Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu.
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi,
dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang
mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin “integumentum”, yang berarti
“penutup”.
Penurunan Sistem integumen umumnya setelah persalinan menyebabkan berkurangnya
hyperpigmentasi kulit. Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena kehamilan
dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Definisi Masa Nifas?
2. Bagaimana Definisi Sistem Integumen?
3. Bagaimana Struktur anatomi Sistem Integumen?
4. Bagaimana Fisiologi Sistem Integumen?
5. Bagaimana Fungsi Kulit?
6. Bagaimana Perubahan Sistem Integumen  Masa Nifas?
7. Bagaimana Perubahan Sistem Imunologi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui Definisi Masa Nifas
2. Untuk mengetahui Definisi Sistem Integumen
3. Untuk mengetahui Struktur anatomi Sistem Integumen
4. Untuk mengetahui Fisiologi Sistem Integumen
5. Untuk mengetahui Fungsi Kulit
6. Untuk mengetahui Perubahan Sistem Integumen  Masa Nifas
7. Untuk mengetahui perubahan Sitem Imunolgi?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira
6 minggu (Abdul Bari. S, dkk, 2002).
Pembagian masa nifas. Nifas dibagi dalam 3 periode:
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-
jalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya 6 –
8 minggu.
3. Remote puerperium, waktu  yang diperlkan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila
selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.

B. Definisi Sistem Integumen


Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi,
dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali
merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang
mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya
(keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti
"penutup".

C. Struktur anatomi
1. Epidermis
Epidermis tersusun atas lapisan tanduk (lapisan korneum) dan lapisan
Malpighi. Lapisan korneum merupakan lapisan kulit mati, yang dapat mengelupas
dan digantikan oleh sel-sel baru. Lapisan Malpighi terdiri atas lapisan
spinosum dan lapisan germinativum. Lapisan spinosum berfungsi menahan gesekan
dari luar. Lapisan germinativum mengandung sel-sel yang aktif membelah diri,
mengantikan lapisan sel-sel pada lapisan korneum. Lapisan Malpighi mengandung
pigmen melanin yang memberi warna pada kulit.
2. Dermis
Lapisan ini mengandung pembuluh darah, akar rambut, ujung saraf, kelenjar
keringat, dan kelenjar minyak. Kelenjar keringat menghasilkan keringat. Banyaknya
keringat yang dikeluarkan dapat mencapai 2.000 ml setiap hari, tergantung pada
kebutuhan tubuh dan pengaturan suhu. Keringat mengandung air, garam, dan urea.
Fungsi lain sebagai alat ekskresi adalah sebgai organ penerima rangsangan,
pelindung terhadap kerusakan fisik, penyinaran, dan bibit penyakit, serta untuk
pengaturan suhu tubuh.
Pada suhu lingkungan tinggi (panas), kelenjar keringat menjadi aktif dan
pembuluh kapiler di kulit melebar. Melebarnya pembuluh kapiler akan memudahkan
proses pembuangan air dan sisa metabolisme. Aktifnya kelenjar keringat
mengakibatkan keluarnya keringat ke permukaan kulit dengan cara penguapan.
Penguapan mengakibatkan suhu di permukaan kulit turun sehingga kita tidak
merasakan panas lagi. Sebaliknya, saat suhu lingkungan rendah, kelenjar keringat
tidak aktid dan pembuluh kapiler di kulit menyempit. Pada keadaan ini darah tidak
membuang sisa metabolisme dan air, akibatnya penguapan sangat berkurang,
sehingga suhu tubuh tetap dan tubuh tidak mengalami kendinginan. Keluarnya
keringat dikontrol oleh hipotalamus

2
D. Fisiologi Sistem Integumen
Kulit merupakan organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh
bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia.
Cahaya matahari mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme
serta menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi
seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit.
Misalnya, menjadi pucat, kekuning-kuningan kemerah-merahan atau suhu kulit meningkat,
memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau gangguan kulit karena
penyakit tertentu.
Gangguan psikis juga dapat menyebabkan kelainan atau perubahan pada kulit. Misalnya,
karena stres, ketakutan atau dalam keadaan marah, akan terjadi perubahan pada kulit wajah.
Perubahan struktur kulit dapat menentukan apakah seseorang telah lanjut usia atau masih
muda. Wanita atau pria juga dapat membedakan penampilan kulit. Warna kulit juga dapat
menentukan ras atau suku bangsa misalnya kulit hitam suku bangsa negro, kulit kuning
bangsa Mongol, kulit putih dari Eropa dll.

E. Fungsi Kulit
Kulit pada manusia mempunyai fungsi yang sangat penting selain menjalin kelangsungan
hidup secara umum yaitu:
1. Fungsi proteksi (melindungi). Kulit menjaga bagian dalam tubuh terhadap gangguan
fisik atau mekanis, misalnya terhadap gesekan, tarikan, gangguan kimiawi yang dapat
menimbulkan iritasi (lisol, karbol dan asam kuat). Gangguan panas misalnya radiasi,
sinar ultraviolet, gangguan infeksi dari luar misalnya bakteri dan jamur. Karena
adanya bantalan lemak, tebalnya lapisan kulit dan serabut-serabut jaringan penunjang
berperan sebagai pelindung terhadap gangguan fisis. Melanosit turut berperan dalam
melindungi kulit terhadap sinar matahari dengan mengadakan tanning (pengobatan
dengan asam asetil).
2. Proteksi rangsangan kimia dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang
impermeabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Di samping itu terdapat lapisan
keasaman kulit yang melindungi kontak zat kimia dengan kulit. Lapisan keasaman
kulit terbentuk dari hasil ekskresi keringat dan sebum yang menyebabkan keasaman
kulit antara pH 5-6,5. Ini merupakan perlindungan terhadap infeksi jamur dan sel-sel
kulit yang telah mati melepaskan diri secara teratur.
3. Fungsi absorbsi (menyerap). Kulit yang sehat tidak mudah menyerap air, larutan dan
benda padat, tetapi cairan yang mudah menguap lebih mudah diserap, begitu juga
yang larut dalam lemak. Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2 dan uap air
memungkinkan kulit ikut mengambil bagian pada fungsi respirasi. Kemampuan
absorbsi kulit dipengaruhi tebal tipisnya kulit, hidrasi, kelembapan dan metabolisme.
Penyerapan dapat berlangsung melalui celah di antara sel, menembus sel-sel
epidermis, atau melalui saluran kelenjar dan yang lebih banyak melalui sel-sel
epidermis.
4. Fungsi kulit sebagai pengatur panas (regulasi) Suhu tubuh tetap stabil meskipun
terjadi perubahan suhu lingkungan. Hal ini karena adanya penyesuaian antara panas
yang dihasilkan oleh pusat pengatur panas, medula oblongata. Suhu normal dalam
tubuh yaitu suhu viseral 36-37,5 derajat untuk suhu kulit lebih rendah. Pengendalian
persarafan dan vasomotorik dari arterial kutan ada dua cara yaitu vasodilatasi (kapiler
melebar, kulit menjadi panas dan kelebihan panas dipancarkan ke kelenjar keringat
sehingga terjadi penguapan cairan pada permukaan tubuh) dan vasokonstriksi
(pembuluh darah mengerut, kulit menjadi pucat dan dingin, hilangnya keringat
dibatasi, dan panas suhu tubuh tidak dikeluarkan). Kulit melakukan peran ini dengan

3
cara mengeluarkan keringat, kontraksi otot, dan pembuluh darah kulit. Kulit kaya
akan pembuluh darah sehingga memungkinkan kulit mendapat nutrisi yang cukup
baik. Tonus vaskular dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi dinding
pembuluh darah belum terbentuk sempurna sehingga terjadi ekstra cairan karena itu
kulit bayi tampak lebih edema karena lebih banyak mengandung air dan natrium.
5. Fungsi ekskresi. Kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi
atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, urea, asam urat, dan amonia.
Sebum yang diproduksi oleh kulit berguna untuk melindungi kulit karena lapisan
sebum (bahan berminyak yang melindungi kulit) ini menahan air yang berlebihan
sehingga kulit tidak menjadi kering. Produksi kelenjar lemak dan keringat
menyebabkan keasaman pada kulit.
6. Fungsi persepsi. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis,
terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan
markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik
lebih banyak jumlahnya di daerah yang erotik.
7. Fungsi pembentukan pigmen. Set pembentuk pigmen (melanosit) terletak pada lapisan
basal dan sel ini berasal dari rigi saraf. Melanosit membentuk warna kulit. Enzim
melanosum dibentuk oleh alat golgi dengan bantuan tirosinase, ion Cu, dan
O2 terhadap sinar matahari memengaruhi melanosum. Pigmen disebar ke epidermis
melalui tangan-tangan dendrit sedangkan lapisan di bawahnya dibawa oleh
melanofag. Warna kulit tidak selamanya dipengaruhi oleh pigmen kulit melainkan
juga oleh tebal-tipisnya kulit, reduksi Hb dan karoten.
8. Fungsi keratinisasi. Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan.
Sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuk menjadi sel spinosum.
Makin ke atas sel ini semakin gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum.
Semakin lama intinya menghilang dan keratonosit ini menjadi sel tanduk yang amorf.
Proses ini berlangsung terus menerus seumur hidup. Keratinosit melalui proses
sintasis dan degenerasi menjadi lapisan tanduk yang berlangsung kira-kira 14-21 hari
dan memberikan perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis-fisiologik.
9. Fungsi pembentukan vitamin D. Dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan
pertolongan sinar matahari. Tetapi kebutuhan vitamin D tidak cukup dengan hanya
dari proses tersebut. Pemberian vitamin D sistemik masih tetap diperlukan.

F. Perubahan Integument
Kloasma yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang pada saat kehamilan
berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea ngira tidak menghilang seluruhnya setelah bayi
lahir. Akan tetapi, pigmentasi didaerah tersebut mungkin menetap pada beberapa ibu.
Perubahan Sistem Integumen  Masa Nifas
Perubahan keseimbangan hormonal dan mekanisme peregangan bertanggung jawab
terhadap derajat perubahan sistem integumen selama kehamilan akan kembali berangsur
normal begitu memasuki masa nifas. Perubahan yang umum terjadi adalah meningkatnya
ketebalan kulit dan lemak subdermal hypopigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku,
kecepatan aktifitas kelenjar keringat dan kelenjar sebasea, dan meningkatnya aktifitas
sirkulasi dan vasomotor. Adanya kerapuhan/kelemahan pada jaringan elastik cutaneus
menyebabkan timbulnya striae gravidarum atau tanda peregangan yang jelas.
1. Pigmentasi disebabkan oleh hormon pituitary anterior ; melanotropin, yang meningkat
selama kehamilan akan berkurang pada masa nifas. Facial Melama, disebut juga
chloasma atau topeng kehamilan, adalah bentuk seperti jerawat, merupakan
hyperpigmentasi berwarna kecokelatan di atas pipi, hidung dan kening.

4
2. Linea nigra merupakan garis pigmentasi yang terentang dari symphisis pubis sampai
ke ujung atas fundus pada garis tengah, garis ini dikenal dengan linea alba sebelum
pigmentasi yang disebabkan faktor hormonal. Pada masa nifas, linea nigra akan mulai
berkurang.
3. Striae gravidarum, atau garis peregangan, tampak pada 50% sampai 90% wanita
hamil selama pertengahan kehamilan, mungkin disebabkan oleh aksi adrenocorticoid.
Namun pada masa nifas akan berkurang dan semakin hilang.
4. Angiomas atau telangiectasia adalah istilah yang ditujukan pada bentuk vaskularisasi
seperti jaring laba-laba. Bentuknya kecil sekali, permukaannya seperti bintang atau
bercabang-cabang, terlihat jelas pada bagian akhir arteriola. Jaring laba-laba ini
terbentuk sebagai akibat meningkatnya sirkulasi estrogen, biasanya ditemukan pada
leher thorax, muka dan lengan. Angiomas dan teliangiestasia juga dijelaskan sebagai
jaringan awal dilatasi arteriola yang menyebar ke arah bagian tengah. Bentuk jaring-
jaring ini berwarna kebiruan dan tidak menjadi pucat bila dilakukan penekanan. Striae
mungkin tampak jelas pada mamae sebagai akibat peregangan pada mamae pada
masa nifas.
5. Epulis (Gingival Granuloma Gravidarum) berwarna kemerahan, berbentuk nodul dan
mudah berdarah. Lesi ini mungkin berkembang sekitar bulan ke 3 kehamilan. Namun
biasanya ketika memasuki masa nifas akan berkurang.

G. Perubahan Sitem Imunologi


Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Sistem imun diperlukan
tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan
berbagai bahan dalam lingkungan hidup. Mikroba dapat hidup ekstraseluler, melepas enzim
dan menggunakan makanan yang mengandung banyak gizi yang diperlukannya. Mikroba
lain menginfeksi sel pejamu dan berkembangbiak intraselular dengan menggunakan sumber
energi sel pejamu. Baik mikroba ekstraselular maupun intraselular dapat menginfeksi subjek
lain, menimbulkan penyakit dan kematian, tetapi banyak juga yang tidak berbahaya bahkan
berguna bagi pejamu.
1. Perubahan imunologis akibat kehamilan
Ibu hamil sangat peka terhadap terjadinya infeksi dari berbagai
mikroorganisme. Secara fisiologik sistem imun pada ibu hamil menurun,
kemungkinan sebagai akibat dari toleransi sistem imun ibu terhadap bayi yang
merupakan jaringan semi-alogenik, meskipun tidak memberikan pengaruh secara
klinik.
Bayi intra uterin baru membentuk sistem imun pada usia kemahilan sekitar 12
minggu, kemudian meningkat dan pada kehamilan 26 minggu hampir sama dengan
sistem imun pada ibu hamil itu sendiri. Pada perinatal bayi mendapat antibodi yang
dimiliki oleh ibu, tetapi setelah 2 bulan antibodi akan menurun. Secara anatomik dan
fisiologik ibu hamil juga mengalami perubahan, misalnya pada ginjal dan saluran
kencing sehingga mempermudah terjadinya infeksi (Sarwono, 2010). 
Peningkatan pH sekresi vagina wanita hamil membuat wanita tersebut lebih
rentan terhadap infeksi vagina. Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan
tetap utuh, kadar imunoglobulin dalam kehamilan tidak berubah. HCG dapat
menurunkan respon imun wanita hamil. Selain itu kadar Ig G, Ig A, dan Ig M serum
menurun mulai dari minggu ke-10 kehamilan hingga mencapai kadar terendah pada
minggu ke-30 dan tetap berada pada kadar ini hingga aterm. 
2. Imunologi janin dan neonates

5
Kapasitas imunologis aktif dan neonatus lebih lemah daripada yang dimiliki
oleh anak yang lebih tua dan orag dewasa. Menurut Stirrat (1991), imunitas selular
dan humoral janin mulai berkembang pada 9 sampai 15 minggu. Respons primer janin
terhadap infeksi adalah pembentukan imunoglobulin M (Ig M). Imunitas aktif
dihasilkan oleh IgG yang disalurkan melalui plasenta. Pada 16 minggu, penyaluran ini
mulai meningkat pesat, dan pada 26 minggu konsentrasi di janin sama dengan
konsentrasi di ibunya. Setelah persalinan, air susu bersifat protektif terhadap sebagian
infeksi, meskipun proteksi ini mulai menurun pada usia 2 bulan (WHO collaborative
study team, 2000).
Transmisi vertikal infeksi merujuk kepada penularan suatu infeksi dari ibu ke
janin melalui plasenta, selama persalinan atau kelahiran, atau sewaktu menyusui.
Ketuban pecah dini, partus lama, dan manipulasi obstetris dapat meningkatkan risiko
infeksi neonatus.
Infeksi neonatus, khususnya pada tahap-tahap awal, mungkin sulit didiagnosis
karena neonatus sering tidak menunjukkan tanda-tanda klasik penyakit. Jika janin
terinfeksi in utero, mungkin terjadi depresi dan asidosi yang lahir tanpa sebab yang
jelas. Neonatus mungkin tidak mau makan, muntah atau mengalami distensi
abdomen. Dapat terjadi insufisiensi pernafasan, yang mungkin memberi gambaran
serupa dengan sindrom distres pernafasan idiopatik. Bayi mungkin mudah terangsang.
Respon terhadap sepsis mungkin berupa hiportermia dan bukan hipertermia,
sementara hitung lekosit dan neutrofil mungkin menurun.
Infeksi yang diperoleh di rumah sakit berbahaya bagi neonatus kurang bulan,
dan orang yang merawat mereka adalah sumber utama infeksi ( Stoll dan Hansen,
2003). Sistem ventilasi dan kateter vena dan arteri umbilikalis dapat menyebabkan
infeksi yang mengancam nyawa. Bayi dengan berat lahir sangat rendah yang bertahan
hidup selama beberapa hari pertama tetap beresiko tinggi meninggal akibat infeksi
yang terjangkit di ruang perawatan intensif.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar
keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa
Latin "integumentum", yang berarti "penutup".
Imunitas adalah resistensi terhadap penyakit terutama infeksi. Sistem imun diperlukan
tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan berbagai
bahan dalam lingkungan hidup.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, dan dapat dijadikan ilmu yang
dapat diterapkan dalam profesi kita nantinya

7
DAFTAR PUSTAKA

http://warungbidan.blogspot.com/2016/10/makalah-perubahan-sistem-integumen-pada.html?
m=1
https://angelinaps88.blogspot.com/2018/03/infeksi-virus-pada-ibu-hamil-dan-nifas.html?=1

Anda mungkin juga menyukai