Anda di halaman 1dari 3

Nama : Femy Lia Utami

Nim : 2014901058

Salah satu Adverse Event yang sering dialami oleh pasien di RS adalah infeksi
nosokomial. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 129 tahun 2008 mengenai
Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit dalam menetapkan standar kejadian Infeksi
nosokomial di rumah sakit ≤ 1,5%. Namun pada kenyataannya, hasil survey
menunjukkan Di Indonesia pada tahun 2013 oleh Kemenkes RI terhadap 10 Rumah Sakit
Umum Pendidikan, didapatkan angka infeksi nosokomial yang cukup tinggi 6-16 %,
dengan rata-rata 9,8%. Phlebitis adalah infeksi yang tertinggi di rumah sakit swasta atau
pemerintah dengan jumlah pasien 2.168 pasien dari jumlah pasien berisiko 124.733
(1.7%) (Depkes RI,2010). Penyebab phlebitis umumnya adalah prosedur invasif
pemasangan IV Line (Infus).
Tugas :
1. Selain phlebitis, identifikasi kejadian adverse event yang pernah anda temukan
akibat tindakan invasif di RS/Fasyankes dan penyebabnya !
Jawab
 Kasus Ny.T. di Rumah Sakit A umur 25 tahun pada tanggal 21 April 2017, pasien di
rawat di ruangan melati Rs. A dengan diagnosa Plasenta previa dan akan dilakukan
Sectio Caesarea pada jam 10 besok pagi . Sesuai order dokter infus pasien harus diganti
dengan Rl namun  perawat yang tidak mengikuti operan jaga langsung mengganti infuse
pasien dengan RL dan didrip obat Oksitosin sehingga pasien mengalami Kontraksi tanpa
melihat bahwa terapi pasien tidak mendapatkan obat oksitosin. Beberapa menit
kemudian pasien mengalami Sakit Perut, untung keluarga pasien cepat melaporkan
kejadian ini sehingga tidak menjadi tambah parah dan infusnya langsung diganti.
 Penyebab
Dalam kasus ini terlihat jelas bahwa  kelalaian perawat dapat membahayakan
keselamatan pasien. Seharusnya saat pergantian jam dinas semua perawat memiliki
tanggung jawab untuk mengikuti operan yang bertujuan untuk mengetahui keadaan
pasien dan tindakan yang akan dilakukan maupun dihentikan. Supaya tidak terjadi
kesalahan pemberian tindakan sesuai dengan kondisi pasien.
Pada kasus ini perawat juga tidak menjalankan prinsip 6 benar dalam
pemberian obat. Seharusnya perawat melihat terapi yang akan diberikan kepada
pasien sesuai order, namun dalam hal ini perawat tidak menjalankan prinsip benar
obat.
Disamping itu juga, terkait dengan hal ini perawat tidak mengaplikasikan
konsep patient safety dengan benar, terbukti dari kesalahan akibat tidak melakukan
tindakan yang seharusnya dilakukan yang menyebabkan ancaman keselamatan
pasien

2. Uraikan pendapat anda apa yang menyebabkan masih tingginya angka kejadian
phlebitis di Indonesia ?
Jawab
Angka kejadian phlebitis masih tinggi dikarenakan Masih kurangnya kesadaran
perawat akan pengetahuan plebitis dengan keterampilan tenaga kesehatan dalam
menerapkan PSBH(Problem Solving for Better Health) pada plebitis. Salah satu
upaya mencegah terjadinya plebitis dapat dilakukan dengan inovasi dan
kreatifitas.Upaya ini membutuhkan sumber daya manusia yang peduli serta mampu
menciptakan ide-ide kreatif dan inovatif, sehingga ide tersebut dapat digunakan
sebagai salah satu metode pemecahan masalah yang ada, semakin tinggi pengetahuan
tentang plebitis, maka akan semakin baik keterampilan PSBH masalah plebitis.dan
selalu memberikan tindakan sesui dengan SOP

3. Uraikan pendapat anda, langkah apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah
infeksi nosokomial phlebitis secara lengkap meliputi penetapan kebijakan
institusi, dukungan manajemen, peningkatan kualitas SDM pelaksana, dan
penggunaan teknologi dalam sarana/prasarana !
Jawab
 Kebijakan institusi :
Institusi keperawatan diharapkan dapat meningkatkan informasi mengenai materi
pencegahan infeksi nosokomial, khususnya flebitis, ke dalam materi perkuliahan,
sehingga dapat meningkatkan pengetahuan mahasiswa dan sikap terhadap
pencegahan flebitis.
 Dukungan manajemen
manajemen berhubungan dengan perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengaturan staf (staffing), kepemimpinan (leading), dan
pengendalian (controlling). Pendekatan manajemen dapat digunakan dalam
menilai keberhasilan pelaksanaan program pengendalian infeksi nosokomial.
Serta meningkatkan kebijakan kewaspadaan Isolasi, kebijakan tentang
pengembangan SDM dalam PPI, kebijakan tentang pengadaan bahan dan alat
yang melibatkan tim PPI, kebijakan tentang penggunaan antibiotic yang rasional,
kebijakan tentang pelaksanaan surveilans, kebijakan tentang pemeliharaan fisik
dan saran yang melibatkan tim PPI, kebijakan tentang kesehatan karyawan,
kebijakan penanganan KLB, kebijakan penempatan pasien dan adanya SOP
disetiap kebijakan
 Peningkatan kualitas SDM pelaksana
a. Semua staf rumah sakit harus mengetahui prinsip-prinsip pencegahan dan
pengendalian infeksi
b. Semua staf rumah sakit yang berhubungan dengan pelayanan pasien harus
mengikuti pelatihan PPI
c. Rumah sakit secara berkala melakukan sosialisasi/simulasi PPI
d. Semua karyawan baru, mahasiswa, PPDS harus mendapatkan orientasi PPI.
 Penggunaan teknologi dalam sarana/prasarana !
sarana dan prasarana yang diperlukan dalam penerapan pencegahan infeksi
nosokomial telah disediakan dengan cukup seperti tersedianya wastafel dengan
air mengalir yang layak digunakan, adanya persediaan sabun cuci tangan. Di
ruang bangsal bedah sendiri terdapat instrumen perawatan luka yang banyak
sehingga tidak mengharuskan perawat melakukan sterilisasi ulang untuk alat-alat
yang telah digunakan, Operasional CSSD rumah sakit harus optimal ke seluruh
bagian instalasi rawat inap

Anda mungkin juga menyukai