Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL TESIS

"ASPEK YURIDIS TENTANG PERAN PEMERINTAH


KABUPATEN TAPANULI UTARA DALAM MEMBERIKAN
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI APARATUR SIPIL
NEGARA"

Proposal Tesis ini Untuk Mendapatkan Persetujuan Penyusunan Tesis demi


memperoleh Gelar Magister pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Dharma Agung

Noveridawaty Simbolon
NPM. 19.021.121.051

PROGRAM PASCASARJANA

MAGISTER ILMU HUKUM


UNIVERSITAS DARMA AGUNG
MEDAN
TAHUN 2021
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. LATAR BELAKANG 1
B. RUMUSAN MASALAH 4
C. TUJUAN PENELITIAN 4
D. MANFAAT PENELITIAN 5
E. KERANGKA TEORI DAN KONSEP 6
F. KEASLIAN PENELITIAN 16
G. METODE PENELITIAN 16
H. SISTEMATIKA PENULISAN 19

DAFTAR PUSTAKA 21

ii
PROPOSAL TESIS INI TELAH DISETUJUI OLEH

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Maurice Rogers, SH.,M.H Dr. Mhd. Taufiqurrahman, SH.,M.H

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang - Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, pada Pasal 1 disebutkan pengertian dari Aparatur Sipil Negara, yang
selanjutnya penulis sebut dengan ASN yaitu profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi pemerintah.
Sehingga sangat jelas bahwa ASN adalah pegawai yang bertanggung jawab kepada
Pemerintah dan tentu saja Pemerintah wajib memberikan perlindungan bagi
pegawainya.
Sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara semakin memperkokoh adanya kewajiban negara untuk memberikan
perlindungan, pendampingan dan bantuan hukum, dimana perlindungan dan bantuan
hukum diberikan kepada ASN yang terjerat hukum karena pelaksanaan tugasnya.
Berdasarkan Pasal 21 Huruf d dan Pasal 22 Huruf c, Undang - Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang ASN menyebutkan, “ASN berhak memperoleh perlindungan“, serta Pasal
92 Ayat (1) Huruf d dan Pasal 106 Ayat (1) Huruf e “Pemerintah wajib memberikan
perlindungan berupa bantuan hukum”, dan Ayat (3) menyebutkan “Bantuan hukum
sebagaimana dimaksud pada Pasal 106 Ayat (1) Huruf e berupa bantuan hukum dalam
perkara yang dihadapi di pengadilan terkait pelaksanaan tugasnya”. Namun bantuan
hukum tidak diberikan kepada ASN yang terlibat masalah hukum/ tindak pidana khusus
seperti korupsi, narkoba dan terorisme.
ASN tidak berhak mendapatkan bantuan hukum jika ASN tersebut sudah
mendapatkan surat keputusan yang menjelaskan bahwa yang bersangkutan terbukti
melakukan kesalahan dari Pejabat Pembina Kepegawaian (PPK) dengan jenis hukuman
disiplin berat berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri
sebagai PNS dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai PNS. Hal ini disebabkan
karena status yang bersangkutan sudah bukan PNS berdasarkan keputusan PPK dan
tidak dimungkinkan bagi unit kerja yang menangani bantuan hukum menentang
keputusan pimpinan/dinas tersebut.

1
Merujuk Pasal 126 Undang - Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang ASN,
Pegawai ASN berhimpun dalam wadah korps profesi Pegawai ASN Republik
Indonesia. Korps profesi Pegawai ASN Republik Indonesia memiliki tujuan menjaga
kode etik profesi dan standar pelayanan profesi ASN dan mewujudkan jiwa korps ASN
sebagai pemersatu bangsa. Dalam mencapai tujuan tersebut korps profesi ASN
Republik Indonesia memiliki fungsi sebagai berikut :
1) Pembinaan dan pengembangan profesi ASN.
2) Memberikan perlindungan hukum dan advokasi kepada anggota korps profesi ASN
Republik Indonesia terhadap dugaan pelanggaran kinerja dan mengalami masalah
hukum dalam melaksanakan tugas.
3) Memberikan rekomendasi kepada majelis kode etik instansi pemerintah terkait
pelanggaran kode etik profesi dan kode perilaku profesi.
4) Menyelenggarakan usaha untuk peningkatan kesejahteraan anggota korps profesi
ASN Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dari berbagai kasus yang terjadi selama ini, ASN yang mengalami
permasalahan hukum belum menerima pendampingan dan bantuan hukum secara
optimal dari unit kerja yang memberikan bantuan hukum, khususnya pada kasus-kasus
terkait pidana. Untuk memberikan perlindungan dan bantuan hukum bagi ASN yang
mengalami permasalahan hukum maka perlu dibentuk suatu lembaga yang kompeten
dan bersifat profesional. Bantuan hukum bagi ASN diberikan terkait perkara yang
dihadapi di pengadilan yang biasanya disebabkan oleh indikasi administrasi, hal ini
kemudian menimbulkan dugaan adanya perbuatan tindak pidana pemalsuan, korupsi
dan sebagainya.
Anggota Komisi II DPR RI, Guspardi Gaus juga menyampaikan rasa prihatin
sekaligus berempati terhadap berbagai persoalan yang di hadapi Aparatur Sipil Negara
(ASN). Ia menjelaskan data dari KemenPAN-RB tertanggal 28 Oktober 2019,
sebanyak 2.020 orang PNS/ASN telah di PTDH dan 337 orang yang belum. Sementara
data yang dikutip dari berbagai media online lebih besar lagi yaitu tercatat 3.240 orang
ASN telah di PTDH dan 1.879 kasus masih dalam proses. Ia juga menegaskan bahwa
menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN terdapat kewajiban
negara untuk memberikan perlindungan kepada mereka yang terlibat persoalan hukum.

2
Pasal 106 Ayat (1) Huruf e berbunyi : “Pemerintah wajib memberikan perlindungan
berupa pendampingan dan bantuan hukum, dimana perlindungan dan bantuan hukum
diberikan kepada ASN yang terjerat hukum karena pelaksanaan tugasnya.
Berdasarkan Surat Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Pengesahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI) bahwa
untuk memberikan perlindungan, pendampingan dan bantuan hukum kepada ASN
maka dapat dibentuk Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH) di suatu
instansi pemerintah. LKBH yaitu suatu lembaga yang dapat memberikan perlindungan
hukum dan keadilan bagi ASN di dalam satu wadah yaitu KORPRI. Maksud dan tujuan
dilaksanakannya pendampingan dan pemberian bantuan hukum kepada ASN ini adalah
sebagai jaminan dari pemerintah untuk memberikan pendampingan dan bantuan hukum
kepada aparatur yang mengalami permasalahan hukum baik di dalam pengadilan
maupun di luar pengadilan. Lembaga Konsultasi dan Bantuan Hukum (LKBH)
KORPRI merupakan Satuan Pelaksana Kegiatan yang dapat dibentuk pada setiap
tingkatan kepengurusan KORPRI sebagai satuan pelaksana kegiatan di bidang
pendampingan dan bantuan hukum bagi anggota KORPRI, yang berkedudukan di
bawah dan bertanggungjawab kepada organisasi KORPRI sesuai tingkat kepengurusan.
LKBH KORPRI mempunyai tugas membantu ASN yang mengalami
permasalahan hukum dalam bentuk konsultasi, advokasi dan pendampingan (litigasi).
Fungsi LKBH KORPRI diantaranya lembaga konsultasi hukum, lembaga bantuan
hukum, lembaga pemagangan, lembaga kajian hukum, dan lembaga sosialisasi
peraturan perundang-undangan. Ruang lingkup LKBH KORPRI yaitu Anggota
KORPRI yang menjalankan tugas kedinasan baik dalam perkara pidana, perkara
perdata dan Tata Usaha Negara. Kasus administrasi kepegawaian atau pelanggaran
disiplin pegawai, kasus pelanggaran administrasi keuangan negara baik dalam hal
tuntutan ganti rugi, pajak, dan lain-lain dan juga mengenai pelanggaran merit sistem.
Maksud dan tujuan dilaksanakannya perlindungan dan pemberian bantuan
hukum kepada Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah memberikan jaminan Negara atau
Pemerintah melalui Satuan Pelaksana Kegiatan LKBH KORPRI untuk memberikan
pendampingan dan bantuan hukum kepada ASN yang menghadapi masalah hukum baik
di dalam proses pengadilan maupun di luar proses pengadilan. Dengan adanya

3
pemberian bantuan hukum kepada ASN, beberapa harapan yang ingin dicapai yaitu
sebagai berikut:
1) Meningkatnya rasa aman dan kenyamanan ASN dalam bekerja atau dalam
melaksanakan tugas dan fungsi serta kegiatan dinas.
2) Terwujudnya aparatur yang profesional, berintegritas, netral, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN),
memiliki kompetensi sesuai bidangnya serta berkinerja dan berdisiplin tinggi
dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi.
3) Meningkatnya kesempatan/kemampuan ASN yang bermasalah hukum untuk
memperoleh keadilan melalui lembaga peradilan atau untuk memperoleh
pendampingan dan bantuan hukum secara cuma-cuma baik di luar proses
pengadilan maupun di dalam proses pengadilan.

B. RUMUSAN MASALAH
Dari berbagai kasus yang terjadi selama ini, ASN yang mengalami
permasalahan hukum belum menerima pendampingan dan bantuan hukum secara
optimal dari unit kerja yang memberikan bantuan hokum, terkhususnya ASN yang ada
di Pemerintah Kab. Tapanuli Utara. Maka berdasarkan latar belakang yang sudah
dijelaskan diatas, dapat penulis uraikan yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu :
1. Bagaimana penerapan peran suatu negara dalam memberikan perlindungan hukum
bagi ASN?
2. Bagaimana tugas dan tanggung jawab Instansi Pemerintah dan Lembaga Bantuan
Hukum yang dibentuk Pemerintah dalam hal memberikan perlindungan hukum
bagi ASN?
3. Bagaimana penerapan sanksi bagi Instansi Pemerintah yang tidak melaksanakan
perannya dalam memberikan perlindungan hukum bagi ASN?

C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan uraian dalam latar belakang dan permasalahan yang telah di
rumuskan, maka secara keseluruhan tujuan dari penelitian ini adalah:

4
a) Untuk mengetahui seberapa pentingnya peranan Pemerintah dalam memberikan
Perlindungan Hukum bagi ASN.
b) Untuk mengetahui Kendala-kendala apa yang dihadapi dalam pelaksanaan
penerapan peranan Pemerintah untuk memberikan perlindungan bagi ASN.
c) Untuk mengetahui prosedur yang harus ditempuh oleh ASN dalam
mendapatkan perlindungan.

D. MANFAAT PENELITIAN
Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Manfaat Teoritis
a) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran tentang
penerapan peran Pemerintah dalam memberikan Perlindungan Hukum bagi
ASN. Disamping itu juga dapat memberikan gambaran yang seutuhnya
tentang kenyataan dalam hal pelaksanaannya di lapangan.
b) Secara praktis, penelitian ini diharapkan secara umum dapat dijadikan sebagai
suatu masukan kepada pimpinan suatu daerah dalam rangka memperbaiki citra
Pemerintah dan secara khusus dapat mengembalikan kepercayaan ASN
terhadap
2. Manfaat Khusus
a) Meningkatkan rasa aman dan kenyamanan ASN dalam bekerja atau dalam
melaksanakan tugas dan fungsi serta kegiatan dinas.
b) Terwujudnya aparatur yang profesional, berintegritas, netral, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktik Korupsi Kolusi Nepotisme (KKN),
memiliki kompetensi sesuai bidangnya serta berkinerja dan berdisiplin tinggi
dalam mendukung keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi.
c) Meningkatnya kesempatan/kemampuan ASN yang bermasalah hukum untuk
memperoleh keadilan melalui lembaga peradilan atau untuk memperoleh
pendampingan dan bantuan hukum secara cuma-cuma baik di luar proses
pengadilan maupun di dalam proses pengadilan.

5
E. KERANGKA TEORI DAN KONSEP
1. Konsep Teoritis
Kerangka teoritis adalah identifikasi teori-teori yang dijadikan sebagai
landasan berfikir untuk melaksanakan suatu penelitian atau dengan kata lain untuk
mendiskripsikan kerangka referensi atau teori yang digunakan untuk mengkaji
permasalahan. Tentang hal ini jujun S.Soerya Sumantri mengatakan Pada hakekatnya
memecahkan masalah adalah dengan menggunakan pengetahuan ilmiah sebagai dasar
argumen dalam mengkaji persoalan agar kita mendapatkan jawaban yang dapat
diandalkan. Dalam hal ini kita mempergunakan teori-teori ilmiah sebagai alat bantu kita
dalam memecahkan permasalahan.1)
Bertitik tolak dari pendapat di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa
teori yang dipaparkan sebagai acuan terhadap permasalahan yang ada. Dikarenakan inti
dari tulisan ini adalah mengenai peran Pemerintah, maka haruslah sesuai dengan Asas –
Asas Umum Pemerintahan Yang Baik, yaitu Tindakan atau campur tangan pemerintah
dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state) sebagai pihak yang bertanggung
jawab untuk mewujudkan kesejahteraan dan kemakmuran warga masyarakatnya
semakin besar. Sebagai negara hukum, maka tindakan pemerintah untuk memberikan
kesejahteraan tersebut juga harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Pasal 10 Undang – Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan menuraikan ruang lingkup Asas – Asas Umum Pemerintahan Yang Baik,
yang berlaku dalam administrasi pemerintahan. Adapun teori-teori untuk memecahkan
permasalahan yang ada dalam tulisan ini yaitu mencakup antara lain:
1) Asas Ketidakberpihakkan, yaitu asas yang mewajibkan Badan dan/atau Pejabat
Pemerintahan dalam menetapkan dan/atau melakukan Keputusan dan/atau
Tindakan dengan mempertimbangkan kepentingan para pihak secara keseluruhan
dan tidak diskriminatif.

6
1)Jujun S.Soeryasumantri. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, Jakarta: Sinar
Harapan, 1978, h. 316
2) Asas Tidak menyalahgunakan kewenangan yaitu asas yang mewajibkan setiap
Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan tidak menggunakan kewenangannya untuk
kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain dan tidak sesuai dengan tujuan
pemberian kewenangan tersebut, tidak melampaui, tidak menyalahgunakan,
dan/atau tidak mencampuradukkan kewenangan.
3) Kepentingan umum. asas kepentingan umum yaitu asas yang mendahulukan
kesejahteraan dan kemanfaatan umum dengan cara yang aspiratif, akomodatif,
selektif, dan tidak diskriminatif
4) Asas Keadilan dan Kewajaran, yaitu Asas keadilan ini menuntut tindakan secara
proporsional, sesuai, seimbang, dan selaras dengan hak setiap orang. Sedangkan
asas kewajaran menekankan agar setiap aktivitas pemerintah atau administrasi
negara memperhatikan nilai-nilai yang berlaku ditengah masyarakat, baik berkaitan
dengan agama, moral, adat istiadat, maupun nilai-nilai lainnya
Sehingga berdasarkan asas – asas diatas, jika kita kupas dan teliti, maka penulis
dapat menemukan jawaban dari setiap permasalahan yang diajukan oleh penulis.
Pengkajian mengenai Peran Pemerintah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi
Aparatur Sipil Negara secara umum dapat dijelaskan dengan menguraikan ke empat
asas – asas tersebut diatas dan menguraikan pengertian Pemerintah, pengertian
perlindungan hukum/ pemberian bantuan hukum dan pengertian Aparatur Sipil Negara
yang secara umum akan penulis jelaskan pada kerangka teori dan konsep ini, untuk
selanjutnya akan penulis jelaskan dan kaji selanjutnya dalam penelitian tulisan ini.
2. Pengertian Pemerintah
Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kewenangan untuk membuat dan
menerapkan hukum serta undang-undang di wilayah tertentu. Dalam ilmu pemerintahan
dikenal dua definisi/arti pemerintah yakni dalam arti sempit dan arti luas, dalam arti
luas pemerintah didefinisikan sebagai Suatu bentuk organisasi yang bekerja dengan
tugas menjalankan suatu sistem pemerintahan, sedangkan dalam arti sempit
didefinisikan sebagai Suatu badan persekumpulan yang memiliki kebijakan tersendiri

7
untuk mengelola, menjalankan manajemen, serta mengatur jalannya suatu sistem
pemerintahan.
Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, pemerintah memiliki arti sistem
menjalankan wewenang dan kekuasaan mengatur kehidupan sosial, ekonomi, dan
politik suatu negara atau bagian-bagiannya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pemerintah merupakan sebuah organisasi yang memiliki tugas dan fungsi untuk
mengelola sistem pemerintah dan menetapkan kebijakan untuk mecapai tujuan negara.
Negara Indonesia merupakan sebuah negara yang demokratis, dan
berlandaskan pada Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Indonesia menjalankan
pemerintahan republik presidensia dan dengan sistem politik didasarkan pada Tria
Politika yakni kekuasaan legeslatif, eksekutif, dan yudikatif. Untuk kekuasaan eksekutif
dilaksanakan oleh pemerintah dan dikepalai oleh seorang presiden yang dipilih melalui
pemilihan umum secara langsung oleh masyarakat. Dalam penyelenggaraan
pemerintah, presiden dibantu beberapa menteri yang tergabung dalam suatu kabinet.
Dalam kaitannya dengan pemerintahan daerah, pemerintah Indonesia
merupakan pemerintah pusat. Kewenangan pemerintah pusat mencakup kewenangan
dalam bidang politik luar negeri, pertahanan dan keamanan, peradilan, moneter dan
fiskal, agama, serta kewenangan lainnya seperti kebijakan tentang perencanaan
nasional dan pengendalian pembangunan nasional secara makro, pendayagunaan
sumber daya alam serta teknologi tinggi strategis, konservasi dan standardisasi
nasional.
Berikut beberapa pengertian pemerintah menurut beberapa ahli :
1) Suradinata
Pemerintah adalah organisasi yang mempunyai kekuatan besar dalam suatu negara,
mencakup urusan masyarakat, territorial dan urusan kekuasaan dalam rangka
mencapai tujuan negara.
2) Ndraha
Pemerintah adalah segenap alat perlengkapan negara dan lembaga-lembaga
kenegaraan yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan.
Maka yang disebut penulis sebagai Pemerintah adalah sebuah lembaga/
instansi yang mempunyai kekuatan besar dalam memberikan bantuan kepada setiap

8
ASN/ PNS yang bekerja untuk mewujudkan tugas dan amanah Pemerintah Republik
Indonesia.
3. Pengertian Aparatur Sipil Negara
Dalam rangka mewujudkan cita-cita Indonesia yang sesuai dengan amanat
pembukaan UUD 1945, dibutuhkan aparatur sipil negara yang profesional, bersih dari
praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, bebas dari intervensi politik, serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik kepada masyarakat. Di dalam Undang - Undang
Nomor 5 tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara yang dimaksud dengan Aparatur
Sipil Negara yang selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil
dan pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Pegawai Aparatur Sipil Negara adalah pegawai negeri sipil dan pegawai
pemerintah dengan perjanjian kerja yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian
dan diserahi tugas dalam suatu jabatan pemerintahan atau diserahi tugas negara lainnya
dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Aparatur Sipil Negara sebagai profesi berlandaskan pada prinsip sebagai
berikut :
a. nilai dasar;
b. kode etik dan kode perilaku;
c. Komitmen, integritas moral, dan tanggung jawab pada pelayanan publik;
d. Kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas;
e. Kualifikasi akademik;
Aparatur Sipil Negara berfungsi sebagai:
a. Pelaksana kebijakan publik;
b. Pelayan publik; dan
c. Perekat dan pemersatu bangsa.
Pegawai Aparatur Sipil Negara bertugas :
a. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas; dan
c. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Republik Indonesia.

9
Beberapa ahli berpendapat mengenai definisi Aparatur Sipil Negara atau
Pegawai Negeri Sipil, antara lain Pendapat para ahli :

1. A.W. Widjaja
Pegawai adalah merupakan tenaga kerja manusia jasmaniah maupun rohaniah
(mental dan pikiran) yang senantiasa dibutuhkan dan oleh karena itu menjadi salah
satu modal pokok dalam usaha kerja sama untuk mencapai tujuan tertentu
(organisasi). Selanjutnya berpendapat juga bahwa Pegawai adalah orang-orang
yang dikerjakan dalam suatu badan tertentu, baik lembaga-lembaga pemerintah
maupun dalam badan-badan usaha.2)
2. Musanef
Pegawai adalah orang-orang yang melakukan pekerjaan dengan mendapat imbalan
jasa berupa gaji dan tunjangan dari pemerintah atau badan swasta. Selanjutnya
Musanef menjelaskan definisi pegawai sebagai pekerja atau worker adalah mereka
yang langsung digerakkan oleh seorang manager untuk bertindak sebagai
pelaksana yang akan menyelenggarakan pekerjaan sehingga menghasilkan karya-
karya yang diharapkan dalam usaha pencapaian tujuan organisasi yang telah
ditetapkan.3)
3. Sebelum berlakunya Undang – Undang tentang ASN, peraturan perundang-
undangan di bidang kepegawaian yakni Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974
tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, sebagaimana telah diubah dengan
UndangUndang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, tidak mengenal dan
menjelaskan istilah pengertian mengenai ASN.3 Istilah dan pengertian mengenai
ASN secara normatif baru dikenal dan dirumuskan dalam ketentuan Pasal 1 angka
1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang ASN. Pegawai Negeri Sipil
adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai
ASN secara tetap oleh pejabat Pembina kepegawaian untuk meduduki jabatan
pemerintah.

10
2) A.W. Widjaja, 2006, Administrasi Kepegawaian, Jakarta: Rajawali, hlm.
113
3) Rosdakarya Musanef, 2007, Manajemen Kepegawaian di Indonesia,
Jakarta: Gunung Agung, hlm. 5
4. Pengertian Bantuan Hukum/ Perlindungan Hukum
Istilah bantuan hukum merupakan hal yang baru bagi bangsa Indonesia.
Masyarakat baru mengenal dan mendengarnya pada sekitar tahun 1970-an. Aliran
lembaga bantuan hukum yang berkembang di negara Indonesia pada hakikatnya tidak
luput dari arus perkembangan bantuan hukum yang terdapat pada negaranegara yang
sudah maju.
Sebelum membahas pengertian bantuan hukum, harus diketahui terlebih
dahulu apa yang dimaksud dengan hukum. Berbicara tentang batasan pengertian
hukum, hingga saat ini para ahli bantuan hukum belum menemukan batasan yang baku
dan memuaskan banyak pihak. Berbagai batasan pengertian hukum tersebut antara
lain :
1. J. Van Kan Mendefinisikan hukum sebagai keseluruhan ketentuan-ketentuan
kehidupan yang bersifat memaksa yang melindungi kepentingan orang dalam
masyarakat.
2. Prof. Dr. Borst mendefinisikan Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan
atau perbuatan manusia dalam bermasyarakat yang pelaksanaannya dapat
dipaksakan dan bertujuan untuk mendapatkan tata tertib keadilan.
3. Prof. Paul Scholten Pengertian hukum tidak mungkin dibuat dalam satu kalimat
dan tergantung kedudukan manusia dalam masyarakat.
4. Mr. T. Kirch Hukum menyangkut unsur penguasa, unsur kewajiban, unsur
kelakuan dan perbuatan manusia.
5. Dr. E. Utrecht Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib dalam
suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat.
Selain itu, menurut Punardi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto hukum
mempunyai arti antara lain :4)

11
1. Hukum sebagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun secara
sistematis atas kekuatan pemikiran;
2. Hukum sebagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenyataan atau gejala-
gejala yang dihadapi;

4) Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu


Hukum dan Tata Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. 2
3. Hukum sebagai kaedah, yakni pedoman atau patokan sikap tindak atau
keperilakuan yang pantas atau diharapkan;
4. Hukum sebagai tata hukum, yakni struktur dan proses perangkat dan kaedah-
kaedah hukum yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk
tertulis;
5. Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang
berhubungan erat dengan penegkan hukum (law-enforment officer);
6. Hukum sebagai keputusan penguasa, yakni proses diskreasi;
7. Hukum sebagai proses pemerintahan, yaitu proses hubungan timbal-balik antara
unsur-unsur pokok dalam sistem kenegaran;
8. Hukum sebagai sikap tindak atau keperikelakuan yang teratur, yaitu keperilakuan
yang diulang-ulang dengan cara yang sama, yang bertujuan untuk mencapai
kedamaian;
9. Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dari konsepsi-konsepsi abstrak
tentang apa yang baik dan buruk.
Memberikan definisi atau pengertian dari bentuk hukum dan sistem hukum
Indonesia bukanlah hal yang mudah. Hal ini dikarenakan tidak ada suatu undang-
undang atau peraturan yang secara spesifik memberikan definisi atau pengertian
mengenai bantuan hukum. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
menyinggung sedikit tentang bantuan hukum, namun hal mengenai bantuan hukum
yang diatur dalam KUHAP tersebut hanya mengenai kondisi untuk mendapatkan
bantuan hukum dan tidak memaparkan secara jelas apa yang dimaksud dengan bantuan
hukum itu sendiri. Tidak terdapatnya rumusan pengertian bantuan hukum secara jelas,
maka perlu dirumuskan konsep tentang pengertian bantuan hukum.

12
Pada dasarnya, baik Eropa maupun di Amerika, terdapat dua model (sistem)
bantuan hukum, yaitu :
1. Ajuridicial Right (model yuridis-individual) Model A Juridicial Right
menekankan pada sifat individualistis. Sifat individualistis ini maksudnya adalah
setiap orang akan selalu mendapat hak untuk memperoleh bantuan hukum. Pada
model yuridis individual masih terdapat ciri-ciri pola klasik dari bantuan hukum,
artinya permintaan akan bantuan hukum atau perlindungan hukum tergantung pada
warga masyarakat yang memerlukannya. Warga masyarakat yang memerlukan
bantuan hukum menemui pengacara, dan pengacara akan memperoleh imbalan atas
jasa-jasa yang diberikan kepada negara. Jadi, bilamana seseorang tidak mampu,
maka seseorang itu akan mendapatkan bantuan hukum secara cuma-cuma (prodeo).
2. A Welfare Right (model kesejahteraan) Sistem hukum di Amerika Serikat agak
berbeda. Bantuan hukum di Amerika Serikat berada dibawah pengaturan criminal
justice act dan economic opportunity act. Kedua peraturan tersebut mengarahkan
bantuan hukum sebagai alat untuk mendapatkan keadilan bagi seluruh rakyat,
terutama bagi mereka yang tidak mampu.
Bila melihat kedua model bantuan hukum tersebut, dapat diambil kesimpulan,
dimana di satu pihak bantuan hukum dapat dilihat sebagai suatu hak yang diberikan
kepada warga masyarakat untuk melindungi kepentingankepentingan individual dan di
lain pihak sebagai suatu hak akan kesejahteraan yang menjadi bagian dari kerangka
perlindungan sosial yang diberikan suatu negara kesejahteraan. Kedua model bantuan
hukum tersebut kemudian menjadi model dasar beberapa pengertian tentang bantuan
hukum yang berkembang di dunia barat pada umumnya.
Pengertian bantuan hukum mempunyai ciri dalam istilah yang berbeda, yaitu :
1. Legal aid Bantuan hukum, sistem nasional yang diatur secara lokal dimana
bantuan hukum ditunjukan bagi mereka yang kurang keuangannya dan tidak
mampu membayar penasehat hukum pribadi. Dari pengertian ini jelas bahwa
bantuan hukum yang dapat membantu mereka yang mampu menyewa jasa
penasehat hukum. Jadi Legal aid berarti pemberian jasa di bidang hukum
kepada seseorang yang terlibat dalam suatu kasus atau perkara dimana dalam
hal ini :

13
a. Pemberian jasa bantuan hukum dilakukan dengan cuma-cuma;
b. Bantuan jasa hukum dalam legal aid lebih dikhususkan bagi yang tidak
mampu dalam lapisan masyarakat miskin;
c. Dengan demikian motivasi utama dalam konsep legal aid adalah
menegakkan hukum dengan jalan berbeda kepentingan dan hak asasi rakyat
kecil yang tidak punya dan buta hukum.

2. Legal assistance
Pengertian legal assistance menjelaskan makna dan tujuan dari bantuan
hukum lebih luas dari legal aid. Legal assistance lebih memaparkan profesi dari
penasehat hukum sebagai ahli hukum, sehingga dalam pengertian itu sebagai
ahli hukum, legal assistance dapat menyediakan jasa bantuan hukum untuk
siapa saja tanpa terkecuali. Artinya, keahlian seorang ahli hukum dalam
memberikan bantuan hukum tersebut tidak terbatas pada masyarakat miskin
saja, tetapi juga bagi yang mampu membayar prestasi. Bagi sementara orang
kata legal aid selalu harus dihubungkan dengan orang miskin yang tidak mampu
membayar advokat, tetapi bagi sementara orang kata legal aid ini ditafsirkan
sama dengan legal assistance yang biasanya punya konotasi pelayanan hukum
atau jasa hukum dari 12 masyarakat advokat kepada masyarakat mampu dan
tidak mampu. Tafsiran umum yang dianut belakangan ini adalah legal aid
sebagai bantuan hukum kepada masyarakat tidak mampu.
3. Legal Service
Clarence J. Diaz memperkenalkan pula istilah “legal service” 5).
Pada umumnya kebanyakan lebih cendrung memberi pengertian yang lebih
luas kepada konsep dan makna legal service dibandingkan dengan konsep dan tujuan
legal aid atau legal assistance. Bila diterjemahkan secara bebas, arti dari legal service
adalah pelayanan hukum, sehingga dalam pengertian legal service, bantuan hukum
yang dimaksud sebagai gejala bentuk pemberian pelayanan oleh kaum profesi hukum
kepada khalayak di dalam masyarakat dengan maksud untuk menjamin agar tidak ada
seorang pun di dalam masyarakat yang terampas haknya untuk memperoleh nasehat-
nasehat hukum yang diperlukannya hanya oleh karena sebab tidak dimilikinya sumber

14
daya finansial yang cukup. Istilah legal service ini merupakan langkah-langkah yang
diambil untuk menjamin agar operasi sistem hukum di dalam kenyataan tidak akan
menajdi diskriminatif sebagai adanya perbedaan tingkat penghasilan, kekayaan dan
sumber-sumber lainnya yang dikuasai individu-individu di dalam masyarakat. Hal ini
dapat dilihat pada konsep dan ide legal service yang terkandung makna dan tujuan
sebagai berikut :
5)Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusia, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 9
a. Memberi bantuan kepada anggota masyarakat yang operasionalnya bertujuan
menghapuskan kenyataan-kenyataan diskriminatif dalam penegakan dan
pemberian jasa bantuan antara rakyat miskin yang berpenghasilan kecil dengan
masyarakat kaya yang menguasai sumber dana dan posisi kekuasaan.
b. Dengan pelayanan hukum yang diberikan kepada anggota masyarakat yang
memerlukan, dapat diwujudkan kebenaran hukum itu sendiri oleh aparat penegak
hukum dengan jalan menghormati setiap hak yang dibenarkan hukum bagi setiap
anggota masyarakat tanpa membedakan yang kaya dan miskin.
c. Di samping untuk menegakkan hukum dan penghormatan kepada yang di berikan
hukum kepada setiap orang, legal service di dalam operasionalnya, lebih cendrung
untuk menyelesaikan setiap persengketaan dengan jalan menempuh cara
perdamaian.
Pelaksanaan di Indonesia, dalam kenyataan sehari-hari jarang sekali
membedakan ketiga istilah tersebut, dan memang tampak sangat sulit memilih istilah
bahasa hukum Indonesia bagi bentuk bantuan hukum di atas, baik di kalangan profesi
hukum dan praktisi hukum, dan apalagi masyarakat yang awam hanya mempergunakan
istilah “bantuan hukum”. Tidak adanya definisi yang jelas mengenai bantuan hukum,
membuat kalangan profesi hukum mencoba membuat dasar dari pengertian bantuan
hukum.
Pengertian Bantuan Hukum adalah jasa melalui advokat dengan cuma-cuma
bagi pencari keadilan yang termasuk golongan “tidak/kurang mampu” dari segi
pemahaman hukum terkait bagi orang/individu/pencari keadilan yang berstatus sebagai

15
Pegawai Negeri Sipil/Anggota KORPRI yakni arti “orang buta hukum beracara di
pengadilan” dan “tidak mampu membayar jasa pengacara/advokat”.
Secara umum arti bantuan hukum adalah bantuan memberikan jasa untuk:
1. Memberikan nasehat hukum;
2. Bertindak sebagai pendamping dan membela seseorang yang dituduh atau didakwa
melakukan kejahatan dalam perkara pidana ataupun Perdata.
Sebagai pembela atau penasehat hukum harus memberikan pengarahan -
pengarahan dan penjelasan – penjelasan tentang duduk persoalannya, nasehat yang
diberikan penasehat hukum atau pembela tidak boleh keluar dari lingkungan hal yang
dituduhkan padanya.

F. KEASLIAN PENELITIAN
Berdasarkan informasi yang ada dan dari penelusuran yang dilakukan di
Kepustakaan Pascasarjana Universitas Dharma Agung dan beberapa Universitas lain
maka penelitian dengan Judul "Aspek Yuridis Tentang Peran Pemerintah Kabupaten
Tapanuli Utara Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Bagi Aparatur Sipil Negara",
belum pernah ada yang melakukan penelitian sebelumnya

G. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum
normatif yang ditunjang oleh bahan hukum empiris. Dalam kaitannya dengan jenis
penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian hukum normatif karena beranjak dari
adanya kesenjangan hukum yang kabur dan kekosongan norma dalam pengaturan
pemberian perlindungan hokum yang sebenarnya kepada para ASN yang ada di
Indonesia sehingga Peraturan Perundang- Undangan yang telah mengatur menjadi tidak
berguna. Penelitian hukum normatif adalah merupakan penelitian hukum yang
mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi,
perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan
umum dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat suatu undang-undang,

16
serta bahasa hukum yang digunakan, tetapi tidak mengkaji aspek terapan dan
implementasinya.
Penelitian hukum normatif sering juga disebut penelitian hukum dogmatik
atau penelitian hukum teoritis (dogmatic or theoretical law research). Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian hukum normatif karena meneliti ketentuan mengenai
perlindungan hukum terhadap ASN, disamping itu penelitian ini ditunjang pula dengan
penelitian hukum empiris.

2. Jenis dan Sumber Data


Terdapat beberapa metode pendekatan dalam penelitian hukum normatif,
yaitu : Pendekatan perundang-undangan (Statute approach), pendekatan konsep
(Conceptual approach), pendekatan analisis (Analytical approach), pendekatan
perbandingan (Comparatif approach), pendekatan historis (Historis approach),
pendekatan filsafat (Philosophical approach), dan pendekatan kasus (Case approach). 9
Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Pendekatan Perundang-Undangan (The Statue Approach) yaitu dengan mengkaji
peraturan perundang-undangan dengan mengadakan inventarisasi peraturan
perundang-undangan yang berkaitan dengan mengadakan inventarisasi peraturan
perundangundangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap ASN di
Pemerintah Republik Indonesia.
b. The analitical and conseptual approach Pendekatan analisis konsep yang
konstektual antara peraturan perundang-undangan tentang perlindungan hukum
ASN di Pemerintah Republik Indonesia.
Sesuai dengan jenisnya yang normatif maka penelitian ini menggunakan
bahan-bahan hukum primer maupun sekunder. Bahan hukum Primer yaitu bahan-bahan
hukum yang mengikat dalam bentuk peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan obyek penelitian. Bahan-bahan hukum primer terdiri dari perundangundangan,
catatan- catatan resmi atau risalah dalam pembuatan perundang-undangan dan putusan-
putusan hakim.

17
Dalam hal ini Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945,
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara, Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2011 tentang Bantuan Hukum, Undang-Undang Nomor 18
Tahun 2003 tentang Advokat, Undang Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pokok-
Pokok Kekuasaan Kehakiman, Undang Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab
Undang Undang Hukum Acara Pidana, Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia (HAM), Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang
Pembinaan Jiwa Korsa. Keputusan Presiden Nomor 82 Tahun 1971 Jo Keppres 24
Tahun 2010 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia,
MoU KORPRI dengan PERADI, dan Peraturan Dewan Pengurus KORPRI Nasional
Nomor 1 Tahun 2011, Bahan Hukum Sekunder yaitu bahan yang memberikan
penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-
hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum, dan seterusnya. Bahan hukum
sekunder merupakan bahan hukum yang bersumber dari penelitian kepustakaan yaitu
data yang diperoleh tidak secara langsung dari sumber pertamanya, melainkan
bersumber dari bahan-bahan yang sudah terdokumenkan dalam bentuk bahan – bahan
hukum. Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari buku (text book),
artikel, dan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan bahan hukum yang dipergunakan adalah metode
sistematis dimana menggunakan kartu sebagai alat pencatat secara rinci dan sistimatis
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian.
Dengan pengklasifikasian tersebut diharapkan dapat memudahkan melakukan analisis
terhadap permasalahan yang menjadi obyek penelitian. Sebagai penunjang
dipergunakan juga penelitian hukum empiris dengan lokasi penelitian pada Pemerintah
Kabupaten Tapanuli Utara.

4. Analisis Data
Bahan-bahan yang telah disusun secara sitematis, selanjutnya dianalisis
dengan tehnis-tehnis sebagai berikut :

18
a) Deskriptif, yaitu uraian-uraian ditulis dengan apa adanya terhadap suatu
kondisi atau posisi dari proposisi hukum atau non hukum.
b) Interpretatif, yaitu dengan cara menjelaskan penggunaan penafsiran dalam
ilmu hukum terhadap norma yang ada baik sekarang maupun diberlakukan
dimasa mendatang. Metode interpretatif yang digunakan diantaranya adalah
gramatical interpretatie yaitu penafsiran menurut arti kata dan sistematische
interpretatie yaitu penafsiran dengan mencari penjelasan pasal – pasal
dalam peraturan terkait.
c) Evaluatif yaitu melakukan penilaian terhadap suatu pandangan, pernyataan
rumusan norma dalam hukum primer maupun sekunder.
d) Argumentatif yaitu penelitian yang didasarkan pada alasanalasan yang
bersifat penalaran hukum, hal ini tidak dapat dilepaskan dari tehnis
evaluatif. Dalam permasalahan – permasalahan hukum makin dalam
argumennya berarti makin dalam penalaran hukumnya.

5. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Tapanuli
Utara, Sumatera Utara pada Kantor Bagian Hukum Sekretariat Daerah.

H. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan Tesis yang akan penulis sampaikan terdiri dari :
1. Judul Tesis
2. BAB I adalah Pendahuluan, pada Pendahuluan dibahas beberapa hal antara lain :
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Kerangka Teori dan Konsep
F. Keaslian Penelitian
G. Metode Penelitian
H. Dan Sistematika Penulisan

19
3. BAB II adalah Tinjauan Umum, pada BAB ini penulis akan menguraikan
mengenai Perlindungan Hukum terhadap Aparatur Sipil Negara, Pada BAB ini
penulis akan menguraikan secara rinci dan jelas berdasarkan teori dan penelitian
penulis terkait pemberian perlindungan hukum terhadap Aparatur Sipil Negara.
4. Pada BAB III penulis akan menjelaskan mengenai Bentuk Perlindungan Hukum
yang diberikan kepada Aparatur Sipil Negara sesuai dengan peraturan perundang-
undangan, yangakan ditulis sesuai dengan landasan teori dan kajian yang
dilakukan oleh penulis.
5. BAB IV menjelaskan mengenai pemberian perlindungan hukum terhadap
Aparatur Sipil Negara yang ada pada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara.
Dalam hal ini penulis akan sepenuhnya memaparkan dan menjelaskan mengenai
pemberian perlindungan hukum yang telah maupun yang akan direncanakan
untuk dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara, berdasarkan
penelitian dan wawancara yang dilakukan oleh penulis.
6. BAB V adalah Penutup berupa Kesimpulan dan Saran.
7. Daftar Pustaka

20
DAFTAR PUSTAKA

1. A.W. Widjaja, 2006, Administrasi Kepegawaian, Jakarta: Rajawali, hlm. 113


2. Rosdakarya Musanef, 2007, Manajemen Kepegawaian di Indonesia, Jakarta:
Gunung Agung, hlm. 5
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian,
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999
tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Kepegawaian.
4. Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-Sendi Ilmu Hukum dan Tata
Hukum, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993, hlm. 2
5. Soerjono Soekanto, Bantuan Hukum Suatu Jaminan Tinjauan Sosio Yuridis,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hlm. 11
6. M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Sinar
Grafika, Jakarta, 2002, hlm. 334
7. Bambang Sunggono dan Aries Harianto, Bantuan Hukum dan Hak Asasi
Manusia, CV. Mandar Maju, Bandung, 1994, hlm. 9
8. Abdul Kadir Muhamad, 2004, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya
Bakti, Bandung, hlm . 101.
9. Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Fajar Interpratama Offset,
Jakarta, hlm ., 93-137.
10. Amirudin dan H. Zainal Asikin, 2004, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm.118
11. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta,
hlm .,205-236.
12. (http://portal.sidoarjokab.go.id/pemerintah-menggelar-kegiatan-implementasi-
undang-undang-bagi-asn-yang-terjerat-kasus-hukum)

21

Anda mungkin juga menyukai