PATOLOGI SOSIAL
Di susun oleh :
BK Reguler B 2019
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang maha Esa yang telah memberikan
kesempatan, hidayah juga rahmat karunia-Nya untuk menyelesaikan tugas berupa Critical
Journal Review. Terima kasih kepada beberapa pihak yang telah bersedia memberikan bantuan
juga dukungan untuk tetap semangat dan optimis dalam penyelesaian tugas ini.
Sebagai manusia yang tidak lepas dari kesilapan, mungkin dalam penyususnan makalah
Critical Journal Review ini masih ditemukan beberapa kesalahan berupa kekeliruan penyajian
atau penyusunan. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak yang ahli dalam bidangnya, demi memperoleh perbaikan pada
kesempatan selanjutnya.
Ega Mawarniyati
RIVIEW JURNAL UTAMA
A. Identitas Jurnal
Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk Penegakan Hukum terhadap tindak
pidana korupsi. Membrantas para koruptor-koruptor yang belum
tertangkap dan akan diberikan hukuman tindak pidana melalui
lembaga Hukum.
Subjek penelitian Patologi, penegakan hukum, Dan tindak pidana korupsi.
Assessment data -
Metode penelitian Metode penelitiaan ini menggunakan metode penelitian analisis
deskriptif. Dengan menjelaskan dan memaparkan kasus-kasus
Korupsi.
Hasil penelitian Dalam konteks pemberantasan korupsi, hukum adalah salah satu
instrumen dasar dalam upaya pemberantasan korupsi. Akan tetapi
instrumen hukum tidak berdiri sendiri. Tanpa adanya instrumen
penegak hukum yang baik, sistem yang menutup kemungkinan
terjadinya korupsi, dan budaya masyarakat yang anti terhadap
korupsi, maka hukum dalam arti tekstual sedikitpun tidak ada artinya
dalam upaya pemberantasan korupsi. Jika ditelisik lebih dalam, ada
dua hal mendasar yang menjadi penyebab utama semakin
merebaknya korupsi. Selain itu, saat ini kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia khususnya yang ditangani oleh KPK lebih banyak
mengusut kepala daerah. Salah satu faktor penyebabnya adalah
mahalnya biaya politik untuk menjadi kepala daerah pada proses
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Mahalnya biaya politik ini, memicu para gubernur, bupati, walikota
bahkan bisa jadi Presiden akan bekerja keras untuk mengembalikan
modal politiknya yang selama kampanye telah dikeluarkan. Bukan
hanya modal dasarnya, termasuk juga ’keuntungan’ tentu akan diburu
juga. Jika demikian adanya, maka para pejabat publik secara umum
akan sangat kecil kemungkinan memikirkan kesejahteraan rakyat,
yang ada adalah memikirkan bagaimana mengembalikan modal dan
keuntungan politik serta modal tambahan untuk maju ke pentas
pemilihan berikutnya. Walhasil, sistem politik dan pemerintahan
yang ada saat ini, memang telah memaju percepatan terjadinya
korupsi.
Pasca disahkan UU otonomi daerah, fenomena korupsi semakin
meluas, lahir raja-raja kecil di daerah. Seolah-olah dengan otonomi
yang telah diberikan merupakan peluang seluas-luasnya dalam
pengelolaan yang disertai dengan penyimpangan-penyimpangan.
Fakta meluasnya korupsi di daerah adalah indikasi bahwa penegakan
hukum terhadap tindak pidana korupsi kurang bekerja secara
maksimal.
Kekuatan penelitian 1. Di dalam jurnal ini, penulis mengambil beberapa pendapat
para ahli. Sehingga dapat dipercaya dan dapat pengetahuan
baru.
2. Isi jurnal ini sangat bagus dalam pemaparan materinya.
Karena penjelasan isi jurnal dilengkapi dengan pendapat para
ahli, kemudian dijelaskanya penyebab terjadinya praktik
korupsi, kemudian membahas penegakan hukum terhadap
tindak pidana korupsi.
3. Dilihat dari penulisan, ukuran font penulisan jurnal ini sudah
pas.
4. Jurnal ini memiliki banyak sumber referensi. Yang berguna
untuk informasi lebih lanjut.
Kelemahan penelitian 1. Terdapat kesalahgunaan dalam tanda baca penulisan, seperti
di setiap paragraph di bagian tulisan atasnya diberi tanda
angka-angka. Seharusnya dalam penulisan tidak diberi seperti
itu.
2. Kemudian terdapat tanda spasi yang tidak sama.
Kesimpulan Patologi penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi meliputi:
a. Rendahnya integritas moral aparat penegak hukum (negosiasi
lawyer dengan polisi, jaksa, dan hakim untuk meringankan
tersangka atau terdakwa) dan terjadinya pertemanan antara
lawyer dengan aparat penegak hukum secara tidak wajar,
sehingga berpengaruh pada keputusan.
b. Sistem birokrasi pemerintah yang menghambat proses
penegakan hukum, yang terkait dengan sulitnya pemberian
data untuk pembuktian, lambatnya pencarian arsip sebagai
barang bukti, dan prosedur perizinan.
c. Hubungan tidak lazim antara pemerintah daerah dan lembaga
hukum dengan pemberian fasilitas mobil dinas.
Terapi atau solusi terhadap patologi penegakan hukum terhadap
tindak pidana korupsi bisa dilakukan dengan:
a. Masyarakat bersama media dan LSM merupakan prioritas
utama untuk diberdayakan agar punya kapasitas untuk
mengkontrol dan mengawasi perilaku para penegak hukum,
mulai dari Lawyer, Polisi, Jaksa dan Hakim.
b. Sistem birokrasi pemerintah dikonsep dengan baik terutama
hubungannya dengan lembaga hukum ketika menuntut
adanya bukti dari pemerintah.
Judul jurnal Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi Terkait Adanya Laporan
Penerima Gratifikasi
Jurnal Jurnal Ilmu Hukum
Link download http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun
Volume dan halaman Vol. 19, No. 1, 155-173 halaman
Tahun 2017
Penulis Nur Mauliddar, Mohd. Din, Yanis Rinaldi
Reviewer Ega Mawarniyati
Tanggal 11 Oktober 2020