Anda di halaman 1dari 11

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN

NASIONAL

Disusun Oleh :

Ayu Putri Anindita


XI-Perhotelan

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Makalah ini berhasil diselesaikan , dengan
judul makalah “SISTEM PERADILAN DI INDONESIA”. Diharapkan tulisan ini
bermanfaat untuk menambah informasi mengenai Sistem peradilan. Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karna itu kami mengharapkan saran
dan kritik yang bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Akhir
kata kami ucapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Jakarta, 03 Agustus 2018

Penyusun,

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Sistem Hukum
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Hukum
2.2 Unsur-Unsur Hukum
2.3 Sumber-Sumber Hukum
2.4 Macam-Macam penggolongan hukum
2.5 Negara hukum dan kekayaan kehaiman di Indonesia
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Sistem Hukum


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang secara
teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Hukum merupakan
peraturan didalam negara yang bersifat mengikat dan memaksa setiap warga Negara
untuk menaatinya. Jadi, sistem hukum adalah keseluruhan aturan tentang apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan oleh manusia yang
mengikat dan terpadu dari satuan kegiatan satu sama lain untuk mencapai tujuan
hukum di Indonesia. Pasal 1 Ayat (3) menjelaskan “Negara Indonesia adalah negara
hukum”. Karena itu untuk mewujudkan sebagai negara hukum maka segala
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara didasarkan pada hukum.
Sayangnya Indonesia belum secara keseluruhan memiliki hukum nasional yang dibuat
oleh bangsa sendiri. Untuk menjaga agar tidak terjadi kekosongan hukum, maka hukum
di Indonesia masih menggunakan hukum-hukum warisan kolonial yang disesuaikan
dengan keadaan hukum di Indonesia atau sesuai dengan UUD 1945. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, peradilan adalah segala sesuatu mengenai perkara
pengadilan. Nasional adalah bersifat kebangsaan, berkenaan atas berasal dari bangsa
sendiri, meliputi suatu bangsa.
Jadi, peradilan nasional adalah segala sesuatu mengenai perkara pengadilan yang
bersifat kebangsaan atau segala sesuatu mengenai perkara pengailan yang meliputi
suatu bangsa,
dalam hal ini adalah bangsa Indonesia.
Dengan demikian, yang dimaksud disini adalah sistem hukum Indonesia dan peradilan
negara Indonesia yang berdasarkan pada Pancasila dan UUD 1945, yaitu sistem
hukum dan peradilan nasional yang berdasar nilai-nilai dari sila-sila Pancasila.
Peradilan nasional berdasarkan pada Pasal 24 dan Pasal 25 UUD 1945. untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan dibentuk
kekuasaan kehakiman yang merdeka. Dalam hal ini dipegang oleh Mahkamah Agung
dan peradilan lain.

4
1.2 Tujuan
Menguraikan pengertian sistem, hukum dan sistem hukum.
Mendeskripsikan tujuan hukum dan sumber hukum.
Menganalisis penggolongan hukum dan sanksi hukum
Menganalisis sistem peradilan nasional.

5
Bab 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian sistem hukum
Pengertian sistem
Prof.subekti, S.H. berpendapat bahwa“ suatu system adalah suatu susunan atau
tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang berkaitan
satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil dari suatu penulisan
untuk mencapai suatu tujuan “.
Pengertian hukum Menurut para ahli ;
• Prof. Mr. E.M. Meyers, hukum adalah semua aturan yang mengandung
pertimbangan kesusilaan, ditujukan kepada tingkah laku manusia dalam masyarakat,
dan menjadi pedoman bagi penguasa negara dalam melaksanakan tugasnya.
• Leon Duguit, hukum adalah aturan tingkah laku anggota masyarakat, aturan yang
daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai
jaminan dari kepentingan bersama & yang pelanggaran terhadapnya akan
menimbulkan reaksi bersama terhadap pelakunya.
• Drs. E. Utrecht, S.H., hukum adalah himpunan peraturan (perintah dan larangan)
yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karenya harus ditaati oleh masyarakat
itu.

2.2 Unsur-unsur hukum


Dari definisi diatas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa hukum meliputi beberapa unsur,
yaitu:
• Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat ;
• Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib;
• Peraturan itu bersifat memaksa;
• Sanksi terhadap pelanggaran peraturan bersifat tegas.

6
2.3 Sumber-sumber hukum
Pengertian sumber hukum
Sumber hukum adalah segala yang menimbulkan aturan yang mempunyai kekuatan
memaksa, yakni aturan-aturan yang pelanggarannya dikenai sanki yang tegas dan
nyata. Sumber-sumber hukum formal antara lain adalah undang-undang, kebiasaan,
keputusan hakim, traktat, dan pendapat sarjana hukum.
a) Undang-undang (statuta)
Undang-undang adalah peraturan yang mempunyai kekuatan hukum yang mengikat,
diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara. Menurut buys, undang-undang
mempunyai dua arti,yaitu :
i. Undang-undang dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah
yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduk;
ii. Undang-undang dalam arti formal adalah setiap keputusan pemerintah
yang merupakan undang-undang karena cara pembuatnya, misalnya dibuat oleh
pemerintah bersama DPR
b) Kebiasaan (custom)
Kebiasaan ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal
yang sama. Apa bila suatu kebiasaan tersebut diterima oleh masyarakat dan kebiasaan
itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikian rupa sehingga tindakan yang berlawana
dengan kebiasaan itu dirasakan sebagai pelanggaran perasaan hukum maka dengan
demikian timbulah suatu kebiasaan hukum yang oleh pengguna hidup dipandang
sebagai hukum.
c) Keputusan hakim (jurisprudensi)
Yusiprudensi adalah putusan hakim terdahulu yang diikuti dan dijadikan dasar hakim
kemudian untuk memutuskan perkara yang sama. jadi, yurisprudensi adalah juga
sumber hukum tersendiri.
d) Traktat (treaty)
Traktat adalah perjanjian dua negara atau lebih tentang suatu hal. Traktat, selain
mengikat negara yang melakukan perjanjian juga mengikat warga-warga negara dari
negara-negara yang mengadakan perjanjian itu. Dalam hukum internasional dikenal
asas pacta sunt servandayang artinya setiap perjanjian harus ditaati oleh pihak-pihak
yang mengadakan.
e) Pendapat sarjana hukum (doktrin)

7
Pendapat sarjana hukum yang terkemuka juga mempunyai pengaruh terhadap
pengambilan keputusan oleh hakim.
2.4 Macam-macam penggolongan hukum
Hukum itu dibagi menjadi beberapa golongan hukum menurut beberapa asas
pembagian sebagai berikut.
a) Hukum menurut sumbernya
- Hukum undang-undang : hukum yang tercantum dalam peraturan perundangan
negara.
- Hukum kebiasaan : hukum yang terdapat dalam masyarakat berupa hukum adat.
- Hukum traktat : hukum yang ditetapkan oleh negara-negara didalamnya suatu
perjanjian internasional.
- Hukum yurisprodensi : hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.
b) Hukum menurut bentuknya
- Hukum tertulis : seluruh peraturan perundangan yang tertulis dalam satu naskah
tertentu.
- Hukum tidak tertulis atau konvensi : peraturan yang tumbuh dan terpelihara
dalam praktik penyelenggaraan negara.
c) Hukum menurut tempat berlakunya
- Hukum lokal : hukum yang berlaku hanya di daerah tertentu
- Hukum nasional : hukum yang berlaku di seluruh wilayah suatu negara
- Hukum internasional : hukum yang mengatur hubungan antar negara
- Hukum asing : hukum negara asing yang berlaku di negara lain
d) Hukum menurut waktunya
- Lus constitutum (hukum positif) : hukum yang berlaku sekarang bagi masyarakat
tertentu dalam suatu daerah tertentu
- Lus constituendum (hukum masa depan) : hukum yang diharapkan akan berlaku
di masa datang
- Hukum alam (hukum asasi) : hukum yang berlaku dimana-mana dalam segala
waktu dan untuk segala bangsa didunia.
e) Hukum menurut sifatnya
- Hukum memaksa : hukum yang dalam keadaan bagaimanapun harus ditaati

8
- Hukum yang mengatur : hukum yang diksampingkan bila pihak lain telah
membuat peraturan sendiri.
f) Hukum menurut wujudnya
- Hukum materiil : hukum yang memuat peraturan-peraturan yang berwujud
perintah dan larangan
- Hukum formal : hukum yang membuat peraturan dan mengatur bagaimana cara-
cara melaksanakan dan mempertahankan hukum materiil.
g) Hukum menurut isinya
- Hukum publik : hukum yang mengatur hubungan antara negara dengan alat-alat
perlengkapan atau perorangan dan meliputi hukum tatanegara, hukum tata usaha
negara, dan hukum pidana.

2.5 Negara hukum dan kekuasaan kehakiman di Indonesia


a) Negara hukum
Negara hukum pada prinsipnya menghendaki segala tindakan atau pembuatan
penguasa mempunyai dasar hokum yang jelas atau ada legalitasnya baik berdasarkan
hukum tertulis maupun tidak tertulis. Ada beberapa ciri dari Negara hukum, yakni
sebagai berikut :
i. Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi manusia yang mengandung
persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi dan kebudayaan;
ii. Pengadilan yang bebas serta tidak memihak serta tidak dipengaruhi oleh
suatu kekuasaan atau kekuatan apapun;
iii. Legalitas dalam arti hukum dan segala bentuknya.

b) Kekuasaan kehakiman di Indonesia


UUD 1945 padapasal 1 ayat 3 dengan tegas menyatakan bahwa Negara Indonesia
adalah Negara hukum.

9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Realita yang terjadi dalam sistem peradilan Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Banyak terjadi kasus dalam peradilan Indonesia yang mengecewakan. Seperti kasus
putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan tidak mengikatnya UU Nomor 15
Tahun 2003 tentang perberlakuan surut UU Anti-Terorisme, peristiwa Trisakti, vonis tiga
terpidana kasus Poso, perlakuan istimewa terhadap tersangka korupsi dan kasus-kasus
lainnya yang mengecewakan masyarakat.
Ø Penyebab penyimpangan sistem peradilan yang terjadi di Indonesia diantaranya:
1) Sistem hukum dan peradilan di Indonesia merupakan produk Barat Sekular yang
mengesampingkan Tuhan sebagai pencipta manusia, alam semesta dan kehidupan ini.
Sehingga dapat dipastikan produk hukum yang dikeluarkan pasti tidak (akan) sempurna
dan memiliki banyak kelemahan.
2) Materi dan sanksi hukum yang tidak lengkap, sanksi hukum yang tidak member
efek jera, hukum hanya mementingkan kepastian hukum dan mengabaikan keadilan,
dan tidak mengikuti perkembangan zaman.
3) Sistem peradilan yang berjenjang, pembuktian yang lemah dan tidak meyakinkan,
dan tidak adanya persamaan di depan hukum.
4) Perilaku aparat penegak hukum, mulai dari polisi, panitera, jaksa hingga hakim
yang sangat mengecewakan atau sering disebut dengan mafia peradilan.

3.2 SARAN
Untuk mencapai peradilan yang bebas dan tidak memihak maka perlu dilakukan
perbaikan dari seluruh aspek peradilan yang ada. Terutama perbaikan dari aparat
penegak hukum. Mereka harus benar-benar memiliki moral yang baik karena di tangan
merekalah masa depan peradilan Indonesia ini berada. Mereka juga tidak boleh
mengsampingkan campur tangan Tuhan dalam suatu peradilan seperti mekanisme
sistem hukum dan peradilan sekuler. Karena dengan hal ini maka akan dicapai adanya
peradilan yang benar-benar adil tanpa adanya tebang pilih dan diskriminasi. Selain itu
perlu dilakukannya perbaikan dan penyempurnaan dalam materi serta sanksi hukum
yang ada.
10
DAFTAR PUSTAKA

artikel-jodi./2015/09/sistem-hukum-dan-peradilan-nasional
Budiyanto. 2007.
http://jodi-anak-telkom.blogspot.co.id/
http://rayyansaradiwa.wordpress.com/2013/01/15/perubahan-dan-perkembangan-
sistem-hukum-indonesia-perspektif-filsuf-roscoe-pound/
http://mujib-ennal.blogspot.com/2012/07/apa-itu-peradilan-dan-pengadilan.html
http://psikologiforensik.com/2013/03/24/proses-peradilan-di-indonesia-pidana/
http://sudiknoartikel.blogspot.com/2008/03/sistem-peradilan-di-indonesia.html
http://funnyaccounting.blogspot.com/2013/03/berbagai-penyimpangan-sistem-
peradilan.html

11

Anda mungkin juga menyukai