Anda di halaman 1dari 10

MENANGKAP REALITAS SEBUAH TEMPAT

MELALUI SKETSA URBAN

Disusun oleh :
Luthfiatudz Adzkia
1912218023 / A

Jurusan Desain Interior


Fakultas Seni Rupa
Institut Seni Indonesia Yogyakarta
2019/2020
Menangkap Realita Sebuah Tempat Melalui Sketsa Urban

A. Pendahuluan

Sketsa urban jika diartikan kata perkata dan merujuk pada Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) Sketsa berarti lukisan cepat, sedangkan urban berarti berkenaan
dengan kota. Jadi sketsa urban adalah sebuah lukisan cepat yang menggambarkan suatu
realita keadaan sebuah tempat atau kota. Sketsa Urban merupakan sebuah subculture
dari seni rupa yang muncul pada tahun 2007. Fenomena ini lumayan unik karen
menarik minat banyak orang dengan banyak latar belakang. Sketsa urban pertama kali
diperkenalkan oleh Gabriel Campanario atau lebih dikenal dengan nama Gabi. Gabi
adalah seorang warga berkebangsaan Spanyol yang berprofesi sebagai seorang jurnalis.
Pada awalnya ia memanfaatkan teknik livesketch sketsa urban sebagai konsep bahan
jurnalistiknya yaitu “Jurnalistic Sketch”. Saat itu objek sketsa Gabi adalah landmark
dan kehidupan kota Seattle. Itulah awal mula diperkenalkannya Sketsa Urban pada
dunia.

Sebuah sketsa berisi informasi tentang objek sketsa dan bercerita tentang
kehidupan nyata sebagaimana yang terjadi di hadapan kita. Menuang sketsa melalui
sebuah objek bukan hanya memotret kepersisan realita. Kecepatan daya tangkap mata
bersama ketangkasan tangan menuang garis menorehkan rupa, teramu dengan keahlian
memilih sudut pandang, kecakapan dalam menyusun proporsi, membagi proporsi
kepada “aktor-aktor hidup” (vegetasi, hewan, dan manusia) yang ditempatkan, serta
pertimbangan capaian estetika totalitas keutuhan bentuk sajian visual menjadi ramuan
yang memberi daya hidup sketsa. Menangkap realitas sebuah tempat melalui sketsa
urban bisa jadi sebuah pilihan menarik daripada sekedar menangkap realitas tersebut
melalui jepretan kamera. Menangkap realita keadaan suatu kota atau tempat yang kita
datangi dalam sebuah lukisan cepat atau sketsa bisa menjadi sebuah catatan visual yang
sangat bermakna bisa menjadi pilihan menarik daripada hanya sekedar mengabadikan
melalui jepretan kamera. Mengapa sebuah sketsa bisa menjadi lebih menarik daripada
sebuah gambar dari jepretan kamera? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan

1
tersebut, melakukan sebuah pengamatan tentang menangkap realitas sebuah tempat
melalui sketsa urban perlu dilakukan.

2
B. Pembahasan
1. Sejarah Sketsa Urban

Sketsa urban pertama kali diperkenalkan oleh Gabriel Campanario


seorang jurnalis berkebangsaan Spanyol. Pekerjaannya sebagai seorang
jurnalis dan illustrator membuatnya lebih peka dengan apa yang terjadi
disekitarnya. Melalui sketsa dan tulisan dirinya kerap menceritakan semua
peristiwa melalui gambar dan tulisan yang menyentuh. Seni sketsa urban yang
menular secara global membuat banyak orang tertarik untuk mempelajarinya.
Pada awalnya tren ini berkembang di negara Amerika Serikat dan semakin
meluas, bak sebuah pandemi tren tersebut mewabah di berbagai negara.
Indonesia pun turut meramaikan hal tersebut, melalui berbagai flatform sosial
media setiap orang membagikan hasil karyanya, membuat komunitas
berdasarkan regional wilayah, dan terdapat sebuah komunitas pusat untuk
para sketcher Indonesia yaitu Indonesia Sketcher (IS). Komunitas-komunitas
tersebut mewadahi para sketcher atau pembuat sketsa untuk berbagi tips dan
trik dalam menggambar sketsa, dan saling membagikan hasil karya serta
saling evaluasi karya antar sketcher atau pembuat gambar.

2. Tema dan Obyek Karya

Sebuah sketsa minggu pagi menggunakan


tinta dan cat air karya Yanuar Ichsan.

Dari segi tema, dapat dikelompokkan menjadi bangunan, ruang publik,


dan ruang privasi, landscape perkotaan maupun pedesaan, manusia dan
aktivitasnya, pasar dan pedagang, kendaraan dan transportasi, kesenian/
budaya, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda-benda dan produk makanan. Dari

3
setiap tema dapat dirinci ke dalam obyek-obyek yang menjadi sasaran
perhatian para sketcher untuk diwujudkan menjadi karya sketsa. Sejumlah
kecil obyek yang digambar ada yang sangat spesifik, sehingga sulit untuk
diklasifikasikan ke dalam tema-tema tersebut. Misalnya obyek gardu listrik,
tiang listrik di tepi jalan, alat-alat berat semacam bego, pesawat tempur, dan
persimpangan rel kereta api.

Pada umumnya tema dan obyek dipilih karena alasan obyeknya


memiliki bentuk menarik, unik, dan indah, sehingga merasa perlu untuk
diinformasikan baik mengenai obyek itu sendiri maupun hal-hal yang
bertalian di luarnya. Beberapa di antaranya mengaku karena mereka sering
melihat atau memilikinya sehingga sangat mengenali obyeknya. Tetapi ada
pula yang mengaitkannya dengan identitas dan sangat bertalian dengan
aktivitas masyarakat sekitar, karena itu penting untuk diungkapkan dan
disampaikan.

3. Media dan Teknik Bersketsa

Sebuah sketsa bertema pedagang menggunakan tinta karya


Yoso Banyudono

Media yang digunakan untuk mengerjakan sketsa yang dilakukan para


sketcher bermacam-macam. Tinta merupakan media yang paling digemari.
Termasuk media tinta ialah pemakaian drawingpen, ballpoint, spidol, marker,
boxy, tinta cina dengan pena atau kuas, yang digunakan dalam penyajian
hitam putih. Berikutnya ialah penggunaan media tinta dengan cat air.

4
Pewarnaan dengan cat air setelah sketsa dikerjakan dengan tinta, ternyata
cukup digemari para sketcher baik pewarnaan secara monokromatik yang
hanya menggunakan satu warna maupun polikromatik yang menggunakan
banyak warna. sketsa dikerjakan melulu dengan cat air menggunakan kuas
sehingga sangat mirip dengan pengerjaan lukisan.

4. Ungkapan Bentuk dan Pesan Karya Sketsa

karya sketsa, tergolong impresionistik dan dikerjakan dengan tidak


terlalu rinci. Bentuk ungkapan impresionistik cukup menampilkan kesan-
kesan obyeknya atas hasil tangkapan sesaat dari kegiatan menggambar
langsung dan hal ini merupakan kecenderungan umum dalam karya sketsa.
Adapula sketsa yang dikerjakan sangat rinci, presisi, dalam gaya realistik.
Penyajian gaya realistik umumnya dilakukan oleh mereka yang memiliki
kecermatan kuat dalam menggambar dan kebiasaan mereka dalam membuat
gambar ilustrasi. Sketsa jenis demikian lebih merupakan gambar lengkap dan
tentu membutuhkan waktu yang tidak singkat.

Sketsa jenis ekspresif, dengan sentuhan emosi dan spontanitas yang


kuat, sehingga terdapat distorsi bentuk. Sketsa dalam jumlah yang tidak terlalu
banyak ini lebih menampilkan karakteristik sebuah sketsa dan lebih punya
“greget”. Goresan spontan, dengan tarikan garis-garis lancar yang dikerjakan
dalam waktu singkat, kemudian penyajian yang sederhana, esensial, dengan
intensitas emosi yang menyertainya merupakan kekuatan karya sketsa
tersebut. Gaya dekoratif melalui stilisasi juga diminati oleh beberapa sketcher,
bahkan ada pula yang diabstraksikan sehingga sangat sulit dikenali kembali
obyeknya dan tampilan bentuk transformatif. Dalam hal sketsa yang menjadi
abstrak dan bentuk yang transformatif. karya yang demikian itu
mengesampingkan segi naratifnya serta lebih merupakan hasil imajinasi
daripada ungkapan apa adanya sesuai dengan hasil tangkapan mata.
Bagaimanapun, gejala ini menunjukkan bahwa sketsa dapat diwujudkan
dalam bentuk yang beragam, mulai dari bentuk-bentuk yang sangat mirip

5
dengan obyeknya hingga pada bentuk-bentuk gubahan yang jauh dari
reperesentasi obyeknya.

Pesan yang terkait dengan penyampaian informasi dan komunikasi lebih


menggambarkan dan mempraktikkan semangat berbagi cerita tentang apa
yang terdapat dan terjadi di lingkungan sekitar para sketcher-nya. Melalui
karya sketsa pula pesan tentang adanya keanekaragaman yang terkandung di
dalamnya ingin disampaikan. Selain lebih membuka wawasan tentang
berbagai obyek yang dapat direkam dalam karya sketsa dengan bermacam
cara dan berdasarkan pandangan setiap sketcher-nya, pesan ini akan membuka
kesadaran orang akan adanya keanekaragaman suatu obyek, baik yang
diciptakan manusia maupun obyek-obyek ciptaan Tuhan. Pesan tentang
ungkapan keanekaragaman sesungguhnya juga sejalan dengan semangat
untuk bertutur dalam berkarya sketsa.

Sementara pesan tentang cinta dan perhatian, selain terkandung


pengertian untuk berbagi cerita, seorang sketcher juga ingin menunjukkan
bahwa ia memiliki perhatian dan perasaan terhadap suatu obyek atau hal yang
berbeda dengan orang lain. Kemudian atas hasil pengamatan, pemahaman,
dan sikap terhadap gejala yang terjadi di lingkungan sosial, melalui karya
sketsa, seorang sketcher menyampaikan pesan potret dan kritik sosial.
Bagaimana sekelompok masyarakat menghargai karya budaya, menjaga dan
merawat warisan budaya atau sebaliknya meninggalkan dan
mencampakkannya, kegiatan dan kebiasaan suatu masyarakat dalam
menyikapi lingkungan, misalnya, dapat tersajikan di balik obyek-obyek
pilihan sketsernya. Potret masyarakat dengan pribadi-pribadi yang unik dalam
berbagai kegiatan dan persoalan yang dihadapi untuk memperjuangkan
kehidupannya masing-masing, dapat ditemukan dan diangkat menjadi tema
berkarya sketsa, yang di dalamnya syarat mengandung persoalan
kemanusiaan.

6
C. Penutup

Berdasarkan masalah dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa seni sketsa


urban menarik minat banyak kalangan yang berasal dari berbagai macam negara dan
kalangan, kemudian didukung pula oleh kemajuan teknologi media sosial. Laman
media sosial tersebut menjadi wadah bagi para sketcher berbagi pengalaman menarik
mengenai aktivitas bersketsa. Hingga ketika tren tersebut semakin besar terbentuklah
berbagai komunitas yang menaunginya seperti Indonesia Sketcher. Melalui beberapa
komunitas tersebut terbentukla beberapa pembagian tema dalam bersketsa, alat dan
teknik yang biasa digunakan dalam bersketsa, dan bagaimana penyampaian dan
menangkap makna dari sebuah gambar. Kita kembali lagi pada pertanyaan terbesar
dalam tulisan ini, Mengapa sebuah sketsa bisa menjadi lebih menarik daripada sebuah
gambar dari jepretan kamera?. Jawaban atas pertanyaan tersebut sangatlah sederhana
apabila kita telah mengetahui sejarah sketsa urban, tema dalam bersketsa, media
bersketsa, dan penyampaian makna melalui sketsa.

Mengingat lagi sejarahnya saat itu gabi sang penggagas sketsa urban yang
berprofesi sebagai jurnalis dan illustrator membuat sebuah illustrasi untuk bahan
jurnalisnya, hal tersebut menarik minat pembaca karena dianggap lebih artistik
daripada hanya sekedar jepretan. Seperti yang telah dijelaskan bahwa penggunaan
media yang beragam mulai dari tinta, pensil, marker, dan cat air atau watercolor,
beragam media tersebut memiliki karakteristik tersendiri dalam menghasilkan sebuah
karya. Contohnya penggunaan tinta untuk membentuk kontur garis sebuah objek
dalam memperjelas makna dari setiap gambar, penggunaan cat air untuk mewarnai
objek agar gambar terlihat hidup dan memberikan kesan. Penggunaan media yang
beragam tersebut membuat nilai artistik sebuah sketsa melejit lebih jauh daripada
jepretan kamera hasilnya relatif sama saat dicetak menjadi foto. Terakhir, nilai artistik
sebuah sketsa juga dapat dilihat dari bagaimana gaya penyampaian yang
diiungkapkan seorang sketcher melalui karyanya. Seperti gaya impresionistik, yang
terkesan tidak terlalu detail tapi maknanya tersampaikan kepada penikmat sketsa.

7
Itulah mengapa menangkap realitas sebuah tempat melalui sketsa urban lebih menarik
daripada hanya sekedar melalui jepretan kamera.

8
D. Daftar Pustaka

Purwadmadi. 2019. Sambang Sambung Malioboro. Yogyakarta: Pustaka Baru Press


Jogja

E. Daftar Laman

Urbansketch: Saksi Kota Itu Berbentuk Kertas www.kompasiana.com (diakses pada


Selasa, 18 Februari 2020 pukul 05.00 WIB)

“Keanekaragaman Ungkapan Karya Sketsa Para Anggota Komunitas Indonesia’s


Sketchers” http://urbansketchers-indonesia.blogspot.com/ (diakses pada Selasa, 5
Mei 2020 pukul 13.01 WIB)

Anda mungkin juga menyukai