Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH SISTEM PERNAPAS

“ISPA”

DISUSUN OLEH:

Nama: ADELIA SURYANI SLAMAT

NPM: 1420117010

Kelas: Pagi

Semester: 5

PRODI KEPERAWTAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)

MALUKU HUSADA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah - Nya saya dapat menyelesaikan makalah tentang Penyakit ISPA ini
dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga Saya berterima kasih pada Ibu
Dosen mata kuliah yang telah memberikan tugas ini

saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai Penyakit Kolon. saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, saya berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah saya buat di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan
saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Ambon 6
februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover Depan

Kata Pengantar

BAB 1 Pendahuluan

A. Latar Belakanag........................................................................................................................i

B. Tujuan.........................................................................................................................ii

C. Sasaran.........................................................................................................................

D. Metode..........................................................................................................................

BAB II Tinjauan Kasus

A. Pengertian......................................................................................................................

B. Anatomi/fisiologi...........................................................................................................

C. Manifestasi klinis...........................................................................................................

D. Etiologi...........................................................................................................................

E. Klarifikasi.......................................................................................................................

F. Pathway...........................................................................................................................

G. Pemeriksaan Penunjang.................................................................................................

BAB III Asuhan Keperawatan

BAB 4 Terapi Komplementer

BAB 5 Manajemen Nyeri

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1

PEMDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan

organ saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Infeksi

ini disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host apabila

ketahanan tubuh (immunologi) menurun. Penyakit ISPA ini paling banyak di

temukan pada anak-anak dan paling sering menjadi satu-satunya alasan untuk

datang ke rumah sakit atau puskesmas untuk menjalani perawatan inap maupun

rawat jalan (Cahya, 2016).

World Health Organization (WHO) dalam Siska (2017), memperkirakan

insidens Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di negara berkembang dengan

angka kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

pertahun pada golongan usia balita. Pada tahun 2010, jumlah kematian pada balita

Indonesia sebanyak 151.000 kejadian, dimana 14% dari kejadian tersebut

disebabkan oleh pneumonia (Siska, 2017).

B. Tujuan Penelitian

Keluarga pasien dan pasien mampu memahami pengertian, etiologi, klasifikasi atau macam-
macam, tanda gejala, pathway, penatalaksanaan, pengkajian, dan diagnosa keperawatan serta
intervensi dari penyakit ISPA.

C. Rumusan masalah

a. Apa pengertian dari ISPA?


b. Bagaimana etiologi dari ISPA?

c. Apa saja klasifikasi atau macam-macam dari ISPA?

d. Apa Manifestasy klinik dari ISPA?

e. Bagaimana pathway dari ISPA?

f. Bagaimana pemeriksaan penunjang ISPA?

g. Bagaimana pengkajian dari ISPA?

h. Apa diagnosa keperawatan dan intervensi ISPA?

D. Sasaran

Makalah ini ditunjukan pada pasien dan keluarga pasien

E. Metode

Metode yang saya pakai dalam makalah ini yaitu metode CERAMAH
BAB II

TINJAUAN KASUS

A. PEMBAHASAN SYSTEM PERNAPASAN

1. organ pernapasan manusia

Respirasi (Sistem Pernapasan) Pengertian secara umum dari pernapasan adalah peristiwa
menghirup atau pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen (O2) ke dalam tubuh atau
paru-paru serta menghembuskan udara yang banyak mengandung karbondioksida (CO2) sebagai
sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh (Syaifudin, 1997)

Anatomi saluran pernapasan terdiri dari :

1. Hidung:

Merupakan tempat masuknya udara, memiliki 2 (dua) lubang (kavum

nasi) dan dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Rongga hidung

mempunyai permukaan yang dilapisi jaringan epithelium. Epithelium

mengandung banyak kapiler darah dan sel yang mensekresikan lender.

Udara yang masuk melalui hidung mengalami beberapa perlakuan,

seperti diatur kelembapan dan suhunya dan akan mengalami

penyaringan oleh rambut atau bulu-bulu getar (Syaifudin, 1997). Dalam Syaifudin, (1997:87)
hidung merupakan saluran pernapasan

udara yang pertama, mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh

sekat hidung (septum nasi). Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput

lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah dan bersambung dengan

faring dan dengan semua selaput lendir semua sinus yang mempunyai

lubang masuk ke dalam rongga hidung. Rongga hidung mempunyai

fungsi sebagai panyaring udara pernapasan oleh bulu hidung dan

menghangatkan udara pernapasan oleh mukosa.

Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur


kelembaban udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan

penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung

sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir,

dan enzim lisozim. Vibrisa adalah rambut pada vestibulum nasi yang

bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran (partikel berukuran besar).

Debu-debu kecil dan kotoran (partikel kecil) yang masih dapat melewati

vibrissa akan melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya dikeluarkan

oleh refleks bersin. Jika dalam udara masih terdapat bekteri (partikel

sangat kecil), maka enzim lisozom yang menghancurkannya (Irman

Somantri, 2008:4).

2. Faring (Tekak)

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawahdasar tengkorak, dibelakang
rongga hidung dan mulut setelah depan ruas

tulang leher(Syaifudin, 1997:102).

Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung di atas

palatum yang lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan

limfoid yang disebut tonsil faringeal, yang biasanya disebut sebagai

adenoid. Jaringan ini kadang-kadang membesar dan menutup faring.

Tubulus auditorium terbuka dari dinding lateral nasofaring dan melalui

tabung tersebut udara dibawa kebagian tengah telinga. Nasofaring

dilapisi membran mukosa bersilia yang merupakan lanjutan membran

yang dilapisi bagian hidung. Orofaring terletak di belakang mulut di

bawah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling berhubungan.


Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkus palato-glosum yang

merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsil

palatum(Watson, 2002:299).

Dalam faring terdapat tuba eustachii yang bermuara pada nasofarings.

Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi

membran timpani, dengan cara menelan pada daerah laringofarings

bertemu sistem pernapasan dan pencernaan. Udara melalui bagian

anterior ke dalam larings, dan makanan lewat posterior ke dalam

esofagus melalui epiglotis yang fleksibel(Tambayong, 2001:79).

3. Laring (Pangkal Tenggorokan)

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan

suara yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra

servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan

itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita

menelan makanan manutupi laring(Syaifudin, 1997).

Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang tersambung di garis

tengah. Di tepi atas terdapat lekuk berupa V. Tulang rawan krikoid

terletak di bawah tiroid, bentuknya seperti cincin mohor dengan mohor

cincinnya di sebelah belakang (ini adalah tulang rawan satu-satunya

yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua

rawan tiroid terdapat epiglotis, yang berupa katup tulang rawan dan
membantu menutup laring sewaktu orang menelan, laring dilapisi oleh

selaput lendir yang sama dengan yang di trakea, kecuali pita suara dan

bagian epiglotis yang dilapisi selepitelium berlapis (Pearce, 1995:213).

Dalam laring terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan

suara. Suara dibentuk dari getaran pita suara. Tinggi rendah suara

dipengaruhi panjang dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara

ditentukan oleh perubahan posisi bibir, lidah dan platum mole

(Tamabayong, 2001:80).

4. Trachea (Batang Tenggorokan)

Dindingnya terdiri atas epitel, cincin tulang rawan yang berotot polos

dan jaringan pengikat. Pada tenggorokan ini terdapat bulu getar halus

yang berfungsi sebagai penolak benda asing selain gas (Pearce, 1995).

Trakea berjalan dari laring sampai kira-kira ketinggian vertebra

torakalis kelima dan ditempati ini bercabang dua bronkus. Trakea

tersusun atas enam belas sampai dua puluh lingkaran tangan lengkap

berupa cincin tulang rawan yang diikat bersama oleh jaring fibrosa dan

yang melengkapi lingkaran di sebelah belakang trakea, selain itu juga

memuat beberapa jaringan otot. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang

terdiri atas epitelium bersilia dan sel cangkir. Jurusan silia ini bergerak

keatas ke arah laring, maka dengan gerakan debu dan butir-butir halus

lainnya yang terus masuk bersama dengan pernapasan, dapat

dikeluarkan. Tulang rawan yang gunanya mempertahankan agar trakea

tetap terbuka, di sebelah belakangnya tidak tersambung, yaitu di tempat

trakea menempel pada esofagus, yang memisahkannya dari tulang belakang (Pearce, 1995:214).

5. Bronkhus (Pembuluh Napas)


Bronchus merupakan cabang batang tenggorokan. Cabang pembuluh

napas sudah tidak terdapat cicin tulang rawan. Gelembung paru-paru,

berdinding sangat elastis, banyak kapiler darah serta merupakan tempat

terjadinya pertukaran oksigen dan karbondioksida (Pearce, 1995). Kedua

bronkhus yang terbentuk dari belahan dua trakhea pada ketinggian kira

kira vertebra torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan

trakhea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkhusitu berjalan ke

bawah dan ke samping ke arah tampuk paru-paru. Bronkhus kanan lebih

pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri

pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang yang disebut bronkhus

lobus atas, cabang kedua timbul setelah cabang utama lewat di bawah

arteri, disebut bronkhus lobus bawah. Bronkhus lobus tengah keluar dari

bronkhus lobus bawah. Bronkhus kiri lebih panjang dan lebih langsing

dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelum

dibelah menjadi beberapa cabang yang berjalanke lobus atas dan bawah

(Pearce, 1995:214).

6. Alveolus

Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa

gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembap, dan berlekatan

erat dengan kapiler-kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel

epitelium pipih dan di sinilah darah hampir langsung bersentuhan

dengan udara. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya perluasan

daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas O2 dari

udara bebas ke sel-sel darah dan CO2 dari sel-sel darah ke udara ( Purnomo. Dkk, 2009).
Menurut Hogan (2011)
Membran alveolaris adalah permukaan tempat terjadinya pertukaran gas. Darah yang kaya

karbon dioksida dipompa dari seluruh tubuh ke dalam pembuluh darah

alveolaris, dimana, melalui difusi, ia melepaskan karbon dioksida dan

menyerap oksigen.

2. Gangguan Pada Sistem Pernapasan Manusia

a. Flu (influenza)

penyakit influenza di sebabkan oleh virus dan mudah sekali menular .penularan bisa melalui
kontak langsung ke cairan atau melalui cairan yang keluar dari penderita saat batuk atau
bersin.saat flu hidung dipenuhi lendir sehingga menganggu pernapasan .

b.Faringitis

keluhan utama oada penyakit ini adalah nyeri tenggorokan .faringitis sering kali disebabkan
oleh bakteri sehingga untuk penangananya dibutuhkan antibiotok .beberapa kasus faringitis
disebabkan oleh alergi atau iritasi pada tenggorokan.

c.Asma

Asma disebabkan oleh penyempitan saluran napas.menjadi tanda umum dari penyakit ini
biasanya sesak napas dibarengi oleh mengi(wheezing) yang merupakan suara khas bernada
tinggi saat pasien mengekuarkan napas.

d.Bronkitis

Brokitis adalah peradangan pada bronkus ,yang merupakan saluran udara dari dan ke paru –paru
.bronkitis umumnya dicirikan dengan batuk berdahak yang kadang –kadang dahaknya bisa
berubah warna .

3. PEMBAHASAN KASUS (ISPA)

A. pengertian ISPA

Infeksi sluran pernapasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang
tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari, ISPA mengenai
struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan
bawah secara stimulant atau berurutan. (Nurrijal, 2009). Istilah ISPA meliputi tiga unsur penting
yaitu infeksi, saluran pernapasan, dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut: infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak sehingga
menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernapasan adalah organ yang mulai dari hidung hingga
alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan
demikian ISPA secara otomatis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernapasan
bagian bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernapasan.

B. Anatomy/fisiologi

a) Anatomi fisiologi ISPA

a. Organ Pernafasan

1) Hidung

Hidung atau nasal merupakan saluran udara yang pertama,

mempunyai dua lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung

(septum nasi). Di dalamnya terdapat bulu-bulu yang berguna untuk

menyaring udara, debu, dan kotoran yang masuk ke dalam lubang

hidung (Adib, 2017). Di bagian depan berhubungan keluar melalui nares (cuping hidung)

anterior dan di belakang berhubungan dengan bagian atas farings

(nasofaring). Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian

vestibulum, yaitu bagian lebih lebar tepat di belakang nares anterior,

dan bagian respirasi (Adib, 2017).

Terdapat 3 fungsi rongga hidung :

a) Dalam hal pernafasan = udara yang di inspirasi melalui rongga

hidung akan menjalani 3 proses yaitu penyaringan (filtrasi),

penghanatan, dan pelembaban.

b) Ephithelium olfactory = bagian meial rongga hidung memiliki

fungsi dalam penerimaan bau.

c) Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukan suara-


suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonasi.

Menurut Graaff (2010) pada potongan frontal, rongga hidung

berbentuk seperti buah alpukat, terbagi dua oleh sekat (septum

mediana). Dari dinding lateral menonjol tiga lengkungan tulang yang

dilapisi oleh mukosa, yaitu:

a) Konka nasalis superior,

b) Konka nasalis medius,

c) Konka nasalis inferior

terdapat jaringan kavernosus atau jaringan

erektil yaitu pleksus vena besar, berdinding tipis, dekat permukaan.

Diantara konka-konka ini terdapat 3 buah lekukan meatus yaitu

meatus superior (lekukan bagian atas), meatus medialis (lekukan

bagian tengah dan meatus inferior (lekukan bagian bawah). Meatus

meatus inilah yang dilewati oleh udara pernafasan, sebelah dalam

terdapat lubang yang berhubungan dengan tekak, lubang ini disebut

koana.

Dasar dari rongga hidung dibentuk oleh tulang rahang atas, keatas

rongga hidung berhubungan dengan beberapa rongga yang disebut

sinus paranasalis, yaitu sinus maksilaris pada rongga rahang atas, sinus

frontalis pada rongga tulang dahi, sinus sfenoidalis pada rongga tulang

baji dan sinus etmodialis pada rongga tulang tapis (Adib, 2017)

Pada sinus etmodialis, keluar ujung-ujung saraf penciuman yang

menuju ke konka nasalis. Pada konka nasalis terdapat sel-sel

penciuman, sel tersebut terutama terdapat di bagianb atas. Pada hidung

di bagian mukosa terdapat serabut-serabut syaraf atau respektor dari


saraf penciuman disebut nervus olfaktorius (Adib, 2017). Disebelah belakang konka bagian kiri
kanan dan sebelah atas dari

langit-langit terdapat satu lubang pembuluh yang menghubungkan

rongga tekak dengan rongga pendengaran tengah, saluran ini disebut

tuba auditiva eustaki, yang menghubungkan telinga tengah dengan

faring dan laring. Hidung juga berhubungan dengan saluran air mata

disebut tuba lakminaris (Adib, 2017).

Fungsi hidung, terdiri dari :

a) Bekerja sebagai saluran udara pernafasan

b) Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu

hidung

c) Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa

d) Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara

pernafasan oleh leukosit yang terdapat dalam selaput lendir

(mukosa) atau hidung.

2) Faring

Tekak atau faring merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak,

dibelakang rongga hidung dan mulut sebelah depan ruas tulang leher.

Hubungan faring dengan organ-organ lain keatas berhubungan dengan

rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana. Ke

depan berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini

bernama istmus fausium. Ke bawah terdapat dua lubang, ke depan

lubang laring, ke belakang lubang esofagus (Adib, 2017).

Dibawah selaput lendir terdapat jaringan ikat, juga dibeberapa


tempat terdapat folikel getah bening. Perkumpulan getah bening ini

dinamakan adenoid. Disebelahnya terdapat 2 buah tonsilkiri dan kanan

dari tekak. Di sebelah belakang terdapat epiglottis (empang tenggorok)

yang berfungsi menutup laring pada waktu menelan makanan (Adib,

2017).

Faring dapat dibagi

menjadi tiga, yaitu:

a) Nasofaring, yang terletak di bawah dasar tengkorak, belakang dan

atas palatum molle. Pada bagian ini terdapat dua struktur penting

yaitu adanya saluran yang menghubungkan dengan tuba eustachius

dan tuba auditory. Tuba Eustachii bermuara pada nasofaring dan

berfungsi menyeimbangkan tekanan udara pada kedua sisi

membrane timpani. Apabila tidak sama, telinga terasa sakit. Untuk

membuka tuba ini, orang harus menelan. Tuba Auditory yang

menghubungkan nasofaring dengan telinga bagian tengah.

b) Orofaring merupakan bagian tengah farings antara palatum lunak

dan tulang hyodi. Pada bagian ini traktus respiratory dan traktus

digestif menyilang dimana orofaring merupakan bagian dari kedua

saluran ini. Orofaring terletak di belakang rongga mulut dan

permukaan belakang lidah. Dasar atau pangkal lidah berasal dari

dinding anterior orofaring, bagian orofaring ini memiliki fungsi

pada system pernapasan dan system pencernaan. refleks menelan

berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan makanan

terdorong masuk ke saluran cerna (oesophagus) dan secara

stimulant, katup menutup laring untuk mencegah makanan masuk


ke dalam saluran pernapasan. Orofaring dipisahkan dari mulut oleh

fauces. Fauces adalah tempat terdapatnya macam-macam tonsila,

seperti tonsila palatina, tonsila faringeal, dan tonsila lingual.

c) Laringofaring terletak di belakang larings. Laringofaring

merupakan posisi terendah dari farings. Pada bagian bawah

laringofaring system respirasi menjadi terpisah dari sitem digestif.

Udara melalui bagian anterior ke dalam larings dan makanan lewat

posterior ke dalam esophagus melalui epiglottis yang fleksibel.

3) Laring

Pangkal Tenggorokan (laring) merupakan saluran udara dan

bertindak sebagai pembentukan suara terletak di depan bagian faring

sampai ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakea

dibawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah

empang tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang

tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita menelan makanan

menutupi laring (Adib, 2017).

Laring terdiri dari 5 tulang rawan antara lain:

a) Kartilago tiroid (1 buah) depan jakun sangat jelas terlihat pada pria.

b) Kartilago ariteanoid (2 buah) yang berbentuk beker

c) Kartilago krikoid (1 buah) yang berbentuk cincin

d) Kartilago epiglotis (1 buah).

Laring dilapisi oleh selaput lendir, kecuali pita suara dan bagian

epiglotis yang dilapisi oleh sel epitelium berlapis (Adib, 2017).

Proses pembentukan suara :


Terbentuknya suara merupakan hasil dari kerjasama antara rongga mulut, rongga hidung, laring,
lidah dan bibir. Pada pita suara palsutidak terdapat otot, oleh karena itu pita suara ini tidak dapat
bergetar, hanya antara kedua pita suara tadi dimasuki oleh aliran udara maka tulang rawan
gondok dan tulang rawan bentuk beker tadi diputar. Akibatnya pita suara dapat mengencang dan
mengendor dengan demikian sela udara menjadi sempit atau luasPergerakan ini dibantu pula
oleh otot-otot laring, udara yang dari paru-paru dihembuskan dan menggetarkan pita suara.
Getaran itu diteruskan melalui udara yang keluar – masuk. Perbedaan suara seseorang
bergantung pada tebal dan panjangnya pita suara. Pita suara pria jauh lebih tebal daripada pita
suara wanita (Adib, 2017).

4) Trakea

Batang Tenggorokan (trakea) merupakan lanjutan dari laring yang

terbentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang

berbentuk seperti kuku kuda. Panjang trakea 9-11 cm dan dibelakang

terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh otot polos. Sebelah dalam

diliputi oleh selaput lendir yang berbulu getar yang disebut sel bersilia

hanya bergerak kearah luar (Adib, 2017).

Trakea terletak di depan saluran esofagus, mengalami percabangan

di bagian ujung menuju ke paru-paru. Yang memisahkan trakea

menjadi bronkus kiri dan kanan disebut karina. Dinding-dinding trakea

tersusun atas sel epitel bersilia yang menghasilkan lendir.

5) Bronkus

Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris

kanan ( 3 lobus) dan bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus lobaris

kanan terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri

terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus segmentalis ini

kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi

oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf (Adib, 2017).

a) Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus.

Bronkiolus mengandung kelenjar submukosa yang memproduksi

lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi

bagian dalam jalan nafas.

b) Bronkiolus terminalis

Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus

terminalis (yang mempunyai kelenjar lendir dan silia).

c) Bronkiolus respiratori

Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori.

Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara

lain jalan nafas konduksi dan jalan udara pertukaran gas.

d) Duktus alveolar dan sakus alveolar

Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus

alveolar dan sakus alveolar. Dan kemudian menjadi alvioli.

6) Paru-Paru

Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri

dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini

terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas

permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran

udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah.

Banyaknya gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah

(paru-paru kiri dan kanan) (Adib, 2017).

Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus

(belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus

inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri, terdiri dari
pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus terdiri

dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10

segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen

pada inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah

segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3

buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi

lagi menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus (Adib, 2017).

Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah

rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat

tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung.

Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi

menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada

pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung membungkus paru

paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada

sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa)

sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit

cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura),

menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada sewaktu

ada gerakan bernapas (Adib, 2017).

b.2) Patofisiologi

Perjalanan klinis penyakit ispa dimulai dengan berinteraksinya virus

dengan tubuh. Masuknya virus sebagai antigen ke saluran pernapasan

menyebabkan silia yang terdapat pada permukaan saluran napas bergerak

keatas mendorong virus kearah faring atau dengan suatu tangkapan reflex

spasmus oleh laring. Jika reflex tersebut gagal maka virus merusak lapisan
epitel dan lapisan mukosa saluran pernapasan Iritasi virus pada kedua lapisan tersebut
menyebabkan timbulnya batuk kering.

Kerusakan struktur lapisan dinding saluran pernapasan menyebabkan

kenaikan aktfitas kelenjar mucus yang banyak terdapat pada dinding saluran

napas, sehingga terjadipengeluaran cairan mukosa yang melebihi normal.

Rangsangan cairan berlebihan tersebut menimbulkan gejala batuk sehingga

pada tahap awal gejala ispa paling menonjol adalah batuk.

Dari uraian diatas, perjalanan klinis penyekit ispa ini dapat dibagi

menjadi 4 tahap, yaitu:

a. Tahap prepatogenesis, penyebab telah ada tetapi penderita belum

menunjukkan reaksi apa-apa

b. Tahap inkubasi, virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh

menjadi lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan tubuh sebelumnya

memang sudah rendah

c. Tahap dini penyakit, dimulai dari munculnya gejala penyakit, timbul

gejala demam dan batuk

d. Tahap lanjut penyakit, dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh

sempurna, sembuh dengan atelektasis, menjadi kronis dan dapat

meninggal akibat pneumonia .

c. Manifestasi Klinik

Ispa merupakan proses inflamasi yang terjadi pada setiap bagian

saluran pernapasan atas maupun bawah, yang meli[uti infiltrate peradangan

dan edema mukosa, kongestif vaskuler, bertambahnya sekresi mucus serta

perubahan struktur fungsi siliare. (Muttaqim, 2008)


Depkes RI membagi tanda dan gejala ISPA menjadi tiga yaitu :

a. Gejala dari ispa ringan

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau

lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37 C

b. Gejala dari ispa sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika ditemukan satu atau

lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernapasan cepat ( fast breathing) sesuai umur yaitu: untuk kelompok

umur kurang dari 2 bulan frekuensi napas 60 kali per menit atau lebih

untuk umur 2-<12 bulan dan 40 kali per menit atau lebih padaumur 12

bulan-<5 tahun.

2) Suhu tubuh lebih dari 39C

3) Tenggorokan berwarna merah

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga

6) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur)

c. Gejala dari ispa berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika ditemukan satu atau

lebih gejala-gejala sebagai berikut:


1) Bibir atau kulit membiru

2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun

3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah

4) Sela iga tertarik kedalam pada waktu bernapas

5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba

6) Tenggorokan berwarna merah

d.Etiologi dari ISPA

Etiologi ispa infeksi saluran pernapasan akut merupakan kelompok penyakit yang komplek dan
heterogen ,yang disebabkan oleh berbagai etilogi.kebanyakaan infeksi saluran pernapasan
akut disebabkan poleh virus dan mikroplasma .etilogi ispa ini terdiri dari 300 lebih jenis
bakteri,virus , dan jamur .

e.klasifikasi ISPA

a.ISPA ringan

seseoranng yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk ,pelek,dan sesak nafas.

b.ISPA sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas,suhu tubuh lebih dari 39 o c dan bila bernafas
mengeuarkan suara sperti mengorok.

c.ISPA berat gejala meliputi: kesadaran menurun ,nadi cepat atau tidak teraba nafsu makan
menurun,bibir dan unjung nadi membiru(sianosis) dan gelisah.
f.Pathwey

g.pemeriksaan penunjang

1. pemeriksaan darah di laboratorium

2. pengambilan sampel dahak untuk di periksa di laboratorium.

3.pencitraan dengan x-ray atau ct scan untuk menilai kondisi paru-paru.

4. kasus

Keluarga Tn.n terdiri dari istri dan dua orang tua anak. Anak pertamanya berusia 7 tahun dan
anak keduanya berusia 4 tahun .anak kedua Tn.n bernama selly.sudah 5 harry yang lalu selly
mengeluh sekujur tubunhnya demam ,sering menggil ,batuk berdahak dengan lendir berwarna
kehijauan susah nafas,nyeri dada ,nafsu makan berkurang .saat di paksa memakan makanab
lunak.selly tetap memuntahkannya dan merasakan mual pada perutnya.selly juga mengalami
diare.menurut pernyataan dari keluarga,sellytidak mendapatkan imunisasi yang lengkap,disekitar
lingkungan rumahnya terdapat banyak pabrik dan rumahnya kurang mencukupi
ventisinya.keluarga menggap selly hanya sakit flu biasa dan gejala asma bisa ,namun sudah 5
hari tidak kunjung sembuh ,,lalu keluarga membawanya ke klinik hasil pemeriksaan diketahui
bahwa selly menderita pneumia ,frekuensi pernapasan>40x/menit,suhu tubuh mencapai 39 o
c.dokter pun menyarangkan agar selly rawat inap di RS untuk ditangani lebih lanjut.

BAB III
LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

I. Data Umum

- Nama KK : Ty.S

- Umur: 7 tahun

-jenis kelamin:perempuan

-Agama KK : Islam

2.Riwayat keperawatan

a.riwayat kesehatan sekarang :klien mengalami gejala asma biasa suadah 5 hari tidak kunjung
sembh ,dema mengigil ,pilek,anoreksia ,batuk berdahak dengan lendir berwarna kehijauan ,susah
bernafas,nyeri dada ,riwayat penyakit pernapasan dan diare.

b.riwayat kesehatan masa lalu :sering mengalami batuk pilek, yang tidak kunjung sembuh

3.koping keluarga

Koping keluarga dalam menghadapi maslah efektif

4.riwayat tumbuh kembang

a.BB lahir abnormal

b. kemampuan motorik halus ,motorik kasar kognitif dan tumbuh kembang pernah mengalami
trauma saat sakit

c.sakit kehamilan mengalami infeksi intrapartal

d.sakit kehamilan tidak keluar meconium

5.riwayat social

Anak tidak mengalami gangguan dalam hubungan social dengan lingkungan sekitar dan aktif
bermain dengan teman sebelumnya.

6.pemeriksaan fisik

a.tanda fisik: sekujur tubuh demam ,sering mengigil batuk berdahak denngan lendir berwarna
kehijauan susah nafas, nyeri dada ,dan lapsu makan berkurang ,mual muntah dan diare
b. faktor perkembangan : sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan nya

c.pengentahuan pasien/keluarga : belum begituh mengetahui tentang penyakit pernapasan serta


tindakan yang akan dilakukan.

NO DIANOSA TUJUAN INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUA


KEPERAW SI
ATAN
1. Ketidak Klien dapat BB Kaji kebiasaan diet Mengkaji kebiasaan diet ,input- Klien
seimbangan yang direncanakan ,input-ouput dan ouput dan timbang BB setiap dapat BB
nutria mengarah kepada timbang BB setiap harinya, yang
kurang dari BB normal hari Memberikan makanan porsi kecil direncanak
kebutuhan Klien dapat Berikan makanan tapi sering dan dalam keadaan an.
b.d mentoleransi diet porsi kecil tapi sering hangat
anoreksia yang dianjurkan dan dalam keadaan Memberikan obat sering ,buang
Tidak menunjukan hangat secret berikan wadah khusus untuk
tanda malnutrisi Berikan obat sekali pakai dan tissue dan
sering ,buang secret ciptakan lingkungan bersih dan
berikan wadah khusus menyenangkan .
untuk sekali pakai dan Meningkatkan tingkatkan tirai
tissue dan ciptakan baring
lingkungan bersih dan Mengkalaborasi konsul ahli gizi
menyenangkan . untuk memberikan diet untuk
Tingkatkan tiai baring memberikan diet sesuai kebutuhan
Kalaborasi konsul ahli klien.
gizi untuk
memberikan diet
sesuai kebutuhan
klien.

2. Napas tidak Pikla napas Berikan posisi yang Membantu dalam memberikan Pola napas
efektif b.d kembali efektif nayaman sekaligus posisi yang nyaman sekaligus klien
penurunan dengan kriteria: dapat mengeluarkan dapat menegluarkan secret dengan kembali
ekspansi usaha napas secret dengan menciptakan dan efektif.
paru kembali normal mudah . mempertahankan jalan napas yang
dan meningkatkan Ciptakan dan bebas.
suplai oksigen ke pertahankan jalabn Menganjurkan pada kelarga untuk
paru-paru. napas yang bebas membawakan baju yang lebih
Anjurkan pada longgar ,tipis serta menyerap
keluarga untuk keringat
membawakan baju Membantu dalam pemberian o2
yang lebih longgar dan nebulizer sesuai dengan
tipis serta menyerap intruksi dokter.
keringat Membantu dalam pemberian obat
Berikan o2 dan sesuai dengan intruksi
nebulizer sesuai dokter(broncholidilator)
dengan intruksi mengobrebservasi tanda vital
dokter. adanya cyanosis ,serta pola
kedalaman dalam pernapasan.
Berikan obat sesuai
dengan intruksi
dokter(bronchodilanto
r) observasi tanda
vital adanya cyanosis
serta polakedalaman
dalam pernapasan.

3. Nyeri akut Nyeri Anjurkan klien untuk Menganjurkan klien untuk Menguran
b.d berkurang/terkontr menghindari menghindari allergen/iritan gi nyeri
inflamasi ol allergen/iritan terhadap debu,bahan kimia dan klien
pada terhadap debu,bahan asap rokok. berkurang/
membrane kimia ,asap,rokok. terkontrol.
mukosa Dan menginstrahatkan Danmenginstrahatkan/meminimalk
faring dan /meminimalkan an klien berbicara bila suara serak.
tonsil berbicara bila suara
serak. Mengkalaborasi dan berikan obat
Kalaborasi berikan sesuai dengan indikasi streroid
obat sesuai indikasi oval iv, dan inhalasi analgesic.
streroid oral iv, dan
inhalasi analgesic.

BAB 4

TERAPI KOPELEMENTER
1.PENELITIAN MEMBUKTIKAN TERAPI KOMPLEMENTER:

a.Kencur

Karena kencur ini telah menjadi slah satu obat tradisional untuk penyakit ISPA yang dapat anda
buat sebagai salah satu cara mengobati penyakit ISPA.

PROF DR NURPUJI A. TASLIM,MPH,SPGK(K),klinisi seligus peneliti dan guru besar


universitas hasanudin maksar menyabut bahwa tanaman obat ini merupakan herbal asli indonesia
yang sudah diakui oleh kementrian kesehatan RI.

Prof pudji mengatakan kencur bisa digunakan sebagai ramuan tradisional yng sangat berakhasiat
dalam upaya peningkatan kesehatqn tubuh dan mengobati berbagai penyakit ,salah satunya mual
dan masuk angina.”secara empiric kencur bisa sebagai anti radang ,batuk pegal-pegal,mual
hingga masuk angina mekanisme bagaimana dia menghalangi sebagai inhibitor dan bekerja pada
COX(enzim skilo oksigenase)”,tutur prof pudji.

2.TERAPI KOMPLEMENTER YANG SERING DIGUNAKAN OLEH KALANGAN


MASYARAKAT:

1.Kencur karena kencur ini telah menjadi salah satu obat tradisional untuk penyakit ISPA yang
dapat anda buat dirumah sebagai salah satu cara mengobati penyakit ISPA.karena kencur ini
merupakan salah satu tamana yang sangat bagus sekali untuk dicoba oleh penderita penyakit
ISPA ,karena kencur ini memiliki manfaat yang sangat luar biasa.

2.Daun bayam duri ,karena bayam duri ini yang bermanfaat untuk penyakit ISPA ternyata
tanaman daun bayam duri ini juga dapat mencegah penyakit yang lain seperti
keputihan,perawatan TBC,disenttri dan yang lainnya.dapat membantu meredahkan demam
akibatpenyakit ISPA.

3.Jeruk nipis dan kecap manis karena air perasan jeruk nipis dicampur dengan kecap manis juga
menjadi pilihan masyarakat dalam meredakan batuk dan melegakan tenggorokan .

3.ATURAN KEMENKES MENGENAI TERAPI KOPLEMENTER

a. bahwa untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ,perlu dimanfaatkan berbagai upaya
pelayanan kesehatan kesehatan termasuk pelayanan kesehatan tradisional yang manfaat dan
keamanannya terbukti secara ilmiah;

b.bahwa untuk mencapai hasil pelayanan kesehatan yang optimal,salah satunya dilakukan
dengan cara mengitergrasikan pelayanan kesehatan konvensional di fasilitas pelayanan
kesehatan;

c.bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dakan huruf a dan huruf b ,serta
untuk melaksanakan ketertuan pasal 16 peraturan pemerintah nomor 103 tahun 2004 tentang
pelayanan kesehatan tradisional perlu menetapkan peraturan menteri kesehatan tradisional
intergrasi;

BAB 5

MENEJEMEN NYERI
A.Teori umum menejemen nyeri

-PENGERTIAN NYERI

Menurut International Association for Study of Pain (IASP), Nyeri adalah sensori subyektif dan
emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual
maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.

- SIFAT SIFAT NYERI

- Nyeri melelahkan dan membutuhkan banyak energi.

- Nyeri bersifat subyektif dan individual.

- Nyeri tak dapat dinilai secara objektif seperti sinar X atau lab darah.

- Perawat hanya dapat mengkaji nyeri pasien dengan melihat perubahan fisiologis
tingkah laku

dan dari pernyataan klien.

- Hanya klien yang mengetahui kapan nyeri timbul dan seperti apa rasanya.

- Nyeri merupakan mekanisme pertahanan fisiologis.

- Nyeri merupakan tanda peringatan adanya kerusakan jaringan.

- Nyeri mengawali ketidakmampuan.

- Persepsi yang salah tentang nyeri menyebabkan manajemen nyeri tidak optimal.

- Nyeri tidak menyenangkan.

- Nyeri Merupakan suatu kekuatan yg mendominasi.

- Nyeri bersifat tidak berkesudahan.

-FISIOLOGI NYERI

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh
yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya
terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor,
secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak
bermielien dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagian tubuh yaitu
pada kulit (kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya
yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.

1.Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi
dalam dua komponen yaitu : a) Reseptor A delta yang merupakan serabut komponen cepat
(kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat
hilang apabila penyebab nyeri dihilangkan. b) Serabut C yang merupakan serabut komponen
lambat (kecepatan 0,5 m/det) yang terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya
bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.

2.Struktur reseptor nyeri somantik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang,
pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya
komplek, nyeri yang timbul merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.

3.Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ viseral
seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya
tidak sensitif terhadap pemotongan organ, tetap sangat sensitif terhadap penekanan, iskemia,
inflamasi.

TIPE NYERI

Beberapa tipe nyeri antara lain :


1.Somatic pain

2.Neurophatic pain

3.Surgery Pain

4.Chemotherapeutik drugs

5.After rediation theraphy

-TEORI PENGONTROLAN NYERI

Terdapat beberapa teori yang berusaha menggambarkan bagaimana nosireseptor dapat


menghasilkan rangsang nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang mencoba menjelaskan
bagaimana nyeri dapat timbul, namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling relevan

Teori gate control dari Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur
atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan
bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar teori menghilangkan
nyeri.

Suatu keseimbangan aktivitas dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden dari otak
mengatur proses pertahanan. Neuron delta-A dan C melepaskan substansi C melepaskan
substansi P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu, terdapat
mekanoreseptor, neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat melepaskan neurotransmiter
penghambat. Apabila masukan masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A, maka akan
menutup mekanisme pertahanan.

Diyakini mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang perawat menggosok punggung
klien dengan lembut. Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi mekanoreseptor, apabila
masukan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka
pertahanan tersebut dan klien mempersepsian sensasi nyeri. Bahkan jika impuls nyeri
dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri.
Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen, seperti endorfin dan dinorfin, suatu pembunuh
nyeri alami yang berasal dari tubuh.

METODE MANAJEMEN NYERI

Dalam manajemen nyeri, terdapat empat teknik yang bisa digunakan, antara lain :

1.Stimulas kutaneus
Merupakan teknik reduksi nyeri dengan melakukan stimulasi pada kulit untuk menghilangkan
nyeri. Beberapa teknik untuk stimulasi kulit antara lain :

•Kompres dingin

•Analgetic ointments

•Counteriritan, seperti plester hangat

•Contralateral stimulation, yaitu massage kulit pada area yang berlawanan dengan area nyeri

2.Distraksi

Merupakan teknik reduksi nyeri dengan mengalihkan perhatian kepada hal lain sehingga
kesadaran terhadap nyerinya berkurang. Teknik distraksi dapat dilakukan diantaranya dengan
cara :

•Nafas dalam lambat dan berirama

•Massage and slow, rhythmic breating

•Rhythmic singing and tapping

•Active listening

•Guided imagery (kekuatan imajinasi klien bisa dengan mendengarkan musik yang lembut)

3.Anticipatory Guidance

Merupakan teknik reduksi yang dilakukan oleh perawat dengan cara memberikan informasi yang
dapat mencegah terjadinya misinterpretasi dari kejadian yang dapat menimbulkan nyeri dan
membantu pemahaman apa yang diharapkan. Informasi yang diberikan kepada klien
diantaranya :

• Penyebab nyeri

• Proses terjadinya nyeri

• Lama dan kualitas nyeri

• Berat-ringannya nyeri

• Lokasi nyeri

• Informasi tentang keamanan yang akan diberikan kepada klien


• Metode yang digunakan perawat pada klien untuk mengurangi nyeri

• Hal-hal yang diharapkan klien selama prosedur

4.Relaksasi

Teknik relaksasi terutama efektif untuk nyeri kronik dan memberikan beberapa keuntungan,
antara lain :

• Relaksasi akan menurunkan ansietas yang berhubungan dengan nyeri atau stres.

• Menurunkan nyeri

• Menolong individu untuk melupakan nyeri

• Meningkatkan periode istirahat dan tidur

• Meningkatkan keefektifan terapi nyeri lain

• Menurunkan perasaan tak berdaya dan depresi yang timbul akibat nyeri

Stewart, menganjurkan beberapa teknik relaksasi antara lain sebagai berikut :

• Klien menarik nafas dalam dan menahannya di dalam paru

• Secara perlahan-lahan keluarkan udara dan rasakan tubuh menjadi kendor dan rasakan
betapa nyaman hal tersebut

• Klien bernafas dengan irama normal dalam beberapa waktu

• Klien mengambil nafas dalam kembali dan keluarkan secara perlahan - lahan, pada saat
ini biarkan telapak kaki relaks. Perawat minta kepada klien untuk mengkonsentrasikan pikiran
pada kakinya yang terasa ringan dan hangat.

• Ulangi langkah diatas dan konsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan
kelompok otot-otot yang lain.

• Setelah klien merasa relaks, klien dianjurkan bernafas secara perlahan. Bila nyeri menjadi
hebat klien dapat bernafas secara dangkal dan cepat.

- Klasifikasi Nyeri.

Berdasarkan sumbernya:

1. Cutaneus/superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat
burning (seperti terbakar).
Contoh : terkena ujung pisau atau gunting.

2. Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh darah,
tendondan syaraf, nyeri menyebar & lebih lama dari pada cutaneus.

Contoh : sprain sendi.

3. Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan
thorak.

Contoh : Biasanya terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan.

B.Menajemen nyeri untuk ISPA

1. Distraksi.

Manajemen nyeri yang pertama adalah distraksi. Distraksi merupakan metode untuk
menghilangkan nyeri dengan cara mengalihkan perhatian pasien pada hal-hal lain sehingga
pasien akan lupa terhadap nyeri yang dialaminya. Sebagai contoh, pasien yang sudah selesai
mengalami operasi mungkin tidak akan nyeri ketika melihat pertandingan sepakbola di televisi.

Cara bagaimana distraksi dapat mengurangi nyeri dapat dijelaskan melalui teori "Gate Control".
Pada spinacord, sel-sel reseptor yang menerima stimuli nyeri periferal dihambat oleh stimuli sari
serabut syaraf yang lain. Karena pesan-pesan nyeri menjadi lebih lambat daripada pesan-pesan
diversional, maka pintu spinal cord yang mengontrol jumlah input ke otak menutup dan pasien
merasa nyerinya berkurang. Kita mengenal beberapa teknik distraksi, antara lain : Bernafas
secara pelan-pelan, masage sambil bernafas pelan-pelan, mendengarkan lagu sambil menepuk-
nepukkan jari-jari atau kaki, atau membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata.

2. Relaksasi.

Teknik mengurangi nyeri yang kedua adalah relaksasi. Relaksasi adalah metode paling efektif
untuk mengurangi nyeri kronis. Ada 3 hal yang perlu diperhatikan dalam teknik relaksasi yaitu :
posisiyang tepat, pikiran beristirahat, serta lingungan yang tenang. Posisi klien diatur senyaman
mungkin dengan semua bagian tubuh disokong ( misalkan bantal menyokong leher ) persendian
diluruskan, serta otot-otot tidak tertarik. Untuk menenangkan pikiran klien, klien dianjurkan
pelan-pelan memandang sekitarnya misalnya memandang atap turun ke dinding dll. Steward,
teknik relaksasi sebagai berikut : Pasien menarik nafs dalam dan mengisi paru-paru dengan
udara. Perlahan-lahan udara dihembuskan sambil membiarkan tubuh menjadi kendor dan
merasakan betapa nyamannya hal itu. Pasien bernafas beberapa kali dengan irama normal. Pasien
menarik nafas dalam lagi dan menghembuskan pelan-pelan serta membiarkan hanya kaki dan
telapak kaki yang kendor. Perawat menganjurkan pasien untuk mengkonsentrasikan pikiran
pasien pada kakiya yang terasa ringan dan hangat. Pasien mengulang langkah 4 dan
mengkonsentrasikan pikiran pada lengan, perut, punggung dan kelompok otot-otot yang lain.

3. Farmakologi Diberikan obat analgesik untuk mengurangi nyeri.

4. Stimulasi kulit. Stimulasi kulit dapat dilakukan dengan cara pemberian kompres dingin,
balsem analgetika dan stimulasi kontrateral. Kompres dingin dapat memperlambat impuls-impuls
motorik menuju otot-otot pada area yang terasa nyeri. Balsem analgetika yang berisi menthol
dapat membebaskan nyeri. Balsem ini dapat menyebabkan rasa hangat pada kulit yang
berlangsung beberapa jam.

5. beri kompres dingin pada bagian kepala

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. (2012). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Penerbit
Kedokteran (EGC).

Aplikasi nanda nic noc, Edisi Revisi jilid 3 : tahun 2015.

https://www.academia.edu

Syaifuddin.(2011). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).

http://jdih.pom.go.id/produk/PERATURAN%20MENTERI/Permenkes_007-
2012_Registrasi_Obat_Tradisional1.pdf.

Hhtps://id.m.wikipedia.

Anda mungkin juga menyukai