KRIMINOLOGI
KRIMINOLOGI
“PERJUDIAN”
Di Susun Oleh:
Maulana Akbar(201610110311114)
Ardiansyah (201610110311152)
FAKULTAS HUKUM
2017/2018
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam pergaulan sehari-hari, manusia tidak bisa lepas dari norma dan
aturan yang berlaku di masyarakat. Apabila semua angota masyarakat mentaati
norma dan aturan tersebut, niscaya kehidupan masyarakat akan tenteram, aman,
dan damai. Namun dalam kenyataannya, sebagian dari anggota masyarakat ada
yang melakukan pelanggaran-pelanggaran terhadap norma dan aturan tersebut.
Pelanggaran terhadap norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat dikenal
dengan istilah penyimpangan sosial atau istilah yang sering digunakan dalam
perspektif psikologi adalah patologi sosial (social pathology). Akibat
penyimpangan sosial ini, memunculkan berbagai permasalahan kehidupan
masyarakat yang selanjutnya dikenal dengan penyakit sosial.
Penyimpangan sosial dari sekelompok masyarakat atau individu akan
mengakibatkan masalah sosial, menurut Kartini (2003) kejadian tersebut terjadi
karena adanya interaksi sosial antar individu, individu dengan kelompok, dan
antar kelompok. Interaksi sosial berkisar pada ukuran nilai adat-istiadat, tradisi
dan ideologi yang ditandai dengan proses sosial yang diasosiatif. Adanya
penyimpangan perilaku dari mereka terhadap pranata sosial masyarakat.
Ketidaksesuaian antar unsur-unsur kebudayaan masyarakat dapat membahayakan
kelompok sosial kondisi ini berimplikasi pada disfungsional ikatan sosial. Apabila
kejadian tersebut terus terjadi dalam masyarakat, maka perjudian, tawuran antar
pelajar dan mabuk-mabukan tersebut akan menjadi virus mengganggu kehidupan
masyarakat. Masyarakat akan resah dan merasa tidak tenteram. Andaikan tubuh
kita diserang virus, tentu tubuh kita akan merasa sakit. Begitu pula masyarakat
yang diserang virus, tentu masyarakat tersebut akan merasa sakit. Sakitnya
masyarakat ini bisa dalam bentuk keresahan atau ketidak-tenteraman keidupanan
masyarakat. Oleh karena itulah, perjudian, tawuran antar pelajar dan mabuk-
mabukan itu dikategorikan sebagai penyakit masyarakat atau penyakit sosial.
Penyakit sosial adalah perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dengan
norma kebaikan, stabilitas lokal, pola kesederhanaan, moral, hak milik, solidaritas
bangsa, disiplin, kebaikan dan hukum formal. Sebenarnya penyakit sosial itu tidak
hanya perjudian, tawuran antar pelajar dan kriminalitas. Masih banyak perilaku
masyarakat yang bisa disebut menjadi virus penyebab penyakit sosial, misalnya:
alkoholisme, penyalahgunaan Napza, pelacuran, dan mungkin masih banyak lagi
perilaku masyarakat yang bisa menimbulkan keresahan dan mengganggu
keteraman masyarakat.
Faktor apa yang menyebabkan timbulnya berbagai penyakit masyarakat
tersebut? Para ahli sosiologi menyatakan bahwa penyakit sosial itu timbul karena
adanya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh orang atau sekelompok
orang terhadap norma dan aturan yang berlaku dalam masyarakat. Pelanggaran
terhadap norma dan aturan masyarakat inilah yang kemudian dikenal dengan
penyimpangan sosial. Beberapa fenomena yaitu perilaku perjudian, sebagai salah
satu penyakit sosial masyarakat yang sampai saat ini masih saja terjadi ditengah-
tengah masyarakat.
B. Rumusan Masalah
1. Pembahsan tentang Perjudian
2. Frekuensi kejahatan tentang Perjudian
3. Modus-modus Tindak pejudian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Perjudian
B. Jenis-Jenis Perjudiana
Dalam PP No. 9 tahun 1981 tentang Pelaksanaan Penertiban Perjudian,
perjudian dikategorikan menjadi tiga. Pertama, perjudian di kasino yang terdiri
dari Roulette, Blackjack, Baccarat, Creps, Keno, Tombola, Super Ping-pong,
Lotto Fair, Satan, Paykyu, Slot Machine (Jackpot), Ji Si Kie, Big Six Wheel, Chuc
a Luck, Lempar paser / bulu ayam pada sasaran atau papan yang berputar
(Paseran). Pachinko, Poker, Twenty One, Hwa Hwe serta Kiu-Kiu. Kedua,
perjudian di tempat keramaian yang terdiri dari lempar paser / bulu ayam pada
sasaran atau papan yang berputar (Paseran), lempar gelang, lempar uang (Coin),
kim, pancingan, menembak sasaran yang tidak berputar, lempar bola, adu ayam,
adu sapi, adu kerbau, adu domba/kambing, pacu kuda, karapan sapi, pacu anjing,
kailai, mayong/macak dan erek-erek. Ketiga, perjudian yang dikaitkan dengan
kebiasaan yang terdiri dari adu ayam, adu sapi, adu kerbau, pacu kuda, karapan
sapi, adu domba/kambing.
Jika kita perhatikan perjudian yang berkembang dimasyarakat bisa dibedakan
berdasarkan alat / sarananya. Yaitu ada yang menggunakan hewan, kartu, mesin
ketangkasan, bola, video, internet dan berbagai jenis permainan olah raga. Selain
yang tercantum dalam Peraturan Pemerintah tersebut diatas, masih banyak
perjudian yang berkembang di masyarakat. Semisal “adu doro”, yaitu judi dengan
mengadu burung merpati. Dimana pemenangnya ditentukan oleh peserta yang
merpatinya atau merpati yang dijagokannya mencapai finish paling awal. Yang
paling marak biasanya saat piala dunia. Baik di kampung, kantor dan cafe, baik
tua maupun muda, sibuk bertaruh dengan menjagokan tim favoritnya masing-
masing. Bahkan bermain caturpun kadang dijadikan judi. Sehingga benar kata
orang “kalau orang berotak judi, segala hal dapatdijadikan sarana berjudi”.
Pada umumnya masyarakat Indonesia berjudi dengan menggunakan kartu
remi, domino, rolet dan dadu. Namun yang paling marak adalah judi togel (toto
gelap). Yaitu dengan cara menebak dua angka atau lebih. Bila tebakannya tepat
maka sipembeli mendapatkan hadiah beberapa ratus atau ribu kali lipat dari
jumlah uang yang dipertaruhkan. Judi ini mirip dengan judibuntut yang
berkembang pesat pada tahun delapanpuluhan
D. Akibat Perjudian
Dalam surat al-Baqaraħ (2) ayat 219, Allah SWT menjelaskan bahwa
khamar dan al-maysir mengandung dosa besar dan juga beberapa manfaat bagi
manusia. akan tetapi dosanya lebih besar dari manfaatnya. Manfaat yang
dimaksud ayat itu, khususnya mengenai al-maysir, adalah manfaat yang hanya
dinikmati oleh pihak yang menang, yaitu beralihnya kepemilikan sesuatu dari
seseorang kepada orang lain tanpa usaha yang sulit. Kalaupun ada manfaat atau
kesenangan lain yang ditimbulkannya, maka itu lebih banyak bersifat manfaat dan
kesenangan semu. Pada bentuk permainan al-mukhâtharaħ, pihak yang menang
bisa memperoleh harta kekayaan yang dijadikan taruhan dengan mudah dan bisa
pula menyalurkan nafsu biologisnya dengan isteri pihak yang kalah yang juga
dijadikan sebagai taruhan. Sedang pada bentuk al-tajzi`aħ, pihak yang menang
merasa bangga dan orang-orang miskin juga bisa menikmati daging unta yang
dijadikan taruhan tersebut. Akan tetapi, al-maysir itu sendiri dipandang sebagai
salah satu di antara dosa-dosa besar yang dilarang oleh agama Islam.
Penegasan yang dikemukakan pada suat al-Baqaraħ (2) ayat 219 bahwa
dosa akibat dari al-maysir lebih besar daripada manfaatnya memperjelas akibat
buruk yang ditimbulkannya. Di antara dosa atau risiko yang ditimbulkan oleh al-
maysir itu dijelaskan dalam surat al-Mâ`idaħ (5) ayat 90 dan 91. Kedua ayat
tersebut memandang bahwa al-maysir sebagai perbuatan setan yang wajib dijauhi
oleh orang-orang yang beriman. Di samping itu, al-maysir juga dipergunakan oleh
setan sebagai alat untuk menumbuhkan permusuhan dan kebencian di antara
manusia, terutama para pihak yang terlibat, serta menghalangi konsentrasi
pelakunya dari perbuatan mengingat Allah dan menunaikan shalat.
Al-Alusiy menjelaskan bahwa kemudaratan yang dapat ditimbulkan oleh
perjudian antara lain, selain perbuatan itu sendiri merupakan cara peralihan
(memakan) harta dengan cara yang batil, adalah membuat para pecandunya
memiliki kecenderungan untuk mencuri, menghancurkan harga diri, menyia-
nyiakan keluarga, kurang pertimbangan dalam melakukan perbuatan-perbuatan
yang buruk, berperangai keji, sangat mudah memusuhi orang lain. Semua
perbuatan itu sesungguhnya adalah kebiasaan-kebiasaan yang sangat tidak
disenangi orang-orang yang berfikir secara sadar (normal), tapi orang yang sudah
kecanduan dengan judi tidak menyadarinya, seolah-olah ia telah menjadi buta dan
tuli. Selain itu, perjudian akan membuat pelakunya suka berangan-angan dengan
taruhannya yang mungkin bisa memberikan keuntungan berlipat ganda
Berdasarkan hal itu, dapat ditegaskan bahwa praktek perjudian di tengah masyarakat
dapat mempengaruhi proses penegakkan hukum di tingkat KOD. Praktek perjudian dengan
berbagai modus operandi dan bentuknya harus mendorong Polri di tingkat KOD membuat
strategi penegakkan hukum yang jitu dengan melibatkan partisipasi masyarakat. Hal ini
dikuatkan dengan teori “Fixing Broken Window”, yang menyatakan bahwa masyarakatlah
yang paling dini mendeteksi kemungkinan adanya pelanggaran hukum di lingkungan
sekitarnya, termasuk praktek perjudian. Oleh karena itu, masih menurut teori ini, pencegahan
terhadap tindak pidana di lingkungan sekitar harus berlandaskan pada kekuatan masyarakat
atau yang lebih dikenal dengan sebutan “Community Based Prevention”. Dengan demikian,
Polri sudah saatnya melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat sehingga dapat
membantu dalam mecegah praktek perjudian
E. Modus perjudian
Macam-macam modus perjudian adalah sebagai berikut:
1. Modus penyamaran tempat
Modus ini merupakan salah satu cara melakukan suatu tindakan perjudian yang
dimana perjudian tersebut dilakukan/dilaksanakan dengan cara menyamarkan
tempat perjudian, dengan tujuan agar tempat perjudian tersebut tidak di ketahui
pihak berwajib. Contohnya seperti Kasus yang ditemukan diJajaran polisi sektor
Denpasar Barat, mereka menggerebek satu ruko Pidada VII no.17 Denpasar
karena dijadikan tempat judi. Sebuah pintu berpintu rolling door merah
bertuliskan “Pijat Urut Tradisional Sehat Segar” ternyata dijadikan lokasi
perjudian ketangkasan, dengan ditemukannya alat ding dong.
2. Modus berkedok elektronik
Modus operandi perjudiannya dengan cara menggunakan koin yang dimana berisi
saldo untuk memainkan judi tersebut. Judi elektronik atau biasa disebut dengan
judi online ada banyak macamnya, asalkan perjudian tersebut berada di dunia
maya. Contohnya seperti : judi online bola, taruhan pacuan kuda, dll. Modus ini
semakin rapi karena tidak harus saling bertatap muka.
3. Modus dengan kartu permainan
Permainan judi ini menggunakan media kartu untuk mengetahui siapa yang
menang dan siapa yang kalah,banyak sekali jenis permainan judi kartu yang
berkembang di masyarakat seperti judi menggunakan kartu
Domino,Poker,Gaple,Domino.
4. Modus judi dengan hewan aduan
Modus menggunakan hewan aduan sangat populer dan banyak digemari di negara
Indonesia. Contohnya adalah Sabung Ayam, Perjudiannya yaitu adalah
mempertaruhkan nyawa ayam tersebut sampai salah satu ayam kalah atau mati.