Anda di halaman 1dari 50

BAB II

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

2.1. Pelaksanaan
2.1.1. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan
Berdasarkan hasil Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), ada
beberapa dampak yang harus dipantau dan dikelola pada kegiatan operasional
pabrik peleburan dan pemurnian bijih timah, yaitu :
1. Penurunan kualitas udara dan Peningkatan kebisingan
2. Penurunan kualitas air
3. Limbah padat dan Radioaktif Tenorm
4. Potensi Kebakaran
5. Gangguan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
6. Gangguan kesehatan masyarakat dan karyawan
7. Sikap dan Persepsi Masyarakat
8. Adanya Peluang Kerja
Dalam upaya meminimalisirkan dampak negatif serta meningkatkan
dampak positif dari operasional pabrik peleburan dan pemurnian timah PT. Prima
Timah Utama, maka dilakukan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan
dampak yang ditimbulkannya. Pengelolaan lingkungan hidup diuraikan
berdasarkan urutan komponen kegiatan yang telah dilaksanakan.

2.1.1.1. Jenis Dampak : Penurunan kualitas udara dan Itensitas Kebisingan


a) Sumber dampak
Sumber dampak penurunan kualitas udara berasal emisi gas polutan
berupa asap dari proses peleburan bijih timah yang dikeluarkan
melalui cerobong asap pabrik. Selain itu juga, dalam jumlah kecil
sumber dampak terhadap penurunan kualitas udara berasal dari asap
dan pertikulat yang dihasilkan oleh kendaran pengangkut bahan baku
peleburan bijih Timah (Bijih timah, Antrasit dan Kapur) . Emisi gas

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 14


Periode Semester II Tahun 2019
yang ditimbulkan di area pabrik peleburan bijih timah ini bersifat
polutan teridiri dari partikulat, gas Nox, Sox, dan CO serta
konsentrasi Radium dan radon yang terkandung dalam partikulat asap
dan debu. Gas Polutan tersebut menimbulkan dampak negatif
terhadap kesehatan masyarakat dan pekerja.
b) Tindakan Pengelolaan
Kegiatan Pengangkutan :
 Memberlakukan batas kecepatan maksimum kendaraan, terutama
truk pengangkut material bijih timah (bahan baku), bahan
penolong, BBM, limbah (slag), produk dan lainnya, sehingga
tidak melebihi kecepatan 40 km/jam guna meminimalisir tingkat
kebisingan dan timbulnya partikulat di udara ambien.
 Dalam pengangkutan bijih timah (ore), anthrasit, flux/kapur, slag
dan tin ash yang berpotensi menjadi sumber pencemaran debu,
selain dimasukan ke dalam kantong /karung besar juga ditutup
dengan menggunakan penutup bak.
 Meminimalisir emisi gas buang kendaraan operasional dan
angkutan yang dimiliki PT. Prima Timah Utama dengan
pemeriksaan dan pemeliharaan mesin kendaraan secara berkala.
 Memperkeras jalan tanah dan/atau mengaspalnya pada jalan
masuk khusus menuju lokasi smelter, sehingga peningkatan debu
di sepanjang jalan tersebut dapat diminimalisir.
Kegiatan Pengolahan (Peleburan dan Pemurnian Bijih Timah)
/Smelter :
(a) Mengurangi tingkat kebisingan, melalui upaya :
 Memasang sistem peredam kebisingan pada peralatan
yang menjadi sumber bising, baik pada bagian bantalan
peralatan (bila memungkinkan) maupun berupa sistem isolasi
bising ruangan dimana peralatan berada.
 Bila tingkat kebisingan lingkungan tetap tinggi maka
perlu dibuat peta tingkat kebisingan (noise isopleth) untuk

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 15


Periode Semester II Tahun 2019
daerah tersebut. Berdasarkan peta ini dapat dipasang tanda-
tanda peringatan bahwa daerah tertentu mempunyai tingkat
kebisingan tinggi. Tanda peringatan ini menjadi dasar
pemakaian alat penutup telinga (ear plug).
 Apabila perusahaan akan memanfaatkan oli pelumas
bekas sebagai bahan campuran bahan bakar pada tanur, maka
perusahaan harus mengurus perizinan terkait pemanfaatan
limbah B3 (oli pelumas bekas) berupa izin penyimpanan dan
pemanfaataan limbah B3 dari instansi terkait yaitu
Kementrian Lingkungan Hidup RI.
(b) Mengurangi atau meminimalisir kadar emisi gas SOx, NOx, CO,
partikulat debu (TSP), dan partikulat (PM10) yang dihasilkan oleh
proses pembakaran melalui upaya sebagai berikut :
(1) Upaya meminimalisir kadar gas SOx :
 Proses peleburan menggunakan bahan penolong anthrasit
yang memiliki kadar unsur S rendah (< 0.4%).
 Proses peleburan menggunakan kapur yang efektif
(memiliki kandungan CaCO3 tinggi) untuk mengubah
SOx dalam furnace menjadi senyawa non-polutan.
 Apabila kadar pencemar udara berupa SOx telah
mencapai batas baku mutu lingkungan yang
dipersyaratkan maka sebagai alternatif pengelolaan
limbah gas dengan menggunakan metode Flue Gas
Disulfurisasi, salah satu diantaranya yang dapat
diterapkan adalah dengan menggunakan scrubber basah.
Reaksi yang terjadi yaitu, SO2 akan terikat pada kapur
bubur (kapur bubuk yang telah dicampur air)
menghasilkan CaSO3 (kalsium sulfit)
(2) Meminimalisir kadar gas NOx :
 Menurunkan suhu gas emisi secara berangsur-angsur
untuk menekan terbentuknya NOx dari nitrogen bebas

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 16


Periode Semester II Tahun 2019
dengan menggunakan cooler.
 Apabila kadar pencemar berupa NOx telah mencapai
ambang batas baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan
maka pengelolaan gas NOx dapat menggunakan SNCR.
Gas NOx yang dihasilkan sebelum dilepas ke udara
terlebih dahulu direduksi dan diuraikan oleh larutan
reagent urea cair. Proses ini dilakukan dengan bantuan
instalasi Selective Non Catalityc Reduction-SNCR (dapat
mengurangi emisi gas NOx sebesar 75-98%)
(3) Meminimalisir kadar gas CO
 Pemeliharaan dan pengawasan secara berkala terhadap
fasilitas produksi, terutama burner dan air pendingin,
sehingga proses pembakaran dalam tungku dapat berjalan
sempurna (oksidasi sempurna untuk menekan jumlah gas
CO yang dihasilkan).
 Melakukan proses pendinginan suhu emisi gas secara
berangsur untuk menghindari CO menjadi stabil.
Pendinginan secara berangsur dapat dilakukan dengan
memperpanjang saluran pembuangan asap dari furnace
menuju cerobong.
(4) Meminimalisir kadar partikulat debu :
 Memastikan bahwa seluruh peralatan produksi dalam
kondisi baik dan tidak ada kebocoran dalam ruang tungku,
mesin-mesin, ruang pendingin dan peralatan pengolah
limbah gas, sehingga tidak ada gas polutan ataupun abu
terbang lainnya yang ke luar dari peralatan produksi dan
instalasi pengolah limbah gas.
 Apabila kadar partikulat telah mencapai batas baku mutu
lingkungan yang dipersyaratkan maka pengelolaan
partikulat dapat menggunakan filter partikulat berupa filter
baghouse. Udara panas yang mengandung asap dan debu

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 17


Periode Semester II Tahun 2019
yang berasal dari tungku pembakaran disalurkan melalui
pipa masuk ke dalam cooler stack untuk menurunkan suhu
udara panas tersebut. Udara dari cooler stack kemudian
disalurkan menuju bag house sehingga terjadi proses
penyaringan partikulat. Metode pengolahan limbah gas
dengan teknologi seperti ini sering disebut teknologi
“filter bag house”. Berdasarkan tingkat efektivitasnya,
teknologi filter bag house mampu mengurangi partikulat
sekitar 90%.
 Pencegahan pencemaran udara oleh partikulat debu yang
berasal dari proses pengolahan bijih timah dapat dilakukan
dengan pengaturan tekanan di dalam tanur (furnace).

Gambar 2.1. Instalasi Penanganan Pencemaran Udara Melalui Cerobong


Tanur

(c) Membuat desain cerobong asap (untuk smelter maupun genset)


sesuai dengan Kepdal No. 205/6/1996 tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara
(d) Pemeliharaan secara berkala sistem pengolahan limbah gas
sehingga penyaringan partikulat dan gas polutan dalam emisi
dapat berjalan efektif.
(e) Melakukan penghijauan pada lokasi RTH dan seluruh areal yang
tidak dimanfaatkan untuk bangunan dan fasilitas lainnya, yaitu
dengan jenis tanaman yang efektif dalam menyerap gas polutan,

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 18


Periode Semester II Tahun 2019
mengikat partikulat dan meredam kebisingan, seperti :
 Tanaman permukaan : rumput gajah mini, rumput tikar.
 Tanaman strata bawah yang berfungsi juga sebagai tanaman
hias : Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), Lidah
Mertua (Sanseviera trifasciata), Handeuleum
(Graptophylum pictum Griff), Lidah Buaya (Aloe
barbadensis), Spider Plant (Chlorophytum comosum),
Puring (Codiaeum variegatum L.), Asoka (Ixora spp.), dan
Teh-tehan (Acalypha siamensis).
 Strata tengah yang berfungsi juga sebagai tanaman hias :
Pinang Merah Bangka (Cystostachys ronda), Sapu-sapu
(Baeckea frustescens), Sikuncung (Sapu Laki) dan Nasi-nasi
(Sysigium buxifolia) yang merupakan tanaman endemic
Bangka Belitung, Kembang Kertas (Bougenvilia spectabilis
Willd.), dan Simpur (Dillenia pulchella).
 Tanaman strata atas (pohon) dapat dipilih jenis : Glodokan
Tiang (Polyalthia longifolia), Bambu Kuning (Bambusa
vulgaris), Bungur (Lagerstroemia speciosa), Leben (Vitex
pubescens), Angsana (Pterocarpus indicus), Uber (Eugenia
bankensis), Manggis (Garcinia mangostana L.), Asam
Landi (Pithecelobium dulce), Bisbul (Diospyros discolor
Willd.), Pucuk Merah (Syzygium oleana), dan Tanjung
(Mimusops elengi).
Kehadiran vegetasi dengan strata yang lengkap diyakini
dapat menjaga kualitas lingkungan di dalam dan sekitar
lokasi kegiatan yang menghasilkan polutan gas.
c) Tolak Ukur Pengelolaan Kualitas Udara dan Intensitas Kebisingan
Tolak ukur dalam pengelolaan kualitas udara ini diatur dalam :
1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 4 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha
Pertambangan.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 19


Periode Semester II Tahun 2019
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara untuk Udara Ambien.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
48/MenLH/II/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di tempat kerja.
d) Lokasi pengelolaan
1. Emisi cerobong dikelola pada area produksi (furnace), hingga
cerobong asap
2. Ruang terbuka hijau
3. Area perkantoran PT. Prima Timah Utama
e) Periode pengeloaan
Pengelolaan dilakukan selama operasional perusahaan periode bulan
Juli s/d Desember 2019.

2.1.1.2. Jenis Dampak : Penurunan Kualitas Air


a. Dampak Lingkungan : Penurunan kualitas air, akibat meningkatnya
suhu air, TSS, TDS, kadar logam dan lainnya.
b. Sumber Dampak
Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah :
 Pengolahan (Peleburan dan pemurnian bijih timah),
 Operasional workshop dan genset.
 Penanganan Limbah
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Seluruh parameter dalam air limbah yang dihasilkan dari
kegiatan smelter tidak melebihi baku mutu berdasarkan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.
04/MNLH/06/2006 tentang Baku Mutu Air Limbah Cair Bagi
Usaha Dan Atau Kegiatan Pertambangan Bijih Timah;
Lampiran II Baku Mutu Air Limbah Bagi Kegiatan Pengolahan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 20


Periode Semester II Tahun 2019
Bijih Timah, yaitu untuk parameter TSS, pH, Cu, Zn, Pb, As,
S+2, Fe, Mn, Sn, Cr total yang merupakan parameter kunci dari
limbah cair yang dihasilkan dari operasional smelter.
 Air limbah domestik kegiatan perkantoran dan ceceran minyak-
lemak di ruang workshop dan genset tidak melebihi baku mutu
berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan
Kehutanan No. P.68/Menlhk/Setjend/Kum.1/8/2016 (lampiran I)
 Air permukaan pada badan perairan umum penerima dampak
tidak melebihi baku mutu berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan
Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

Tabel 2.1. Tolok Ukur/Indikator Pencemaran Air Limbah Kegiatan


Pengolahan Bijih Timah (Smelter ) PT. Prima Timah Utama

Satua
No Parameter Kadar Maksimum
n
1 pH - 6–9
2 TSS mg/L 200
3 Cu mg/L 2
4 Zn mg/L 5
5 Pb mg/L 0,1
6 As mg/L 0,1
7 S+2 mg/L 0,05
8 Fe mg/L 5
9 Mn mg/L 2
10 Sn+ mg/L 2
11 Cr Total mg/L 0,5
Tabel 2.2. Tolok Ukur /Indikator Pencemaran Air Limbah Domestik
Kegiatan Pengolahan Bijih Timah (Smelter ) PT.Prima Timah Utama

N
Parameter Satuan Baku Mutu
o
1 Temperatur °C -
2 TSS - 30
3 pH mg/L 6.0-9.0
4 BOD mg/L 30
Tabel 2.3.
5. COD mg/L 100
Tolok 6. Amoniak (NH3) mg/L 10
7. Oil & Grease m/s 5
8. Debit - 100
PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 21
MPn/100
9. TotalColiform Periode Semester II Tahun 30002019
ml
Ukur/Indikator Pencemaran Air Permukaan Kegiatan Pengolahan Bijih Timah
(Smelter ) PT. Prima Timah Utama
Kriteria Baku Mutu Air
No Parameter Sat
I II III IV
I. FISIKA
0
1 Temperatur C ±3 ±3 ±3 ±5
2 Residu Terlarut (TDS) mg/L 1000 1000 1000 2000
Residu Tersuspensi
3 mg/L 50 50 400 400
(TSS)
II. KIMIA
4 pH 6–9
5 Tembaga (Cu) mg/L 0,02 0,02 0,02 0,2
6 Seng (Zn) mg/L 0,05 0,05 0,05 2
7 Kromium 6 (Cr6+) mg/L 0,05 0,05 0,05 1
9 Kadmium (Cd) mg/L 0,01 0,01 0,01 0,01
10 Timbal (Pb) mg/L 0,03 0,03 0,03 1
11 Arsen (As) mg/L 0,05 1 1 1
12 Selenium (Se) mg/L 0,01 0,05 0,05 0,05
13 Kobalt (Co) mg/L 0,2 0,2 0,2 0,2
14 Total Fosfat (P) mg/L 0,2 0,2 1 5
15 Nitrat (NO3-N) mg/L 0,06 0,06 0,06 -
15 BOD5 mg/L 2 3 6 12
16 COD mg/L 10 25 50 100
17 Oksigen Terlarut (DO) mg/L 6 4 3 0

d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup


1) Pendekatan Teknologi :
Kegiatan Pengolahan (Peleburan dan Pemurnian Bijih Timah)
(Smelter) :
 Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi serta dari
instalasi air pendingin dikelola dengan sistem sirkulasi tertutup
(Closed Circulation System) sebagaimana yang telah
dilaksanakan, sehingga dipastikan tidak ada air produksi yang
terlepas ke lingkungan.
 Limbah cair yang berasal dari laboratorium pada tahap awal
persiapan peleburan akan dikelola dengan ditampung dalam
drum/jerigen tertutup dan selanjutnya diserahkan dan dikelola

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 22


Periode Semester II Tahun 2019
oleh pihak ketiga yang telah memiliki izin sesuai dengan aturan
yang berlaku.
 Melakukan pemeliharaan terhadap saluran drainase limbah air
produksi dan pengurasan kolam sirkulasi secara berkala atau
sesuai kebutuhan, sehingga aliran air limbah berjalan lancar dan
daya tampung kolam sirkulasi sesuai dengan kapasitasnya (air
produksi tidak tumpah ke luar).
 Apabila diperlukan maka ke dalam kolam sirkulasi dapat disertai
dengan penambahan flokulan /koagulan dan kapur tohor. Hal ini
dilakukan untuk membantu mengendapkan padatan tersuspensi
dan padatan terlarut yang kemungkinan mengandung logam-
logam Pb, Cu, Zn, Sn dan logam berat lainnya.

Kegiatan Operasional Genset :


 Penggunaan air pendingin untuk generator /genset dilakukan
dengan sistem sirkulasi tertutup yang dapat dibuat diintegrasikan
dengan pengolahan limbah cair dari kegiatan pengolahan dan
pemurnian bijih timah atau dibuat tersendiri di dalam bak sirkulasi.
2) Pendekatan Sosekbud :
Pendekatan social, ekonomi dan budaya dilakukan melalui
pengelolaan manajemen sumberdaya manusia dan pengalokasian dana
yang cukup, sebagai berikut:
 Untuk memastikan langkah-langkah
pendekatan teknologi di atas dijalankan oleh karyawan unit
bersangkutan, maka dibuat dalam bentuk Prosedur Operasi Baku
(Standard Operating Procedure) dan Instruksi Kerja (Work
Instruction). Kedua prosedur tersebut selanjutnya disosialisasikan
dan dipelihara serta diperbaiki bila dipandang perlu.
 Mengadakan pelatihan keterampilan
penguasaan teknik pencegahan dan pengendalian limbah cair yang
dihasilkan dalam operasional smelter secara keseluruhan.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 23


Periode Semester II Tahun 2019
 Pembekalan kedisiplinan dan
kesadaran bahwa upaya pencegahan dan pengendalian limbah
adalah menjadi tanggung jawab seluruh karyawan.
 Mengalokasikan dana untuk
melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup melalui
pendekatan di atas, serta menempatkan karyawan untuk
melaksanakan kegiatan di lapangan.
e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Program pengelolaan lingkungan ini berlangsung di lokasi kolam
pengendapan/kolam sirkulasi, serta saluran drainase air limbah.
f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan dilakukan mulai bulan Juli s/d Desember
2019.

2.1.1.3. Jenis Dampak : Peningkatan Limbah Padat


a) Sumber dampak
Sumber limbah padat berupa slag ini berasal dari sisa proses
peleburan Limbah yang dihasilkan dari peleburan tahap 2 yang
merupakan persenyawaan CaO, SiO2, FeO, TiO2, dan Al2O3 yang
sangat stabil baik secara fisik maupun kimia.
b) Tindakan pengelolaan
Tindakan pengelolaan lingkungan dilakukan dalam upaya
meminimalkan resiko dampak negatif terhadap lingkungan. Adapuan
tindakan pengelolaan lingkungan dilakukan sebagai berikut :
1. Melakukan pencatatan (logbook) terhadap limbah padat yang
dihasilkan secara rutin agar dapa diketahui potensi limbah padat
yang dihasilkan untuk limbah yang tergolong LB3 dan Non LB3
2. Penymipanan sementara dan pemanfaatan/pengolahan kembali
produk samping proses produksi berupa tin dross dilokasi slag
stockyard sebelum diproses kembali

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 24


Periode Semester II Tahun 2019
3. Slag yang dikategorikan dan LB3 disimpan sementara di slag
stockyard bersama dengan tin dross
4. Tin Dross hasil peleburan konsentrat timah tahap I langsung
diolah kembali (sesuai dengan volume dan kapasitas peleburan)
kedalam proses produksi berikutnya.
5. Untuk residu proses produksi berupa tin ash yang dikelola
dengan cara dimasukan kedalam karung dan ditutup/diikat
ujungnya atau simpan dalam drum-drum yang tertutup rapat
6. Untuk limbah slag yang tidak dimanfaatkn lagi jika tidak
mengandung tenorm maka pengelolaan limbah slag tersebut
harus dilakukan sesuai PP RI No 101 Tahun 2014 tentang
pengelolaan limbah B3
7. Untuk Limbah Slag yang tidak dimanfaatkan lagi apabila
memiliki kandungan Tenorm > 1 Bq/gr maka pengelolaan
limbah slag yang termasuk kategori limbah radioaktif Tenorm
dilakukan pengelolaan sesuai Peraturan Kepala BAPETEN No 9
Tahun 2009.
8. Limbah Padat kegiatan domestic ditampung sementara di TPS
dan selanjutnya dibuang ke TPA
9. Limbah padat berupa besi bekas dan peralatan lain yang
tergolong Non B3 dikumpulkan digudang selanjutnya
dimanfaatkan kembali atau dijual ke pihak ketiga yang masih
bernilai ekonomis dan yang tidak dimanfaatkan lagi dibuang ke
TPA bekerjasama dengan dinas kebersihan kota pangkalpinang
10. Penanganan Majun, Aki Bekas, Lampi bekas dan lainnya yang
dihasilkan dari unit kegiatan operasional workshop
(perbengkelan) dan genset maupun operasional smelter
dilakukan sesuai peraturan pemerintah RI No 101 tahun 2014
11. Mengatur pengiriman/penyerahan limbah B3 berdasarkan urutan
lama simpan di TPS

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 25


Periode Semester II Tahun 2019
12. Limbah B3 diserahkan ke pihak ketiga yang memiliki izin
pengelolaan limbah B3 untuk pengelolaan Limbah B3
13. Pengelolaan manajemen sumberdaya manusia (SDM)
- Pembekalan kedisiplinan, kesadaran dan penguasaan teknik
bagi seluruh karyawan terhadap upaya pencegahan dan
penanangan limbah yang bersifat radioaktif.
- Pemantauan dosis radiasi perorangan menggunakan lencana
TLD.
14. Pengelolaan manajemen operasional
- Pengaturan jam kerja dengan sistem kerja beregu dengan 3
shift kerja per delapan jam. Hal ini dilakukan untuk
mencegah karyawan terpapar suhu dan radioaktif dalam
waktu yang lama terutama bagi karyawan bagian peleburan
dan pemurnian bijih timah.
- Penanganan limbah partikulat yang telah terendapkan dalam
instalasi pengolahan limbah gas.
- Pemeliharaan berkala sistem pengolahan limbah gas sehingga
penyariangan partikel dalam gas emisi dapat berjalan efektif.
15. Pengelolaan manajemen utilitas
- Menyediakan tempat penyimpanan limbah B3 berupa tin ash
dan tin slag terpisah dari kegiatan pekerja.
- Sistem ventilasi udara yang baik dalam ruang produksi untuk
mencegah terkonsentrasinya gas radioaktif dalam ruangan.
Adapun ruang kerja produksi PT Prima Timah Utama dibuat
terbuka tanpa radiasi dengan dinding tembok untuk
memperlanjar sirkulasi udara di ruang produksi.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 26


Periode Semester II Tahun 2019
Gambar. 2.2. Pengumpulan dan Penyerahan
Limbah B3 Ke Pihak Ketiga

c) Tolak ukur
- Terkendalinya limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan smelter
- Terlaksananya penanganan limbah padat yang tergolong kategori
limbah padat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku
- Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 16 Tahun
2013 tentang Keselamatan Radiasi dalam Penyimpanan
Technologically Enhanced Naturally Occurring Radioactive
Material (TENORM)
- Peraturan Kepala BAPETEN No 9 Tahun 2009 tentang Intervensi
terhadap paparan yang berasal dari TENORM
d) Lokasi pengelolaan
Lokasi pengelolaan lingkungan dilakukan dalam lingkungan pabrik
PT Prima Timah Utama
e) Periode pengelolaan
Pengelolaan lingkungan dilakukan mulai bulan Juli s/d Desember
2019.
2.1.1.4. Jenis dampak : Potensi Kebakaran
a) Sumber dampak
Terjadinya insiden kebakaran pada operasional peleburan dan
pemurnian timah PT. Prima Timah Utama dapat terjadi sewaktu-
waktu selama proses produksi berlangsung. Proses pembakaran
mencapai suhu 1300°C dalam furnace maupun konseleting listrik

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 27


Periode Semester II Tahun 2019
dapat menyebabkan kebakaran, selain itu penyimpanan bahan bakar
pada tangki penampungan juga berpotensi menyebabkan kebakaran.
b) Tindakan pengelolaan
1. Lokasi pengisian BBM berada pada lokasi khusus dan terpisah
dengan ruang produksi.
2. Instalasi listrik sesuai dengan standar PLN
3. Pemeliharaan peralatan transfer BBM
4. Membatasi keluar masuk personel yang tidak berkepentingan.
5. Peralatan kebakaran sesuai spesifikasi standar keamanan dan
pengendalian kebakaran.
6. Memberikan pelatihan kepada seluruh karyawan tentang tata
cara penanggulangan pertama saat terjadi kebakaran.
c) Tolak ukur pengelolaan
Tolak ukur pengelolaan adalah peralatan pemadam kebakaran yang
tersedia, kondisi fisik dan kesiapan langkah-langkah pencegahan
bahaya kebakaran.

Gambar 2.3. Peralatan APAR Dilengkapi Dengan Kartu Kendali dan


Cara Penggunaan Alat

d) Lokasi pengelolaan
Seluruh areal kegiatan peleburan dan pemurnian PT. Prima Timah
Utama terutama lokasi penyimpanan BBM, saluran BBM dan ruang
produksi.

e) Periode pengeloaan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 28


Periode Semester II Tahun 2019
Periode pengelolaan Juli s/d Desember 2019

2.1.1.5. Jenis Dampak : Adanya Peluang Kerja


a. Dampak Lingkungan : Terbukanya Peluang Kerja
Meskipun tidak ada ketentuan di dalam peraturan yang berlaku,
Manajemen PT. Prima Timah Utama akan mengambil kebijakan
untuk memprioritaskan tenaga kerja local di sekitar lokasi rencana
kegiatan untuk menjadi karyawan perusahaan.
b. Sumber Dampak
Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah :
 Penerimaan tenaga kerja.
 Program CSR yang salah satunya adalah mengembangkan usaha
mandiri masyarakat dengan bantuan bimbingan teknis dan modal
usaha produktif.
 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan demobilisasi peralatan
serta penyimpanan material

c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup


 Lebih dari 50% karyawan perusahaan berasal dari masyarakat
setempat.
 Tingkat pengangguran di wilayah Kecamatan Bukit Intan
khususnya Kelurahan Temberan berkurang.
 Tidak terjadi kecemburuan sosial yang diakibatkan oleh merasa
kurangnya perhatian perusahaan terhadap tenaga kerja lokal yang
berkeinginan untuk bekerja di perusahaan.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pendekatan Sosial Ekonomi :
Peningkatan Kesempatan Kerja :
 Melakukan sosialisasi penerimaan tenaga kerja bagi kebutuhan
operasional smelter, mencakup jumlah dan kualifikasi yang
dibutuhkan, misalnya :

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 29


Periode Semester II Tahun 2019
 Memasang pengumuman penerimaan tenaga kerja melalui
media massa lokal.
 Pengumuman resmi di papan pengumuman Dinas Sosial dan
Tenaga Kerja Kota Pangkalpinang ataupun di Kantor
Kecamatan Bukit Intan.
 Mengadakan pertemuan langsung dengan masyarakat setempat,
sehingga masyarakat memperoleh informasi yang jelas dan
benar secara langsung dari perusahaan.
 Memberikan pendidikan dan pelatihan kepada angkatan kerja lokal
yang berminat bekerja di perusahaan tetapi tidak memiliki
keterampilan /keahlian sesuai dengan kualifikasi yang
dipersyaratkan perusahaan.
 Memberikan hak-hak pekerja sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan ketenagakerjaan yang berlaku, terutama
dalam hal :
 Pembayaran Upah,
 Perhitungan Waktu Kerja Lembur,
 Pembayaran Upah Lembur,
 Waktu Kerja dan Waktu Istirahat,
 Pemberian Cuti,
 Kepesertaan dan Pembayaran Jamsostek,
 Pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR),
 Pemberian Pesangon
 Mengalokasikan dana untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup melalui pendekatan di atas.
Peningkatan Peluang Berusaha :
 Pelatihan dan pendidikan kepada masyarakat setempat untuk
pengembangan usaha mikro dan koperasi.
 Memberikan pinjaman lunak modal usaha bagi masyarakat yang
menjadi mitra binaan, sehingga diharapkan kedepannya dapat
memupuk usaha secara mandiri.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 30


Periode Semester II Tahun 2019
 Memberikan bantuan dana, sarana dan fasilitas umum, serta
bantuan sosial lainnya terhadap masyarakat setempat.
2) Pendekatan Institusi :
Peningkatan Kesempatan Kerja :
Adapun upaya pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan antara
lain :
 Melakukan Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan (WLKP)
ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota Pangkalpinang sesuai
dengan ketentuan pasal 6 dan pasal 7 UU. No. 07 Tahun 1981
tentang Wajib Lapor Ketenagakerjaan di Perusahaan.
 Membuat secara tertulis Perjanjian Kerja baik Perjanjian Kerja
Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), maupun Perjanjian Kerja Harian Lepas sesuai dengan
ketentuan pasal 51 ayat (1) UU. No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan.
 Menentukan status pekerja PKWTT, PKWT, dan Pekerja Harian
Lepas sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
ketenagakerjaan yang berlaku (pasal 59 UU. No. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan).
 Mencatatkan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan
Perjanjian Kerja Harian Lepas ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja
Kota Pangkalpinang sesuai dengan ketentuan pasal 59 ayat (8) jo.
pasal 13 Kepmenakertrans No. Kep-100/MEN/2004.
 Membuat Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) sesuai dengan ketentuan pasal 108 UU. No. 13
Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
 Mengesahkan Peraturan Perusahaan (PP) atau Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) ke Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
Pangkalpinang sesuai dengan ketentuan 112 UU. No. 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan.
 Melakukan koordinasi dengan pihak Pemerintah Kecamatan dan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 31


Periode Semester II Tahun 2019
Pemerintah Kota Pangkalpinang melalui dinas terkait, yaitu : Dinas
Sosial dan Tenaga Kerja Kota Pangkalpinang, dan Badan
Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Kota Pangkalpinang dalam hal
rekrutmen tenaga kerja, penyelenggaraan hubungan kerja dan
pelaksanaan syarat kerja/ norma-norma kerja.
Peningkatan Peluang Berusaha :
 Melakukan koordinasi dengan Pemerintah Kecamatan serta Dinas
terkait dalam pengembangan usaha mandiri masyarakat yang
diprakarsai oleh perusahaan.
 Bersinergi dengan pemerintah daerah jika terdapat program
pemerintah yang sama atau mirip dengan program pengembangan
usaha mandiri.
e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan di wilayah pemukiman
masyarakat Kelurahan Temberan, Kecamatan Bukit Intan.
f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan dilakukan mulai bulan Juli s/d Desember
2019.

2.1.1.6. Jenis Dampak : Persepsi dan Sikap Masyarakat


a. Dampak Lingkungan : Perubahan Persepsi dan Sikap Masyarakat
Terjadinya perubahan sikap dan persepsi masyarakat terhadap
perusahaan pada dasarnya merupakan dampak lanjutan dari berbagai
dampak baik yang bersifat positif maupun negatif. Dampak berupa
perubahan persepsi dan sikap masyarakat terhadap perusahaan ini
dapat berpengaruh terhadap kelangsungan usaha/kegiatan secara
keseluruhan, dimana kegiatan operasional smelter akan berjalan
lancar jika persepsi dan sikap masyarakat bersifat positif, dan
sebaliknya sering mengalami hambatan jika persepsi dan sikap
masyarakat yang timbul bersifat negatif. Dengan demikian, dampak
ini perlu dikelola secara cermat agar dampak positifnya dapat lebih

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 32


Periode Semester II Tahun 2019
dimaksimalkan.
b. Sumber Dampak
Kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap persepsi dan
sikap masyarakat yang bersifat positif adalah penerimaan tenaga kerja
dan pemberdayaan masyarakat (CSR). Sedangkan kegiatan yang
menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap masyarakat yang
bersifat negatif adalah kegiatan pengolahan dan pemurnian bijih
timah.
c. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup
 Tumbuhnya sikap dan persepsi masyarakat yang bersifat positif
terhadap perusahaan.
 Tidak adanya konflik social antara perusahaan, masyarakat dan
karyawan.
 Terjalinnya hubungan yang harmonis dan saling membutuhkan
antara perusahaan, masyarakat dan karyawan.
d. Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pendekatan Sosial Ekonomi :
Upaya pengelolaan dampak persepsi dan sikap masyarakat baik
bersifat positif maupun negatif yang akan dilakukan melalui
pendekatan sosial-ekonomi adalah :
 Membuat standar kualifikasi dan memberikan informasi yang
jelas tentang kriteria SDM yang akan direkrut.
 Memprioritaskan masyarakat setempat untuk menjadi karyawan di
perusahaan.
 Memberikan upah yang layak sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku tentang upah dan gaji karyawan/tenaga
kerja, dan minimal sebesar UMK untuk sektor industri
pertambangan.
 Pelaksanaan program community development dengan tepat
sasaran sesuai dengan yang direncanakan.
 Berupaya untuk mencegah ataupun meminimalisir terjadinya

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 33


Periode Semester II Tahun 2019
berbagai dampak primer dari kegiatan pengolahan dan pemurnian
bijih timah yang bersifat negatif, serta terus mengembangkan atau
meningkatkan berbagai dampak primer yang bersifat positif. Hal
tersebut dimaksudkan agar masyarakat selalu memberikan respon,
sikap dan persepsi yang bersifat positif terhadap perusahaan.
 Mengalokasikan dana untuk melaksanakan kegiatan pengelolaan
lingkungan hidup melalui pendekatan di atas.
e. Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan di wilayah Kecamatan
Bukit Intan terutama wilayah yang terkena dampak, serta terhadap
seluruh karyawan yang bekerja pada perusahaan.
f. Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Pengelolaan lingkungan dilakukan mulai bulan Juli s/d Desember
2019.

2.1.1.7. Jenis dampak : Gangguan keselamatan dan kesehatan kerja (K3)


a) Sumber dampak
Sumber dampak dari gangguan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi pekerja adalah peningkatan suhu udara dan gas polutan dalam
lingkungan kerja, serta akumulasi limbah yang memiliki sifat
radioaktif dan potensi kebakaran. Peleburan dan pemurnian biji
timah menghasilkan limbah slag yang berpotensi memiliki
konsentrasi bahan radioaktif yang lebih tinggi (tenorm) dari bahan
baku asalnya (pasir timah).
b) Tindakan pengelolaan
1. Pengelolaan keselamatan kerja, antara lain sebagai berikut :
- Menyediakan peralatan perlindungan diri (APD) seperti,
sarung tangan, masker penutup mulut, hidung dan telinga,
alat penutup kepala (helm), serta peralatan teknis standar
pemadam kebakaran di lokasi pabrik peleburan timah.
- Menyusun SOP dan pelatihan K3.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 34


Periode Semester II Tahun 2019
- Pemasangan papan peringatan untuk mematuhi prosedur K3.
2. Pengelolaan kesehatan kerja, dilakukan sebagai berikut :
- Pengawasan terhadap kegiatan produksi yang dilakukan oleh
pengawas produksi
- Menerapkan sistem 3 shift kerja agar karyawan tidak terpapar
radiasi selama 24 jam.
- Fasilitas chek up dan pengobatan gratis bagi seluruh
karyawan.
- Fasilitas obat-obatan P3K bagi pekerja yang menderita sakit
atau mengalami kecelakaan kerja.
- Mengikutsertakan karyawan dalam program BPJS
Ketenagakerjaan.
c) Tolak ukur pengelolaan
1. Tingkat Intensitas komplain maupun keluhan penduduk
terhadap asap yang ditimbulkan dari kegiatan operasional pabrik
2. Ketersediaan dan kepatuhan karyawan menggunakan fasilitas
K3
3. Keikutsertaan seluruh pekerja PT. PTU dalam Jaminan
Kesehatan dan ketenagakerjaan seperti BPJS.
4. Persentase jumlah ganggua kesehatan terutama penyakit ISPA
terhadap masyarakat sekitar Pabrik dan Pekerja Pabrik
d) Lokasi pengelolaan
Di dalam areal pabrik peleburan timah PT. Prima Timah Utama.
e) Periode pengeloaan
Selama operasional pabrik peleburan timah bulan Juli s/d Desember
2019.

2.1.1.8. Jenis Dampak : Kesehatan Masyarakat dan Pekerja


a) Sumber dampak
Sumber dampak dari gangguan kesehatan masyarakat meliputi:
kegiatan pengangkutan, pengolahan bijih timah yang menyebabkan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 35


Periode Semester II Tahun 2019
peningkatan konsentrasi polutan di udara serta kegiatan
pemeliharaan dan perawatan yang dapat menurunkan kualitas air.
Proses pembakaran dalam tungku menghasilkan emisi gas dan
partikulat debu yang dapat berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu,
dalam intensitas rendah juga terdapat pencemaran air yang timbul
dari kegiatan operasional genset serta kegiatan pemeliharaan dan
perawatan workshop selama masa operasional.

b) Indikator Keberhasilan Pengelolaan Lingkungan Hidup


 Persentase peningkatan jumlah gangguan kesehatan terutama jenis
penyakit ISPA yang terjangkit pada masyarakat sekitar pabrik.
 Tingkat intensitas komplain maupun keluhan penduduk sehubungan
dengan asap yang ditimbulkan dari kegiatan operasional PT. Prima
Timah Utama.
 Dosis maksimal yang diperkenankan dapat diterima anggota
masyarakat dari pembuangan limbah radioaktif ke lingkungan hidup
dari seluruh jalur perantara yang mungkin adalah 0,3 mSv per
tahun.
c) Bentuk Pengelolaan Lingkungan Hidup
1) Pendekatan Teknologi :
 Mengurangi resiko terjadinya asap yang terperangkap lapisan
inversi rendah dengan membuat cerobong hingga ketinggian 2
kali tinggi bangunan pabrik.
 Melakukan kontrol pada emisi gas cerobong asap secara berkala
sesuai peraturan perundangan
 Melakukan kontrol pada buangan limbah cair yang akan
dibuang ke saluran drainase setempat.
 Menjaga kebersihan di seluruh areal pabrik terutama
menghindari limbah tin ash dan tin slag tercecer di areal pabrik.
 Pemeliharaan secara berkala sistem pengolahan limbah gas
sehingga penyaringan partikulat dalam gas emisi dapat berjalan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 36


Periode Semester II Tahun 2019
efektif.
 Menyediakan ruangan/gudang penyimpanan limbah tin slag dan
tin ash pada lokasi yang terpisah dari kegiatan pengolahan.
 Seluruh prosedur penanganan limbah tin slag, tin ash dan
partikulat (debu emisi) disesuaikan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, berdasarkan Peraturan Pemerintah
No. 27 tahun 2002, yaitu analisis keselamatan yang dilaporkan
ke Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN).
2) Pendekatan Sosial Ekonomi :
Upaya pengelolaan terutama diarahkan pada pencegahan faktor-
faktor penyebab dampak timbulnya peningkatan radioaktivitas
dalam lingkungan hidup oleh kegiatan pabrik pengolahan dan
pemurnian timah (smelter) PT. Prima Timah Utama, yaitu melalui
Pengelolaan Manajemen Sumberdaya manusia:
 Pembekalan kedisiplinan, kesadaran dan penguasaan teknik
bagi seluruh karyawan terhadap upaya pencegahan dan
penanganan limbah yang bersifat radioaktif.
 Pelatihan kedisiplinan karyawan untuk melaksanakan prosedur
standar operasional pabrik.
d) Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup
Lokasi pengelolaan lingkungan hidup untuk kesehatan masyarakat
dilakukan sekitar pemukiman penduduk, Kelurahan Temberan, dan
Kecamatan Bukit Intan.
e) Periode Pengelolaan Lingkungan Hidup
Selama operasional pabrik peleburan timah bulan Juli s/d Desember
2019.

2.1.2. Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 37


Periode Semester II Tahun 2019
Kegiatan pemantauan dimaksudkan untuk mengukur efektivitas dan
keberhasilan pengelolaan dampak yang telah dilaksanakan dan dirumuskan dan
menentukan metode atau pengelolaannya. Berikut ini diuraikan pelaksanaan
pemantauan lingkungan pada setiap komponen lingkungan.

2.1.2.1. Kualitas udara Dan Itensitas Kebisingan


a) Sumber dampak
Sumber dampak penurunan kualitas udara adalah proses pengolahan
bahan baku biji timah menjadi balokan timah, yang berasal dari
cerobong asap atau tungku pembakaran.
b) Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan udara disajikan pada Tabel berikut ini :

Tabel 2.4.
Lokasi pemantauan

Genset
Genset LS BT Merk Kapasitas Ket.
Tidak dipantau
karena belum
Genset I 627018 9766330 Perkin 140 KVA mencapai 1000
jam
operasional
Genset II 627018 9776320 Perkin 140 KVA Tidak Terpakai
Genset III 627102 9776222 Perkin 160 KVA Tidak Terpakai
Genset IV 627176 9766178 Cummins 350 KVA Tidak Terpakai
Genset V 627175 9766169 Cummins 350 KVA Tidak Terpakai
Cerobong
Nama
LS BT Keterangan
Cerobong
Tidak
Cerobong E -2,114413889 106,1436111
beroperasi
Tidak
Cerobong D -2,114413888 106,1436111
beroperasi
Cerobong Tidak
-2,114827500 106,1433083
Refineri beroperasi
Udara Ambien
Nama Lokasi LS BT Keternagan
Kawasan
Kantor
02°06’52,1” 106°08’33,6” Terpantau

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 38


Periode Semester II Tahun 2019
Gambar 2.4. Pengambilan Sample Emisi Ambien

c) Parameter lingkungan yang dipantau


Parameter udara yang dipantau meliputi emisi cerobong, udara
ambien dan emisi genset dapat dilihat darit tabel berikut :
1. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 4 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha
Pertambangan.
2. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara untuk Udara Ambien.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor
48/MenLH/II/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan.
4. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
13/Men/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisika dan
Faktor Kimia di tempat kerja.
d) Hasil Pemantauan
Pada Periode semester II Tahun 2019, PT. Prima Timah Utama tidak
ada kegiatan operasional pada Pabrik Pengolahan dan Pemurnian oleh
karena itu sumber dampak dari penurunan Kualitas Udara dan Kebisingan
menjadi berkurang. Namun demikian, PT. Prima Timah Utama tetap
melakukan pengelolaan terhadap sumber dampak tersebut dan juga telah

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 39


Periode Semester II Tahun 2019
melakukan pemantauan udara Ambien dan Itensitas Kebisingan untuk
memantau kondisi kualitas Udara di Areal Pabrik PT. Prima Timah Utama
sehingga apapun hasil dari pemantauan kualitas udara, hal ini murni
terbentuk oleh alam. Hasil Analisa Laboratorium Terlampir.

2.1.2.2. Kualitas Air


a) Sumber dampak
Penurunan kualitas air disebabkan adanya pemakaian air untuk
kegiatan domestik seperti perkantoran, perumahan karyawan,
pendinginan pada proses pencetakan balok timah. Selain itu, adanya
kontaminasi air oleh bahan polutan ceceran bahan bakar, debu slag,
sampah atau bahan pencemar lain yang terdapat didalam lingkungan
pabrik.
Bahan-bahan yang bersifat polutan tersebut kemungkinan
mengandung logam-logam seperti Pb, Cu, Zn dan logam berat
lainnya yang akan terlarut dan tersuspensi selanjutnya mengalir
terbawa oleh limpasan permukaan (run off) masuk ke dalam badan
air permukaan.
b) Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan kualitas air yaitu air kolong di PT Prima Timah
Utama.
c) Parameter lingkungan yang dipantau
Parameter air yang dipantau meliputi parameter fisik dan kimia air
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Peraturan
Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 04/MNLH/06/2006 dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.68/Menlhk/Setjend/Kum.1/8/2016.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 40


Periode Semester II Tahun 2019
Gambar. 2.5. Pengambilan Sample Air

d) Metode pemantauan lingkungan


1. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data dengan melakukan pengukuran di
lapangan secara insitu dan pengambilan sample menggunakan
botol sampel untuk selanjutnya dilakukan uji laboratorium.
2. Metode analisis data.
Metode analisis dilakukan secara tabulasi dibandingkan dengan
Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001. Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No. 04/MNLH/06/2006 dan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup dan Kehutanan
No. P.68/Menlhk/Setjend/Kum.1/8/2016.
3. Jangka waktu pemantauan lingkungan
Kegiatan pemantauan kualitas air dan air limbah dilaksanakan 6
(enam) bulan sekali.
e) Hasil pemantauan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 41


Periode Semester II Tahun 2019
Pada Periode semester II Tahun 2019, PT. Prima Timah Utama tidak
ada kegiatan operasional pada Pabrik Pengolahan dan Pemurnian oleh
karena itu sumber dampak dari penurunan Kualitas Udara air menjadi
berkurang. Namun demikian, PT. Prima Timah Utama tetap melakukan
pengelolaan terhadap sumber dampak tersebut dan juga telah melakukan
pemantauan terhadap air permukaan, air produksi dan air limbah
domestik untuk memantau kondisi kualitas air di Areal Pabrik PT. Prima
Timah Utama sehingga apapun hasil dari pemantauan kualitas air, hal ini
murni terbentuk oleh proses alam. Hasil Analisa Laboratorium
Terlampir.

2.1.2.3. Peningkatan Limbah Padat dan Radioaktif Tenorm


a) Sumber dampak
Sumber limbah padat berupa timbunan sampah dan limbah b3 adalah
kegiatan operasional smelter, terutama slag yang berasal dari sisa
proses peleburan Limbah yang dihasilkan dari peleburan tahap 2
yang merupakan persenyawaan CaO, SiO2, FeO, TiO2, dan Al2O3
yang sangat stabil .
b) Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan di lingkungan pabrik peleburan timah PT Prima
Timah Utama.
c) Parameter lingkungan yang di pantau
- Intensitas paparan radioaktif terhadap karyawan tidak melebihi nilai
ambang batas paparan radioaktifitas (1,25 mR/jam) selama 5 tahun
berturut-turut menurut SK Kepala Badan Pengawasan Energi Tenaga
Nuklir (BAPETEN) No 02/Ka-BAPETEN/V-99.
- Penanganan limbah yang mengandung elemen radioaktif telah sesuai
dengan ketentuan yang berlaku mengacu pada Peraturan Kepala
BAPETEN No. 9 Tahun 2009 tentang Intervensi Terhadap Paparan
Yang Berasal Dari Technologically Enhanced Naturally Occurring
Radioactive Material (TENORM), serta mengikuti prosedur

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 42


Periode Semester II Tahun 2019
berdasarkan protokol International Atomic Energy Agency (IAEA)
dan aturan dari Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN)
- PP RI No 101 Tahun 2014 tentang pengelolaan Limbah B3
- Tersedianya tempat penyimpanan khusus sementara Limbah B3 dan
Limbah yang mengandung Radioaktif
- Terdapat simbol-simbol Limbah B3 dan atau radioaktif pada suatu
wadah/tempat dan ruang penyimpanan limbah.
d) Metode pemantauan
- Melakukan monitoring kadar dan kontaminasi radioaktif
tenorm dengan menggunakan instrumen kalibrasi (alat kontrol
radiasi) Survimetrik.
- Penggunaan dosismeter personal untuk mengukur dosis
radiasi secara akumulasi pada pekerja yang bekerja di area
radiasi.
- Analisis dosismeter personal dilaboratorium BATAN
sehingga diketahui total dosis personal pertenaga kerja ( Nilai
Batas Dosis bagi pekerja radiasi untuk seluruh tubuh adalah
50mSv/tahun, lensa mata 150 mSv/tahun serta tangan, kaki
dan kulit 500 mSv/tahun)
- Pengamatan/pemeriksaan secara berlangsung terhadap
kemungkinan adanya sampah dan limbah B3 yang terbuang
ke lingkungan, meliputi : Jenis, Jumlah/volume, potensi dan
sumber sampah atau limbah B3
- Pengumpulan data dari logbook limbah B3
- Mengidentifikasi dan mendokumentasikan pengelolaan
sampah dan limbah B3 yang telah dilaksanakan oleh
perusahaan
- Analisis deskriptif dan kuantitatif berupa tabulasi dan
frekuensi mengenai : jenis, jumlah/volume dan sumber
sampah, limbah B3 dan Tenorm
e) Jangka waktu pemantauan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 43


Periode Semester II Tahun 2019
Jangka waktu pemantauan bulan Juli - Desember 2019.

Gambar 2.6. Ketersediaan Tempat Pembuangan Limbah Padat dan TPS di


Pabrik PT. PTU
f) Hasil Pemantauan
Untuk pemantauan limbah B3 PT. Prima Timah Utama telah
melakukan kerjasama ke pihak ketiga yang telah memiliki izin
pengelolaan limbah B3, sedangkan Radioaktif Tenorm Pihak
perusahaan telah memiliki Petugas Pengawas Radiasi (PPR) namun
belum dapat melakukan pemantauan terhadap paparan radiasi
dikarenakan PT Prima Timah Utama belum memiliki alat pantau
tersebut. Diharapkan pada periode selanjutnya PT. Prima Timah
Utama dapat melakukan pemantauan Radioaktif Tenorm.

2.1.2.4. Potensi Kebakaran


a) Sumber dampak
Terjadinya insiden kebakaran pada operasional peleburan dan
pemurnian timah PT. Prima Timah Utama dapat terjadi sewaktu-
waktu selama proses produksi berlangsung. Proses pembakaran
mencapai suhu 1300 0C dalam furnace maupun konseleting listrik
dapat menyebabkan kebakaran, selain itu penyimpanan bahan bakar
pada tangki penampungan juga berpotensi menyebabkan kebakaran.

b) Lokasi pemantauan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 44


Periode Semester II Tahun 2019
Lokasi pemantauan terhadap potensi bahaya kebakaran adalah pada
tempat-tempat yang rawan terhadap bahaya kebakaran seperti
disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 2.5.
Lokasi pemantauan

No Lokasi pemantauan Keterangan


A Upaya pencegahan
1 Tangki BBM Kondisi dan lokasi penyimpanan BBM
2 Saluran BBM Kondisi pemeliharaan
3 Areal kerja Kebersihan
b Upaya penanggulangan
1 Ruang produksi Kondisi APAR
2 Gudang Kondisi APAR
3 Kantor Kondisi APAR
4 Rumah genset Kondisi APAR

c) Parameter lingkungan yang dipantau


Parameter lingkungan yang dipantau meliputi upaya pencegahan dan
upaya penanggulangan serta kesiapan bila terjadi insiden kebakaran,
dengan parameter masing-masing disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 2.6.
Parameter potensi kabakaran yang dipantau

No Jenis Parameter Keterangan


1 Upaya pencegahan Ceceran BBM % luas genangan
Sampah organik % sebaran
2 Upaya Jumlah APAR Sertifikasi
penanggulangan Kondisi APAR Sertifikasi
Kesiapan SDM Pelatihan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 45


Periode Semester II Tahun 2019
d) Metode pemantauan lingkungan
Metode pengumpulan dan analisis data dilakukan dengan cheklist
berupa :
1. Kelengkapan jumlah, jenis dan spesifikasi sarana dan prasarana
pemadam kebakaran
2. Dokumen sertifikasi pelatihan dari personil penangan
kebakaran.
3. Dokumentasi Kegiatan Safety Talk untuk kesiapan SDM dalam
Tanggap Darurat dan bekerja dengan aman.
e) Jangka waktu pemantauan lingkungan
Pelaksanaan pemantauan lingkungan potensi kebakaran dilakukan
setiap 6 bulan sekali.

2.1.2.5. Keselamatan dan Keshatan Kerja


a) Sumber dampak
Sumber dampak dari gangguan kesehatan dan keselamatan kerja
bagi pekerja adalah peningkatan suhu udara dan gas pollutan dalam
lingkungan kerja, serta akumulasi limbah yang memiliki sifat
radioaktif.
b) Lokasi pemantauan
Lokasi pemantauan lingkungan mencakup wilayah lokasi kerja dan
tenaga kerja PT. Prima Timah Utama.
c) Parameter lingkungan yang dipantau
1. Kondisi penanganan kesehatan dan keselamatan kerja (K3) para
pekerja di lingkungan smelter, diukur dari ketersediaan dan
kepatuhan karyawan menggunakan fasilitas K3.
2. Frekuensi terjadinya insiden kecelakaan selama kegiatan
operasional PT. Prima Timah Utama.
3. Kondisi kesehatan pekerja yang diukur dari frekuensi dan jenis
penyakit tertentu yang sering dialami oleh para pekerja.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 46


Periode Semester II Tahun 2019
4. Kesehatan lingkungan ditempat kerja, diukur dari kondisi
penanganan limbah B3 (tin ash, tin slag, partikel debu, limbah
olie bekas).
5. Terdapat tim yang bertanggung jawab langsung dalam kegiatan
pemantauan keselamatan dan kesehatan kerja

Gambar 2.7. Struktur Organisasi K3LH PT. Prima Timah Utama

d) Metode pemantauan lingkungan


1. Metode pengumpulan data
- Pengumpulan data keselamatan dan kesehatan pekerja dalam
smelter dengan observasi data kesehatan
- Pengamatan langssung terhadap penanganan limbah tin slag
dan tin ash yang menjadi sumber utama penyebab adanya
bahan yang bersifat radioaktif di lingkungan smelter.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 47


Periode Semester II Tahun 2019
- Kelengkapan dokumen hasil analisis keselamatan yang telah
dilaporkan ke Bapeten sesuai dengan Peraturan Pemerintah
No. 27 Tahun 2002.
2. Metode analisis data
Metode analisis data yang digunakan adalah deskriptif berupa
tabulasi persentasi dan frekuensi.
3. Jangka waktu pemantauan lingkungan
Pelaksanaan pemantauan K3 dilakukan setiap 6 bulan sekali.
e) Hasil Pemantauan
Pengelolaan K3 cukup baik, terlihat dari angka kecelakaan kerja PT.
Prima Timah Utama adalah adalah Nol (Zero Accident).

2.1.2.6. Gangguan Kesehatan Masyarakat dan Pekerja


a) Sumber Dampak
Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah :
 Pengolahan (Peleburan dan pemurnian bijih timah).
 Penanganan Limbah.
b) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
Indikasi gangguan kesehatan ISPA dan gangguan kesehatan akibat
lingkungan di pemukiman masyarakat dan karyawan yang bekerja,
dan juga penyakit yang tidak pernah diderita sebelumnya dan
penyakit tersebut berhubungan dengan kegiatan pabrik pengolahan
bijih timah serta insiden kecelakaan kerja yang terjadi.
c) Metode Pamantauan Lingkungan Hidup
1) Metode Pengumpulan Data.
Pemantauan dilakukan dengan wawancara (dengan kuesioner),
dan data sekunder dari Poskesdes, Puskesmas Pembantu, dan
Puskesmas terdekat dan hasil pemeriksaan secara berkala dari
pekerja.
2) Analisis Data.
Hasil dari pengumpulan data yang ada kemudian akan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 48


Periode Semester II Tahun 2019
dibandingkan dengan data-data tahun-tahun sebelumnya tentang
jenis-jenis penyakit yang biasa menyerang masyarakat antara
lain ISPA, gangguan kesehatan akibat lingkungan seperti diare,
penyakit dengan vektor nyamuk (malaria, cikungunya, dan
DBD), jenis-jenis penyakit baru, kejadian keracunan bagi
pekerja akibat pemakaian bahan-bahan kimia.
3) Penarikan Kesimpulan
Hasil analisis data kemudian dibandingkan dengan data – data
sebelumnya untuk melihat jenis dan frekuensi terjadinya suatu
penyakit akibat kegiatan pabrik pengolahan bijih timah.
d) Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantuan untuk parameter kesehatan pekerja dan
masyarakat adalah lingkungan kerja karyawan dan Kelurahan
Temberan.
e) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Kegiatan pemantauan lingkungan dilaksanakan mulai kegiatan
berlangsung dan berakhir pada akhir masa izin usaha perusahaan.
Frekuensi pemantauan dilakukan setiap satu tahun sekali.
f) Hasil Pemantauan
Pada periode ini PT. Prima Timah Utama tidak melakukan
pemantauan langsung terhadap masyarakan di kelurahan temberan.
Diharapkan pada periode berikutnya PT. Prima Timah Utama dapat
melakukan pemantauan terhadap Kesehatan masyarakat temberan
melalui pendataan di puskemas terdekat.

2.1.2.7. Sikap dan persepsi masyarakat


a) Sumber Dampak
Kegiatan yang menimbulkan dampak penting terhadap persepsi dan
sikap masyarakat yang bersifat positif adalah kegiatan penerimaan
tenaga kerja dan pemberdayaan masyarakat (CSR). Sedangkan
kegiatan yang menimbulkan dampak terhadap persepsi dan sikap

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 49


Periode Semester II Tahun 2019
masyarakat yang bersifat negatif adalah kegiatan pengolahan dan
pemurnian bijih timah.

b) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau


 Jenis dan jumlah komplain warga di sekitar lokasi terhadap
kegiatan pabrik pengolahan dan pemurnian bijih timah PT.
Prima Timah Utama.
 Persentase penerimaan dan penolakan yang ditunjukkan oleh
sikap dan tanggapan baik tertulis maupun lisan mengenai
kegiatan pabrik pengolahan bijih timah (smelter).
 Frekuensi konflik antara perusahaan.
c) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara menggunakan
kuesioner terhadap masyarakat.

2) Analisis Data.
Prakiraan dampak sikap kerjasama dan akomodasi masyarakat
terhadap kegiatan pabrik pengolahan bijih timah dapat dihitung
dengan pendekatan sebagai berikut:

Dimana :

S&PLK = sikap kerjasama dan akomodasi (menerima) (%)


MTRM = jumlah masyarakat lokal yang menerima kegiatan (jiwa)
PTot = jumlah total penduduk sekitar (jiwa)
Adapun untuk prakiraan besar kecilnya dampak konflik sosial dapat
dihitung dengan pendekatan sebagai berikut :

Dimana :

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 50


Periode Semester II Tahun 2019
KS = konflik sosial (%)
MTLK = jumlah masyarakat lokal yang menolak kegiatan (jiwa)
PTot = jumlah total penduduk sekitar (jiwa)

3) Penarikan Kesimpulan

 Baik = tidak adanya masyarakat yang menolak


keberadaan perusahaan, dengan asumsi adanya kerjasama yang
baik dengan masyarakat.
 Sedang = masyarakat yang menolak antara 5 – 25%, konflik
< 2 kali/tahun.
 Buruk = masyarakat yang menolak > 25%, terjadi konflik
> 2 kali/tahun.
d) Lokasi Pemantauan Lingkungan Hidup
Lokasi pemantauan di Kelurahan Temberan terutama wilayah yang
terkena dampak, serta terhadap seluruh karyawan yang bekerja pada
perusahaan.
e) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Kegiatan pemantauan lingkungan dilaksanakan mulai kegiatan
berlangsung dan berakhir pada akhir masa izin usaha perusahaan.
Frekuensi pemantauan 1 kali setiap tahun.
f) Hasil Pemantauan
Pada periode ini PT. Prima Timah Utama belum menerima Jenis
dan jumlah komplain warga sekitar terkait kegiatan pabrik
pengolahan dan pemurnian bijih timah PT. Prima Timah Utama.
Diharapkan pada periode kedepan Pihak Persuhaan agar terjun
langsung untuk melakukan survei Sikap dan Persepsi masyarakat
terhadap aktivitas yang dilakukan perusahaan

2.1.2.8. Adanya Peluang Kerja


a) Sumber Dampak
Kegiatan yang menjadi sumber dampak adalah :

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 51


Periode Semester II Tahun 2019
 Penerimaan tenaga kerja, kegiatan smelter .
 Program CSR yang salah satunya adalah mengembangkan usaha
mandiri masyarakat dengan bantuan bimbingan teknis dan modal
usaha produktif.
 Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dan Demobilisasi Peralatan
dan Penyimpanan Material
b) Parameter Lingkungan Hidup Yang Dipantau
 Jumlah dan persentase tenaga kerja lokal yang diterima bekerja
PT. Prima Timah Utama dan perbandingan antara tenaga kerja
lokal dengan tenaga kerja pendatang.
 Jumlah dan jenis usaha yang berkembang di wilayah studi
sebagai dampak dari kegiatan perusahaan.
c) Metode Pemantauan Lingkungan Hidup
1) Metode Pengumpulan Data.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara, telaah
studi pustaka dan pengumpulan data sekunder.
2) Analisis Data.
Analisis data dilakukan menggunakan analisis diskriptif kualitatif
peningkatan partisipasi kerja. Rumus yang digunakan untuk
menghitung prosentase peluang kerja yang tercipta adalah :

Dimana :
PKLK : peluang kerja masyarakat lokal (%)
KTKL : Kebutuhan tenaga kerja yang akan direkrut dari
masyarakat lokal (jiwa)
KTK : kebutuhan total tenaga kerja (jiwa)
C : konstanta (100%)

Sedangkan untuk tingkat partisipasi kerja masyarakat lokal


sehubungan dengan perusahaan dapat dihitung dengan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 52


Periode Semester II Tahun 2019
rumus sebagai berikut ;

Dimana :
TPKLK : tingkat partisipasi kerja masyarakat local (%)
KTKL : Kebutuhan tenaga kerja yang akan direkrut dari
masyarakat lokal (jiwa)
K15-54 : jumlah penduduk produktif siap kerja (jiwa)
C : konstanta (100%)

Beban Pekerja Masyarakat

Dimana :
BP = tingkat beban pekerja (%)
PKK = jumlah kepala keluarga
Ptotal = jumlah total penduduk
K = konstanta (100)

3) Penarikan Kesimpulan
Metode penarikan kesimpulan dilakukan dengan tata ukuran
sebagai berikut:
1. Baik = peningkatan partisipasi kerja > 50%
2. Sedang = peningkatan partisipasi kerja 25-50%
3. Buruk = peningkatan partisipasi kerja <
25%.
d) Lokasi Pemantauan
Lokasi pemantauan di wilayah pemukiman masyarakat Kelurahan
Temberan, Kecamatan Bukit Intan.
e) Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Kegiatan pemantauan lingkungan dilaksanakan mulai kegiatan
berlangsung dan berakhir pada akhir masa izin usaha perusahaan.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 53


Periode Semester II Tahun 2019
Frekuensi pemantauan satu tahun sekali.
f) Hasil Pemantauan
Pada periode ini pihak perusahaan belum melakukan perhitungan
terhadap persentase dan kesempatan kerja masyarakat lokal terhadap
hadirnya PT. Prima Timah Utama di kawasan Industri Ketapang
Pangkalpinang. Diharapkan pada periode berikutnya pihak
perusahaan dapat memetakan hal tersebut.

2.2. Evaluasi
Evaluasi hasil pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
diperlukan untuk :
1) Identifikasi penataan PT. Prima Timah Utama terhadap peraturan
lingkungan hidup
2) Evaluasi kinerja pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup
sebagai perbaikan secara terus menerus.
3) Mengukur kecenderungan pengelolaan dan pemantauan lingkungan
hidup suatu kegiatan untuk pengendalian dampak lingkungan dan
perencanaan pengelolaan lingkungan dalam skala lebih besar.
4) Mengukur kinerja pengelolaan lingkungan hidup yang telah
dilakukan oleh PT. Prima Timah Utama untuk program penilaian
peringkat kinerja.

2.2.1. Evaluasi kecendrungan


Evaluasi kecendrungan adalah evaluasi untuk melihat kecendrungan
(trend) perubahan kualitas lingkungan dalam suatu rentang ruang dan waktu
tertentu. Untuk melakukan evaluasi ini mutlak dibutuhkan data hasil pemantauan
dari waktu ke waktu (time series data), karena penilaian perubahan kecendrungan
hanya dapat dilakukan dengan data untuk waktu pemantauan yang berbeda. Data
perubahan dari waktu ke waktu dapat menggambarkan secara lebih jelas
mengenai kecendrungan proses suatu kegiatan maupun perubahan kualitas

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 54


Periode Semester II Tahun 2019
lingkungan yang diakibatkannya, karena proses suatu kegiatan tidak selalu dalam
kondisi normal atau optimal.

2.2.1.1. Kualitas udara


Dikarenakan pada periode ini PT. Prima Timah Utama tidak ada aktivitas
produksi sehingga yang dipantau hanya kualitas udara ambient. Berdasarkan hasil
pemantauan semeseter I Tahun 2019, terlihat bahwa uji kualitas udara ambien
berada dalam batas Baku Mutu Lingkungan yang dipersyaratkan. Berikut
merupakan perbandingan hasil uji tersebut.

Tabel 2.7.
Evaluasi kualitas udara ambient

Hasil Lab
Baku
No Parameter Satuan SMT II SMT I SMT II
Mutu
2018 2019 2019
1 Sulfur dioksida (SO2) µg/Nm3 21,2 <25 19 900/1H
2 Nitrogen dioksida (NO2) µg/Nm3 <13,67 20,6 17 400/1H
3 Karbon monoksida (CO) µg/Nm3 2301 <1150 1200 30000/1H
4 TSP µg/Nm3 19,97 85 53 230/24H
5 Timbal (Pb) µg/Nm3 <0,0031 <0,1 <0,001 2/24H
6 Hidrokarbon (HC) µg/Nm3 <0,7654 <100 29,4 160/3H
7 Oksidan (O3) µg/Nm3 <0,781 <20 12,4 235/1H
8 Kebisingan dbA 66,7 68,5 57,4 70
9 PM10 µg/Nm3 <0,1034 <1 24 150/24H

2.2.1.2. Kualitas Air


Berdasarkan hasil pemantauan Semester II 2019, maka kualitas air di PT.
Prima Timah Utama sudah masuk kedalam Baku Mutu Lingkungan yang
dipersyaratkan. Adapun perbandingan hasil tersebut dapat dilihat sebagi berikut :
Tabel 2.8.
Hasil Pemantauan Kualitas Air Permukaan

NO Parameter Satuan Baku Mutu Hasil Analisa Lab

A. FISIKA
1. Suhu °C - 28,7
2. Residu terlarut mg/L 1000 142
3. Residu tersuspensi mg/L 400 <5

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 55


Periode Semester II Tahun 2019
KIMIA ANORGANIK
1. pH - 5-9 6,04
2. BOD mg/L 12 10
3. COD mg/L 100 45
4. Total fosfat sebagai P mg/L 5 0,6
5. NO3 Sebagai N mg/L 20 <0,57
6. Arsen mg/L 1 <0,0043
7. Kobalt mg/L 0,2 <0,0003
8. Selenium mg/L 0,05 <0,0038
9. Kadmium mg/L 0,01 0.0027
10. Tembaga mg/L 0,0 2 0,0044
11. Timbal mg/L 1 0,0048
12. Air Raksa mg/L 0,005 <0,00048
13. Seng mg/L 0.002 0.0396
14.B. Total Coliform jumlah/100 ml 10000 5

Tabel 2.9 Kualitas Air Limbah Domestik


No Parameter Satuan Hasil Analisa Baku Mutu
Lab
FISIKA
1. Temperatur °C 27,2 -
2. TSS mg/L <5 30
KIMIA
1. pH - 6,25 6.0-9.0
2. BOD mg/L 19 30
3. COD mg/L 62 100
4. Amoniak (NH3) mg/L 0,96 10
5. Oil & Grease mg/L <5 5
6. Debit m/s 5 -
MIKROBIOLOGI
1. TotalColiform MPn/100ml 960 3000

Tabel 2.10. Air Limbah Produksi

Baku Mutu Hasil


NO Parameter Satuan
Analisa Lab
C. FISIKA
1. Suhu °C - 28
2. TSS mg/L 200 <5
KIMIA ANORGANIK
1. pH - 6-9 6,9

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 56


Periode Semester II Tahun 2019
2. Arsen mg/L 0.1 0.021
3. Tembaga mg/L 2 0.003
4. Timbal mg/L 0,1 0,0025
5 Seng mg/L 5 0.0066
6. Sulfur (SO2+) mg/L 0,05 <0,05
7. Besi mg/L 5 0,5764
8. Mangan mg/L 2 0,0007
9. Stanum mg/L 2 0.004
10.D. Total Crom mg/L 0.5 <0.0009

2.2.2. Evaluasi tingkat kritis


Evaluasi tingkat kritis dimaksud untuk menilai tingkat kekritisan (critical
level) dari suatu dampak. Evaluasi tingkat kritis dilakukan dengan data hasil
pemantauan sesaat. Evaluasi tingkat kritis adalah evaluasi terhadap potensi resiko
dimana suatu kondisi akan melebihi baku mutu atau standar lainnya, baik untuk
periode waktu saat ini maupun waktu mendatang. Untuk menciptakan optimalisasi
pengelolaan dan dampak lingkungan mana yang merupakan dampak kritis dan
memerlukan perhatian serta untuk menentukan upaya apa yang perlu dilakukan
untuk memitigasi dampak tersebut. Resiko adalah segala potensi dimana sebuah
peluang kejadian akan dapat mengakibatkan kerugian atau kerusakan pada
lingkungan. Tingkat potensi resiko dampak sejalan dengan nilai kerugian atau
kerusakan dan estimasi frekuensi dampak yang secara matematis dapat dijabarkan
sebagai berikut :

Potensi Resiko = Kecendrungan dampak x Konsekuesi Dampak

Untuk menentukan kecendrungan dampak mencapai suatu kondisi yang


melebihi baku mutu atau standar lainnya, maka dibuatkan pendugaan intensitas
dampak, sensitivitas dampak dan frekuensi terjadinya dampak sebagaimana
disajikan pada Tabel berikut :

Tabel 2.11
Penilaian kecendrungan

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 57


Periode Semester II Tahun 2019
Intensitas Sensitivas Frekuensi
No Dampak Kecendrungan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 kualitas udara dan 64
kebisingan
2 Kualitas air 27
3 Limbah padat dan 48
Radioaktif Tenorm
4 Potensi kebakaran 36
5 Sikap dan pesepsi 16
mayarakat
6 Keselamatan dan 36
kesehatan kerja
7 Gangguan kesehatan 36
masyarakat dan
karyawan
8 Adanya Peluang Kerja 36

Potensi resiko sebagaimana mestinya dijelaskan diatas merupakan fungsi


dari kecendrungan dampak dan nilai konsekuensi yang timbul akibat terjadinya
dampak. Lebih lanjut tingkat kekritisan suatu dampak kemudian diperkirakan
dengan menghubungkan potensi resiko dampak dengan batas toleransi resiko
dampak lingkungan.

Tabel 2.12.
Tingkat potensi resiko dampak

Konsekuensi Potensi
No Dampak Kecendrungan
1 2 3 4 5 resiko
1 kualitas udara dan 64 256
kebisingan
2 Kualitas air 27 108
3 Limbah padat dan 48 192
Radioaktif Tenorm
4 Potensi kebakaran 36 144
5 Sikap dan pesepsi 16 48
mayarakat
6 Keselamatan dan kesehatan 36 144
kerja
7 Gangguan kesehatan 36 144
masyarakat dan karyawan
8 Adanya Peluang Kerja 36 144

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 58


Periode Semester II Tahun 2019
Tabel 2.13.
Tingkat kekritisan (critcal level) dampak

Potensi Toleransi Tingkat


No Dampak
Resiko Resiko*) Kekritisan (%)
kualitas udara dan
1 256 500 51,2
kebisingan
2 Kualitas air 108 500 21,6
Limbah padat dan
3 192 500 38,4
Radioaktif Tenorm
4 Potensi kebakaran 144 500 28,8
Sikap dan pesepsi
5 48 500 9,6
mayarakat
Keselamatan dan
6 144 500 28,8
kesehatan kerja
Gangguan kesehatan
7 masyarakat dan 144 500 28,8
karyawan
8 Adanya Peluang Kerja 144 500 28,8

Sesuai dengan rincian dan uraian pada tabel diatas dapat dinyatakan
bahwa berdasarkan tingkat kekritisan dampak yang perlu mendapatkan perhatian
utama dalam pengelolaan lebih lanjut adalah dampak negatif terhadap kualitas
udara, kualitas air dan intensitas kebisingan beserta dampak lanjutannya terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja. Perhatian berikutnya juga harus diarahkan untuk
pengelolaan aspek potensi kebakaran, Keselamatan dn Kesehatan Kerja,
Gangguan Kesehatan Kerja, adanya peluang kerja serta sikap dan persepsi
masyarakat disekitar lokasi kegiatan.

2.2.3. Inventarisasi Gas Rumah Kaca


Gas rumah kaca (GRK) merupakan gas di atmosfer yang berfungsi
menyerap radiasi infra merah dan ikut menentukan suhu atmosfer. Adanya
berbagai aktivitas manusia, khususnya sejak era pra-industri emisi gas rumah kaca
ke atmosfer mengalami peningkatan yang sangat tinggi sehingga meningkatkan
konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Hal ini menyebabkan timbulnya masalah
pemanasan global dan perubahan iklim.

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 59


Periode Semester II Tahun 2019
Pemerintah Indonesia telah menyampaikan komitmen terkait perubahan
iklim. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2009-
2014 telah menetapkan prioritas pembangunan pengelolaan lingkungan hidup
yang diarahkan pada “Konservasi dan pemanfaatan lingkungan hidup mendukung
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan, disertai penguasaan
dan pengelolaan resiko bencana untuk mengantisipasi perubahan iklim”.
Dalam hal usaha pemerintah Republik Indonesia untuk melakukan
penurunan emisi gas rumah kaca, PT Prima Timah Utama mendorong untuk turut
serta dalam melakukan inventarisasi Gas Rumah Kaca yang timbul dari aktivitas
peleburan dan pemurnian bijih timah milik PT. Prima Timah Utama. Inventarisasi
GRK ini adalah kegiatan untuk memperoleh data dan informasi mengenai tingkat,
status, dan kecenderungan perubahan emisi GRK secara berkala dari berbagai
sumber emisi (source) dan penyerapnya (sink) termasuk simpanan karbon (carbon
stock).
Dikarenakan pada periode ini PT. Prima Timah Utama tidak ada aktivitas
produksi dan berdasarkan Identifikasi jenis GRK, sumber utama dan
pengkategorian sumber emisi di PT Prima Timah Utama maka ada beberapa hal
yang menjadi perhatian pihak perusahaan untuk menginvetarisasi GRK tersebut
yaitu Gas Rumah Kaca CO2 CH4 dan N2O yang timbul dari pembakaran/emisi
Genset dan Kendaraan Operasional. Berikut merupakan hasil perhitungan
inventarisasi Gas Rumah Kaca dari aktivitas PT. Prima Timah Utama :
A. Perhitungan beban GRK dari sumber emisi Genset (per Semester II Tahun 2019)
Perhitungan GRK Pendekatan TIER 2. Pemakaian Bahan Bakar :

Penggunaan Solar Semester II 2019 Satuan


Penggunaan (L) 145 L/SMT II 2019
Densitas Solar 0,86 Kg/L
Penggunaan (Ton) 0,1247 Ton/SMT II 2019
Kandungan Karbon dalam Solar (C10H20)

%C Solar =

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 60


Periode Semester II Tahun 2019
=

= 0,857

 Emisi CO2

Total
Pemakaian Faktor Kandungan Mr Jumlah
Solar Oksidasi Karbon CO2 CO2
Tahun
(Ton/SMT II (%) Solar (%) /ArC (Ton)
2019)
A b C d Axbxcxd
2019 0,1247 0,99 0,857 3,7 0,3914

 Emisi CH4

Total
Nilai
Pemakaian Faktor Jumlah Jumlah
Kalor
Solar Emisi CH4 CH4 CO2
Tahun Solar
(Liter/SMT II (Kg/Tj) (Ton) (Ton)
(Tj/L)
2019)
A b C axbxc X21
0,0156 0,3276
2019 145 36x10-6 3
x10-3 x10-3

 Emisi N2O

Total
Nilai
Pemakaian Faktor Jumlah Jumlah
Kalor
Solar Emisi N2O N2O CO2
Tahun Solar
(Liter/SMT II (Kg/Tj) (Ton) (Ton)
(Tj/L)
2019)
A b C axbxc X298
0,00313 0,933
2019 145 36x10-6 0,6
x10-3 x10-3

Jadi Berdasarkan Perhitungan Gas Rumah Kaca dari aktivitas Genset sebesar
Emisi CO2+Emisi CH4+ Emisi N2O =0,3926 Ton CO2/SMT II 2019

B. Perhitungan beban GRK dari sumber emisi Kendaraan/Forklift (per Tahun


2019)

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 61


Periode Semester II Tahun 2019
Perhitungan GRK Pendekatan TIER 2. Pemakaian Bahan Bakar :

Penggunaan Solar 2019 Satuan


Penggunaan (L) 200 L/SMT II 2019
Densitas Solar 0,86 Kg/L
Penggunaan (Ton) 0,172 Ton/SMT II 2019

Kandungan Karbon dalam Solar (C10H20)

%C Solar =

= 0,857

 Emisi CO2

Total
Pemakaian Faktor Kandungan Mr Jumlah
Solar Oksidasi Karbon CO2 CO2
Tahun
(Ton/SMT II (%) Solar (%) /ArC (Ton)
2019)
A B C d Axbxcxd
2019 0,172 0,99 0,857 3,7 0,539

 Emisi CH4

Total
Nilai
Pemakaian Faktor Jumlah Jumlah
Kalor
Solar Emisi CH4 CH4 CO2
Tahun Solar
(Liter/SMT II (Kg/Tj) (Ton) (Ton)
(Tj/L)
2019)
A B c axbxc X21
0,028 x 10- 0,588 x 10-
2019 200 36x10-6 3,9 3 3

 Emisi N2O

Tahun Total Nilai Faktor Jumlah Jumlah

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 62


Periode Semester II Tahun 2019
Pemakaian
Kalor
Solar Emisi N2O N2O CO2
Solar
(Liter/SMT II (Kg/Tj) (Ton) (Ton)
(Tj/L)
2019)
A B c axbxc X298
0,028 x 8,344 x 10-
2019 200 36x10-6 3,9
10-3 3

Jadi Berdasarkan Perhitungan Gas Rumah Kaca dari Forklift sebesar

Emisi CO2+Emisi CH4+ Emisi N2O = 0,547932 Ton CO2/SMT II 2019

C. Perhitungan beban GRK dari sumber emisi Tanur dan aktivitas peleburan (per
Tahun 2019)

Pada tahun 2019 PT. Prima Timah Utama tidak ada aktivitas peleburan

Total GRK semester II Tahun 2019 = A+B = 0,9405 Ton CO2/SMT II 2019

PT. Prima Timah Utama ǀ Laporan Pelaksanaan RKL-RPL 63


Periode Semester II Tahun 2019

Anda mungkin juga menyukai