Anda di halaman 1dari 14

Andy Siswanto 1

Universitas Lampung

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH KOTA METRO TERHADAP


PERSYARATAN PERIZINAN PENDIRIAN APOTEK

Andy Siswanto, Upik Hamidah, S.H., M.H., Satria Prayoga, S.H., M.H.,
Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung,
Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro, No. 1, Bandar Lampung, 35154
e-mail : andysiswanto1@gmail.com,

ABSTRAK
Kota Metro memiliki 21 (dua puluh satu) apotek dan 5 (lima) diantaranya tidak memiliki izin
resmi dari Kantor PM-PTSP. Pengaturan mengenai izin apotek di Kota Metro didasarkan
pada keputusan Menteri Kesehatan dan kebijakan pemerintah daerah Kota Metro. Faktor-
faktor penghambat tidak terwujudnya pemberian izin usaha apotek di Kota Metro antara lain
adanya ketidak tahuan sampai ketidak ingin tahuan terhadap kewajiban memiliki izin
operasional, terlalu banyak syarat-syarat yang harus dipenuhi, adanya biaya-biaya tidak
terduga yang harus dikeluarkan pada saat proses pengajuan izin, birokrasi yang rumit, dan
kurangnya pengawasan yang dilakukan oleh Kantor PM-PTSP terhadap apotek yang tidak
memiliki izin.
Kata kunci : kebijakan pemerintah, perizinan usaha, apotek, izin operasional

ABSTRACT
Metro city has 21 (twenty one) pharmacies and 5 (five) pharmacies which do not have official
license from PM-PTSP Office. The admission concerning to the license of pharmacy in Metro
City is based on Health Ministry’s Ministerial Decision and policy of Metro Local
Government. Barrier factors for not being realized for pharmacy operational license
granting in Metro City are the existence of ignorance and the lack of curiousity for the
obligation for having operational license, too much prerequisite that has to fulfill for the
establisher of the pharmaceutical practice for granted operational license, there are
unexpected expenses that have to be expense in the process of license submission,
complicated bureaucracy, and the lack of supervision that should be done by PM-PTSP
Office towards unlicensed pharmacies.
Keywords : Government Policy, Venture Licensing, Pharmacy, Operational License
Andy Siswanto 2
Universitas Lampung

I. PENDAHULUAN apotek merupakan salah satu upaya bentuk


pengawasan kesehatan masyarakat yang
Dalam penyelenggaraan kesehatan, biaya dapat memberikan alternatif bagi
terhadap penyediaan obat masih masyarakat akan terpenuhinya pelayanan
merupakan komponen yang cukup besar kesehatan di bidang obat. Di dalam
terhadap biaya pelayanan kesehatan secara pendirian dan pengelolaan apotek
keseluruhan. Selain harga obat yang relatif dibutuhkan izin yang dalam hal ini harus
mahal, seringkali penggunaan obat juga dipenuhi oleh seorang apoteker.
kurang rasional. Penggunaan obat bebas
oleh masyarakat cenderung meningkat, Secara filosofis setiap peraturan dan
bahkan peredaran produk gelap dan palsu kebijakan publik harus sesuai dengan rasa
masih belum teratasi. Sepanjang tahun keadilan di dalam masyarakat, dan secara
2012 Badan Pengawasan Obat dan sosiologis setiap peraturan dan kebijakan
Makanan (BPOM) menemukan 451 kasus publik harus sesuai dengan kondisi
pelanggaran peredaran obat dan makanan obyektif masyarakat.2 Namun, dalam hal
yang meliputi pengedaran secara ilegal ini mengenai apotek dan pengelolaannya
hingga penjualan produk palsu. Kasus ini yang telah dikeluarkan oleh Pemerintah
banyak terjadi pada sebagian apotek yang Kota Metro terjadi permasalahan baru dan
merupakan tempat penjualan obat yang mendapat penolakan dari banyak pihak
seharusnya diharapkan dapat menjangkau yang berkaitan dengan pengelolaan apotek.
pemenuhan kebutuhan masyarakat akan Sebagai contoh munculnya Peraturan
obat.1 Walikota Metro No 15 Tahun 2013
tentang Jenis Usaha/Kegiatan yang harus
Sebagai implementasi sistem pengawasan dilengkapi dokumen UKL dan UPL yang
obat dan makanan harus dilakukan secara di dalamnya termasuk apotek.
menyeluruh dan komprehensif, sehingga
dapat memberikan jaminan kepada setiap Dapat diketahui bahwa apotek dalam
anggota masyarakat bahwa produk yang menjalankan usahanya tidak mengeluarkan
beredar dan dikonsumsi telah memenuhi limbah yang membahayakan lingkungan,
standar mutu dan keamanan. Dalam hal namun dalam persyaratan izin
ini, perizinan pendirian dan pengelolaan pendiriannya mewajibkan para pendiri

1
http://news.detik.com/read/2012/12/27/
2
130628/2127831/10/sepanjang-2012-bpom- Dikutip dari Mulyana W. Kusuma dalam Mahfud
temukan-451-kasus-obat-makanan- MD, Pergaulan Politik dan Hukum di Indonesia,
ilegal?nd771104bcj Gama Media, Yogyakarta, 1999, hal 224
Andy Siswanto 3
Universitas Lampung

apotek untuk melengkapi dokumen UPL 2.1. Sumber Data


dan UKL. Hal ini kemudian dinilai banyak Sebagai dasar pembahasan dalam
menimbulkan kekhawatiran akan sikap penelitian ini digunakan sebagai bahan
dari pemerintah Kota Metro yang seakan- penelitian yang bersumber dari data-data
akan menghambat dan mempersulit dalam sebagai berikut:
pendirian usaha apotek. Namun di sisi lain 2.1.1. Data Primer
juga peraturan tersebut merupakan Data Primer yaitu data yang langsung
implikasi dari sikap para pengelola apotek diperoleh dari sumbernya secara lisan.
yang banyak melakukan pelanggaran Pengumpulan data primer dilakukan
terhadap persyaratan pendirian apotek dengan menggunakan tehnik wawancara
sehingga menuntut pemerintah Kota Metro terhadap Bapak Suroto sebagai Kasi
lebih ketat dalam memberikan izin. Penanaman Modal di Kantor Penanaman
Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka Kota Metro dan juga Apoteker di apotek
menarik perhatian penulis untuk Tina Husada atas nama Ibu Iin Rufianti,
mengangkat tema ini menjadi sebuah S.Si, Apt.
penelitian dengan judul “Kebijakan
Pemerintah Daerah Kota Metro Terhadap 2.1.2. Data sekunder
Persyaratan Perizinan Pendirian Apotek”. Data sekunder adalah data yang diperoleh
dengan mempelajari peraturan perundang-
undangan, buku-buku hukum, dan
II. METODE PENELITIAN dokumen yang berhubungan dengan
permasalahan yang dibahas.
Jenis penelitian yang digunakan dalam Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian ini antara lain :
yuridis empiris, yaitu pendekatan yang 1. Bahan hukum primer antara lain
dilakukan dengan cara menggali informasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
dan melakukan penelitian dilapangan guna 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
mengetahui secara lebih jauh mengenai Ketentuan dan Tata cara Pemberian Izin
permasalahan yang dibahas.3 Apotek, Keputusan Menteri Kesehatan
RI Nomor 1332/MENKES/SK/X/2002
tentang Ketentuan dan Tata cara
3
Abdul Kadir. M. 2004. Hukum Dan Penelitian Pemberian Izin Apotek, Perwali Metro
Hukum. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. Hlm.
32
Andy Siswanto 4
Universitas Lampung

15 tahun 2009 tentang usaha kegiatan b. Studi Lapangan


wajib UKL/UPL. Studi lapangan adalah
2. Bahan Hukum Sekunder mengumpulkan data dengan
Bahan hukum sekunder adalah bahan- mengadakan penelitian langsung
bahan yang erat kaitannnya dengan pada tempat atau objek penelitian,
bahan hukum primer, yang dapat yang dilakukan dengan teknik
memberikan penjelasan terhadap wawancara terfokus kepada para
bahan-bahan hukum primer. Berupa informan yang sudah ditentukan.
peraturan pelaksanan dan peraturan Informan tersebut adalah :
pelaksana tekhnis yang berkaitan a. KPM-PTSP
dengan pokok bahasan, seperti literatur b. Penanggung jawab apotek
dan norma-norma hukum yang
berhubungan dengan masalah yang 2.2.2. Pengolahan Data
dibahas dalam penelitian ini. Data yang terkumpul, diolah melalui
3. Bahan Hukum Tersier pengolahan data dengan tahap-tahap
Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan sebagai berikut:
penunjang lain yang ada relevansinya 1. Identifikasi
dengan pokok permasalahan, Identifikasi data yaitu mencari dan
menetapkan data yang berhubungan
dengan kebijakan Pemerintah daerah
Kota Metro dalam persyaratan
2.2. Metode Pengumpulan dan perizinan pendirian Apotek.
Pengolahan Data 2. Editing
2.2.1. Pengumpulan Data Editing yaitu meneliti kembali data
Untuk memperoleh data yang benar dan yang diperoleh dari keterangan para
akurat dalam penelitian ini ditempuh responden maupun dari kepustakaan,
prosedur sebagai berikut : Semua data yang diperoleh
a. Studi Kepustakaan kemudian disesuaikan dengan
Studi kepustakaan adalah permasalahan yang ada dalam
mengumpulkan data yang dilakukan penulisan ini.
dengan cara membaca, mengutip, 3. Klasifikasi Data
mencatat dan memahami berbagai Klasifikasi data yaitu menyusun data
literatur yang ada hubungannya yang diperoleh menurut kelompok
dengan materi penelitian. yang telah ditentukan secara
Andy Siswanto 5
Universitas Lampung

sistematis sehingga data tersebut c. Sebelah Selatan berbatasan dengan


siap untuk dianalisis. Kecamatan Metro Kibang,
4. Penyusunan Data Kabupaten Lampung Timur/Way
Sistematisasi data yaitu penyusunan Sekampung.
data secara teratur sehingga dalam d. Sebelah Barat berbatasan dengan
data tersebut dapat dianalisa menurut Kecamatan Trimurjo, Kabupaten
susunan yang benar dan tepat. Lampung Tengah.
7. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan yaitu langkah Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Metro
selanjutnya setelah data tersusun Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pemekaran
secara sistematis, kemudian Kelurahan dan Kecamatan di Kota Metro,
dilanjutkan dengan penarikan suatu. Kota Metro memiliki Luas wilayah daratan
68,74 km2 atau 6.874 ha dengan jumlah
penduduk 151.284 jiwa yang tersebar
III. HASIL DAN PEMBAHASAN dalam 5 wilayah kecamatan dan 22
Kelurahan.
3.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
3.1.1. Kota Metro Pendapatan sektor kesehatan di Kota
Secara geografis Kota Metro berada di Metro sebagian besar berasal dari retribusi
tengah Provinsi Lampung dan terletak yang di pungut dari beberapa pelayanan
pada posisi 105,170-105,190 bujur timur kesehatan yang ada. Kota Metro memiliki
dan 5,60-5,80 lintang selatan, berjarak 45 fasilitas sarana pelayanan kesehatan dasar
km dari Kota Bandar Lampung (Ibukota dan penunjang yang cukup memadai yang
Provinsi Lampung) dengan batas wilayah terdiri dari : 1 unit rumah sakit milik
sebagai berikut : pemerintah, 2 unit rumah sakit milik
a. Sebelah Utara berbatasan dengan swasta, 70 praketk dokter perorangan, 7
Kecamatan Punggur, Kabupaten rumah bersalin, 42 bidan praktek swasta, 5
Lampung Tengah, dan Kecamatan balai pengobatan, 21 apotek, 5 toko obat, 4
Pekalongan Kabupaten Lampung optik, dan 1 laboratorium swasta.
Timur.
b. Sebelah Timur berbatasan dengan Fasilitas kesehatan tertinggi yang
Kecamatan Pekalongan dan dimanfaatkan oleh sebagian besar warga
Kecamatan Batanghari, Kabupaten masyarakat Kota Metro adalah puskesmas
Lampung Timur. dan apotek, yaitu mencapai 41,27 persen.
Andy Siswanto 6
Universitas Lampung

Hal ini mengindikasikan bahwa fasilitas dibawah dan bertanggung jawab kepada
tersebut paling banyak dipilih dikarenakan Walikota melalui Sekertaris Daerah.
cukup mudah dijangkau oleh penduduk
dan biaya berobat yang harus dikeluarkan Berpijak dari tugas-tugas tersebut, salah
relatif murah.4 satu pelayanan izin yang menjadi tugas
3.1.2. Kantor Penanaman Modal dan Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu Terpadu Satu Pintu Kota Metro adalah
(KPM-PTSP) Kota Metro mengenai izin penyelenggaraan lembaga
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 pelayanan kesehatan. Berdasarkan
tentang Pelayanan Publik Pasal 9 Peraturan Walikota Metro Nomor 04
menyebutkan bahwa dalam rangka Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
mempermudah penyelenggaraan berbagai Sarana Kesehatan, mensyaratkan bahwa
bentuk pelayanan publik, dapat dilakukan izin dalam hal penyelenggaraan sarana
penyelenggaraan sistem pelayanan pelayanan kesehatan yang diajukan setiap
terpadu. orang pribadi atau atas nama badan hukum
yang menyelenggarakan sarana kesehatan
Pasal 56 Peraturan Daerah Kota Metro wajib diberikan oleh Kantor Penanaman
Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Perubahan Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.
Atas Peraturan Daerah Kota Metro Nomor
07 Tahun 2008 Tentang Pembentukan, 3.1.3. Apotek di Kota Metro
Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Kota Metro merupakan salah satu kota
Daerah Kota Metro menyatakan bahwa yang mempunyai banyak apotek dengan
Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan jarak yang saling berdekatan satu sama
Terpadu Satu Pintu, merupakan unsur- lain. Hal ini mencerminkan bahwa
unsur perangkat daerah yang mempunyai pendirian apotek tidak semata-mata
kewenangan di bidang penanaman modal, bertujuan untuk melaksanakan
pelayanan perijinan dan non perijinan. pembangunan pelayanan kesehatan, tetapi
Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan juga usaha apotek merupakan bentuk
Terpadu Satu Pintu Kota Metro usaha yang menjanjikan investasi yang
mempunyai tugas melaksanakan lumayan. Dengan luas wilayah yang
koordinasi dan penyelenggaraan serta termasuk kecil, Kota Metro memiliki
pelayanan administrasi yang berkedudukan kurang lebih 21 (dua puluh satu) apotek
yang tersebar diberbagai kecamatan. Hal
4
Profil Kesehatan Kota Metro “terwujudnya Kota
Metro sehat 2013” ini menunjukan banyaknya apotek yang
Andy Siswanto 7
Universitas Lampung

telah berdiri dan telah menjangkau setiap Sebagaimana diatur di dalam Pasal 4
daerah di seluruh kecamatan dan kelurahan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
di Kota Metro. 1332/MENKES/SK/X/2002 mengenai
Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin
Berdasarkan data yang diperoleh dari Apotek, bahwa Izin Apotik diberikan oleh
Kantor Penanaman Modal dan Pelayanan Menteri yang kemudian melimpahkan
Terpadu Satu Pintu Kota Metro, hampir wewenang pemberian izin apotek kepada
seluruh apotek telah memilik surat izin Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
apotek dan hanya beberapa apotek yang Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
belum mendapat status izin namun tetap wajib melaporkan pelaksanaan pemberian
dapat beroperasi mengingat apotek izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan
tersebut telah berdiri cukup lama. Apotek pencabutan izin apotik sekali setahun
Ananda, apotek Bunda, apotek Rizky, kepada Menteri dan tembusan
apotek Saras, dan apotek Tina Husada disampaikan kepada Kepala Dinas
merupakan contoh dari Apotek yang tetap Kesehatan Propinsi.
beroperasi walaupun belum memiliki izin.
Untuk menciptakan sarana pelayanan
Selain itu, dari hasil penelitian terhadap kesehatan yang mengutamakan
Apoteker Pengelola Apotek (APA) di kepentingan masyarakat, maka apotek
apotek-apotek yang ada di Kota Metro, harus memenuhi syarat yang meliputi
bahwa dinilai masih banyak para apoteker lokasi, bangunan, perlengkapan apotek,
yang tidak melakukan tugasnya dengan perbekalan farmasi dan tenaga kesehatan
baik. Mereka hanya datang sekali dalam yang harus menunjang penyebaran dan
sebulan ke apotek. Sedangkan tugasnya pemerataan pelayanan kesehatan kepada
hanya diserahkan kepada pegawai apotek masyarakat tanpa mengurangi mutu
tanpa adanya pelaporan tertulis pelayanan.
sebagaimana telah diatur dalam Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Apotek harus mempunyai luas secukupnya
dan memenuhi persyaratan teknis, sehingga
3.2. Pengaturan Perizinan Apotek di dapat menjamin pelaksanaan tugas dan
Kota Metro fungsi apotek serta memelihara mutu
3.2.1. Pengaturan Izin Apotek perbekalan kesehatan di bidang farmasi.
berdasarkan Keputusan Menteri Luas bangunan apotek sekurang-kurangnya
Kesehatan 50 M2 terdiri dari ruang tunggu, ruang
Andy Siswanto 8
Universitas Lampung

peracikan dan penyerahan obat, ruang telah melengkapi persyaratan tersebut


administrasi, ruang penyimpanan obat, dan yang dilakukan oleh Dinas Kesetahatan
tempat pencucian alat, kamar mandi dan Kota Metro kemudian akan memberikan
toilet. rekomendasi kepada Kantor Pelayanan
Perlengkapan yang wajib dimiliki oleh Modal dan Perizinan Terpadu Satu Pintu
apotek adalah : Kota Metro dalam persetujuan pendirian
1) Alat pembuatan, pengelolaan dan apotek tersebut.
peracikan obat / sediaan farmasi,
seperti lemari obat dan lemari 3.2.2. Pengaturan Perizinan Apotek
pendingin. Wadah pengemas dan berdasarkan kebijakan
pembungkus, etiket dan plastik Pemerintah Kota Metro
pengemas. Terhadap persyaratan perizinan apotek,
2) Perlengkapan dan alat penyimpanan Pemerintah Kota Metro telah
khusus narkotika dengan ukuran 140 mengeluarkan suatu kebijakan yang wajib
x 80 x 100 cm dan terbuat dari kayu. ditaati sebagai bahan pertimbangan
3) Kumpulan peraturan perundang- dikeluarkannya izin pendirian apotek di
undangan yang bersangkutan dengan Kota Metro yaitu dikeluarkannya
apotek, Farmakope Indonesia dan Peraturan Walikota Metro Nomor 15
Ekstra Farmakope Indonesia edisi Tahun 2013 mengenai jenis rencana usaha
terbaru, ISO, MIMS, DPHO, serta dan kegiatan yang wajib dilengkapi
buku lain yang ditetapkan oleh dokumen upaya pengelolaan lingkungan
Direktorat Jenderal. hidup dan upaya pemantauan lingkungan
4) Alat administrasi, seperti blanko hidup. Pasal 1 ayat 4 Perwali Metro No
pesanan obat, faktur, kwitansi, 15/2013 menyebutkan bahwa UKL/UPL
salinan resep dan lain-lain. adalah pengelolaan dan pemantauan
terhadap usaha dan/atau kegiatan yang
Dari semua sarana dan prasarana standar tidak berdampak penting terhadap
persyaratan apotek yang telah tercantum di lingkungan yang diperlukan bagi proses
atas, semuanya harus dipenuhi oleh calon pengambilan keputusan tentang
pendiri apotek sebagai dasar pengajuan penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.
izin yang nantinya akan dilakukan
verifikasi untuk menentukan layak atau Apotek merupakan salah satu usaha
tidaknya apotek tersebut menjalankan kegiatan yang berdasarkan Perwali
usahanya. Setelah apotek tersebut dirasa 15/2013 tersebut wajib mempunyai
Andy Siswanto 9
Universitas Lampung

dokumen UKL/UPL. Hal ini kemudian berdirinya tidak perlu harus mempunyai
dinilai berlawanan terhadap pengaturan dokumen UKL dan UPL.
izin yang telah ditetapkan sebagaimana
Keputusan Menteri Kesehatan yang di 3.2.3. Tahapan Perizinan Apotek di
dalamnya tidak ada persyaratan mengenai Kota Metro
hal tersebut secara khusus. Menurut Tahapan-tahapan perizinan usaha apotek
Perwali tersebut, ternyata apotek yang dalam rangka memberikan izin operasional
dimaksud haruslah apotek yang berdiri terhadap usaha pendirian apotek di Kota
bersama pelayanan medis dasar dan Metro merupakan tahapan yang wajib
spesialistik lebih dari satu. Pelayanan dilalui oleh pemohon izin. Hal ini
medis dasar ini merupakan pelayanan dilakukan sebagai bentuk agar proses
kesehatan individual yang dilandasi ilmu perizinan dilakukan dengan tertib
kesehatan dalam masyarakat terutama sebagaimana telah diatur di dalam
meliputi upaya penyembuhan penyakit dan peraturan-peraturan yang berlaku. Dari
pemulihan kesehatan yang dilaksanakan tahapan tersebut menggambarkan alur
oleh tenaga kesehatan maksimal misalnya yang secara urut harus dilalui mulai dari
dokter umum. Dengan kata lain bahwa pendaftaran sampai pada penyerahan
apotek tersebut dikatakan wajib memiliki berkas dikeluarkannya surat izin usaha
dokumen UPL dan UKL apabila dalam apotek.
melakukan usahanya berdampingan
dengan praktek dokter atau spesialis lebih Persyaratan yang harus dilengkapi dalam
dari satu seperti spesialis gigi, mata, THT formulir permohonan izin apotek adalah
,dan lain sebagainya. sebagai berikut :
a. Fotocopy Surat Izin Kerja Apoteker
Mengenai apotek-apotek yang banyak b. Fotocopy Kartu Tanda Penduduk
dijumpai di wilayah Kota Metro yang c. Fotocopy Denah Bangunan
sebagian besar berdiri sendiri dan hanya d. Surat yang menyatakan status
menjual obat yang telah jadi, dirasa sangat bangunan dalam bentuk akte hak
jelas bahwa kegiatan usaha tersebut sama milik/sewa/kontrak
sekali tidak akan berdampak terhadap e. Fotocopy izin kerja dan ijazah
lingkungan. Oleh karena itu kepada masing-masing tenaga
seluruh apotek-apotek yang didirikan di f. Asli daftar terperinci alat
Kota Metro untuk mendapatkan izin perlengkapan apotek
Andy Siswanto 10
Universitas Lampung

g. Surat pernyataan dari apoteker Prosedur pelayanan perizinan


pengelola apotek bahwa tidak khususnya mengenai apotek ini belum
bekerja tetap pada perusahaan ada peraturan daerah yang
farmasi lain dan tidak menjadi mengaturnya secara khusus, sehingga
apoteker pengelola apotek di apotek terkesan prosedur tersebut diciptakan
lain sesuai dengan keinginan dari
h. Asli surat izin atasan bagi pemohon pemerintah daerah. Padahal prosedur
Pegawai Negeri, Anggota ABRI, dan pelayanan perizinan tersebut segera
Pegawai Instansi Pemertintah dibuat untuk memberikan kepastian
lainnya terhadap izin usaha apotek.
i. Surat perjanjian kerjasama apoteker 2. Sumber Daya Manusia
pengelola apotek dengan pemilik Dalam setiap Satuan Kerja Perangkat
sarana apotek Daerah harus memiliki tenaga
j. Surat pernyataan pemilik sarana profesional dibidang perizinan. Tenaga
tidak terlibat pelanggaran peraturan profesional dimaksud adalah berkaitan
perundang-undangan di bidang obat dengan kemampuan mengelolah
k. Surat izin HO, SIUP, TDP administrasi dan kemampuan teknis
l. Pas photo 3x4 = 3 lembar dan 4x6 = lapangan sesuai dengan disiplin
3 lembar keilmuan yang dimilikinya, juga dapat
m. Masing-masing dibuat 2 rangkap memberikan keyakinan kepada
masyarakat khusunya para pengelola
3.3. Faktor penghambat perizinan apotek mengenai kemampuan yang
Apotek di Kota Metro. dimiliki.
Faktor-faktor penghambat terwujudnya 3. Perilaku pengelola apotek
izin penyelenggaraan usaha apotek di Kota Ada semacam ketidak tahuan sampai
Metro antara lain disebabkan oleh ketidak ingin tahuan dari para pengelola
beberapa hal mulai dari segi kebijakan apotek mengenai pentingnya izin
pemerintah sampai dari perilaku-perilaku pendirian usaha apotek. Mereka
yang kurang baik dari para pemilik apotek. berpendapat tidak tahu dasar hukum
Secara lebih jelas antara lain sebagai yang mewajibkan untuk memiliki izin.
berikut : Selain itu usaha apotek yang sudah lama
1. Peraturan Perundang-undangan yang didirikan masih tetap bisa berjalan
mengatur dengan lancar walaupun tidak ada izin
operasional yang resmi.
Andy Siswanto 11
Universitas Lampung

Metro melalui beberapa peraturan


perundang-undangan. Mengenai
4. Persyaratan izin apotek peraturan tersebut terdapat perbedaaan
Banyaknya syarat- syarat yang harus persyaratan izin apotek antara
dipenuhi oleh pemohon pendiri apotek pengaturan yang dilakukan
untuk bisa mengajukan izin pemerintah pusat dan kebijakan
operasional bisa dilihat dari pemerintah daerah Kota Metro, dapat
persyaratan yang harus dilengkapi Hal dilihat dengan adanya kewajiban
ini yang kemudian dinilai sulit dan apotek mempunyai dokumen
menimbulkan efek keengganan dari UPL/UKL yang digunakan sebagai
para pendiri apotek tersebut untuk instrumen pencegahan pencemaran
mengurus izin karena dirasa dan untuk meminimalisasi dampak
menyulitkan bagi mereka. terhadap lingkungan. Apotek yang
5. Pengawasan dimaksud haruslah apotek yang
Kurangnya pengawasan terkait dengan berdiri bersama pelayanan medis
penyelenggaraan usaha apotek di Kota dasar dan spesialistik lebih dari satu
Metro dengan masih beroperasinya seperti spesialis gigi, mata, THT, dan
hingga sekarang apotek-apotek yang lain sebagainya.
belum memiliki izin, kemudian 2. Faktor yang menjadi penghambat
menjadikan alasan oleh sebagian besar tidak terwujudnya pemberian izin
apotek yang merasa tidak perlu takut usaha apotek di Kota Metro antara
dan pusing untuk mengurus izin karena lain mengenai peraturan perundang-
sanksi yang diberikan juga tidak ada. undangan yang mengatur perizinan
apotek ini belum yang mengaturnya
IV. PENUTUP secara khusus, sehingga terkesan
prosedur tersebut diciptakan sesuai
4.1. Kesimpulan dengan keinginan dari pemerintah
Berdasarkan hal-hal yang telah dimuat daerah, kemudian dari perilaku para
pada bab hasil dan pembahasan, maka pendiri apotek juga ada kesan ketidak
dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : tahuan sampai ketidak ingin tahuan
1. Pengaturan mengenai izin apotek di terhadap kewajiban memiliki izin
Kota Metro didasarkan pada operasional disebabkan terlalu
keputusan Menteri Kesehatan dan banyaknya syarat-syarat yang harus
kebijakan Pemerintah Daerah Kota dipenuhi, adanya biaya-biaya tidak
Andy Siswanto 12
Universitas Lampung

terduga yang harus dikeluarkan pada DAFTAR PUSTAKA


saat proses pengajuan izin, birokrasi
yang rumit, dan kurangnya A. Buku-Buku
pengawasan yang dilakukan oleh Abdul Wahab, Solichin. 2008. Analisis
Kantor PM-PTSP terhadap apotek Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke
yang tidak memiliki izin. Implementasi Kebijaksanaan Negara.
Edisi Kedua. Jakarta : PT Bumi Aksara.
4.2. Saran Basah, Sjachran. 2000, Pengantar Hukum
Berdasarkan pembahasan dan simpulan Perizinan, Jakarta: Rineka Cipta
penulis dapat memberikan saran, Effendi, Taufiq. 2004. Tingkatkan
diantaranya : Pelayanan Publik. Jakarta: Suara
1. Sebaiknya Kantor PM-PTSP Kota Pembaruan.
Metro dapat terus melakukan Hadjon, Philipus M. 2004. himpunan
sosialisasi aktif dengan memberikan makalah asas-asas Umum Pemeritahan
pengetahuan-pengetahuan terkait yang Baik, Bandung: Citra aditya Bakti.
dengan kewajiban mempunyai izin Hartono, Sri Redjeki. 2003. Aspek
untuk seluruh usaha yang bergerak Keperdataan Pada Pelayanan Publik.
dibidang Usaha Apotek. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Sebaiknya pengawasan terhadap usaha HR, Ridwan. 2006, Hukum Administrasi
Usaha Apotek dapat dioptimalkan Negara, Jakarta : Grafindo Persada
lagi, agar terdapat kesadaran hukum Nugraha, Safri, dkk, 2007, Hukum
yang dimiliki oleh pemilik usaha Administrasi Negara, Depok : CLGS-
untuk segera mengurus izin terkain FHUI.
dengan usahanya dibidang usaha Manan, Bagir, 2001, Menyongsong Fajar
apotek. Otonomi Daerah (Yogyakarta: Pusat
3. Sebaiknya kerumitan birokrasi yang Studi Hukum FH UII)
dapat menyusahkan dan menghambat Marbun, SF. 2011, Peradilan Administrasi
terwujudnya izin penyelenggaraan Negara dan Upaya Administratif di
operasional usaha dibidang usaha Indonesia, FH UII Press, Yogyakarta
apotek dapat dihilangkan. Muhammad, Abdulkadir. 2004. Hukum
Dan Penelitian Hukum. PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Andy Siswanto 13
Universitas Lampung

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Ilmu Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009


Kesehatan Masyarakat Prinsip-prinsip Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Dasar, Jakarta. Lingkungan Hidup
Nugraha, Safri, dkk, 2005. Hukum Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009
Administrasi Negara. Depok: Badan Tentang Kesehatan
Penerbit Fakultas Hukum Universitas Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun
Indonesia 2007 tentang Pembagian urusan
Sabaruddin, Abdul Kadir. 2007, ‘Amdal Pemerintahan antara Pemerintah,
dan Kewenangan Bapedalda Dalam Pemerintah Daerah Provinsi, dan
Menjaga Pelestarian Fungsi Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.
Lingkungan Hidup di Kota Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
Balikpapan’, Risalah Hukum Fakultas 1980 tentang Perubahan Atas Peraturan
Hukum Unmul, Juli 2007 Pemerintah Nomor 26 tahun 1965
Sadjijono, 2008, Memahami Beberapa tentang Apotek.
Bab Pokok Hukum Administrasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Negara, Laks Bang Pressindo, 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Jogyakarta, Ketentuan dan Tata cara Pemberian Izin
Soemitro, Ronny Hanitijo. 2000. Apotik.
Perspektif Sosial Dalam Pemahaman Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun
Masalah-Masalah Hukum, CV Agung, 2010 tentang Pekerjaan Kefarmasian
Semarang. Peraturan Menteri Negara Lingkungan
Soekanto, Soerjono. 2010, Pengantar Hidup Nomor 13 Tahun 2010 tentang
Penelitian Hukum, UI-PRESS : Depok. Upaya Pengelolaan Lingkungan dan
Sunggono, Bambang. 2000, Hukum dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup
Kebijaksanaan Publik, Sinar Grafika, Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 347/
Jakarta. MenKes/SK/VII/1990 tentang Obat
W. Kusuma, Mulyana. 2001, Pergaulan Wajib Apotek
Politik dan Hukum di Indonesia, Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
Yogyakarta, Gama Media. 1332/MENKES/SK/X/2002 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor
B. Peraturan Perundang-undangan 922/MENKES/PER/X/1993 tentang
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Ketentuan dan Tata cara Pemberian Izin
Tentang Otonomi Daerah Apotik.
Andy Siswanto 14
Universitas Lampung

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor Website Resmi Kota Metro:


1027/Menkes/SK/IX/2004 tentang http://www.metrokota.go.id/?page=kon
Standar Pelayanan Kefarmasian di ten&&no=62 , diakses pada 10/11/2013
Apotek. Software komputer, Kamus Besar Bahasa
Peraturan Walikota Metro Nomor 09 Indonesia- Offline versi 1.3
Tahun 2008 tentang Pelimpahan
Sebagian Kewenangan Di Bidang
Perizinan Kepada Kepala Kantor
Pelayanan Administrasi Perizinan
Terpadu Kota Metro
Peraturan Walikota Metro Nomor 04
Tahun 2012 Tentang Penyelenggaraan
Sarana Kesehatan
Peraturan Walikota Metro Nomor 15
Tahun 2013 tentang Usaha-Usaha yang
Wajib Memiliki Dokumen UPL dan
UKL

C. Internet
“Dokumen UKL dan UPL Hambat
Pendirian Apotek di Metro”
http://www.tribunnews.com/regional/20
13/06/23/dokumen-ukl-dan-upl-
hambat-pendirian-apotek-di-metro,
dilihat pada 15/09/2013
http://news.detik.com/read/2012/12/27/130
628/2127831/10/sepanjang-2012-
bpom-temukan-451-kasus-obat-
makanan-ilegal?nd771104bcj, dilihat
pada 20/09/2013
Website Badan POM :
http://www.pom.go.id/, dilihat pada
20/09/2013

Anda mungkin juga menyukai