Anda di halaman 1dari 17

9/26/2017

GEOMETRIC HIGHWAY - ENGINEERING


Geometrik Jalan Raya
Pertemuan Ke-2

Danny Setiawan, S.T., M.Sc.


-Transport System and Engineering-

Depatment of Civil Engineering


Faculty of Science and Technology
Technology University of Yogyakarta (UTY)

Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian
jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di
atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di
atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel
(PP No. 34 Tahun 2006).

Jalan dikelompokkan dalam Sistem Jaringan Jalan, Fungsi Jalan, Status


Jalan, dan Kelas Jalan.

1
9/26/2017

Jalan (UU RI No. 38 Tahun 2004)


• Jalan umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.
• Jalan khusus adalah jalan yang dibangun oleh instansi, badan usaha,
perseorangan, atau kelompok masyarakat untuk kepentingan sendiri.
Ex: - jalan inspeksi saluran pengairan,, minyak, atau gas;
- jalan perkebunan, pertambangan, perhutanan;
- jalan komplek perumahan bukan untuk umum;
- jalan dikomplek sekolah atau pergutuan tinggi, serta;
- jalan untuk daerah-daerah keperluan militer.
• Jalan tol adalah jalan umum yang merupakan bagian sistem jaringan jalan
dan sebagai jalan nasional yang penggunanya diwajibkan membayar tol.

Sistem Jaringan Jalan


• Sistem jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang
terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
• Sistem jaringan jalan disusun dengan mengacu pada rencana tata ruang
wilayah (RTRW) dan dengan memperhatikan keterhubungan
antarkawasan dan/atau dalam kawasan perkotaan, dan kawasan
perdesaan.

2
9/26/2017

Sistem Jaringan Jalan


Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan
pelayanan distribusi barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah di
tingkat nasional, dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang
berwujud pusat-pusat kegiatan sebagai berikut:
a. menghubungkan secara menerus pusat kegiatan nasional, pusat kegiatan
wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan; dan
b. menghubungkan antarpusat kegiatan nasional.

Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di
dalam kawasan perkotaan yang menghubungkan secara menerus kawasan yang
mempunyai fungsi primer, fungsi sekunder kesatu, fungsi sekunder kedua,
fungsi sekunder ketiga, dan seterusnya sampai ke persil.

Fungsi Jalan
• Fungsi Jalan dibedakan atas (primer/sekunder) arteri, kolektor, lokal, dan
lingkungan.
• Jalan Arteri : Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri perjalanan
jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk dibatasi secara
efisien,
• Jalan Kolektor : Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan
ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan
masuk dibatasi,
• Jalan Lokal : Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk
tidak dibatasi.
• Jalan Lingkungan : Jalan yang melayani angkutan lingkungan dengan ciri
perjalanan jarak dekat dan kecepatan rata-rata rendah.

3
9/26/2017

Status Jalan
1. Jalan Nasional : jalan arteri dan jalan kolektor dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan antara ibu kota provinsi dan jalan strategis nasional serta jalan tol.
2. Jalan Provinsi : jalan kolektor dalam sistim jaringan jalan primer yang
menghubungkan Ibu kota provinsi dengan ibu kota kabupaten/ kota, atau antar ibu
kota kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
3. Jalan Kabupaten : jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang
menghubungkan ibu kota kabupaten dengan ibukota kecamatan, antar ibu kota
kecamatan, ibu kota kabupaten dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan
lokal, serta jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder dalam wilayah
kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
4. Jalan Kota : jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antar pusat pelayanan dalam kota, pusat pelayanan dengan persil, antar persil, serta
antar pusat permukiman yang berada di dalam kota.
5. Jalan Desa : jalan umum yang menghubungkan kawasan dan/atau antar permukiman
di dalam desa, serta jalan lingkungan.

4
9/26/2017

Kelas Jalan
• Penentuan kelas jalan menjadi Jalan Arteri, Jalan Kolektor ataupun
Jalan Lokal dilakukan berdasar pada kebutuhan akan penggunaannya
sesuai dengan survai asal tujuan.
• Jalan berdasarkan fungsinya tidak akan dapat melayani lalu lintas secara
mandiri, tetapi terdapat dalam suatu jaringan jalan (road network).

1. Jalan arteri primer, menghubungkan kota


jenjang kesatu yang terletak berdampingan
atau menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kedua.
2. Jalan kolektor primer, menghubungkan
kota jenjang kedua dengan kota kenjang
kedua atau menghubungkan kota jenjang ke
dua dengan kota jenjang ketiga.
3. Jalan lokal primer, menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan persil atau kota
jenjang ke dua dengan persil, kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota
jenjang ketiga dengan kota jenjang
dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan
persil atau kota di bawah kota jenjang ketiga
sampai persil.
Sistem jaringan jalan sekunder

5
9/26/2017

1. Jalan arteri primer, menghubungkan kota


jenjang kesatu yang terletak berdampingan
atau menghubungkan kota jenjang kesatu
dengan kota jenjang kedua.
2. Jalan kolektor primer, menghubungkan kota
jenjang kedua dengan kota kenjang kedua
atau menghubungkan kota jenjang ke dua
dengan kota jenjang ketiga.
3. Jalan lokal primer, menghubungkan kota
jenjang kesatu dengan persil atau kota
jenjang ke dua dengan persil, kota jenjang
ketiga dengan kota jenjang ketiga, kota
jenjang ketiga dengan kota jenjang
dibawahnya, kota jenjang ketiga dengan
persil atau kota di bawah kota jenjang ketiga
Sistem jaringan jalan primer
sampai persil.

Klasifikasi Menurut Status dan Wewenang Pembiayaannya


a. Jalan nasional/negara : Menteri PU (Kimpraswil) atau pejabat yang
ditunjuk
b. Jalan daerah, meliputi:
1. Jalan provinsi : Pemda Provinsi atau instansi yang ditunjuuk
2. Jalan kab./kota madya : Pemda provinsi kab./kota atau instansi
yang ditunjuk
3. Jalan desa : Pemerintah desa/kelurahan
c. Jalan khusus : pejabat atau orang yang ditunjuk

6
9/26/2017

Klasifikasi Menurut Standar Perancangan Geometrik

Menurut Standar Perancangan Geometrik (Dit. BINKOT, 1990) diperoleh


kelas teknis jalan kota sebagai berikut:
Tipe I : Kelas I : kec. rencana 80-100 km/jam (arteri primer)
Kelas II : kec. rencana 60-80 km/jam (kolektor primer)
Tipe II : Kelas I : kec. rencana 60 km/jam (arteri sekunder)
Kelas II : kec. rencana 50-60 km/jam (kolektor primer)
Kelas III : kec. rencana 30-40 km/jam (kolektor sekunder)
Kelas IV : kec. rencana 20-30 km/jam (lokal sekunder)

Klasifikasi Menurut Kelas Jalan


• Klasifikasi menurut kelas jalan berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima
beban lalu lintas, dinyatakan dalam muatan sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.
• Klasifikasi menurut kelas jalan dan ketentuannya serta kaitannya dengan kasifikasi
menurut fungsi jalan dapat dilihat dalam Tabel 11.1 (Pasal 11, PP. No.43/1993).
• Keseragaman kondisi medan yang diproyeksikan harus mempertimbangkan keseragaman
kondisi medan menurut rencana trase jalan dengan mengabaikan perubahan-perubahan
pada bagian kecil dari segmen rencana jalan tersebut

7
9/26/2017

Klasifikasi Menurut Kelas Jalan


• Jalan Bebas Hambatan (Freeway)
Jalan umum untuk lalu lintas menerus yang memberikan pelayanan menerus/tidak
terputus dengan pengendalian jalan masuk secara penuh, dan tanpa adanya
persimpangan sebidang, serta dilengkapi dengan pagar ruang milik jalan, paling
sedikit 2 (dua) lajur setiap arah dan dilengkapi dengan median.
• Jalan Raya (Highway)
Jalan umum untuk lalu lintas menerus dengan pengendalian jalan masuk secara
terbatas dan dilengkapi dengan median, paling sedikit 2 (dua) lajur setiap arah.
• Jalan Sedang (Road)
Jalan umum dengan lalu lintas jarak sedang dengan pengendalian jalan masuk tidak
dibatasi, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2 (dua) arah dengan lebar paling sedikit 7
(tujuh) meter.
• Jalan Kecil (Street)
Jalan umum untuk melayani lalu lintas setempat, paling sedikit 2 (dua) lajur untuk 2
(dua) arah dengan lebar paling sedikit 5,5 (lima setengah) meter

8
9/26/2017

Klasifikasi menurut medan jalan

• Medan jalan diklasifikasikan berdasarkan kondisi sebagian besar


kemiringan medan yang diukur tegak lurus garis kontur.
• Klasifikasi menurut medan jalan untuk perencanaan geometrik

Kendaraan Rencana
• Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dipakai sebagai
acuan dalam perencanaan geometrik.
• Kendaraan Rencana dikelompokkan ke dalam 3 kategori:
(1) Kendaraan Kecil, diwakili oleh mobil penumpang;
(2) Kendaraan Sedang, diwakili oleh truk 3 as tandem atau oleh bus besar 2 as;
(3) Kendaraan Besar, diwakili oleh truk-semi-trailer.
Dimensi kendaraan rencana

9
9/26/2017

Sketsa dimensi
kendaraan
rencana

10
9/26/2017

Satuan Mobil Penumpang (SMP)


• SMP adalah angka satuan kendaraan dalam hal kapasitas jalan, di mana
mobil penumpang ditetapkan memiliki satu SMP.
• SMP untuk jenis jenis kendaraan dan kondisi medan lainnya dapat
dilihat dalamTabel II.4. Detail nilai SMP dapat dilihat pada buku
Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) No.036/TBM/1997.

Volume Lalu Lintas Rencana


• Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu
lintasharian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari.
• Volume Jam Rencana (VJR) adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam
sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam SMP/jam, dihitung dengan
rumus:
VJR = VLRH x (K/F)
di mana :
K (disebut faktorK ), adalah faktor volume lalu lintas jam sibuk, dan
F (disebut faktor F ), adalah faktor variasi tingkat lalu lintas
perseperempat jam dalam satu jam.
• VJR digunakan untuk menghitung jumlah lajur jalan dan fasilitas lalu lintas
lainnya yang diperlukan.

11
9/26/2017

Volume Lalu Lintas Rencana

Kecepatan Rencana
• Kecepatan rencana, VR, pada suatu ruas jalan adalah kecepatan yang dipilih sebagai
dasar perencanaan geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan
bergerak dengan aman dan nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang
lengang, dan pengaruh samping jalan yang tidak berarti.
• Untuk kondisi medan yang sulit, VR suatu segmen jalan dapat diturunkan dengan
syarat bahwa penurunan tersebut tidak lebih dari 20 km/jam.

12
9/26/2017

13
9/26/2017

Bagian-bagian Jalan
• Rumaja: Ruang Manfaat Jalan, yaitu raung jalan yang meliputi badan jalan
(perkerasan lajur lalu lintas dan bahu jalan), saluran tepi/selokan dan ambang
pengaman jalan.
• Rumija: Ruang Milik Jalan, yaitu ruang atau daerah yang meliputi seluruh rumaja
ditambah jalur memanjang selebar tertentu diukur dari sumbu jalan (misalnya, batas
pagar pekarangan rumah) yang diperuntukkan bagi pelebaran jalan dan
penambahan jalur lalu lintas dikemudian hari serta kebutuhan ruangan untuk
pengaman jalan.Rumija disebut juga right of way (ROW).
• Ruwasja: Ruang Pengawasan Jalan, yaitu lajur lahan yang berada di bawah
pengawasan penguasa jalan, ditunjukan untuk penjagaan terhadap terhalangnya
pandangan bebas pengemudi kendaraan bermotor dan untuk pengaman konstruksi
jalan dalam hal ruang daerah milik jalan tidak mencukupi.
Piilani Highway on Maui

Hierarki Jalan / Pengelompokan Jalan


• Hierarki Jalan dibatasi oleh tiga factor utama, yaitu rumija, jumlah
persimpangan (jalan akses) dan bangunan residensial sepanjang jalan. Rumija
berkaitan secara tidak langsung dengan tersedianya lahan yang berhubungan
dengan pembebasan lahan bagi suatu proyek transportasi. Makin tinggi
hierarki jalan makin lebar pula rumija sehingga makin besar biaya pembebasan
lahan. Semakin tinggi hierarki jalan, makin besar rumija-nya dan makin sedikit
jumlah persimpangan (jalan akses) serta bangunan residential atau sebaliknya.
• Agar menejemen lalulintas dapat mencapai sasarannya secara efisiensi,
diperlukan kejelasan mengenai hierarki dan fungsi jalan tertentu. Misalnya,
pada pengaturan simpang, prioritas akan lebih jelas, yaitu jalan arteri lebih
tinggi dari pada jalan kolektor, jalan kolektor lebih tinggi dari pada jalan lokal.
Pada kondisi lalu lintas padat hierarki jalan akan lebih menjamin kelancaran
secara sistematis. Dengan hierarki jalan perubahan klasifikasi fungsional jalan
akan mudah ditentukan oleh menteri dan secara sistem akan memberikan
efisiensi yang tinggi.

14
9/26/2017

15
9/26/2017

16
9/26/2017

17

Anda mungkin juga menyukai