Pendahul
uan
Profesi
KGD
URDOTUL IHLAMI
DISRITMIA
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
LAPORAN PENDAHULUAN
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT STIKes FALETEHAN
1. Definisi Penyakit
Disritmia adalah kelainan denyut jantung yang meliputi gangguan frekuensi atau
irama atau keduanya. Disritma merupakan gangguan system hantaran jantung
dan bukan stuktur jantung. Disritmia dapat di identifikasikan dengan
menganalisa gelombang EKG. Disritmia dinamakan berdasarkan pada tempat asal
dan impuls dan mekanisme hantaran yang terlibat. Gangguan mekanisme
hantaran yang mungkin yang dapat terjadi meliputi bradikardi, takikardi, flutter,
fibrilasi, denyut premature, dan penyakit jantung. Disritmia jantung adalah
perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh kondisi
elektrikal abnormal atau otomatis. Aritmia timbul akibat perubahan
elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi
sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel
(Price, 1994). Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas
denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi
(Hanafi, 1996).
2. Etiologi
Penyebab disritmia secara umum diantaranya adalah :
1. Penyakit degenerasi (infark miokard, CHF).
2. Gangguan metabolisme (asidosis, alkalosis).
3. Intabilitas otot atrium karena kefein, alcohol dan nikotin.
4. Penyakit arteri koroner.
5. Hipertensi, gangguan pulmonal (emboli pulmonal) dan perikarditis.
6. Peradangan jantung, misalnya demam reumatik, peradangan miokard
(miokarditis karena infeksi).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
3. Manifestasi Klinis
a. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ), nadi mungkin tidak teratur, defisit
nadi, bunyi jantung irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun, kulit
pucat, sianosis, berkeringat, edema, dan haluaran urin menurun bila curah
jantung menurun berat.
b. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disorientasi, bingung, letargi, dan
perubahan pupil.
c. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau tidak dengan obat
antiangina, dan gelisah
d. Nafas pendek, batuk, perubahan kecepatan/kedalaman pernafasan, bunyi
nafas tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada menunjukkan
komplikasi pernafasan seperti pada gagal jantung kiri (edema paru) atau
fenomena tromboembolitik pulmonal dan hemoptisis.
e. Demam yaitu kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, eritema, edema
(trombosis siperfisial),dan kehilangan tonus otot atau kekuatan otot.
4. Deskripsi patofisiologi
Disritmia dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan pada salah satu sifat
dasar jantung. Ketidakseimbangan dapat terjadi oleh aktivitas normal, seperti
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
latihan oleh kondisi patologis seperti infark Miokard. Pada Infark Miokard terjadi
peningkatan respon miokardium terhadap stimulus akibat penurunan oksigen ke
miokardium yang menyebabkan peningkatan eksitabilitas.
5. Klasifikasi disritmia
Tipe – Tipe Disritmia diantaranya yaitu :
Semua karakteristik bradikardi sinus sama dengan irama sinus normal, kecuali
frekuensinya, bila frekuensi jantung yang lambat mengakibatkan perubahan
hemodinamik yang bermakna, sehingga menimbulkan sinkop ( pingsan ), angina
atau disritmia ektopik, maka penatalaksanaan ditunjukan untuk meningkatkan
frekuensi jantung. Bila penurunanfrekuensi jantung diakibatkan oleh stimulasi
vagal ( stimulasi saraf vagus ) seperti jongkok saat buang air besar atau buang
air kecil, penatalaksanaan harus diusahakan untuk mencegah stimulasi vagal
lebih lanjut. b.
b. Takikardi Sinus
Takikardi sinus (denyut jantung cepat) dapat disebabkan oleh demam,
kehilangan darah akut, anemia, syok, latihan, gagal jantung kongestif (CHF =
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
2. Disritmia aritmia
b. Atrium Paroksismal
Takikardi atrium proksimal (PAT = paroxysmal atrium tachycardia) adalah
takikardi atrium yang ditandai dengan awitan mendadak dan penghentian
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
c. Fluter Atrium
Fluter atrium terjadi bila ada titik fokus di atrium yang menangkap irama
jantung dan membuat impuls antara 250 sampai 400 kali per menit. Karakter
penting pada disritmia ini adalah terjadinya penyekat terapi terhadap nodus AV,
yang mencegah penghantaran beberapa impuls. Penghantaran impuls ini melalui
jantung sebenarnya masih normal, sehingga komplikasi QRS tak terpengaruh.
Inilah tanda penting dari disritmia tipe ini, karena hantaran 1:1 impuls atrium
yang dilepaskan 250 sampai 400 kali permenit akan mengakibatkan fibrilasi
ventrikel, suatu disritmia yang mengancam jiwa.
3. Disritmia Ventrikel
a. Kontrasi Prematur Ventrikel (PUC = premature ventricular Contraction).
Terjadi akibat peningkatan otomatisasi sel ataupun ventrikel PVC bisa
disebabkan oleh toksisitas digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam, asidosis,
latihan atau peningkatan sirkulasi katekolamin.
Pada pasien miokard infark (MI) akut, PVC bisa terjadi precursor serius
terjadinya tarkikardi ventrikel dan fibrilasi ventrikel bila :
- Jumlahnya meningkat lebih dari 6/menit.
- Multifokus atau berasal dari berbagai area dijantung.
- Terjadi berpasangan atau triplet.
- Terjadi pada fase hantaran yang peka.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
b. Bigemini Ventrikel
Biasanya terjadi disebabkan oleh intoksikasi digitalis, penyakit arteri koroner,
Miokard Infark Akut dan CHF istilah bigemini mengacu pada kondisi dimana
setiap denyut jantung adalah premature.
c. Takikardi Ventrikel
Disritmia ini disebabkan oleh peningkatan intabilitas miokard, seperti pada PVC.
Irama ventrikel yang dipercepat dan takikardi ventrikel mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
- Frekuensi : 150 – 200 denyut/menit.
- Gelombang P : biasanya tenggelam dalam kompleks QRS.
- Kompleks QRS : mempunyai kompigurasi yang sama dengan konpigurasi
PVC lebar dan aneh, dengan gelombang T terbalik.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
d. Fibrilasi ventrikel
Merupakan denyut ventrikel yang cepat dan tak efektif. Pada disritmia ini denyut
jantung tidak terdengar dan tidak teraba, dan tidak ada respirasi dan
mempunyai karakter sebagai berikut :
- Frekuensi : cepat, tidak terkoordinasi, tak efektif.
- Gelombang P : tidak terlihat.
- Kompleks QRS : cepat, undulasi ireguler tanpa pola yang khas.
- Hantaran : banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls.
- Irama : sangat iregules dan tidak terkoordinasi tanpa pola yang khas.
- Penanganan : segera adalah melalui defibrilasi.
4. Abnormalitas Hantaran
a. Penyekat AV Derajat-Satu
b. Penyekat AV Hantaran-Dua
c. Penyekat AV Derajat-Tiga
d. Asistole ventrikel
Tidak akan terjadi kompleks QRS tidak ada denyut jantung nadi dan pernapasan.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. EKG : Menunjukkan pola cedera iskemik dan gangguan konduksi. Menyatakan
tipe/sumber disritmia dan efek ketidakseimbangan elektrolit dan oabt
jantung.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektrolit : Peningkatan atau penurunan kalium, kalsium dan magnesium
dapat menyebabkan disritmia.
b. Pemeriksaan obat : Dapat menyatakan toksisitas jantung, adanya obat jalanan
atau dugaan interaksi obat, contoh digitalis, quinidin dan lain-lain.
c. Pemeriksaan Tiroid : Peningkatan atau penurunan kadar tiroid serum dapat
menyebabkan /meningkatnya disritmia.
d. laju Sedimentasi : Peninggian dapat menunjukkan proses inflamasi akut/aktif,
contoh endokarditis sebagai faktor pencetus untuk disritmia.
e. GDA/Nadi Oksimetri : Hipoksemia dapat menyebabkan/mengeksaserbasi
disritmia.
8. Penatalaksanaan Medis/Operatif
a. KARDIOVERSI
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia
yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif. Pasien
dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya.
b. DEFIBRILASI
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat
darurat. Biasanya terbatas penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
Pada ablasi listrik sebuah kateter dimasukkan pada atau dekat sumber
disritmia dan satu sampai lima syok sebesar 100 sampai 300 joule diberikan
melalui kateter langsung ke endokardium dan jaringan sekitarnya. Jaringan
jantung menjadi terbakar dan menjadi parut, sehingga menghilangkan
sumber disritmia.
Ablasi frekwensi radio dilakukan dengan memasang kateter khusus pada atau
dekat asal disritmia. Gelombang suara frekwensi tinggi kemudian disalurkan
melalui kateter tersebut, untuk menghancurkan jaringan disritmik. Kerusakan
jaringan yang ditimbulkan lebih spesifik yaitu hanya pada jaringan disritmik
saja disertai trauma kecil pada jaringan sekitarnya dan bukan trauma luas
seperti pada krioablasi atau ablasi listrik.
9. Terapi Farmakologis
Obat-obatan. Ada beberapa jenis obat yang tersedia untuk mengendalikan
aritmia. Pemilihan obat harus dilakukan dengan hati-hati karena mereka pun
memiliki efek samping. Beberapa di antaranya justru menyebabkan aritimia
bertambah parah. Evaluasi terhadap efektivitas obat dapat dikerjkan melalui
pemeriksaan EKG (pemeriksaan listrik jantung).
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
10. Pengkajian
Pengkajian primer :
1. Airway
• Apakah ada peningkatan sekret ?
• Adakah suara nafas : krekels ?
2. Breathing
• Adakah distress pernafasan ?
• Adakah hipoksemia berat ?
• Adakah retraksi otot interkosta, dispnea, sesak nafas ?
• Apakah ada bunyi whezing ?
3. Circulation
• Bagaimanakan perubahan tingkat kesadaran ?
• Apakah ada takikardi ?
• Apakah ada takipnoe ?
• Apakah haluaran urin menurun ?
• Apakah terjadi penurunan TD ?
• Bagaimana kapilery refill ?
• Apakah ada sianosis ?
Pengkajian sekunder
1. Riwayat penyakit
- Faktor resiko keluarga contoh penyakit jantung, stroke, hipertensi
- Riwayat IM sebelumnya (disritmia), kardiomiopati, GJK, penyakit katup
jantung, hipertensi
- Penggunaan obat digitalis, quinidin dan obat anti aritmia lainnya
kemungkinan untuk terjadinya intoksikasi
- Kondisi psikososial
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
2. Pengkajian fisik
a. Aktivitas /Istirahat
Gejala : Kelemahan, kelelahan umum karena kerja.
Tanda : Perubahan frekuensi jantung/TD dengan aktivitas atau olahraga.
b. Sirkulasi
Gejala : Riwayat IM sebelumnya/akut (90% - 95% mengalami disritmia)
kardiomiopati, GJK, penyakit katup jantung, dan hipertensi.
Tanda : Perubahan TD, contoh hipertensi atau hipotensi selama periode
disritmia. Nadi : mungkin tidak teratur, contoh denyut kuat, pulsus alternant
(denyut kuat teratur/denyut lemah), nadi begiminal (denyut kuat tak
teratur/denyut lemah). Defisit nadi (perbedaan antara nadi apical dan nadi
radial). Bunyi jantung : irama tak teratur, bunyi ekstra, dan denyut menurun.
Kulit : warna dan kelembaban berubah, contoh pucat, sianosis, berkeringat
(gagal jantung, syok).
Edema : dependen, umum, DVJ, (pada adanya gagal jantung).
Haluaran urine : menurun bila curah jantung menurun berat.
c. Integritas Ego
Gejala : Perasaan gugup (disertai takidisritmia), perasaan terancam. Stresor
sehubungan dengan masalah medik.
Tanda : cemas, takut, menolak, marah gelisah, dan menangis.
d. Makanan/Cairan
Gejala : Hilang nafsu makanan, anoreksia. Mual/muntah. Tidak toleran
terhadap makanan (karena adanya obat). Perubahan berat badan.
Tanda : Perubahan berat badan, edema. Perubahan pada kelembaban
kulit/turgor. Pernapasan krekels.
e. Neursosensori
Gejala : Pusing, berdenyut, sakit kepala.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
f. Nyeri/Ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada, ringan sampai berat, dimana dapat atau tidak bisa hilang
oleh obat anti angina.
Tanda : Perilaku distraksi, contoh gelisah.
g. Pernapasan
Gejala : Penyakit paru kronis. Riwayat atau penggunaan tembakau berulang.
Nafas pendek. Batuk (dengan/tanpa produksi sputum).
Tanda : perubahan kecepatan/kedalam pernapasan selama periode disritmia.
Bunyi nafas : bunyi tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada
menunjukan komplikasi pernapasan, seperti pada gagal jantung kiri (edema
paru), atau fenomena tromboembolitik pulmonal. Hemoptisis.
h. Keamanan
Tanda : Demam. Kemerahan kulit (reaksi obat). Inflamasi, eritema, edema
(thrombosis superficial). Kehilangan tonus otot/kekuatan.
i. Penyuluhan/pembelajaran
Gejala : Faktor resiko keluarga, contoh penyakit jantung,stroke.
Penggunaan /tak menggunakan obat yang diresepkan, contoh obat jantung
(digitalis), antikoagulan, Coumadin), atau obat yang dijual bebas, contoh sirup
batuk dan analgesikberisi ASA. Kurang pemahaman tentang proses
penyakit/program terapeutik. Adanya kegagalan untuk memperbaiki, contoh
disritmia berulang/tak dapat sembuh yang mengancam hidup.
Pertimbangan : DRG menunjukan reratan lama dirawat : 3,2 hari.
Rencana Pemulangan : perubahan penggunaan obat/terapi.
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
DS:
- Kelelahan
- Nafas pendek/ sesak nafas
- Rasa tidak nyaman (nyeri)
Reaksi ketidaknyamanan
NYERI AKUT
DO: Vasodilatasi pembuluh darah Pola NapasTidak efektif
- Menggunakan otot
pernafasan tambahan
- Penurunan tekanan Tekanan darah menurun
inspirasi/ekspirasi
- Respirasi meningkat
- bunyi tambahan (krekels, Kerusakan otot jantung
ronki, weezing)
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
Dispneu (sesak)
PATOFLOW
Infark miokard
Vasodilatasi pembuluh
darah
NYERI AKUT
Laporan Pendahuluan Profesi KGD 2013
DAFTAR PUSTAKA
b. Analgetic Administration
1. Tentukan lokasi, karakteristik,
kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian
obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat, dosis, frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesic yang diperlukan
atau kombinasi dari analgesic ketika
pemberian lebih dari Satu
5. Tentukan pilihan analgesic
tergantung tipe dan beratnya nyeri
6. Tentukan anlgesik pilihan, rute
pemberian dan dosis optimal
7. Pilih rute pemberian secara IV,
IM untuk pengobatan nyeri secara teratur
8. Monitoring vital sign sebelum
dan sesudah pemberian analgesic pertama kali
3. Pola napas tidak efektif Jangka Panjang a. Oxygen therapy a. Oxygen Therapy
berhubungan dengan Pola nafas kembali efektif b. Vital sign management 1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
penurunan ekspansi paru ventilasi
karena penekanan kapiler Jangka Pendek 2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
paru, ditandai dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien tambahan
DO: menunjukkan keefektifan pola nafas, dengan 3. Monitor respirasi dan status O2
- Menggunakan otot kriteria hasil: 4. Pertahankan jalan nafas yang paten
pernafasan tambahan 1. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara 5. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi
- Penurunan tekanan nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan 6. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
inspirasi/ekspirasi dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, oksigenasi
- Respirasi meningkat mampu bernafas dg mudah, tidakada pursed 7. Monitoring sianosis perifer
- bunyi tambahan lips)
(krekels, ronki, weezing) 2. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien b. Vital Sign Management
tidak merasa tercekik, irama nafas, 1. Monitoring TD,nadi,suhu, dan RR
DS: frekuensi pernafasan dalam rentang normal, 2. Catat adanya fluktuasi tekanan
- Sesak tidak ada suara nafas abnormal) darah
- Batuk 3. Tanda Tanda vital dalam rentang normal 3. Monitoring vital sign saat klien
(tekanan darah, nadi, pernafasan) berbaring, duduk atau berdiri
4. Monitor TD, nadi, RR sebelum,
selama dan sesudah beraktifitas
5. Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
6. Mpnitor suara paru
7. Monitor suara pernapasan
abnormal
8. Monitor suhu, warna dan
kelembaban kulit
9. Identifikasi penyebab dari
perubahan vital sign
4. Intoleransi aktifitas Jangka Panjang a. Self Care : ADLs 1. Observasi adanya pembatasan klien
berhubungan dengan Aktifitas klien adekuat b. Toleransi aktivitas dalam melakukan aktivitas
gangguan metabolisme c. Konservasi eneergi 2. Kaji adanya faktor yang menyebabkan
dan kelelahan, ditandai Jangka Pendek kelelahan
dengan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien 3. Monitor nutrisi dan sumber energi yang
DO: bertoleransi terhadap aktivitas dengan kriteria adekuat
- Perubahan ECG : hasil : 4. Monitor pasien akan adanya kelelahan fisik dan
aritmia, disritmia 1. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa emosi secara berlebihan
- Takhikardi/bradikardi disertai peningkatan tekanan darah, nadi 5. Monitor respon kardivaskuler terhadap
- RR meningkat dan RR aktivitas (takikardi, disritmia, sesak nafas,
2. Mampu melakukan aktivitas sehari hari diaporesis, pucat, perubahan hemodinamik)
DS: (ADLs) secara mandiri 6. Monitor pola tidur dan lamanya tidur/istirahat
- Melaporkan secara 3. Keseimbangan aktivitas dan istirahat pasien
verbal adanya kelelahan 7. Kolaborasikan dengan Tenaga Rehabilitasi
atau kelemahan. Medik dalam merencanakan progran terapi
- Adanya dyspneu atau yang tepat.
ketidaknyamanan saat 8. Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas
beraktivitas yang mampu dilakukan
9. Bantu untuk memilih aktivitas konsisten yang
sesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan
sosial
10. Bantu untuk mengidentifikasi dan
mendapatkan sumber yang diperlukan untuk
aktivitas yang diinginkan
11. Bantu untuk mendpatkan alat bantuan
aktivitas seperti kursi roda, krek
12. Bantu untuk mengidentifikasi aktivitas
yang disukai
13. Bantu klien untuk membuat jadwal
latihan diwaktu luang
14. Bantu pasien/keluarga untuk
mengidentifikasi kekurangan dalam
beraktivitas
15. Sediakan penguatan positif bagi yang
aktif beraktivitas
16. Monitor respon fisik, emosi, sosial dan
spiritual