Anda di halaman 1dari 13

A.

PENGERTIAN
Hernia adalah keluarnya isi tubuh (biasanya abdomen) melalui defek atau bagian terlemah dari dinding
rongga yang bersangkutan.

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan terjadinya dibagi menjadi:
1. Hernia congenital /bawaan.
2. Hernia akuisita
Berdasarkan sifatnya hernia terbagi menjadi:
1. Hernia reponible yaitu bila isi hernia dapat dimasukkan kembali. Usus keluar bila berdiri atau
mengedan dan masuk lagi bila berbaring atau didorong masuk. Tidak terdapat keluhan atau gejala
obstruktif.
2. Hernia ireponible yaiotu bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan kedalam rongga, hal ini
disebabkan perlengketan isi usus pada peritoneum kantong hernia. Tidak ada keluhan nyeri atau tanda
sumbatan usus.
Berdasarkan isinya hernia dibagi menjadi:
1. Hernia adipose, yaitu hernia yang isinya jaringan lemak.
2. Standing hernia, yaitu hernia yang isinya kembali sebagian dari dinding kantong hernia.
3. Hernia litter, hernia inkaserata/ strangulasi yang sebagian dinding ususnya yterjepit dalam cincin
hernia

C. TANDA DAN GEJALA


1. Hernia reponible tanda dan gejalanya:
 Pasien merasa tidak enak di tempat penonjolan
 Ada penonjolan di salah satu lokasi abdomen misalnya inguinal, femoralis dan lain-lain.
Benjolan timbul saat mengejan BAB, mengangkat beban berat ataupun saat aktivitas berat dan
hilang pada waktu istirahat baring.
 Kadang-kadang perut kembung.
 Apabila terjadi perlengketan pada kantung hernia dan isi hernia maka tidak dapat
dimasukkan lagi (ireponibel).
2. Hernia inkarserata, tanda dan gejalanya :
 Adanya gambaran obstruksi usus dimana pasien mengalami obstipasi, muntah, tidak flatus,
perut kembung dan dehidrasi.
 Terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa.
 Bila lelah terjadi strangulasi.
 Pasien mengalami nyeri hebat di daerah hernia, dimana nyeri menetap karena rangsangan
peritoneum. Pada pemeriksaan local ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan lagi diserta
nyeri tekan dan tergantung keadaan isi hernia.
 Dapat dijumpai tanda peritonitis atau terjadi abses local, keadaan ini merupakan keadaan gawat
darurat dan memerlukan pertolongan segera.
D. PATOFISIOLOGI

Defek dinding abdomen Mengejan saat BAB, angkat beban berat, atau aktivitas berat

Hernia

reponibel ireponibel strangulata

Obstipasi, muntah, tidak flatus,


hernia letak rendah Isiperut
herniakembung, dehidrasi,
tidak dapat gangguan
dimasukkan lagi keseimbangan cairan & elektrolit, asam basa, nyeri hebat di tempat
benjolan saat mengejan, angkat beban berat, aktivitas berat
hilang saat istirahat baring ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN FRAKTUR
1. Pengkajian
Menurut hidayat (2004:98), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan
dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui berbagai
permasalahan yang ada. Adapun pengkajian pada pasien post operasi menurut Suratun
(2008:66) adalah :
a. Lanjutkan perawatan pra operatif
b. Kaji ulang kebutuhan pasien berkaitan dengan kebutuhan rasa nyeri, perfusi jaringan,
promosi kesehatan, mobilitas dan konsep diri
c. Kaji dan pantau potensial masalah yang berkaitan dengan pembedahan: tanda vital,
derajat kesadaran, cairan yang keluar dari luka, suara nafas, bising usus,
keseimbangan cairan, dan nyeri.
d. Observasi resiko syok hipovolemia akibat kehilangan darah akibat pembedahan mayor
(frekuensi nadi meningkat, tekanan darah turun, konfusi dan gelisah).
e. Kaji peningkatan komplikasi paru dan jantung: observasi perubahan frekuensi nadi,
pernafasan, warna kulit, suhu tubuh, riwayat penyakit paru, dan jantung sebelumnya.
f. Sistem perkemihan: pantau pengeluaran urin, apakah terjadi retensi urin. Retensi dapat
disebabkan oleh posisi berkemih tidak alamiah, pembesaran prostat, dan adanya
infeksi saluran kemih.
g. Observasi tanda infeksi ( infeksi luka terjadi 5-9 hari, flebitis biasanya timbul selama
minggu kedua), dan tanda vital.
h. Kaji komplikasi tromboembolik: kaji tungkai untuk tandai nyeri tekan, panas,
kemerahan, dan edema pada betis.
i. Kaji komplikasi embolik lemak: perubahan pola panas, tingkah laku dan perubahan
kesadaran.
Sedangkan menurut Doenges (2000:761), data dasar pengkajian pada pasien dengan post
op fraktur femur berhubungan dengan intervensi bedah umum yang mengacu pada pengkajian
fraktur, yaitu:
a. Aktivitas/istirahat:keterbatasan/kehilangan fungsi pada bagian yang terkena.
b. Sirkulasi: hipertensi, hipotensi, takikardia, pengisian kapiler lambat, pucat pada bagian
yang tekena, pembengkakan jaringan.
c. Neurosensori: hilang gerakan/sensasi, spasme otot, kebas, deformitas local.
d. Nyeri/kenyamanan: nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera, spasme/keram otot.
e. Keamanan: laserasi kulit, avulsi jaringan, perdarahan, perubahan warna,
pembengkakan local.
2. Diagnosa Keperawatan
Menurut Sumijantun (2010:189), diagnosa keperawatan merupakan langkah kedua dari
proses keperawatan yang menggambarkan penilaian klinis tentang respon individu, keluarga,
kelompok, maupun masyarakat terhadap permasalahan kesehatan baik aktual maupun potensial.
Adapun diagnosa keperawatan pada kasus post op fraktur menurut Suratun (2008:67) adalah :
a. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi.
b. Potensi perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat
yang mengikat, dan ganguan peredaran darah.
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan kemandirian.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur
pembedahan, serta adanya imobilisasi, bidai, traksi, gips.
e. Perubahan citra diri dan harga diri berhubungan dengan dampak muskuloskeletal.
f. Resiko tinggi syok hipovolemik.
g. Resiko tinggi infeksi
Sedangkan menurut Wilkinson dalam jitowiyono (2010:24), Diagnosa keperawatan yang
muncul pada pasien dengan post op fraktur meliputi:
a. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang,
edema dan cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
b. Intoleran aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak
adekuatan oksigenisasi.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik,
kerusakan sirkulasi, dan penurunan sirkulasi, dibuktikan oleh terdapat luka/ ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, tyerdapat jaringan nekrotik.
d. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh, respon inflamasi tertekan,
prosedur invasif dan jalur penusukan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
f. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah
interpretasi informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Menurut Sumijantun (2010:203), perencanaan adalah fase proses keperawatan yang
sistematik mencakup pembuatan keputusan dan pemecahan masalah. Adapun perencanaan
keperawatan pada klien dengan post op fraktur femur menurut Suratun dkk, (2008:66) adalah :
1. Nyeri berhubungan dengan prosedur pembedahan, pembengkakan dan imobilisasi.
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
-       Nyeri berkurang/hilang
-       Klien tampak tenang
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri pasien.
b. Tinggikan ekstremitas yang dioperasi.
c. Kompres dingin bila perlu.
d. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
e. Kolaborasi dalam pemberian obat analgesic.
Rasional :
a. Mengetahui skala nyeri pada pasien.
b. Membantu mengontrol edema agar nyeri berkurang.
c. Untuk mengontrol nyeri dan edema.
d. Hal ini dapat mengurangi dan mengontrol nyeri.
e. Untuk mengontrol nyeri.
2.  Perubahan perfusi jaringan  perifer berhubungan dengan pembengkakan, alat yang mengikat,
gangguan peredaran darah.
Tujuan : Memelihara perfusi jaringan adekuat
Kriteria Hasil :Tidak ada sianosis
Intervensi :
a. Rencana pra operatif dilanjutkan.
b. Pantau status neurovaskular, warna kulit, suhu, pengisian kapiler, denyut nadi, nyeri, edema.
c. Anjurkan latihan otot.
d. Anjurkan latihan pergelangan kaki dan otot betis setiap jam.
Rasional :
a. Meneruskan tindakan keperawatan.
b. parastesi pada bagian yang dioperasi, dan laporkan segera pada dokter bila ada temuan yang
mengarah pada gangguan.
c. untuk mencegah atrofi otot.
d. untuk memperbaiki peredaran darah.
3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kehilangan kemandirian.
Tujuan : Memelihara kesehatan
Kriteria Hasil: Klien mampu merawat diri sendiri
Intervensi :
a.    Rencana pra operatif dilanjutkan.
b.    Anjurkan pasien berpartisipasi dalam program penanganan pasca operatif.
c.    Diet seimbang dengan protein dan vitamin adekuat sangat diperlukan.
d.   Anjurkan banyak minum minimal 2 sampai 3 liter perhari.
e.    Observasi adanya  gangguan integritas kulit pada daerah yang tertekan.
f.     Ubah posisi tidur dalam setiap 2-3 jam sekali.
g.    Bantu klien dalam pelaksanaan hyegien personal.
h.    Libatkan keluarga dalam pemeliharaan kesehatan.
Rasional :
a. Melanjutkan tindakan keperawatan.
b. Membantu dalam proses keperawatan.
c. Untuk keshatan jaringan dan penyembuhan luka.
d. Memenuhi kebutuhan cairan.
e. Untuk mengetahui sedini mungkin adanya gangguan.
f. Untuk mencegah adanya penekanan pada kulit.
g. Untuk menghindari adanya kerusakan pada kulit.
h. Membantu dalam pemeliharaan kesehatan pasien.
4.  Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri, pembengkakan, prosedur
pembedahan, adanya imobilisasi, (bidai, gips, traksi).
Tujuan : Memperbaiki mobilitas fisik normal
Kriteria Hasil: Melakukan pergerakan dan pemindahan
Intervensi :
a. Kaji tingkat kemampuan mobilitas fisik.
b. Bantu pasien melakukan aktivitas selama pasien mengalami ketidaknyamanan.
c. Tinggikan ektremitas yang bengkakanjurka latihan ROM sesuai kemampuan.
d. Anjurkan pasien berpartisipasi dalam aktivitas sesuai kemampuan.
e. Pantau daerah yang terpasang pen, skrup batang dan logam yang digunakan sebagai fiksasi
interna.
f. Anjurkan menggunakan alat bantu saat sedang pasca operasi, sebagai tongkat.
g. Pantau cara berjalan pasien. Perhatikan apakah benar-benar aman.
Rasional :
a. Mengetahui tingkat kemampuan mobilitas klien.
b. Menambah kemampuan klien dalam melakukan aktivitas.
c. Untuk memperlancar peredaran darah sehingga mengurangi pembengkakan.
d. Untuk mencegah kekakuan sendi.
e. Untuk memperbaiki tingkat mobilitas fisik.
f. Ini dilakukan untuk mempertahankan posisi tulang sampai terjadi penulangan, tetapi tidak
dirancang untuk mempertahankan berat badan.
g. Untuk mengurangi stres yang berlebihan pada tulang.
Perubahan citra diri dan harga diri berhubungan dengan dampak masalah musculoskeletal.
Tujuan : Terjadi peningkatan konsep diri
Kriteria Hasil: Klien dapat bersosialisasi
Intervensi :
a. Rencana perawatan pra operatif dilanjutkan.
b. Libatkan pasien dalam menyusun rencana kegiatan yang dilakukan.
c. Bantu pasien menerima citra dirinya serta beri dukungan, baik dari perawat, keluarga
maupun teman dekat.
Rasional :
a.    Melanjutkan rencana tindakan keperawatan.
b.    Mempercepat rencana tindakan keperawatan.
c.    Stres,dan menarik diri akan mengurangi motivasi untuk proses penyembuhan.
6. Resiko tinggi komplikasi (syok hipovolemik)
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik
Kriteria Hasil : Klien tampak tenang
Intervensi :
a. Pantau dan catat kehilangan darah pada pasien ( jumlah,warna).
b. Pantau adanya peningkatan denyut nadi dan penurunan tekanan darah.
c. Pantau jumlah urin.
d. Pantau terjadinya gelisah, penurunan kesadaran dan haus.
e.   Pantau pemeriksaan laboratorium, terutama penutunan HB dan HT. Segera lapor ke ahli
bedah ortopedi untuk penanganan selanjutnya.
Rasional :
a. Memantau jumlah kehilangan cairan.
b. Ini merupakan tanda awal syok.
c. Jika urin kurang dari 30 cc/ jam, itu merupakan tanda syok.
d. Rasa haus merupakan tanda awal syok.
e. Mengetahui terjadinya hemokosentrasi dan terjadinya syok hipovolemik.
7. Resiko tinggi infeksi
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil: Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus
Intervensi :
a. Pemberian antibiotik intra vena jangka panjang.
b. Kaji respon pasien terhadap pemberian antibiotic.
c. Ganti balutan luka dengan teknik aseptik, sesuai dengan program.
d. Pantau tanda vital.
e. Pantau luka operasi dan catat cairan yang keluar.
f. Pantau adanya infeksi saluran kemih.
Rasional :
a. Untuk mencegah osteomielitis.
b. Menilai adanya alegi dengan pemberian antibiotic.
c. Mencegah kontaminasi dan infeksi nasokomial.
d. Peningkatan suhu tubuh diatas normal menunjukan adanya tanda infeksi.
e. Adanya cairan yang keluar dari luka menunjukan adanya infeksi pada luka.
f. Laporkan ke dokter bila ada infeksi yang ditemukan, hal ini sering terjadi setelah
pembedahan ortopedik.
Perencanaan keperawatan menurut wilkinson dalam jitowiyono (2010:25) pada klien
dengan post op fraktur femur meliputi :
1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya jaringan tulang, gerakan fragmen tulang, edema dan
cedera pada jaringan, alat traksi/immobilisasi, stress, ansietas.
Tujuan : Nyeri dapat berkurang atau hilang
Kriteria Hasil:
1.   Nyeri berkurang atau hilang
2.   Klien tampak tenang
Intervensi :
a. Lakukan pendekatan pada klien dan keluarga.
b. Kaji tingkat intensitas dan frekuensi nyeri.
c. Jelaskan pada klien penyebab nyeri.
d. Observasi tanda-tanda vital.
e. Lakukan kolaborasi dengan tim medis dalm pemberian analgesic.
Rasional :
a. Hubungan yang baik membuat klien dan keluarga kooperatif.
b. Tingkat intensitas nyeri dan frekuensi menunjukan nyeri.
c. Memberikan penjelasan akan menambah pengetahuan klien tentang nyeri.
d. Untuk mengetahui perkembangan klien.
e. Merupakan tindakan dependent perawat. Dimana analgesik berfungsi untuk memblok
stimulasi nyeri.
2. Intoleran aktivitas berhubungan dengan dispnea, kelemahan/keletihan, ketidak adekuatan
oksigenisasi.
Tujuan : Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas
Kriteria Hasil :
a. Prilaku merupakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri
b. Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu
c. Koordinasi otot,tulang dan anggota gerak lainya baik
Intervensi:
a. Rencanakan periode istirahat yang cukup.
b. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
c. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
d. Setelah latihan dan aktivitas kaji respon pasien.
Rasional :
a. Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk
aktivitas seperlunya secara optimal.
b. Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secar perlahan dapat
menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mbilisasi dini.
c. Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
d. Menjaga kemungkinan adanya respon abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
3. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tekanan, perubahan status metabolik,
kerusakan sirkulasi, dan penurunan sirkulasi, dibuktikan oleh terdapat luka/ ulserasi,
kelemahan, penurunan berat badan, turgor kulit buruk, terdapat jaringan nekrotik.
Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus
2. Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi
Intervensi :
a. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
b. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
c. Pantau peningkatan suhu tubuh.
d. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kassa kering dan steril,
gunakan plester kertas.
e. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
f. Setelah debridement, ganti baluta sesuai kebutuhan.
g. Kolaborasi pemberian antibiotic.
Rasional :
a. Mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam meltindakan yang
tepat.
b. Mengidentifikasi tingkat keparahan akan mempermudah intervensi
c. Suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasi sebagai adanya proses peradangan.
d. Tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya
infeksi.
e. Agar benda asing atau jaringan yang teriinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal
lainya.
f. Balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung pada kondisi parah/tidaknya
luka, agar tidak terjadi infeksi.
g. Antibiotik berguna untuk memetikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang terjadi
infeksi.
4. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidaknyamanan, kerusakan
muskuloskletal, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
Tujuan : Pasien akan menunjukan tingkat mobilitas optimal
Kriteria Hasil :
1. Penampilan yang seimbang
2. Melakukan pergerakan dan pemindahan
3. Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat ditoleransi dengan karakteristik :
0 = mandiri penuh
1 = memerlukan alat bantu
2 = memerlukan bantuan darinorang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran
3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu
4 = ketergantungan tidak berpartisipasi dalam aktivitas
Intervensi :
a. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
b. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
c. Ajarkan dan pantau dalam hal pengguanaan alat bantu.
d. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
e. Kolaborasi dalam hal ahli terapi fisik.
Rasional :
a. Mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
b. Mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan
ataukah ketidakmauan.
c. Menilai batasan kemempuan aktivitas optimal.
d. Mempertahankan/keningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
e. Sebagai suatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan/
meningkatkan mobilitas pasien.
5. Resiko infeksi berhubungan dengan statis cairan tubuh, respon inflamasi tertekan, prosedur
invasif dan jalur penusukan, luka/kerusakan kulit, insisi pembedahan.
Tujuan : Infeksi tidak terjaadi/ terkontrol
Kriteria Hasil :
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti pus.
2. Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi.
Intervensi :
a. Pantau tanda-tanda vital.
b. Lakukan perawatan luka dengan tehnik aseptic.
c. Lakukan perawatan terhadap prosedur invasif seperti infus, kateter, drainase luka, dll.
d. Jika ditemukan tanda-tanda infeksi kolaborasi untuk pemeriksaan darah, seperti Hb dan
leukosit.
e. Kolaborasi untuk pemberian antibiotic.
Rasional :
a.    Mengidentifikasi tanda-tanda peradangan terutama bila suhu tubuh meningkat.
b.    Mengendalikan penyebaran mikroorganisme pathogen.
c.    Untuk mengurangi resiko infeksi nasokomial.
d.   Panurunan Hb dan peningkatan leukosit dari normal bisa terjadi akibat terjadinya proses
infeksi.
e.    Antibiotik mencegah perkembangan mikroorganisme pathogen.
6. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan
dengan keterbatasan kognitif, kurang terpajan/mengingat, salah interpretasi informasi.
Tujuan : Pasien mengutarakan pemahaman tentang kondisi, efek prosedur dan proses
pengobatan.
Kriteria Hasil :
1. Melakukan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan dari suatu tindakan.
2. Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan kut serta dalam regimen perawatan.
Intervensi :
a. Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
b. Berika penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
c. Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makananya
d. Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang dilakukan.
Rasional :
a. Mengetahui seberapa jauh penglaman dan pengetahuan klien dan keluarga tentang
penyakitnya.
b. Dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan keluarganya akan merasa
tenang dan mengurangi cemas.
c. Diet dan pola  makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
d. Mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai keberhasilan dari
tindakan yang dilakukan.
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan spesifik. Tahap
pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk
membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan (Nursalam, 2001:63).
Pelaksanaan tindakan kepewaratan pada klien fraktur femur dilakukan sesuai dengan
perencanaan keperawatan yang letah ditentukan, dengan tujuan unutk memenuhi kebutuhan
pasien secara optimal.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah intelektual untuk melengkapi proses asuhan keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan, dan pelaksanaanya yang
berhasil dicapai. Meskipun evaluasi diletakkan pada akhir asuhan keperawatan, evaluasi
merupakan bagian integral pada setiap tahap asuhan keperawatan (Nursalam, 2001:71).
Setelah data dikumpulkan tentang status keadaan klien maka perawat memebandingkan
data dengan outcomes. Tahap selanjutnya adalah membuat keputusan tentang pencapaian klien
outcomes, ada 3 kemungkinan keputusan tahap ini :
1)        Klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan.
2)        Klien masih dalam catatan hasil yang ditentukan.
3)        Klien tidak dapat mencapai hasil yang ditentukan (Nursalam, 2001:73)

Anda mungkin juga menyukai