Anda di halaman 1dari 8

CRITICAL JOURNAL RIVIEW

PATOLOGI SOSIAL

Dosen Pengampu : Shofiah Mawaddah, S.Psi.,M.Sc

Di susun oleh :

Ega Mawarniyati (1191151010)

BK Reguler B 2019

PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Alhamdulillah kepada Tuhan Yang maha Esa yang telah memberikan
kesempatan, hidayah juga rahmat karunia-Nya untuk menyelesaikan tugas berupa Critical
Journal Review. Terima kasih kepada beberapa pihak yang telah bersedia memberikan bantuan
juga dukungan untuk tetap semangat dan optimis dalam penyelesaian tugas ini.

Sebagai manusia yang tidak lepas dari kesilapan, mungkin dalam penyususnan makalah
Critical Journal Review ini masih ditemukan beberapa kesalahan berupa kekeliruan penyajian
atau penyusunan. Oleh karena itu, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang sifatnya
membangun dari berbagai pihak yang ahli dalam bidangnya, demi memperoleh perbaikan pada
kesempatan selanjutnya.

Medan, 09 Oktober 2020

Ega Mawarniyati
RIVIEW JURNAL UTAMA

A. Identitas Jurnal

Judul jurnal Patologi Penegakkan Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi


Jurnal Jurnal hukum pidana islam
Link Download http://jurnalfsh.uinsby.ac.id/index.php/HPI/article/dwonload/511/490
Volume dan halaman Vol.3. 253-276 halaman
ISSN 2460-5565
Tahun 2017
Penulis Anshori
Review Ega Mawarniyati
Tanggal 09 Oktober 2020

Tujuan penelitian Tujuan penelitian ini untuk Penegakan Hukum terhadap tindak
pidana korupsi. Membrantas para koruptor-koruptor yang belum
tertangkap dan akan diberikan hukuman tindak pidana melalui
lembaga Hukum.
Subjek penelitian Patologi, penegakan hukum, Dan tindak pidana korupsi.
Assessment data -
Metode penelitian Metode penelitiaan ini menggunakan metode penelitian analisis
deskriptif. Dengan menjelaskan dan memaparkan kasus-kasus
Korupsi.
Hasil penelitian Dalam konteks pemberantasan korupsi, hukum adalah salah satu
instrumen dasar dalam upaya pemberantasan korupsi. Akan tetapi
instrumen hukum tidak berdiri sendiri. Tanpa adanya instrumen
penegak hukum yang baik, sistem yang menutup kemungkinan
terjadinya korupsi, dan budaya masyarakat yang anti terhadap
korupsi, maka hukum dalam arti tekstual sedikitpun tidak ada artinya
dalam upaya pemberantasan korupsi. Jika ditelisik lebih dalam, ada
dua hal mendasar yang menjadi penyebab utama semakin
merebaknya korupsi. Selain itu, saat ini kasus korupsi yang terjadi di
Indonesia khususnya yang ditangani oleh KPK lebih banyak
mengusut kepala daerah. Salah satu faktor penyebabnya adalah
mahalnya biaya politik untuk menjadi kepala daerah pada proses
Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada).
Mahalnya biaya politik ini, memicu para gubernur, bupati, walikota
bahkan bisa jadi Presiden akan bekerja keras untuk mengembalikan
modal politiknya yang selama kampanye telah dikeluarkan. Bukan
hanya modal dasarnya, termasuk juga ’keuntungan’ tentu akan diburu
juga. Jika demikian adanya, maka para pejabat publik secara umum
akan sangat kecil kemungkinan memikirkan kesejahteraan rakyat,
yang ada adalah memikirkan bagaimana mengembalikan modal dan
keuntungan politik serta modal tambahan untuk maju ke pentas
pemilihan berikutnya. Walhasil, sistem politik dan pemerintahan
yang ada saat ini, memang telah memaju percepatan terjadinya
korupsi.
Pasca disahkan UU otonomi daerah, fenomena korupsi semakin
meluas, lahir raja-raja kecil di daerah. Seolah-olah dengan otonomi
yang telah diberikan merupakan peluang seluas-luasnya dalam
pengelolaan yang disertai dengan penyimpangan-penyimpangan.
Fakta meluasnya korupsi di daerah adalah indikasi bahwa penegakan
hukum terhadap tindak pidana korupsi kurang bekerja secara
maksimal.
Kekuatan penelitian 1. Di dalam jurnal ini, penulis mengambil beberapa pendapat
para ahli. Sehingga dapat dipercaya dan dapat pengetahuan
baru.
2. Isi jurnal ini sangat bagus dalam pemaparan materinya.
Karena penjelasan isi jurnal dilengkapi dengan pendapat para
ahli, kemudian dijelaskanya penyebab terjadinya praktik
korupsi, kemudian membahas penegakan hukum terhadap
tindak pidana korupsi.
3. Dilihat dari penulisan, ukuran font penulisan jurnal ini sudah
pas.
4. Jurnal ini memiliki banyak sumber referensi. Yang berguna
untuk informasi lebih lanjut.
Kelemahan penelitian 1. Terdapat kesalahgunaan dalam tanda baca penulisan, seperti
di setiap paragraph di bagian tulisan atasnya diberi tanda
angka-angka. Seharusnya dalam penulisan tidak diberi seperti
itu.
2. Kemudian terdapat tanda spasi yang tidak sama.
Kesimpulan Patologi penegakan hukum terhadap tindak pidana korupsi meliputi:
a. Rendahnya integritas moral aparat penegak hukum (negosiasi
lawyer dengan polisi, jaksa, dan hakim untuk meringankan
tersangka atau terdakwa) dan terjadinya pertemanan antara
lawyer dengan aparat penegak hukum secara tidak wajar,
sehingga berpengaruh pada keputusan.
b. Sistem birokrasi pemerintah yang menghambat proses
penegakan hukum, yang terkait dengan sulitnya pemberian
data untuk pembuktian, lambatnya pencarian arsip sebagai
barang bukti, dan prosedur perizinan.
c. Hubungan tidak lazim antara pemerintah daerah dan lembaga
hukum dengan pemberian fasilitas mobil dinas.
Terapi atau solusi terhadap patologi penegakan hukum terhadap
tindak pidana korupsi bisa dilakukan dengan:
a. Masyarakat bersama media dan LSM merupakan prioritas
utama untuk diberdayakan agar punya kapasitas untuk
mengkontrol dan mengawasi perilaku para penegak hukum,
mulai dari Lawyer, Polisi, Jaksa dan Hakim.
b. Sistem birokrasi pemerintah dikonsep dengan baik terutama
hubungannya dengan lembaga hukum ketika menuntut
adanya bukti dari pemerintah.

RIVIEW JURNAL PEMBANDING


B. Identitas Jurnal

Judul jurnal Gratifikasi Sebagai Tindak Pidana Korupsi Terkait Adanya Laporan
Penerima Gratifikasi
Jurnal Jurnal Ilmu Hukum
Link download http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun
Volume dan halaman Vol. 19, No. 1, 155-173 halaman
Tahun 2017
Penulis Nur Mauliddar, Mohd. Din, Yanis Rinaldi
Reviewer Ega Mawarniyati
Tanggal 11 Oktober 2020

Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui eksistensi pemberi


gratifikasi dalam tindak pidana korupsi dan hilangnya sifat melawan
hukum pemberi gratifikasi jika penerima gratifikasi melaporkan
kepada KPK.
Subjek penelitian Penerima gratifikasi dan tindak pidana korupsi
Assessment data Penelitian ini menggunakan pendekatan perundang-undangan
(statute approach) dan pendekatan konsep (conceptual approach).
Pendekatan perundang-undangan memberi gambaran tentang
pengaturan tentang permasalahan pokok yang sedang diteliti.
Sedangkan pendekatan konsep akan diperoleh gambaran tentang
kesesuaian pokok permasalahan yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan dengan konsep-konsep yang membahas tentang
pokok permasalahan itu sendiri.
Metode penelitian Metode peneliti-an yang digunakan adalah penelitian yuridis
normatif.
Hasil penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedudukan pemberi gratifikasi
sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Undang-Undang Pemberantasan
Korupsi, setiap pemberian yang dilakukan kepada pegawai
negeri/penyelenggara negara dengan harapan agar penerima
gratifikasi melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang
berlawanan dengan tugasnya, dan semata-mata untuk memenuhi
keinginan pemberi gratifikasi. Hilangnya sifat melawan hukum
pemberi gratifikasi dalam tindak pidana korupsi terkait adanya
laporan penerima gratifikasi yaitu si pemberi tetap memiliki sifat
melawan hukum atas perbuatan memberikan gratifikasi.
Kekuatan penelitian 1. Pada bagian isi abstrak sangat tergambar dengan jelas, penulis
memaparkan apa tujuan dari penelitian,metode yang
digunakan, teknik pengumpulan datanya serta hasil dari
penelitiannya.
2. Jurnal ini juga memiliki banyak sumber referensi, yang
berguna dan bermanfaat untuk mencari informasi lebih lanjut.
3. Dilihat dari segi penulisan, jurnal ini sudah rapi dalam setiap
paragraph urutanya rapi. Rata kanan-kirinya juga sudah rapi.
4. Jurnal ini memiliki banyak pembahasan yang menyangkut
materi judul jurnal.
Kelemahan penelitian 1. Penulis jurnal ini tidak adanya mengambil pendapat para ahli.
2. Terdapat kesalahgunaan dalam tanda baca penulisan, seperti
di setiap paragraph di bagian tulisan atasnya diberi tanda
angka-angka. Seharusnya dalam penulisan tidak diberi seperti
itu.
Kesimpulan Berdasarkan kedudukan pemberi gratifikasi, diatur sebagaimana
Pasal 5 Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Dalam hal ini, gratifikasi adalah setiap pemberian kepada pegawai
negeri/penyelenggara negara agar penerima gratifikasi melakukan
sesuatu atau tidak melakukan sesuatu yang berlawanan dengan
tugasnya, semata-mata untuk memenuhi keinginan si pemberi
gratifikasi. Kedua, hilangnya sifat melawan hukum pemberi
gratifikasi dalam tindak pidana korupsi terkait adanya laporan
penerima gratifikasi yaitu si pemberi tetap memiliki sifat melawan
hukum atas perbuatan memberikan gratifikasi,
Sedangkan adanya laporan penerima gratifikasi bukan merupakan
sebuah alasan peniadaan pidana. Akan tetapi alasan peniadaan pidana
itu ditujukan terhadap penerima gratifikasi. Disarankan kepada
pembentuk undang-undang agar memberikan pembatasan tentang
makna dari gratifikasi sehingga multi tafsir dari gratifikasi tersebut
dapat dihilangkan.

Anda mungkin juga menyukai