Anda di halaman 1dari 12

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIS BAGI DOKTER

DI FASILITAS PELAYANAN PRIMER

EDISI I
2014

i
1. KETERAMPILAN PEMASANGAN INFUS

DASAR TEORI

I. PEMASANGAN INFUS (Terapi Intravena)


Pemasangan infus merupakan salah satu alternatif dalam pemberian terapi,yang
dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, darah/produk darah,
obat-obatan ataupun nutrisi langsung melalui pembuluh vena perifer.
Tujuan Utama Terapi Intravena:
1. Mengembalikan dan mempertahankan keseimbangan cairan & elektrolit tubuh
2. Memberikan obat-obatan dan kemoterapi
3. Transfusi darah dan produk darah
4. Memberikan nutrisi parenteral dan suplemen nutrisi
Tetesan pada pemberian cairan intravena harus disesuaikan dengan kebutuhan
dan aktivitas dari pasien yang sedang dilakukan terapi. Monitoring dan evaluasi
sangat diperlukan untuk memantau dan menyesuaikan terapi sesuai dengan
kebutuhan pasien.

Area insersi kanul intravena


Vena-vena superficial yang sering digunakan untuk infus IV pada bayi, anak dan
dewasa
- Vena cephalica
- Vena basilica
- dll

Persiapan Pasien
- Perkenalan diri dan mengucapkan salam
- Anamnesis untuk mengetahui riwayat penyakit, alergi pasien
- Informed Consent, menerangkan hal-hal yang terkait dengan
1. Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)
2. Prakiraan lama terapi intravena
3. Kemungkinan timbulnya rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)
4. Menyampaikan anjuran kepada pasien untuk melaporkan apabila:
- timbul ketidaknyamanan setelah insersi (penusukan)
- kecepatan tetesan berkurang atau bertambah
5. Menyampaikan larangan pada pasien untuk:
- Mengubah/ mengatur kecepatan tetesan yang sudah diatur
dokter/perawat
- Menarik, melepaskan, menekan, menindih infus set

ii
Alat dan Bahan
1. Infusion Set sesuai umur dan indikasi (kondisi pasien)
- makro  1 cc = 20 tetes per menit (tpm) : usia > 1 tahun
- mikro  1 cc = 60 tpm : usia < 1 tahun
- transfusion set  1 cc = 60 tpm : untuk transfusi darah
2. Cairan infus sesuai dengan kebutuhan pasien (elektrolit, darah, atau nutrisi)
3. Intravena Catheter ( IV Cath) sesuai usia dan ukuran:
- Ukuran G 16, 18 atau 20 : anak-anak usia > 8 tahun hingga
dewasa(menyesuaikan)
- Ukuran G 22 : anak-anak usia 1-8 tahun
- Ukuran G 24 : anak-anak usia <1 tahun
- bentuk kupu : neonatus
4. Bengkok (bacin kidney)
5. Gloves
6. Kapas
7. alkohol 70%
8. Tourniquet
9. Kassa steril
10. Verban/plester
11. Spalk (untuk neonatus, bayi atau anak jika dibutuhkan)
12. Tiang penggantung cairan infus

Prosedur Pemasangan
I. Persiapan pasien
1. Mengucapkan salam dan sambung rasa yang baik dengan pasien
2. Menjelaskan indikasi dan prosedur pemasangan infus kepada pasien
3. Meminta persetujuan pasien (informed consent)
II.Keterampilan Pemasangan
4. Mempersiapkan alat dan bahan
5. Mencuci tangan (Handwashing) dengan metode 7 langkah
6. Menggunakan sarung tangan (gloves)
7. Menentukan jenis cairan yang akan digunakan
8. Menghitung kebutuhan cairan/nutrisi pasien
9. Menyambungkan ujung selang infusion set ke cairan infus
10. Menekan ruang tetesan sha cairan infus memenuhi sekitar setengah ruang
tetesan, membuka pengatur tetesan saluran infus, mengalirkannya ke dalam
bengkok dan memastikan tidak ada gelembung udara di sepanjang selang
11. Menutup saluran infus dan menggantung cairan infus pada tiang infus
12. Palpasi dan Identifikasi area insersi kateter intravena

iii
13. Memasang tourniquet 10-12 cm di atas daerah insersi, menganjurkan pasien
menggenggam tangannya (jika pasien sadar)
14. Melakukan tindakan aseptik dengan kapas alkohol 70% secara melingkar
15. Melakukan Insersi kanul intravena dengan posisi 30 ◦ sejajar vena, hingga
darah tampak pada ujung reservoor kanul
16. Menarik jarum kateter dan memasukkan kanul silikon hingga mencapai ujung
secara perlahan
17. Melepaskan tourniquet, menahan ujung jarum dengan ibu jari
18. Menyambungkan ujung kanul dengan selang infus
19. Membuka pengatur saluran infus dan melakukan evaluasi terhadap tetesan
dan tempat insersi kanul
20. Melakukan fiksasi ujung kanul dengan kassa steril dan plester
21. Melakukan penyesuaian tetesan infus sesuai dengan kebutuhan pasien
22. Memberikan edukasi dan mengucapkan terima kasih
23. Melepaskan sarung tangan (gloves) dan melakukan handwashing

1. Pemasangan NGT
Tingkat keterampilan: 4A

Tujuan
1. Dekompresi lambung atau drainase isi lambung
2. Akses makanan dan obat-obatan bagi pasien yang tidak dapat makan peroral
3. Diagnostik

Alat dan bahan


1. Sarung tangan
2. Handuk untuk menutupi baju pasien
3. Kertas tisu
4. Basin emesis
5. NGT: dewasa ukuran 16 atau18 fr, anak ukuran 10 fr
6. Plester
7. Stetoskop
8. Disposable spuit 50 ml dengan catether tip
9. 1 gelas air minum dengan sedotan
10. Lubricant gel,lebih baik bila mengandung anestesi lokal

iv
Teknik Keterampilan
1. Jelaskan jenis dan prosedur tindakan kepada pasien.
2. Siapkan alat dan bahan. Pilih ukuran tube yang sesuai untuk pasien.
3. Periksa segel dan tanggal kadaluarsa alat yang akan digunakan.
4. Cuci tangan dan mengenakan sarung tangan.
5. Posisikan pasien pada berbaring dengan elevasi 30-45⁰. Lapisi pakaian pasien
dengan handuk. Letakkan basin emesis pada pangkuan pasien.
6. Periksa ada tidaknya sumbatan pada hidung. Periksa kedua lubang hidung
untuk menentukan lubang yang paling besar dan terbuka.
7. Ukur panjang insersi tube dengan memegang tube diatas tubuh pasien, ujung
distal diletakkan 6 cm dibawah prosesus sifoideus; ujung proksimal
direntangkan ke hidung; lingkarkan bagian tengah pada cuping telinga pasien.
Tandai panjang ukuran tersebut dengan plester.
8. Olesi tube dengan lubricant gel
9. Masukkan NGT dari lubang hidung sambil meminta pasien bernafas melalui
mulut dan melakukan gerakan menelan. Bila pasien tidak dapat menelan,
berikan air untuk membantu pasien menelan.
10. Jika pasien batuk atau menjadi gelisah atau ditemukan embun pada tube,
kemungkinan tube masuk ke trakhea, tarik tube beberapa senti, putar sedikit
dan mulai kembali proses diatas.
11. Lanjutkan mendorong tube hingga mencapai tanda plester. Jika lambung penuh,
akan keluar cairan, gunakan basin emesis untuk menampung cairan.
12. Gunakan spuit 50 ml untuk menginjeksikan udara. Dengarkan udara yang
masuk ke lambung dengan menggunakan stetoskop.
13. Fiksasi NGT pada hidung dengan menggunakan plester.

2. Prosedur Bilas Lambung

Tingkat keterampilan: 4A
Tujuan
1. Membilas lambung dan mengeliminasi zat-zat yang tercerna
2. Mengosongkan lambung sebelum pemeriksaan endoskopi

Alat dan bahan


1. Sarung tangan
2. NGT
3. Disposable spuit 50ml
4. NaCl 0,9% 2-3 L atau air bersih sebagai irigan
5. Gelas ukur

v
Teknik Keterampilan
1. Jelaskan jenis dan prosedur tindakan.
2. Siapkan alat dan bahan.
3. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan.
4. Lakukan pemasangan Nasogastric tube.
5. Pasang spuit 50ml pada ujung NGT.
6. Mulai bilas lambung dengan memasukkan 250 ml irigan untuk mengecek
toleransi pasien dan mencegah muntah.
7. Aspirasi irigan dengan spuit dan tampung di gelas ukur.
8. Urut abdomen di bagian lambung untuk membantu aliran keluar irigan.
9. Ulangi siklus ini hingga cairan yang keluar tampak jernih.
10. Periksa tanda vital pasien, output urin dan tingkat kesadaran setiap 15 menit.
11. Lepaskan NGT sesuai indikasi.

3. Pemeriksaan Colok Dubur


Tingkat keterampilan: 4A
Jenis Keterampilan
1. Pemeriksaan colok dubur
2. Palpasi sakrum
3. Inspeksi sarung tangan pasca colok dubur
4. Persiapan pemeriksaan tinja

Tujuan
1. Mengetahui kelainan yang mungkin terjadi di bagian anus dan rektum.
2. Mengetahui kelainan yang mungkin terjadi di prostat pada laki-laki.

Alat dan Bahan


1. Sarung tangan
2. Lubricatinggel

Teknik Pemeriksaan
1. Jelaskan kepada pasien prosedur, tujuan pemeriksaan dan ketidaknyamanan
yang muncul akibat tindakan yang akan kita lakukan
2. Minta pasien untuk melepaskan celana.
3. Minta pasien berbaring menghadap ke kiri, membelakangi pemeriksa dengan
tungkai ditekuk.
4. Lakukan inspeksi untuk melihat apakah terdapat benjolan, luka, inflamasi,
kemerahan, atau ekskoriasi di daerah sekitar anus.
5. Gunakan sarung tangan, oleskan lubricating gel pada ujung jari telunjung
pemeriksa dan di sekitar anus pasien.

vi
Gambar 98. Posisi pasien untuk pemeriksaan colok dubur

6. Sampaikan kepada pasien bahwa pemeriksaan akan dimulai dan minta pasien
untuk tetap rileks.
7. Sentuhkan ujung jari telunjuk tangan kanan ke anus kemudian masukkan
ujung jari secara lembut dan perlahan ke dalam anus, perhatikan apakah
pasien kesakitan, bila pasien kesakitan, berhenti sesaat, kemudian lihat
apakah ada luka di sekitar anus. Lanjukan pemeriksaan saat pasien sudah
merasa rileks.
8. Nilai tonus sfingter ani, terdapat nyeri atau tidak, indurasi, ireguleritas, nodul,
atau lesi lain pada permukaan dalam sfingter

vii
Gambar 99. Posisi jari saat akan memulai pemeriksaan colok dubur
9. Masukkan jari ke dalam rektum sedalam mungkin, putar jari searah jarum jam
dan berlawanan arah jarum jam untuk meraba seluruh permukaan rektum,
rasakan apakah terdapat nodul, iregularitas, atau indurasi, dan nyeri tekan.
Bila didapatkan nyeri tekan, tentukan lokasi nyeri tersebut. Nilai apakah
ampula vateri normal atau kolaps.
10. Pada laki-laki, setelah seluruh jari telunjuk masuk, putar jari ke arah anterior.
Dengan begitu kita dapat merasakan permukaan posterior dari kelenjar
prostat.

Gambar 100. Posisi jari saat palpasi prostat

11. Periksa seluruh permukaan kelenjar prostat, nilai kutub atas, lobus lateralis,
dan sulkus median. Tentukan ukuran, bentuk, dan konsistensinya, permukaan,
serta nilai apakah ada nodul.
12. Keluarkan jari secara perlahan.
13. Amati sarung tangan, apakah terdapat feses, darah, atau lendir.
14. Apabila terdapat feses pada sarung tangan dan diperlukan pemeriksaan feses,
maka masukkan sampel feses tersebut ke dalam kontainer untuk analisis feses
selanjutnya.

Analisis Hasil Pemeriksaan


1. Secara normal, kulit perianal orang dewasa akan tampak lebih gelap
dibanding kulit sekitarnya dan teksturnya lebih kasar.
2. Pada kondisi normal, sfingter ani akan menjepit jari pemeriksa dengan pas,
jika tonusnya meningkat mungkin akibat kecemasan pasien, inflamasi, atau
ada skar.
3. Prostat normal teraba kenyal dan permukaan rata, kutub atas, sulkus median,
dan lobus lateralis dapat diraba dan ditentukan.

viii
4. Apabila ampula vateri teraba kolaps dapat mengarahkan kecurigaan ke arah
obstruksi.

4. Prosedur Klisma/Enema/Huknah (Irigasi Kolon)

Tingkat keterampilan: 4 A
Tujuan: Untuk menstimulasi pengeluaran feses dari saluran cerna bagian bawah.

Alat dan Bahan


1. Sarung tangan
2. Enema
3. Lubricant gel
4. Handuk
5. Kertas tisu

Prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien
2. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan.
3. Cuci tangan sebelum melakukan tindakan. Gunakan sarung tangan.
4. Minta pasien melepas pakaiannya dari pinggang ke bawah. Posisikan pasien pada
posisi Sims; minta pasien berbaring miring kiri dan menekuk lutut kanan ke atas.
5. Buka tutup enema dan oleskan lubrikan di ujung enema.
6. Dengan satu tangan, pisahkan bokong untuk mengekspos anus. Dengan tangan
lain, pegang botol enema, dan secara perlahan masukkan ujung enema ke dalam
rektum. Pastikan arah ujung enema mengarah ke umbilikus.
7. Masukkan isi enema secara perlahan.
8. Tarik ujung enema secara perlahan dan berikan kertas tisu kepada pasien
yangdigunakan untuk mengelap lubrikan dan memberikan tekanan pada anus.
Minta pasien untuk menahan selama mungkin.
9. Tunggu 5-10 menit agar larutan enema bekerja.
10. Minta pasien ke toilet jika dibutuhkan; cek feses pasien setelah pasien berhasil
BAB.

Referensi
Keir L, Wise B, Krebs C, & Kelley-Arney C 2007, Medical assisting: administrative and
clinical competencies, 6th edn. Cengage Learning, Stamford.

ix
5. Pemasangan Kateter Uretra

Tingkat Keterampilan: 4A
Tujuan: mampu melakukan pemasangan kateter sesuai dengan indikasi dan
kompetensi dokter di pelayanan primer.

Alat dan Bahan


1. Bak steril
2. Kateter foley steril (bungkus 2 lapis): untuk dewasa ukuran no. 16 atau 18

Gambar 103. Foley Catheter

3. Handschoon steril
4. Kasa dan antiseptik (povidone iodine)
5. Doek bolong
6. Pelicin – jelly
7. Pinset steril
8. Klem
9. NaCl atau aqua steril
10. Spuit 10 CC
11. Urine bag

Teknik Tindakan
1. Lakukan informed consent kepada pasien karena tindakan ini adalah tindakan
invasif. Pasien perlu mengetahui bahwa tindakan akan terasa nyeri dan terdapat
risiko infeksi dan komplikasi permanen.
2. Persiapkan alat dan bahan steril dalam bak steril (termasuk mengeluarkan
kateter dari bungkus pertamanya).
3. Lakukan tindakan aseptik antiseptik dengan:
- Mencuci tangan menggunakan antiseptik
- Menggunakan sarung tangan steril
- Melakukan desinfeksi meatus eksternus, seluruh penis, skrotum dan
perineum
- Melakukan pemasangan doek bolong

x
1. Keluarkan kateter dari bungkus keduanya.
2. Masukkan jelly ke dalam spuit tanpa jarum, semprotkan ke uretra.Tutup meatus
agar jelly tidak keluar.
3. Ambil kateter dengan memegang ujung kateter dengan pinset, sedangkan
pangkal kateter (bagian yang bercabang) dibiarkan atau dikaitkan pada jari
manis dan kelingking.
4. Masukkan kateter secara perlahan.

Gambar 104. Teknik memasukkan kateter pada pria

5. Bila pada saat memasukkan kateter terasa tertahan, pasien diminta untuk
menarik napas dalam dan relaks. Kemudian tekan beberapa menit sehingga
kateter berhasil melewati bagian tersebut.
6. Bila telah sampai di vesika, kateter akan mengeluarkan urin.
7. Klem terlebih dahulu kateter, kemudian masukkan sisa kateter hingga batas
percabangan pada pangkal kateter.
8. Masukkan NaCl atau aqua steril menggunakan spuit tanpa jarum, melalui cabang
untuk mengembangkan balon kateter dan balon menutup orifisium. Tarik sisa
kateter.
9. Klem kateter dihubungkan dengan kantung urin, kemudian buka klemnya.
10. Lakukan fiksasi pada paha atau inguinal.
11. Nilai urin dan jumlah yang dikeluarkan setelah kateter dipasang.

xi
Analisis/ Interpretasi
Indikasi pemasangan kateter, yaitu:
1. Untuk menegakkan diagnosis
- Mengambil contoh urin wanita untuk kultur.
- Mengukur residual urin pada pembesaran prostat.
- Memasukkan kontras seperti pada sistogram.
- Mengukur tekanan vesika urinaria pada sindroma kompartemen abdomen
- Mengukur produksi urin pada penderita shock untuk melihat perfusi ginjal
- Mengetahui perbaikan atau perburukan trauma ginjal dengan melihat warna
urin
2. Untuk terapi
- Mengeluarkan urin pada retensi urin
- Mengirigasi/bilas vesika setelah operasi vesika, tumor vesika atau prostat
- Sebagai splint setelah operasi uretra pada hipospadia
- Untuk memasukkan obat ke vesika pada karsinoma vesika

Kateter tertahan pada bagian uretra yang menyempit, yaitu di sphincter, pars
membranacea uretra atau bila ada pembesaran pada BPH (Benign Prostate
Hypertrophy).

Jika kateter tertahan tidak dapat diatasi hanya dengan menarik napas dalam dan
relaks, teknik lainnya dapat dilakukan dengan:
1. Memberikan anestesi topikal untuk membantu mengurangi nyeri dan membantu
relaksasi.
2. Menyemprotkan gel melalui pangkal kateter.
3. Melakukan masase prostat dengan colok dubur (oleh asisten).
4. Mengganti kateter dengan yang lebih kecil atau kateter Tiemann yang ujungnya
runcing.
5. Melakukan sistostomi bila vesika penuh , kemudian ulangi lagi pemasangan
kateter.

Untuk perawatan kateter yang menetap, pasien diminta untuk:


1. Banyak minum air putih.
2. Mengosongkan urine bag secara teratur.
3. Tidak mengangkat urine bag lebih tinggi dari tubuh pasien.
4. Membersihkan darah, nanah, sekret periuretra dan mengolesi kateter dengan
antiseptik secara berkala.
5. Ke dokter kembali agar mengganti kateter bila sudah menggunakan kateter
dalam 2 minggu.

xii

Anda mungkin juga menyukai