuan berusia 40 tahun, dan merupakan

anak kandung dari pasien, P2 bekerja membuka toko di rumah dan

masih merawat pasien dan merawat ibunya, P2 belum tahu bagaimana

cara merawat pasien di rumah dan seirng merasa panik saat pasien

mengeluh sesak nafas dan batuk karena penyakit yang dideritanya, hal

ini sesuai dengan ungkapan berikut :

“.. aku gak tahu gimana cara ngerawatnya dirumah kalo papa lagi

sesak nafas terus batuk-batuk dirumah aku sama mama panik aja

langsung buru-buru ke rumah sakit..” (P2).

Dalam menjalani peran sebagai family caregiver para partisipan

masih belum memahami apa dan bagaimana penyakit yang diderita

oleh pasien dan sering tidak paham dengan apa yang petugas medis

sampaikan sehingga saat sudah di rumah family caregiver tidak tahu

bagaimana cara merawat dan cara memberi terapi yang benar terhadap

pasien, dan sering merasa panik dan segera membawa kembali pasien

ke rumah sakit saat megalami keluhan.

61
b. Finansial

Pengalaman family caregiver selama merawat pasien kanker sangat

variatif. Family caregiver memberikan bantuan kepada pasien dalam

memenuhi kebutuhan dasar seperti nutrisi, berpenampilan, perawatan

post operasi, finansial, akses untuk memperoleh pelayanan di fasilitas

kesehatan, dan memberikan dukungan afektif berupa kasih sayang,

perhatian dan motivasi yang dapat menjadi koping untuk pasien dalam

mengelola masalah psikologis yang timbul.

Menurut penelitian Marimbe et al (2016) juga menyatakan bahwa

family caregiver yang merawat pasien dengan kanker memiliki beban

finansial yang tinggi.

Hal ini disebabkan karena family caregiver harus meninggalkan

pekerjaanya untuk merawat pasien. Selain itu family caregiver juga

mengeluhkan besarnya biaya pengobatan. Meskipun pengobatan yang

dijalani pasien terkadang gratis, namun terkadang family caregiver

harus membeli obat diluar fasilitas kesehatan , membeli pempers,

kebutuhan lain untuk perawatan pasien yang harus dilakukan secara

terus menerus dan menghabiskan biaya yang cukup tinggi.

Masalah finansial yang dialami family caregiver ini dapat

diminimalisir dengan tetap fokus menjadi pengobatan secara medis

menggunakan asuransi kesehatan. Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia nomo 52 tahun 2016 tentang standar tarif

pelayanan kesehatan dalam penyelenggaraan progran jaminan

62
kesehatan menyatakan bahwa tarif untuk kemoterapi

Rp.15.000.000,00 – Rp. 20.000.000,00 terganung jenis obat yang

dibutuhkan untuk satu kali siklus kemoterapi yang dilakukan. Tarif

yang minimal ini dapat dimanfaatkan oleh family caregiver untuk

mengelola finansialnya agar lebih maksimal. Pusat pelayanan

kesehatan pun juga harus menjaga stok obat agar tidak sampai kosong.

Masalah finansial sering menjadi kendala utama bagi family

caregiver karena selain untuk biaya perawatan pasien family

caregiver juga perlu untuk membiayai kehidupan sehari-hari seperti

narasi masing-masing family caregiver berikut :

P2 memiliki usaha membuka toko di rumah untuk keperluan

sehari-hari dan pengobatan pasien yang merupakan ayah dari P2,

selama menjalani perawatan P2 harus sering menutup tokonya untuk

menemani pasien ke rumah sakit, dan harus menyewa tempat tinggal

sementara di dekat rumah sakit selama menjalani kemoterapi,

pendapatan menjadi berkurang dan harus membiayai pengobatan

pasien karena menggunakan pembayaran pribadi, seperti ungkapan

berikut :

“...saya jadi harus sering menutup toko saya , libur jualan dulu

selama bapak di rawat di rumah sakit , apalagi kalau saat kemoterapi

, sampai berminggu-minggu saya nggak jualan...” (P2).

P3 bekerja di salah satu PT di Batam, dimana dia adalah seorang

karyawan di PT tersebut, selama pasien sakit dan semua sudah

63
bergantung terhadap P3 untuk merawat dan berobat sehingga

menyebabkan P3 sering tidak masuk kerja, karena saat dia bekerja dia

harus meminta tolong kepada saudaranya yang kadang tidak bisa juga

selalu membantu P3 untuk merawat pasien, seperti ungkapan berikut :

“...jadi sering ijin gak masuk di PT, buat nemenin mama, mama

udah gak bisa urus diri sendiri jadi harus di temenin...”(P3). Sehingga

mempengaruhi penghasilan dan performa P3 sebagai karyawan PT.

P5 adalah suami dari pasien dan merupakan kepala keluarga yang

masih memiliki anak yang masih sekolah, P5 bekerja sebagai buruh

PT, pengobatan pasien memang terbantu dengan BPJS , tetapi biaya

untuk pergi dan biaya hidup serta membiayai anak untuk sekolah

menjadi masalah bagi P5, selama merawat pasien P5 jadi tidak bisa

bekerja di PT karena aturan yang ada karyawan tidak boleh sering izin

untuk tidak bekerja, seperti ungkapan berikut :

“..ya ini masalah sih mbak, meski ada BPJS tapi saya jadi gak

kerja, butuh biaya buat bolak balik sama biayain anak sekolah..”

(P5).

P6 adalah anak dari pasien yang menjadi family caregiver untuk

ibunya, P6 memiliki ruko yang sekarang di urus oleh suaminya,

karena dia harus merawat ibunya, P6 dan keluarga memilih untuk

membayar pengobatan dan kemoterapi secara mandiri, karena

mengutamakan obat yang bagus untuk diberikan kepada pasien, P6

mengatakan sampai harus menjual beberapa rukonya untuk

64
membiayai pengobatan dan untuk biaya kehidupan sehari-hari, seperti

ungkapan berikut :

“..ya namanya usaha buat berobat mama, kalau pakai BPJS

obatnya harus ganti dan takutnya gak bagus, jadi kami tetep bayar

pribadi aja, biar dapat obat kemo yang paling bagus, udah sampai

jual ruko beberapa saya sus..” (P6).

2. Tema 2. Beban yang Dirasakan

Beban yang dirasakan oleh family caregiver yang merawat pasien

dengan kanker merupakan dampak yang dirasakan family caregiver.

Beban yang ditemukan dalam penelitian ini adalah beban fisik,

psikologis, dan sosial. Beberapa penelitian terakhir menunjukkan bahwa

beban yang dialami oleh family caregiver selama merawat pasien dengan

kanker berada dalam kategori yang cukup tinggi. Penelitian He et al,

(2014); Geriani et al (2015); dan Shamsaei (2015) menyatakan bahwa

beban yang dialami oleh caregiver dalam merawat pasien kanker berada

di tingkat menengah hingga tinggi.

Dalam menjalankan perannya sebagai family caregiver, tidak luput

dari beban saat merawat pasien, ada beberapa beban yang dirasakan

family caregiver yang sangat dirasakan seperti narasi dibawah ini oleh

masing-masing partisipan :

65
a. Beban Fisik

Beban fisik yang diungkapkan oleh family caregiver yaitu

adanya kelelahan. Kelelahan yang dialami oleh family caregiver

berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan harian pasien.

Tingkat kelelahan yang dirasakan oleh family caregiver akan

lebih tinggi dibandingkan dengan caregiver yang medapatkan

dukungan orang lain dalam merawat pasien. Apabila family

caregiver hanya sendirian mengerjakan semua kebutuhan pasien

sehingga waktu yang dimiliki oleh family caregiver dihabiskan

bersama pasien. Akibatnya family caregiver tunggal akan merasakan

beban yang lebih tinggi dibandingkan dengan caregiver yang

mendapatkan bantuan dari orang lain (Ge & Mordiffi,2017).

Penelitian Yazici et al (2016) menyatakan bahwa caregiver yang

menghabiskan waktu lebih banyak bersama pasien akan memiliki

beban yang lebih tinggi dari pada family caregiver yan g sedikit

menghabiskan waktu bersama pasien. Penelitian Cw et al (2013)

menyatakan hal yang sama, bahwa family caregiver yang

menghabiskan waktu lebih banyak bersama pasien akan mengalami

beban yang lebih tinggi. Penelitian ini langsung menghubungkan

karakteristik caregiver dengan tingkat beban yang dialami caregiver.

Penelitian Sink et al (2013) yang menyatakan bahwa family

caregiver yang merawat pasien kanker mengalam beban fisik yang

cukup mengganggu. Beban fisik yang dirasakan adalah adanya

66
keluhan dalam pola tidur seperti kesulitan tidur dan insomnia,

akibatnya family caregiver mengalami berbagai masalah kesehatan

seperti nyeri di area tubuh, gastritis, dan sakit kepala. Penelitian

Marimbe et al (2016) menyatakan bahwa family caregiver

mengeluhkan kesehatan fisik yang terganggu, seperti nyeri pada

punggung dan peningkatan tekanan darah.

Istirahat dan tidur merupakan salah satu kebutuhan manusia

(Potter&Perry, 2010). Jika family caregiver mengalami kekurangan

dalam kedua aspek tersebut, maka kebutuhan dasar family caregiver

sebagai manusia tidak tercukupi. Adanya dukungan dan bantuan dari

orang lain akan membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan

dasarnya. Jika kebutuhan istirahat dan tidur family caregiver tidak

terpenuhi, maka family caregiver dapat mengalami gangguan

kesehatan.

P2 merasakan lelah karena harus merawat pasien sendiri dan

masih harus merawat ibunya yang juga sudah tua, selain mengurus

pasien yang sudah bergantung terhadap P2, P2 harus juga mengurus

keperluan yang lain di rumah dan urusan lainnya sehingga dia

kadang merasa sangat lelah dalam mengerjakan semua hal tersebut

seperti ungkapan berikut :

“...badan saya sudah capek , karena mengurus bapak sendirian

ibu sudah tua juga jadi udah gak bisa bantu ..” (P2).

67
P1 yang merupakan kepala keluarga yang menjadi suami dan

ayah dari anak-anaknya merasakan beban yang muncul elama

merawat pasien, rasa lelah dirasakanya karena harus merawat istri

dan merawat anaknya apalagi ditambah saat pasien harus menjalani

kemoterapi atau pengobatan ke Malaysia dimana harus menempuh

jarak yang jauh dan membutuhkan waktu lama, P2 megatakan lebih

cepat merasa lelah sekarang dibanding sebelum istrinya sakit karena

harus mengurus semuanya sendirian, selain itu pola tidur P1 menjadi

terganggu karena selalu merasa gelisah dengan hal yang akan datang

seperti kematiannya atau kematian istrinya sehingga berpengaruh

terhadap waktu istirahat dan terhadap tekanan darah P1 yang

sekarang menjadi lebih tinggi dibanding sebelumnya dan sering

merasa sakit kepala seperti ungkapan berikut :

“....capek sebenernya , masih urus anak-anak juga , istri juga

harus dijaga badan jadi gampang capek sekarang, kadang masih

harus kemoterapi ke malaysia juga jauh ..”(P1).

“...tiap malam saya jadi susah tidur , kepikiran kalau saya yang

meninggal duluan gimana istri saya siapa yang mau rawat, anak-

anak juga gak ada yang rawat, sekarang tensi saya sering tinggi

kepala saya sering sakit tapi saya tetap harus jaga istri bantuin

dia ..” (P1). Hal ini menambah kekhawatiran P1 akan kemungkinan

kejadian yang akan terjadi.

68
P3 adalah laki-laki yang merupakan anak dari pasien, P3 berusia

25 tahun dan bekerja di PT selama 12 jam perhari, selain bekerja P3

harus merawat ibunya yang sedang sakit jadi dia harus membagi

waktu untuk melakukan keduanya, sehingga membuat waktu

istirahat P3 menjadi terganggu, bahkan saat malam hari P3 sering

harus terjaga karena harus membantu dan merawat ibunya seperti

ungkapan sebagai berikut :

“..tiap malam saya melek, ibu sering pipis malam-malam harus

dibantuin, saya takut juga kalo ibu tiba-tiba kambuh pas saya tidur

jadi gak tenang kalo mau tidur..” (P3).

P4 adalah seorang perempuan berusia 42 tahun yang merupakan

istri dari pasien, P4 mengatakan selalu mendampingi suami saat

menjalani pengobatan di beberapa rumah sakit di Indonesia dan

Malaysia, selama mendampingi pasien P4 menjadi tidak bisa

beristirahat secara maksimal, dimana dia selalu terjaga dimalam hari

untuk melihat kondisi suaminya, membantu memenuhi kebutuhan

suaminya seperti untuk buang air kecil atau minum, sehingga

membuat waktu tidurnya selalu kurang seperti ungakapan berikut :

“...pasti jadi kurang tidur, apalagi pas habis kemoterapi sama

radioterapi di Malaysia, gak bisa tidur denger suami kesakitan, jadi

gak tenang buat tidur gak tega, harus nemenin dia bantu dia

kencing bantu kasih dia minum..” (P4).

69
P7 adalah anak laki-laki dari pasien berusia 23 tahun, dia yang

merawat pasien selama sakit dan sudah dijalaninya selama dua

setengah tahun sejak ibunya sakit, selama merawat pasien dia merasa

menjadi mudah lelah dan menyebabkan tensi menjadi lebih tinggi

dari angka normal, P7 tidak sempat untuk memeriksakan kondisinya

karena harus merawat ibunya, P7 juga mengatakan menjadi sering

sakit kepala, seperti ungkapan berikut :

“...tensi saya jadi gampang naik sus, kepala jadi sakit kayaknya

karna kecapean, karna ibu harus terus ditemenin jadi gak sempat

aku periksa” (P7).

P8 adalah laki-laki berusia 37 tahun merupakan suami dari

pasien, selama merawat pasien P8 menjadi tidak ada waktu untuk

beristirahat dengan cukup, dan pasien harus menjalani pengobatan ke

beberapa rumah sakit dan daerah sehingga harus melakukan

perjalanan, membuat P8 merasakan kurang nyaman pada kondisi

keshatanya, seperti ungkapan sebagai berikut :

“pasti ada mbak, badan jadi kaya masuk angin gitu apalagi pas

habis bolak-balik tiba-tiba meriang,mual kaya sakit maagh gitu..”

(P8).

Dari beberapa pengalaman family caregiver , memang

menunjukkan bahwa saat merawat pasien berpengaruh terhadap

beberapa kondisi fisik dan kesehatan mereka serta waktu intirahat

yang kurang cukup untuk diri mereka sendiri.

70
b. Beban Psikologis

Periode awal dalam merawat pasien dengan kanker merupakan

periode adaptasi. Family caregiver sering merasa stres dan frustasi

dalam periode ini, terutama saat gejala muncul dari pasien.

Respon emosional ini terjadi karena family caregiver belum terbiasa

menghadapi gejala yang muncul dari pasien. Sebagaimana penelitian

Gonyea & Boyle (2005) yang menyatakan bahwa family caregiver

yang merawat pasien dengan kanker mengalami stres yang cukup

tinggi. Period adaptasi ini berlangsung selama 1-2 tahun pertama.

Hal ini dikarenakan family caregiver belum beradaptasi dengan

gejala yang dimunculkan oleh pasien. Bahkan penelitian Sink, et al

(2013) menyatakan bahwa family caregiver sampai mengalami

depresi, karena frustasi dan sedih melihat an menghadapi kondisi

pasien.

Dalam artikel What It Takes To Be Caregiver yang di

publikasikan oleh American Cancer Society (2015) menyebutkan

bahwa memiliki seseorang yang dicintai menderita penyakit kanker

akan menimbulkan kesedihan dan syok pada keluarga. Mereka juga

akan merasakan kesedihan dan duka cita yang mendalam kepada

pasien. Keluarga akan merasakan kewalahan dan frustasi dalam

mengatasi masalah yang muncul selama merawat pasien. Family

caregiver juag dapat merasa lelah, terisolasi, depresi dan kesulitan

dalam mendapatkan bantuan. Salah satu penelitian di California

71
menyebutkan bahwa seorang family caregiver membutuhkan

dukungan untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan dan stress

yang mereka rasakan.

Beberapa beban psikologis yang dirasakan oleh family

caregiver sangatlah bermacam-macam yang tergambar dari narasi

berikut :

Rasa terkejut, kaget, syok, sedih, gelisah, takut, dirasakan oleh

hampir semua partisipan saat pertama mengetahui bahwa keluarga

mereka menderita sakit kanker, semua dirasakan oleh P1,P2,

P4,P5,P7,P9, dan P10, mereka sampai menangis beberapa hari

karena harus menerima kenyataan bahwa orang-orang yang mereka

cintai harus menderita sakit yang cukup berbahaya, rasa khawatir

karena takut tidak bisa merawat pasien secara maksimal dan tidak

bisa mengurus hal yang lain sehingga membuat mereka sering

menangis karena merasa sedih dan takut, seperti ungkapan berikut :

“.....awal istri saya dinyatakan kanker saya syok, kaget,

sekarang sakitnya tambah parah, kita salah ngomong dikit bisa

tersinggung dan tiba-tiba marah dianya, nanti tiba-tiba sedih

sendiri nangis sendiri, sedih juga rasanya lihat dia udah gak bisa

apa-apa..” (P1).

“....waktu pertama dengar bapak sakit kanker, aku sedih mbak

nangis berhari-hari gak tega lihat bapak sesak nafas gak bisa apa-

72
apa, takut bapak kenapa-kenapa takut bapak meninggal kepikiran

terus ...” (P2).

“..pasti ngerasa sedih, sedih sekali, pas awal bapak

didiagnosa CA sebulan kami gak bisa terima, syok, stress, kaget,

posisi jauh di Malaysia keluarga gak ada, apa-apa aku sendiri, gak

ada yang bisa nemenin gak ada yang bisa buat cerita, sampai aku

tanya sama Tuhan kenapa suamiku yang sakit kanker, kenapa gak

saya, jadi ingat juga dulu ibu saya juga kanker, mertua saya juga

sakit kanker, kenapa bertubi-tubi cobaannya gini, sedih rasanya...”

(P4).

“..dari awal sampai sekarang ini sejak ibu mulai sakit

gelisahku gak ilang-ilang mbak, mikirin gimana nasib anak-anaku

nanti kalau istri tiba-tiba kenapa-napa, masih kecil-kecil takut

banget saya mbak..” (P5).

“...kami merantau di Batam ini sus, jadi ya keluarga jauh di

Jawa sana, apa-apa pikir sendiri, gak tau mau minta tolong siapa

tetangga juga gak enak, yang sering bikin aku bingung sedih

ngadepin ini sendiri, mau kubawa pulang kondisi mama gak

memungkinkan di perjalanan pula.. “ (P7).

“..takut aku sus, aku masih kecil ibuku udah kena kanker kata

bu guru kanker itu bahaya, takut ibu nanti meninggal lama-lama..”

(P9).

73
“..dulu iya, kaget syok dia masih muda dan pintar, baik juga

tapi harus sakit parah gini, dulu aku sering main sama belajar

bareng, tapi sekarang dia baring lemah gitu, sedih banget aku..”

(P10).

c. Beban Sosial

Beban sosial yang muncul adalah dimana adanya perubahan

dalam kehidupan sosial atau dengan lingkungan sekitar, dimana

dapat membuat family caregiver menjadi merasa sendirian karena

tidak dapat menjalankan aktivitas sosial dan harus merawat anggota

keluarga yang sedang sakit, hal ini dirasakan hampir oleh semua

family caregiver, tetapi ada beberapa family caregiver yang saling

memberikan dukungan dan berbagi pengalaman serta selalu

mendampingi karena mengalami dan menghadapi situasi yang sama

yaitu merawat anggota keluarga yang menderita kanker.

Perubahan peran dalam keluarga juga dirasakan oleh family

caregiver. Perubahan peran mempengaruhi perubahan pada

tanggung jawab anggota keluarga baik di dalam lingkungan keluarga

ataupun masyarakat. Kondisi sakit yang dialami oleh pasien kanker

menyebabkan pasien tidak dapat melakukan aktivitas seperti saat

dalam keadaan sehat sehingga aktivitasnya akan digantikan oleh

anggota keluarga lainnya. Fenomena serupa juga terjadi pada

penelitian yang dilakukan oleh Lopez, et al., (2012) memaparkan

74
bahwa suami menggantikan istri mereka yang menderita kanker

untuk melakukan pekerjaan rumah tangga.

Perubahan peran dan perubahan terhadap lingkungan hidup

family caregiver dapat dilihat dari narasi berikut :

P3 berusia 25 tahun dan belum menikah, P3 masih dalam usia

muda dimana dia bekerja dan masih bersama lingkungan dengan

teman-teman sebayanya, perubahan sosial dia rasakan selama

merawat pasien, dia menjadi kehilangan waktu untuk bermain

dengan teman-temannya, karena harus merawat ibu dan bapaknya

yang sudah berusia tua, seperti ungkapan berikut :

“....saya ngurus ibuk cuman sama bapak ,bapak juga udah

tua, sodara rumahnya jauh jarang jenguk jarang bantuin, ya jadi

saya tiap hari adanya kerja terus jaga ibuk jadi jarang main sama

kawan..” (P3). Meskipun demikian P3 harus menjalankan perannya

sebagai family caregiver sekaligus anak yang harus mengurus kedua

orang tua sehingga membuat P3 bisa menerima peran yang harus dia

jalankan saat ini.

P4 adalah seorang ibu rumah tangga dan istri dari pasien,

sebelum suaminya sakit P4 sering melakukan aktifitas bersama

teman-temanya seperti kegiatan arisan atau perkumpulan yang lain ,

tetapi sejak suami sakit P4 selalu menemani pasien saat berobat

keluar kota dan keluar negeri, menurut dia menjalankan peran sebagi

family caregiver adalah sebuah kewajiban terhadap suaminya

75
meskipun sudah tidak bisa beraktifitas seperti dahulu dengan teman-

temannya, dia menyakini bahwa lebih baik merawat suami karena

orang lain belum tentu paham dengan apa yang sedang dia alami,

seperti ungkapan berikut :

“...jaman bapak sehat sering saya keluar sama teman-teman,

tapi sejak 3 tahun ini bapak udah bolak-balik berobat ke rumah

sakit ke malaysia ke Surabaya ke Batam jadi ya lebih baik nemenin

dia, terus mau cerita sama mereka tentang keadaan sekarang juga

gak mecahin masalah, jadi dah gak tau dunia luar saya sus.. “ (P4).

P8 adalah suami dari pasien dan salah satu warga di

perumahan dia tinggal, sebelum isri sakit P8 selalu aktif dalam

melakukan kegiatan masyarakat, seperti gotong royong dan acara

kampung, tetapi sejak isri sakit dia harus merawat istri dan

mendampingi saat harus bolak-balik dirawat dan menjalani erapi di

beberapa rumah sakit P8 harus sering tidak andil dalam kegiatan-

kegiatan tersebut, seperti ungkapan berikut :

“...saya jadi jarang ikut acara goro di sekitar rumah, karna

istri gak bisa ditinggal kan, kalau ada acara kampung juga jarang

ikut, gak enak juga sebernya, tapi ya gimana ya sus, mudah-

mudahan mereka ngertiin aja..” (P8).

Hal ini mebuat P8 kadang sungkan dengan warga sekitar tetapi

disisi lain dia harus merawat pasien dan berjuan bersama untuk

kesembuhan pasien dengan menjalani beeberapa terapi.

76
3. Tema 3. Strategi Koping yang Digunakan

Strategi koping adalah cara yang digunakan oleh family caregiver

untuk mengatasi beban yang dirasakannya. Strategi koping yang

digunakan dalam penelitian ini adalah strategi koping positif dan negatif.

Strategi koping positif yang ditemukan adalah spiritual; tanggung jawab;

berfikir positif; menerima; mengalihkan; dan sabar. Sedangkan strategi

koping negatif yang digunakan adalah menolak; marah; menangis;

menghindar; dan berfikir negative (Geriani et al., 2015).

Strategi koping yang paling banyak digunakan oleh family

caregiver dalam penelitian ini adalah strategi koping positif, yaitu

strategi spiritual. Family caregiver dalam penelitian ini beragama islam,

dan budha. Mereka mempunyai keyakinan dan cara berdoa masing-

masing sesuai dengan kepercayaanya yang tujuannya untuk lebih

menenangkan, mendekatkan diri dengan Tuhan, dan berdoa untuk pasien.

Selain strategi spiritual yang digunakan family caregiver dalam

penelitian ini yaitu menolak, marah, menangis, menghindar, melepaskan

tanggung jawab, berfikir negatif dan menerima. Strategi tersebut sesuai

dengan konsep pada tahap kehilangan dan berduka pada manusia, yang

diawali dengan penolakan; marah; tawar menawar; depresi; dan yang

terakhir adalah menerima (Potter&Perry, 2010).

Strategi koping yang dilakukan oleh family caregiver beraneka

ragam dan sesuai waktu yang dialami, kebanyakan dari mereka percaya

terhadap Tuhan dan sering memanjatkan doa untuk kesembuhan pasien

77
dan kekuatan untuk dirinya sendiri , bagi para family caregiver percaya

terhapad takdir Tuhan adalah hal yang sangat penting dimana dari hal

tersebut membuat mereka bisa menerima dan menjalani tugasnya dengan

baik dan ikhlas, seperti ungakapan berikut :

“...sejak istri sakit saya kadang jadi sering ngeluh cobaan kok gini

, tapi saya ingat Allah kasih cobaan pasti sesuai kemampuan hamba-

Nya, tapi dari situ saya jadi lebih sering doa biar kuat dan istri saya

lekas sembuh, kalo ngeluh terus gak ada manfaatnya..” (P1).

“..saya muslim, jadi kalo malam saya gak bisa tidur saya sholat

malam berdoa sama Allah biar cepet diangkat penyakitnya disudahi

sakitnya, cerita sama Allah nangis juga sama Allah, lebih deketin diri

sama Allah jadi lebih dapat kekuatan tersendiri rasanya sus..” (P4).

“lebih banyak doa sama tuhan aja aku sus, kemana-mana bawa

al-kitab apalagi kalau mama lagi mulai kumat rasa sakitnya, aku minta

sama tuhan biar dia cepet sehat..” (P6).

“..diajarin sama guru ngajiku, kita harus banyak doa sama Allah,

terutama harus bisa jadi anak sholeh biar bisa bantu mama sehat, rajin

ibadah rajin doa, ngerawat orang tua ikhlas..” (P9).

Berbeda halnya dengan beberapa family caregiver yang masih

menyangkal dan merasa tidak terima dengan apa yang harus dijalaninya

sekarang, banyak dari mereka merasa sedih, kecewa, marah, tidak terima

dengan takdir tuhan, seperti ungkapan berikut :

78
“....pas tau bapak saya sakit gitu saya sempat marah sama Tuhan,

rasanya sedih saya sayang sama papa sampai pernah seharian gak

nemuin papa gak mau lihat dia kesakitan..” (P2).

“..pas awal ibu sakit sus, aku sempat putus asa gak tau mau apa,

sempet marah-marah sendiri, ibu juga pernah sampe kumarahin karna

udah jauh dari rumah mau minta tolong sama siapa, harus berobat

kesana kemari juga, lelah badan sama hatiku..” (P8).

“..minggu awal bapak didiagnosa sakit CA, kaya kena petir, aku

sempet tanya sama Tuhan kenapa suami saya dikasih sakit kaya gini,

kenapa cobaan terus-terusan, ya kaya marah gitu sama Tuhan, udah

cukup sampai segini aja sakitnya kasihan..” (P4).

“..pernah kecewa sama Tuhan, kenapa harus abang yang sakit dia

masih muda, dia tulang punggung keluarga juga mama sama papa dah

cerai..” (P10).

Tentu tidak selamanya family caregiver selalu merasa marah dan

kecewa, karena dengan berjalannya waktu mereka sudah mulai bisa

menerima hal tersebut, dan bisa merawat pasien dengan baik.

79
B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diusahakan sesuai dengan prosedur ilmiah, namun

demikian masih memiliki keterbatasan yaitu :

a. Waktu untuk melakukan wawancara dengan partisipan harus

menyesuaikan dengan waktu dimana partisipan sedang tidak merawat

pasien dan tidak menggangu waktu pemberian terapi terhadap pasien

sehingga sering menunggu lama dan menghabiskan waktu lebih dari 24

jam untuk satu orang partisipan.

b. Masih ada beberapa partisipan yang menggunakan bahasa daerah

masing-masing sehingga harus mengulang beberapa kali untuk

melakukan wawancara dibeberapa pertanyaan.

80
BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Temuan dari penelitian ini memberikan informasi mengenai

pengalaman family caregiver keluarga dalam merawat pasien dengan

kanker. Dalam menjalankan peran sebagai family caregiver , partisipan

mengalami perubahan psikologi, fisik dan sosial yang tergambar dalam

tema beban yang dialami family caregiver. Family caregiver juga sempat

mengalami kebingungan saat merawat pasien. Hal ini terjadi karena

kurangnya informasi yang dimiliki mengenai penyakit kanker yang

tergambar dalam tema kurangnya pengetahuan mengenai penyakit kanker.

Dan dalam menghadapi semua masalah yang muncul selama menjadi

family caregiver, mereka mempunyai strategi koping positif secara

spiritual dan negatif seperti marah , menangis, menolak yang tergambar

dalam tema strategi koping yang digunakan.


B. Saran

Penelitian ini diharapkan agar RS Awal Bros dapat mengadakan

kelas atau group support untuk family caregiver pasien kanker untuk

memberikan pendidikan kesehatan dan cara merawat pasien kanker selama

pengobatan di rumah, serta menjadikan wadah untuk tempat berbagi cerita

antar family caregiver agar bisa berbagi pengalaman satu sama lain,

sehingga meningkatkan pengetahuan dan semangat dalam merawat pasien

kanker.

82

Anda mungkin juga menyukai