Anda di halaman 1dari 37

TINJAUAN TEORITIS

1. DEFINISI
Tonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau
inflamasi pada tonsila palatina yang menetap (Chan, 2016). Tonsilitis
Kronis disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang
mengakibatkan kerusakan yang permanen pada tonsil. Organisme
patogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu
yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya
tahan tubuh penderita mengalami penurunan (Colman, 2001).
Tonsilitis kronik timbul karena rangsangan yang menahun dari rokok,
beberapa jenis makanan, higiene mulut yang buruk, pengaruh cuaca,
kelelahan fisik, dan pengobatan tonsilitis akut yang tidak adekuat.

2. ETIOLOGI
Tonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui
kriptanya secara aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman
terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus masuk ke tonsil
maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama
makanan9. Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan
ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan permanen
pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi tidak
sempurna.13 Beberapa organisme dapat menyebabkan infeksi pada
tonsil, termasuk bakteri aerobik dan anaerobik, virus, jamur, dan
parasit. Pada penderita tonsilitis kronis jenis kuman yang paling
sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA).
2

Streptokokus grup A adalah flora normal pada orofaring dan


nasofaring. Namun dapat menjadi pathogen infeksius yang
memerlukan pengobatan. Selain itu infeksi juga dapat disebabkan
Haemophilus influenzae, Staphylococcus aureus, S. Pneumoniae dan
Morexella catarrhalis.

3. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik sangat bervariasi. Tanda-tanda bermakna adalah
nyeri tenggorokan yang berulang atau menetap dan obstruksi pada
saluran cerna dan saluran napas. Gejala-gejala konstitusi dapat
ditemukan seperti demam, namun tidak mencolok.
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan permukaan
yang tidak rata, kriptus melebar dan beberapa kripti terisi oleh
detritus. Terasa ada yang mengganjal di tenggorokan, tenggorokan
terasa kering dan napas yang berbau.
1. Pada tonsillitis kronik juga sering disertai halitosis dan
pembesaran nodul servikal.
2. Pada umumnya terdapat dua gambaran tonsil yang secara
menyeluruh dimasukkan kedalam kategori tonsillitis kronik berupa
a. pembesaran tonsil karena hipertrofi disertai perlekatan
kejaringan sekitarnya, kripta melebar di atasnya tertutup
oleh eksudat yang purulent.
b. tonsil tetap kecil, bisanya mengeriput, kadang-kadang
seperti terpendam dalam “tonsil bed” dengan bagian
tepinya hiperemis, kripta melebar dan diatasnya tampak
eksudat yang purulent.
3

4. PATOFISIOLOGI
Tonsillitis berawal dari penularan yang terjadi melalui droplet
dimana kuman menginfiltrasi lapisan epitel. Adanya infeksi berulang
pada tonsil menyebabkan pada suatu waktu tonsil tidak dapat
membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di
tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil
berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan suatu saat kuman
dan toksin dapat menyebar ke seluruh tubuh misalnya pada saat
keadaan umum tubuh menurun. Bila epitel terkikis maka jaringan
limfoid superkistal bereaksi dimana terjadi pembendungan radang
dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear. Karena proses radang
berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan
limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan
sehingga kripti melebar. Secara klinik kripti ini tampak diisi oleh
detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan
akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan di sekitar fossa
tonsilaris. Pada anak disertai dengan pembesaran kelenjar limfa
submadibularis.

5. Pathway
4

6. KOMPLIKASI
Radang kronik tonsil dapat menimbulkan komplikasi ke daerah
sekitarnya berupa rhinitis kronik, sinusitis atau otitis media secara
percontinuitatum. Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau
limfogen dan dapat timbul endocarditis, artritis, myositis, nefritis,
uvetis iridosiklitis, dermatitis, pruritus, urtikaria, dan furunkulosis.
Beberapa literature menyebutkan komplikasi tonsillitis kronis antara
lain:
a. Abses peritonsil. Infeksi dapat meluas menuju kapsul tonsil
dan mengenai jaringan sekitarnya. Abses biasanya terdapat
pada daerah antara kapsul tonsil dan otot-otot yang
mengelilingi faringeal bed. Hal ini paling sering terjadi pada
penderita dengan serangan berulang. Gejala penderita adalah
5

malaise yang bermakna, odinofagi yang berat dan trismus.


Diagnosa dikonfirmasi dengan melakukan aspirasi abses
b. Abses parafaring.
Gejala utama adalah trismus, indurasi atau pembengkakan di
sekitar angulus mandibula, demam tinggi dan pembengkakan
dinding lateral faring sehingga menonjol kearah medial. Abses
dapat dievakuasi melalui insisi servikal.

c. Abses intratonsilar.
Merupakan akumulasi pus yang berada dalam substansi tonsil.
Biasanya diikuti dengan penutupan kripta pada Tonsilitis
Folikular akut. Dijumpai nyeri lokal dan disfagia yang
bermakna. Tonsil terlihat membesar dan merah.
Penatalaksanaan yaitu dengan pemberian antibiotika dan
drainase abses jika diperlukan; selanjutnya dilakukan
tonsilektomi.
d. Tonsilolith
(kalkulus tonsil). Tonsililith dapat ditemukan pada Tonsilitis
Kronis bila kripta diblokade oleh sisa-sisa dari debris. Garam
inorganik kalsium dan magnesium kemudian tersimpan yang
memicu terbentuknya batu. Batu tersebut dapat membesar
secara bertahap dan kemudian dapat terjadi ulserasi dari tonsil.
Tonsilolith lebih sering terjadi pada dewasa dan menambah
rasa tidak nyaman lokal atau foreign body sensation. Hal ini
didiagnosa dengan mudah dengan melakukan palpasi atau
ditemukannya permukaan yang tidak rata pada perabaan.
e. Kista tonsilar.
Disebabkan oleh blokade kripta tonsil dan terlihat sebagai
pembesaran kekuningan diatas tonsil. Sangat sering terjadi
tanpa disertai gejala. Dapat dengan mudah didrainasi.
f. Fokal infeksi dari demam rematik dan glomerulonephritis.
6

Dalam penelitiannya Xie melaporkan bahwa anti-streptokokal


antibodi meningkat pada 43% penderita Glomerulonefritis dan
33% diantaranya mendapatkan kuman Streptokokus beta
hemolitikus pada swab tonsil yang merupakan kuman
terbanyak pada tonsil dan faring. Hasil ini megindikasikan
kemungkinan infeksi tonsil menjadi patogenesa terjadinya
penyakit Glomerulonefritis.

7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita
Tonsilitis Kronis:
 Mikrobiologi
Penatalaksanaan dengan antimikroba sering gagal untuk
mengeradikasi kuman patogen dan mencegah kekambuhan
infeksi pada tonsil. Kegagalan mengeradikasi organisme
patogen disebabkan ketidaksesuaian pemberian antibiotika atau
penetrasi antibiotika yang inadekuat (Hammouda et al, 2009).
Gold standard pemeriksaan tonsil adalah kultur dari dalam
tonsil. Berdasarkan penelitian Kurien di India terhadap 40
penderita Tonsilitis Kronis yang dilakukan tonsilektomi,
didapatkan kesimpulan bahwa kultur yang dilakukan dengan
swab permukaan tonsil untuk menentukan diagnosis yang
akurat terhadap flora bakteri Tonsilitis Kronis tidak dapat
dipercaya dan juga valid. 20 Bakteri penyebab tonsilitis
tersering adalah Grup A streptococcus B hemolitikus. Daerah
tenggorokan banyak mengandung flora normal. Permukaan
tonsil mengalami kontaminasi dengan flora normal di saluran
nafas atas. Patogen yang didapatkan dari daerah ini bisa jadi
bukan merupakan bakteri yang menginfeksi tonsil.
Pemeriksaan kultur dari permukaan tonsil saja tidak selalu
menunjukkan bakteri patogen yang sebenarnya, sehingga
7

pemeriksaan bakteriologi dapat dilakukan dengan swab


jaringan inti tonsil. Pemeriksaan kultur dari inti tonsil dapat
memberikan gambaran penyebab tonsilitis yang lebih akurat.
Pemeriksaan kultur dari inti tonsil ini dilakukan sesaat setelah
tonsilektomi atau dengan aspirasi jarum halus dengan pasien
diberikan narkose lokal terlebih dahulu.
 Histopatologi
Penelitian yang dilakukan Ugras dan Kutluhan tahun 2008 di
Turkey terhadap 480 spesimen tonsil, menunjukkan bahwa
diagnosa Tonsilitis Kronis dapat ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan histopatologi dengan tiga kriteria histopatologi
yaitu ditemukan ringan- sedang infiltrasi limfosit, adanya
Ugra’s abses dan infitrasi limfosit yang difus. Kombinasi
ketiga hal tersebut ditambah temuan histopatologi lainnya
dapat dengan jelas menegakkan diagnosa Tonsilitis Kroni

BAB 3

HASIL ASUHAN KEPERAWATAN TONSILITIS

3.1 Gambaran Kasus

Klien bernama An. D berumur 11 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki,


beragama Islam. Suku Banjar kewarganegaraan Indonesia dan berpendidikan
SD. Berstatus belum menikah, beralamat di Jalan Alalak Selatan Komplek
8

Dasa Maya 2 Block A No.11. Klien masuk RSUD Ulin Banjarmasin pada
tanggal 14 April 2014 No RMK 99.18.60. Di Ruang THT selama empat hari
perawatan di Rumah Sakit dan dua hari perawatan di rumah pada tanggal 18-
19 April 2014 dengan diagnosis tonsilitis. Pengkajian dilakukan pada tanggal
14 April 2014.

Penanggung jawab Ny. I, yang berumur 37 tahun, jenis kelamin perempuan.


Pendidikan beliau adalah SLTA, bekerja ibu rumah tangga, alamat jalan
Alalak Selatan Komplek Dasa Maya 2 Block A No.11 Banjarmasin,
Hubungan dengan klien adalah sebagai ibu kandung.

Keluhan utama klien pada saat pengkajian tanggal 14 April 2014 jam 14.00
Wita adalah klien mengeluh nyeri saat menelan.

Riwayat penyakit sekarang Ayah klien mengatakan kurang lebih 1 minggu


yang lalu klien mengeluh ada ganjalan di tenggorokan dan amandelnya terasa
sakit kemudian dibawa ke Puskesmas di Alalak Selatan Banjarmasin diberi
obat dan kurang 4 hari berikutnya keluhan tidak dirasakan lagi. Namun pada
tanggal 13 April 2014 klien merasakan amandelnya sakit lagi dan nyeri saat
menelan, dan kembali dibawa ke puskesmas di Alalak Selatan dan dokter
menganjurkan amandelnya segera dioperasi, kemudian orang tua klien
memutuskan untuk masuk RSUD Ulin Banjarmasin pada tanggal 14 April
2014 jam 11.00 Wita.
Riwayat penyakit dahulu, Ayah klien mengatakan bahwa klien sering jajan
makanan di sekolah dan sejak umur 5 tahun sudah ada amandelnya tetapi
masih kecil. Klien baru kali ini masuk rumah sakit, klien mengalami keluhan
pada amandelnya kurang lebih satu tahun yang lalu, keluarga klien tidak
mengetahui bahwa anaknya telah menderita Tonsilitis kronik. Klien tidak
pernah menderita penyakit Asma, Hipertensi, Diabetes mellitus, maupun
penyakit menular lainnya.
9

Riwayat penyakit keluarga Ayah klien mengatakan bahwa adik klien yang
menderita penyakit yang sama seperti yang diderita klien saat ini, dan ibu dari
orang tua klien menderita penyakit Diabetes mellitus, didalam keluarga klien
tidak ada yang menderita penyakit seperti : Asma, Hiprtensi, Hepatitis dan
penyakit menular lainnya.

Keadaan umum hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada tanggal 14 April
2014 didapatkan data bahwa, kesadaran klien compos mentis (kesadaran
penuh),. GCS: 4, 5, 6(Respon membuka mata spontan, Respon verbal baik,
Respon motorik mengikuti perintah) Tanda-tanda vital : Tekanan darah
100/80 mmHg, nadi 74x/menit, respirasi 16x/menit dan suhu tubuh 36,1˚C.
data antropometri : TB : 145 cm
BB : 62 kg

BBI: (TB-100)10%(TB-100)
= (145-100)10%(145-100)
= 45-4,5 = 40,5 kg
= 45+4,5= 49,5 kg
= 40,5-49,5 kg

Kulit dan kuku, Keadaan kulit klien cukup bersih, warna kulit klien sawo
matang, turgor kulit elastic saat dicubit kembali kurang dalam 2 detik, tidak
ditemukan ikterik dan sianosis, suhu tubuh.
Kepala dan Leher, keadaan kulit kepala dan rambut bersih, rambut klien
berwarna hitam, ditribusi merat, tidak teraba pembesaran getan bening, klien
mengatakan nyeri ketika menelan, nyeri pada awal tenggorokan dan nyeri
menjalar keleher seperti berdenyut, dengan skala 2 (sedang) rentang 0-5, klien
tampak meringis kesakitan ketika nyeri dirasakan, klien mengatakan nyeri
berlangsung sekitar 2-3 menit dengan frekuensi 5-6 kali per hari.
10

Penglihatan dan Mata, kedua mata simetris, pergerakan bola mata baik atau
normal, keadaan mata cukup bersih, konjungtiva klien tidak anemis, sclera
tidak ikterik, klien tidak menggunakan alat bantu penglihatan seperti:
kacamata, lensa dan lain-lain.

Hidung dan penciuman, Keadaan cukup bersih, struktur hidung simetris, tidak
ada sekret atau darah yang keluar dari hidung klien. Fungsi penciuman klien
baik (klien dapat membedakan bau kapas yang diberi alkohol dan tidak), klien
tidak menggunakan NGT.

Pendengaran dan telinga, Keadaan struktur kiri dan kanan simetris kebersihan
cukup bersih, tidak ada sekret atau pendarahan, fungsi pendengaran baik,
klien dapat mendengarkan detak arloji yang didekatkan ke telinga, klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.

Mulut dan gigi, Kebersihan mulut bersih, keadaan gigi utuh, keadaan gusi
normal tidak ada perdarahan, keadaan lidah bersih dan mukosa bibir agak
kering. Klien mengatakan terasa bengkak pada awal tenggorokannya. Keadaan
tonsil membesar derajat T3 kiri dan kanan, warna merah dengan sedikit push,
kemampuan bicara seperti tertahan.

Dada, pernafasan dan sirkulasi, Bentuk dada klien simetris, tidak ada keluhan
nyeri dada, tidak ada trauma dada, klien tidak mengeluh sesak nafas, tidak
menggunakan alat bantu pernafasan. Frekuensi nafas klien 16x/menit. Tidak
terdapat bunyi nafas tambahan seperti wheezing atau ronkhi. Bunyi jantung
normal, S1 S2 tunggal dan irama jantung regular.CRT kembali <2 detik.
11

Abdomen, Keadaan cukup bersih, tidak ada edem atau asites, tidak ada neyri
tekan pada abdomen, tidak ada pembesaran hati, saat diperkusi terdengar
timpani bising usus 8x/menit.

Genitalia dan repreduksi, Klien berjenis kelamin laki-laki, klien tidak


mengeluh nyeri saat BAB atau BAK.

Ektrimitas atas dan bawah, Struktur ektrimitas atas dan bawah antara kiri dan
kanan tampak simetris, tidak ada kelaianan bentuk. Pada ekstrimitas kiri atas
terpasang infus RL 16 tetes/menit. Skala kekuatan otot klien :
5555 5555
5555 5555 Keterangan: skala otot 5 (Gerakan normal penuh
menentang gravitasi).

Aktivitas dan istirahat, Aktivitas klien sebelum sakit sebagai pelajar. Klien
tinggal bersama ayah dan ibu, klien mampu melakukan aktivitas secara
mandiri, klien jarang tidur siang, tidur malam ± 7-9 jam, tidak ada keluhan
dengan tidur klien. Di Rumah Sakit: hanya berbaring, duduk-duduk ditempat
tidur atau di lantai, klien mengatakan ia dapat melakukan aktifitas sehari-hari
tanpa dibantu orang lain. Tidur siang ± 1-2 jam, tidur malam ± 6-7 jam, klien
kadang-kadang terbangun bila nyeri.

Nutrisi, di rumah frekuensi makan 3 kali sehari, jenis nasi putih, lauk dan
sayur, minum ±7-8 gelas sehari. Klien tidak mempunyai pantangan makanan,
klien menyukai hampir semua jenis makanan, klien suka makanan yang manis
dan minum es. Di rumah sakit : frekuensi makan 3 kali sehari dengan diet BB
TKTP (Bubur Biasa Tinggi Kalori Tinggi Protein), klien mengeluh nafsu
makan menurun dan nyeri saat menelan makanan, porsi makanan yang
disediakan hanya ½ saja yang dapat dihabiskan.
12

Personal hygiene, klien di rumah mandi 3 kali dalam sehari, gosok gigi 2 kali
sehari, keramasbila perlu, ganti baju bila kotor, potong kuku bila panjang. Di
rumah sakit : mandi 1 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari, dan kuku klien
tampak bersih.

Eliminasi, di rumah buang air besar 2 kali sehari, konsistensi lembek, masalah
buang air besar tidak ada. Buang air kecil ± 5-6 kali sehari, warna kuning
jernih. Di rumah sakit : buang air basar 1 kali sehari, konsistensi lembek,
keluhan saat buang air besar tidak ada. Buang air kecil 3-4 kali sehari, warna
kuning jernih dan masalah tidak ada.

Seksualitas, Klien masih berusia 11 tahun, dan belum menikah.

Psikologis, klien kooperatif dengan perawat dan tenaga medis lainnya,


hubungan klien dengan keluarga baik, terlihat ada keluarga yang mengunjungi
klien.

Spritual, Klien beragama Islam, dan keluarga klien selalu berdo’a untuk
kesembuhan klien.

3.2 Pemeriksaan Diagnostik dan pengobatan.


3.2.1 Pemeriksaan Laboratorium tanggal 14 April 2014

Tabel 3.1 : Pemeriksaan Laboratorium


No Jenis pemeriksaan Hasil Normal Satuan
13

1 2 3 4 5

HEMATOLOGI
Hb 14,5 11,00-16,00 g/dl
Leukosit 8,9 4.0-10.5 ribu/ul
Eritrosit 5,23 4,00-5.50 juta/ul
Hematokrit 40,4 32,00-44,00 vol %
Trombosit 426 150-450 ribu/ul
RDW-CV 12,5 11,5-14,7 %
MCV-MCH-MCHC
MCV 77,3 ⃰ 80,0-97,0 fl
MCH 27,6 27,0-32,0 pg
MCHC 35,9 32,0-38,0 %
HITUNG JENIS
Basofil % 0,3 0,0-1,0 %
eosinofil % 6,2 ⃰ 1,0-3,0 %
Gran% 46,6 ⃰ 50,0-70,0 %
Limfosit% 39,1 25,0-40,0 %
Monosit% 7,4 3,0-9,0 %
Basofil % 0,04 <1 ribu/ul
eosinofil # 0,72 <3 ribu/ul
Gran# 5,47 2,50-7,00 ribu/ul
Limfosit# 4,7 ⃰ 1,25-4,00 ribu/ul
Monosit# 0,87 0,30-1,00 ribu/ul

N Jenis pemeriksaan Hasil Normal Satuan


o
1 2 3 4 5
KIMIA
Gula Darah puasa 91 70-105 mg/dl
HATI
SGOT 40 0-46 u/l
14

SGPT 4.5 0-45 u/l


Albumin 4.5 3.5-5.5 g/dl

ELEKTROLIT
Natrium 140 135-146 mmol/l
Kalium 4.2 3.4-5.4 mmol/l
Cholrida 107 95-100 mmol/l

Sumber Data: RSUD ULIN Banjarmasin, 14 April 2014

3.2.2 Pengobatan tanggal 15 April 2014


3.2.2.1 Infus RL 18 tetes/menit indikasi : memberikan kebutuhan volume
cairan tubuh yang hilang (cairan elektrolit) melalui intravena.
3.2.2.2 Cefadroxil 3 x 125 mg indikasi : infeksi saluran pernafasan seperti
tonsilitis dengan pemberian secara oral.
3.2.2.3 Mefenamid acid 3 x 50 mg indikasi : menghilangkan rasa nyeri
(nyeri setelah operasi dengan pemberian secara oral.
3.3 Data Fokus Pre dan Post Operasi (Tonsilektomi)
3.3.1 Pre Operasi tanggal 14 April 2014
3.3.1.1 Data subjektif Pre Operasi
a. Klien mengatakan nyeri ketika menelan, nyeri pada awal
tenggorokan dan nyeri menjalar ke leher (seperti ditusuk-
tusuk).
b. Klien mengatakan terasa bengkak pada awal tenggorokan.
c. Klien mengatakan nyeri berlangsung sekitar 2-3 menit dengan
frekuensi 5-6 kali per hari.
d. Klien mengatakan nafsu makan menurun.
e. Skala nyeri 1 (ringan) rentang 0-4

3.3.1.2 Data Objektif Pre Operasi


Inspeksi : Klien tampak tidak nafsu makan, penurunan
berat badan± 1 kg dari 63 kig menjadi 62 kg
TB 145 cm, tampak porsi makanan yang
15

disediakan ½ saja yang dapat dihabiskan,


tampak meringis kesakitan ketika nyeri
dirasakan, tonsil membesar derajat 3 (T3)
pada kiri dan kanan, tonsil tampak merah
dan sedikit pus, respirasi : 24x/menit
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada daerah leher, akral
teraba hangat, temperatur : 37ºC, Nadi :
74x/menit
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi : Tekanan darah : 110/80 mmHg, peristaltik
usus 8x/menit

3.4 Data Fokus THT


3.4.1 Pada telinga
Bentuk telinga : simetris kiri dan kanan
Kondisi telinga
3.4.1.1 Daun telinga
Bentuk dan letak telinga simetris.
3.4.1.2 Liang telinga
Pada liang telinga serumen minimal.
3.4.1.3 Vertigo
Tidak ada.
3.4.1.4 Fungsi pendengaran
Klien dapat mendengar suara bisikan. Pada pemeriksaan tes
wiber dan rine + / +. Hantaran suara terdengar baik.

3.4.2 Inspeksi pada hidung


3.4.2.1 Bentuk hidung : simetris kiri dan kanan.
3.4.2.2 Pemeriksaan hidung luar : tidak terdapat kelainan
16

3.4.2.3 Rhinoskopi anterior : mukosa normal, warna merah muda,


septum normal, terletak ditengah dan lurus.
3.4.2.4 Potensi hidung : adalah tes ada tidaknya sumbatan pada rongga
hidung bagian bawah, normal tidak ada kelainan.
3.4.3 Inspeksi pada tenggorokan
3.4.3.1 Keadaan mulut : keadaan gigi masih utuh, tidak ada stomatitis,
lidah tidak kotor.
3.4.3.2 Bibir : normal tidak ada kelainan, mukosa bibir agak kering.
3.4.3.3 Kedudukan trachea : normal, tidak bergeser ke arah satu sisi.
3.4.3.4 Kesulitan atau gangguan bicara : kemampuan bicara seperti
tertahan.
3.4.3.5 Tonsil : membesar derajat T3 kiri dan kanan, warna merah
dengan sedikit pus.

3.4.4 Post Operasi tanggal 15 April 2014


3.4.4.1 Data Subjektif Post Operasi
a. Klien mengatakan nyeri pada daerah post operasi tonsilektomi.
b. Klien mengatakan nyeri seperti diiris-iris.
c. Klien mengatakan nyeri berlangsung sekitar ±2 menit.
d. Skala nyeri 2 (sedang)

3.4.4.2 Data Objektif Post Operasi


Inspeksi : Klien tampak baru saja menjalani operasi
tonsilektomi, klien tampak lemah dan
berbaring ditempat tidur, tampak adanya luka
posy operasi tonsilektomi pada kiri dan kanan,
tidak tampak adanya tanda-tanda pendarahan,
tidak tampak tanda-tanda inflamasi pada tonsil
kiri dan kanan, tonsil derajat 0 (T0), respirasi:
18x/menit
17

Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada sekitar daerah leher,


akral teraba temperatur : 36,5ºC
Perkusi : Suara abdomen timpani
Auskultasi : Tekanan darah : 100/80 mmHg, peristaltik usus
12x/menit
3.5 Analisis Data Pre Operasi
Berdasarkan hasil dari pengkajian dan analisis data maka muncullah
diagnosis masalah pada klien seperti pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.2 Analisis Data dan Diagnosis Keperawatan (14 April 2014)

No Data Masalah Etiologi


Pre operasi (14 April 2014)
1 DS: Nyeri akut Agen cedera
 Klien mengatakan nyeri ketika biologis (inflamasi
menelan pada tonsil)
 P : Nyeri saat menelan
Q : Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R : Klien mengatakan nyeri pada
awal tenggorokan dan menjalar
keleher
S : Skala nyeri 1 (ringan)
T : Waktunya 2-3 menit
DO:
 Tonsil membesar derajat 3 (T3)
pada kiri dan kanan
 Tonsil merah dan sedikit pus
 Klien tampak meringis kesakitan
ketika nyeri dirasakan
 Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 74 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu Tubuh : 37˚C

DS: Penurunan masukan


2 Ketidakseimbangan nutrisi
 Klien mengatakan nyeri saat sekunder
menelan nutrisi kurang dari terhadap nyeri saat
kebutuhan tubuh
18

 Klien mengeluh nafsu makan menelan


menurun
DO:
 Klien tampak lemah
 Penurunan BB ± 1 kg dari 63 kg
menjadi 62 kg, TB 145 cm
 Tampak porsi makanan yang
disediakan hanya ½ saja yang
dapat dihabiskan

3.6 Analisa Data Post Operasi


Tabel 3.3 Analisa data dan Diagnosis Keperawatan (15 April 2014)

No Data Masalah Etiologi


Post operasi (15 April 2014)
1 DS: Nyeri akut Agen cedera fisik
 Klien mengatakan nyeri ketika (luka post operasi
menelan tonsilektomi pada
 P : Nyeri saat menelan tonsil kanan dan
Q : Nyeri seperti di iris-iris kiri)
R : Klien mengatakan nyeri pada
awal tenggorokan dan menjalar
keleher
S : Skala nyeri
T : Waktu ±2 menit
DO:
 Tonsil derajat 0 (T0)
 Klien tampak lemah dan
berbaring ditempat tidur
 Klien tampak meringis kesakitan
ketika nyeri dirasakan
 Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
Suhu Tubuh : 36,5˚C

2 Faktor Resiko
 Tampak adanya luka post operasi Resiko Pendarahan
tonsilektomi pada tonsil kiri dan
kanan
 Tidak ada tanda-tanda pendarahan
 Tanda-tanda vital
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 18 x/menit
19

Suhu Tubuh : 36,5˚C

3 Faktor Resiko
 Klien baru saja menjalani operasi Resiko infeksi
tonsilektomi
 Tampak adanya luka post operasi
tonsilektomi pada tonsil kiri dan
kanan
 Tidak tampak tanda-tanda
peradangan dan inflamasi pada
tonsil kiri dan kanan
 Terdapat nyeri tekan pada sekitar
leher
 Tonsil derajat 0 (T0)
 Terpasang infus RL 18 tetes per
menit pada ekstrimitas kiri atas

3.6.1 Berdasarkan analisis data Pre Operasi (14 April 2014) maka muncul
prioritas masalah yaitu :
3.6.1.1 Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (inflamasi
pada tonsil).
3.6.1.2 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
dengan penurunan masukan nutrisi sekunder terhadap nyeri saat
menelan.
3.6.2 Berdasarkan analisis data Post Operasi (15 April 2014) maka muncul
prioritas masalah yaitu :
3.6.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera fisik (luka post operasi
tonsilektomi pada tonsil kanan dan kiri).
3.6.2.2 Resiko pendarahan
3.6.2.3 Resiko infeksi

3.7 Rencana Asuhan Keperawatan


20

Berdasarkan prioritas masalah pre operasi tonsilektomi yang sudah


ditentukan maka rencana asuhan keperawatan yang sudah
direncanakan dan dibuat dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.4 Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Perencanaan
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
Pre Operasi Nyeri berkurang 1. Kaji skala 1.Untuk
1 Nyeri akut berhubungan atau hilang nyeri, lokasi, mengevaluasi
dengan inflamasi pada tonsil setelah dilakukan durasi, nyeri,menentukan
ditandai dengan: tindakan karakteristik intervensi dan
DS: keperawatan nyeri menentukan
 Klien mengatakan nyeri selama 1x4 jam efektivitas terapi
ketika menelan dengan kriteria
 P : Nyeri saat menelan evaluasi:
Q :Nyeri seperti ditusuk-  Klien tidak 2. Ajarkan tehnik 2. Relaksasi
tusuk mengeluh nyeri relaksasi dan mengurangi
R : Klien mengatakan  Skala nyeri 0 distraksi ketegangan otot
nyeri pada awal atau tidak ada dan distraksi
tenggorokan dan nyeri mengalihkan
menjalar keleher  Tanda-tanda perhatian klien
S : Skala nyeri vital dalam dari rasa sakit
T : 2-3 menit batas normal
DO: (120/80
 Tonsil memebesar derajat mmHg) 3. Atur posisi 3. Posisi yang
3 (T3) pada kiri dan kanan  Tonsil tidak klien senyaman sesuai dapat
 Tonsil merah dan sedikit merah dan tidak mungkin mengurangi rasa
pus ada pus nyeri
 Klien tampak meringis
kesakitan ketika nyeri
dirasakan
 Tanda-tanda vital 4. Monitor tanta- 4.Untuk
Tekanan darah :110/80 tanda vital mengetahui
mmHg tingkat
Nadi : 74x/menit perkembangan
Respirasi : 24x/menit klien
Suhu tubuh : 37ºC
5. Kolaborasi 5.Terapi analgetik
dalam dapat mengurangi
pemberian nyeri dan
analgetik dan antibiotik dapat
antibiotik menguangi
Ketidakseimbangan nutrisi Ketidakseimbang inflamasi
2 1. Diskusikan 1.Dengan
kurang dari kebutuhan tubuh an nutrisi adekuat
21

berhubungan dengan dalam 1x4 jam penyebab mengetahui


penurunan pemasukan nutrisi perawatan anoreksia penyebab, klien
sekunder terhadap nyeri saat dengan kriteri (penurunan akan mengerti
menelan ditandai dengan: evaluasi: nafsu makan) dan kooperatif
DS:  Nafsu makan terhadap
 Klien mengatakan nyeri kembali normal perawatan
saat menelan  Nyeri menelan
 Klien mengeluh nafsu hilang 2. Timbang berat 2.Memberikan
makan menurun  Menunjukan badan klien tiap informasi
DO: peningkatan hari berhubungan
 Keadaan umum tampak BB normal 0,25 dengan
lemah kg dalam 1 kebutuhan nutrisi
 Penurunan BB ±1 kg dari minggu
63 kg menjadi 62 kg, TB  Klien tidak
145 cm lemah lagi 3. Beri makan 3.Sedikit-sedikit
 Porsi makanan yang  Porsi makanan dalam porsi tapi sering akan
disediakan hanya ½ porsi yang kecil tapi sering toleransi terhadap
saja yang dapat dihabiskan disediakan lambung
habis dimakan
4. Anjurkan 4.Menambah nafsu
menghidangkan makan klien
makanan selagi
hangat

5. Kolaborasi 5.Menghilangkan
pemberian obat atau
analgesik menurunkantegan
gan nyeri/spasme
1 Post Operasi Nyeri berkurang
Nyeri akut berhubungan atau hilang 1. Kaji skala, 1. Untuk
dengan luka post operasi dalam 3 hari lokasi, durasi, mengevaluasi
tonsilektomi pada tonsil kiri perawatan karakteristik nyeri
dan kanan ditandai dengan: dengan kriteria dan frekuensi menentukan
DS: evaluasi: nyeri intervensi dan
menentukan
 Klien mengatakan nyeri  Klien tidak
mengeluh nyeri efektifitas terapi
pada daerah post operasi
tonsilektomi lagi
 P : Nyeri saat menelan
Q : Nyeri seperti diiris-iris  Skala 0 atau
2. Ajarkan tehnik 2. Relaksasi
R : Nyeri pada daerah post tidak ada nyeri
relaksasi dan mengurangi
operasi  Ekspresi wajah
distraksi ketegangan otot
S : Skala nyeri rilek
dan distraksi
T : Waktunya ±2 menit
mengalihkan
perhatian klien
dari rasa
sakit/nyeri
DO:  Tanta-tanda 3. Atur posisi 3. Posisi yang
 Klien tampak lemah dan vital dalam
22

berbaring ditempat tidur batas normal klien senyaman nyaman akan


 Wajah klien tampak (120/80 mungkin dapat
meringis kesakitan ketika mmHg) mengurangi rasa
nyeri dirasakan nyeri
 Tonsil derajat 0 (T0)
 Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 100/80
mmHg 4. Kolaborasi 4. Membantu dalam
Nadi : 80x/menit dalam mengurangi rasa
Respirasi :18x/menit pemberian obat nyeri atau
Suhu tubuh : 36,5ºC analgetik bahkan hilang

2 Resiko Pendarahan Pendarahan tidak


Faktor Resiko: terjadi dalam 4 1. Observasi 1. Mengidentifikasi
 Tampak adanya luka post hari perawatan tanda-tanda dari awal apabila
operasi tonsilektomi pada dengan kriteria pendarahan terjadi
tonsil kiri dan kanan evaluasi : pada daerah pendarahan
 Tidak ada tanda-tanda  Tidak ada luka post
pedarahan tanda-tanda operasi
 Tanda-tanda vital pendarahan
TD : 110/80 mmHg pada luka post
Nadi : 80 x/menit operasi 2. Batasi aktivitas 2. Aktifitas yang
Respirasi : 18 x/menit tonsilektomi klien yang berlebih dapat
Suhu Tubuh : 36,5˚C  Tanda-tanda mungkin bisa menimbulkan
vital dalam menimbulkan pendarahan post
batas normal pendarahan operasi
TD : 120/80
mmHg 3. Anjurkan 3.Menghindari
N : 60-80x/m makan es terjadinya
R : 16-24x/m cream/compres pendarahan
T : 36-37ºC es

4. Libatkan 4. Kerjasama yang


partisipasi klien baik dapat
dan keluarga meningkatkan
untuk menjaga kewaspadaan dan
dan melaporkan menindak lanjuti
kepada petugas lebih awal bila
bila terjadi terjadi suatu
suatu masalah
pendarahan

5. Kolaborasi 5. Untuk tindak


dengan tim lanjutpemberian
medis bila pengobatan dan
masalah perawatan.
pendarahan
ditemukan
3 Resiko Infeksi Infeksi tidak
23

Faktor Resiko : terjadi dalam 4 1. Observasi 1.Perkembangan


 Klien baru saja menjalani hari perawatan penyatuan luka infeksi
operasi tonsilektomi dengan kriteria dan adanya memperlambat
 Tampak adanya luka post evaluasi : inflamasi proses pemulihan
operasi tonsilektomi pada  Tidak ada luka
tonsil kiri dan kanan tanda-tanda 2. Observasi 2.Untuk
 Tidak tampak adanya infeksi seperti : tanda-tanda mengetahui
peradangan dan inflamasi demam, panas vital terutama tanda-tanda
pada tonsil kiri dan kanan dan suhu tubuh. infeksi
 Terdapat nyeri tekan pada meningkatnya
sekitar leher leokositosis.
 Terpasang infus RL 18  Tanda-tanda
tetes per menit pada vital dalam
ekstrimitas kiri atas batas normal 3. Lakukan 3.Mencegah
 Tanda-tanda vital TD : 120/80 tindakan masuknya
mmHg mikroorganisme
Tekanan Darah : 100/80 aseptik dan
mmHg N : 60-80x/m kedalam tubuh
anti septik
Nadi : 80x/menit R : 16-24x/m
setiap
Respirasi :18x/menit T : 36-37ºC
melakukan
Suhu tubuh : 36,5ºC  Tidak terjadi
plebitis prosedur
 Tidak terjadi tindakan
infeksi pada keperawatan
infus
4. Cek hasil 4.Mengetahui
laboratorium peningkatan atau
penurunan
leokosit

5. Kolaborasi ; 5.Kolaborasi;
pemberian obat antibiotik yang
antibiotik diberikan akan
sesuai indikasi mengatasi infeksi
24

3.8 Implementasi
Berdasarkan rencana keperawatan yang sudah dibuat dan dilaksanakan
pada implementasi serta evaluasi tindakan maka dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 3.5 Implementasi
25

3.9 Evaluasi
Berdasarkan perencanaan implementasi dan catatan perkembangan
maka hasil evaluasi akhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.6 Evaluasi

No Hari/tanggal Jam No Evaluasi Hasil


DX
S:
1 Senin, 14 14.00  Klien mengatakan nyeri saat menelan
April 2014 I O:
P: Nyeri saat menelan
Q: Nyeri seperti ditusuk-tusuk
R: Klien mengatakan nyeri pada awal
tenggorokan dan menjalar keleher
S: Skala nyeri 1 (ringan)
T: Waktu 2-3 menit
 TTV klien:
TD:110/80 mmHg
2 Senin, 14 N:80x/menit
April 2014 15.00 R:16x/menit
T:36.0˚C

II A : Masalah nyeri belum teratasi


P : Intervensi dilanjutkan
1, 2, 3 dan 4

S:
 Ibu klien mengatakan klien hanya
memakan ½ dari porsi makanan yang
disediakan
O:
 Klien tampak tidak nafsu makan
 Tampak maknan yang dimakan ½ dari
porsi makanan yang disediakan
 Berat badan : 62 kg
 Tanda-tanda vital :
TD:110/80 mmHg
N: 74x/menit
R :24x/menit
T:37.0˚C
26

A : Masalah perubahan nutrisi kurang dari


kebutuhan tubuh belum teratasi

P : Intevensi dilanjutkan
1, 2 , dan 3

3.9 Catatan Perkembangan


Berdasarkan intervensi yang sudah dibuat dan dilakukan pada
implementasi serta hasilnya pada catatan perkembangan klien dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3.6 Catatan Perkembangan

No Hari/Tanggal Jam No Implementasi dan Hasil Evaluasi Akhir


DX
Pre Operasi S:
1 Senin, 14 14.00 1.Mengkaji status nyeri  Klien mengatakan
April 2014 I Evaluasi tindakan : nyeri sudah
P : Klien mengatakan masih berkurang
merasa nyeri saat menelan O:
makanan P : Nyeri saat
Q : Nyeri seperti ditusuk- menelan
tusuk Q : Nyeri seperti
R : Klien mengatakan nyeri berdenyut
pada awal tenggorokan dan R : Nyeri pada awal
menjalan ke leher tenggorokan dan
S : Skala nyeri 1 (ringan) menjalar keleher
T : waktunya 2-3 menit S : Skala nyeri 1
14.10 2.Mengajarkan tehnik relaksasi (ringan)
(tehnik nafas dalam) T : Sewaktu-waktu
Evaluasi tindakan : klien  Tanda-tanda vital :
tampak mengikuti anjuran TD:110/80 mmHg
perawat N: 74x/menit
14.30 3.Mengatur posisi senyaman R :24x/menit
mungkin bagi klien T:37.0˚C
Evaluasi tindakan : Klien
mengatakan merasa nyaman A : Masalah nyeri akut
saat posisi berbaring teratasi
terlentang P : Intervensi dihentikan
15.00 4.Observasi tanda-tanda vital
Evaluasi tindakan : TTD :
TD : 110/80 mmHg
N : 74x/menit
R : 24x/menit
T : 37ºC
27

2 Senin, 14 16.20 II 1.Menimbang berat badan S:


April 2014 klien  Ibu klien
Evaluasi tindakan : BB : 62 mengatakan klien
kg hanya memakan ½
17.00 2.Memberikan makanan dalam dari porsi makanan
porsi kecil tapi sering yang disediakan
Evaluasi tindakan : Klien O:
tampak menghabiskan ½  Klien tampak tidak
porsi makanan yang nafsu makan
disediakan  Tampak maknan
yang dimakan ½
dari porsi makanan
yang disediakan
 Berat badan : 62 kg
 Tanda-tanda vital :
TD:110/80 mmHg
N: 74x/menit
R :24x/menit
T:37.0˚C

A : Masalah perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
belum teratasi

P : Intevensi dilanjutkan
1, 2, dan 3
TTD :

3 Selasa, 15
April 2014 14.00 III Post Operasi
1.Mengkaji skala nyeri, durasi,
S:
 Klien mengatakan
karakteristik dan frekuensi nyeri pada luka
Evaluasi tindakan : post operasi
P : Nyeri saat menelan O:
Q : Nyeri seperti diiris-iris P : Klien mengatakan
R : Nyeri pada bagian daerah nyeri pada luka
post operasi post operasi
S : Skala nyeri 2 (sedang) Q : Nyeri seperti
T : Waktu ±2 menit diiris-iris
14.10 2.Mengajarkan tehnik relaksasi R : Nyeri pada
(tehnik nafas dalam) daerah luka post
Evaluasi tindakan : Klien operasi tonsil kiri-
tampak mengikuti anjuran kanan
perawat S : Skala nyeri 2
14.30 3. Observasi tanda-tanda vital (sedang)
Evaluasi tindakan : T : ±2 menit
TD : 100/80 mmHg
 Tanda-tanda vital :
28

N : 80x/menit TD:110/80 mmHg


R : 18x/menit N: 74x/menit
T : 36,5ºC R :24x/menit
15.40 4.Kolaborasi : mamberikan T:38.2˚C
injeksi antrain 500 mg IV +
2 cc aquades A : Masalah nyeri akut
Evaluasi tindakan : klien belum teratasi
mengatakan nyerinya sedikit
berkurang P : Intervensi dilanjutkan
1, 2, 3 dan 4
TTD :

4 Selasa, 15 16.00 IV 1.Mengobservasi tanda-tanda  Faktor Resiko


April 2014 pendarahan pada daerah  Tidak ada tanda-
luka post operasi tanda pendarahan
Evaluasi tindakan :Tidak  Tanda-tanda vital :
tampak adanya tanda-tanda TD:110/80 mmHg
pendarahan N: 74x/menit
16.10 2.Membatasi aktifitas klien R :24x/menit
yang mungkin bisa T:38.2˚C
menimbulkan pendarahan A : Masalah resiko
Evaluasi tindakan : klien pendarahan tidak
dapat mengikuti anjuran terjadi
perawat P : Intervensi dilanjutkan
1, 2, 3 dan 4
TTD :

5 Selasa, 15
April 2014
14.00 V 1.Mengobservasi tanda-tanda
vital terutama suhu tubuh
 Faktor Resiko
 Luka tampak
Evaluasi tindakan : merah
T : 36,5ºC  Tidak terdapat
14.10 2.Kolaborasi : memberikan bengkak atau
obat antibiotik cefadroxil perdarahan pada
125 mg Oral luka post operasi
Evaluasi tindakan : Klien pada tonsil kiri-
meminum obat dan tidak kanan
dimuntahkan  Tonsil derajat 0
(T0)
 Tanda-tanda vital :
TD:110/80 mmHg
N: 74x/menit
R :24x/menit
T:38,2˚C
A : Masalah resiko
infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan
1, 2, 3dan 4
TTD :
29

6 Rabu, 16 14.30 III 1.Mengkaji ulang skala nyeri, S:


April 2014 durasi karakteristik dan  Klien mengatakan
frekuensi nyeri nya masih
Evaluasi tindakan : O:
P : Klien mengatakan nyerinya P : Klien mengatakan
masih saan menelan nyeri pada luka
Q : Nyeri seperti diiris-iris post operasi
R : Pada daerah luka post Q : Nyeri seperti
operasi diiris-iris
S : Skala 2 (sedang) R : Nyeri pada
T : waktu ±2 menit daerah luka post
15.00 2.Mengobservasi tanda-tanda operasi tonsil kiri-
vital kanan
Evaluasi tindakan : S : Skala nyeri 2
TD : 100/80 mmHg (sedang)
N : 84x/menit T : ±2 menit
R : 18x/menit  Tanda-tanda vital :
T : 36,3ºC TD:110/80 mmHg
15.10 3.Mengajarkan tehnik relaksasi N:74x/menit
( tehnik nafas dalam) R:24x/menit
Evaluasi tindakan : klien T:36,5˚C
tampak mengikuti anjuran A : Masalah nyeri akut
perawat belum teratasi
15.30 4.Mengatur posisi klien P : Intervensi dilanjutkan
senyaman mungkin 1, 2, 3dan 4
Evaluasi tindakan : klien TTD :
tampak nyaman dengan
posisi berbaring terlentang
15.40 5.Berkolaborasi : pemberian
injeksi antrain 500 mg IV
Evaluasi tindakan : klien
mengatakan diarea luka post
operasinya sedikit berkurang

7 Rabu, 16 16.00 1.Mengobservasi tanda-tanda  Faktor Resiko


April 2014 IV pendarahan pada daerah  Tidak ada tanda-
luka post operasi tanda pendarahan
Evaluasi tindakan :Tidak  Tanda-tanda vital :
tampak adanya tanda-tanda TD:110/80 mmHg
pendarahan N: 74x/menit
16.10 2.Membatasi aktifitas klien R :24x/menit
yang mungkin bisa T:38.2˚C
menimbulkan pendarahan A : Masalah resiko
Evaluasi tindakan : klien pendarahan tidak
dapat mengikuti anjuran terjadi
perawat P : Intervensi dihentikan
TTD :
30

8 Rabu, 16
April 2014 16.30 V 1.Mengobservasi penyatuan  Faktor Resiko
luka dan adanya inflamasi  Luka tampak
seperti kemerahan, bengkak masih merah
dan panas  Tidak terdapat
Evaluasi tindakan : luka post bengkak atau
operasi tampak kemerahan perdarahan pada
09.15 2.Mengobservasi tanta-tanda luka post operasi
vital terutama suhu tubuh pada tonsil kiri-
Evaluasi tindakan : T : kanan
36,7ºC  Tonsil derajat 0
09.30 3.Berkolaborasi : memberikan (T0)
antibiotik cefadroxil 125 mg  Tanda-tanda vital :
Oral TD:110/80 mmHg
Evaluasi tindakan : tidak N: 74x/menit
tampak adanya tanda infeksi R :24x/menit
pada tonsil kiri dan kanan T:36,5.0˚C
A : Masalah resiko
infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan
1,2,3,dan 4.
TTD :

9 Kamis, 17 10.00 III 1.Mengkaji ulang skala nyeri


S:
 Klien mengatakan
April 2014 klien, durasi, karakteristik nyeri nya masih
dan frekuensi O:
Evaluasi tindakan : P : Klien mengatakan
P : klien mengatakan nyeri pada luka
nyerinya sudah sedikit post operasi
berkurang saat menelan Q : Nyeri seperti
Q : Nyeri seperti diiris-iris diiris-iris
R : Pada daerah luka post R : Nyeri pada
operasi daerah luka post
S : Skala nyeri 1 (ringan) operasi tonsil kiri-
T : ±1 menit kanan
10.10 2.Mengobservasi tanda-tanda S : Skala nyeri 1
vital klien (ringan)
Evaluasi tindakan : T : 2-3 menit
TD : 100/80 mmHg  Tanda-tanda vital :
N : 80x/menit TD:110/80 mmHg
R : 24x/menit N:80x/menit
T : 36ºC R:16x/menit
10.20 3.Mengajarkan tehnik relaksasi T:36.0˚C
(tehnik nafas dalam)
Evaluasi tindakan : klien A : Masalah nyeri akaut
tampak mengikuti anjuran belum teratasi
perawat
31

10.30 4.Berkolaborasi : memberikan P : Intervensi dilanjutkan


injeksi antrain 500 mg IV (pasien pulang atas
Evaluasi tindakan : klien instruksi dokter)
mengatakan nyerinya sedikit 1, 2, 3dan 4
berkurang (pasien pulang TTD :
atas instruksi dokter)

10 Kamis, 17 10.45
IV 1.Mengobservasi tanda-tanda  Faktor Resiko
April 2014 pendarahan pada daerah  Tidak ada tanda-
luka post operasi tanda adanya
Evaluasi tindakan :Tidak pendarahan
tampak adanya tanda-tanda  Luka post operasi
pendarahan tonsilektomi
11.00 2.Membatasi aktifitas klien menutup dengan
yang mungkin bisa baik
menimbulkan pendarahan  TTV klien:
Evaluasi tindakan : klien TD:110/80 mmHg
dapat mengikuti anjuran N:80x/menit
perawat R:16x/menit
T:36.0˚
A : Masalah resiko
infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dihentikan
TTD :

11 Kamis, 17
April 2014
11.30 V 1.Mengobservasi penyatuan
luka dan adanya inflamasi
 Faktor Resiko
 Keadaan luka baik
seperti kemerahan, bengkak,  Tidak ada tanda-
dan panas tanda infeksi
Evaluasi tindakan : luka post  Tidak ada
operasi tampak kemerahan peningkatan suhu
12.00 2.Mengobservasi tanda-tanda badan
vital klien, terutama suhu
 Luka masih
tubuh
kemerahan
Evaluasi tindakan :
 Tanda-tanda vital :
Temperatur : 37ºC
TD:110/80 mmHg
3.Kolaborasi : memberikan
N:80x/menit
obat sirup cefadroxil 125 mg
R:16x/menit
Oral
T:36.0˚C
Evaluasi tindakan : tidak ada
tanda-tanda infeksi pada
A : Masalah resiko
tonsil kiri dan kanan (pasien
infeksi belum teratasi
pulang atas instruksi dokter
P : Intervensi dilanjutkan
(pasien pulang atas
instruksi dokter)
1, 2 dan 3
TTD :
32

12 (Home Care) 16.00 1.Menimbang berat badan S:


Jumat, 18 klien  Ibu klien
April 2014 II Evaluasi tindakan : BB :
62,23 kg
mengatakan klien
hanya makan
16.30 2.Memberikan makanan dalam bubur
porsi kecil tapi sering O:
Evaluasi tindakan : Klien  Nafsu makan klien
makan nasi lembek atau sudah kembali
bubur, dan dapat normal
menghabiskan ½ dari porsi  Tampak maknan
makanan dari yang di yang disediakan
sediakan orang tuanya dapat dihabiskan
klien
 Frekuensi makan
klien 2-3 kali
sehari
 Berat badan : 62 kg
 Tanda-tanda vital :
TD:100/70 mmHg
N: 60x/menit
R :16x/menit
T:36.0˚C

A : Masalah perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
teratasi sebagian
P : Intevensi dilanjutkan
1, 2 dan 3
TTD :

13 Jumat, 18 16.40 1.Mengkaji ulang skala nyeri S:


Aplil 2014
III klien, durasi, karakteristik
dan frekuensi
 Klien mengatakan
nyeri nya sudah
Evaluasi tindakan :
berkurang
P : klien mengatakan
O:
nyerinya sudah sedikit
P : Klien mengatakan
berkurang saat menelan
nyeri pada luka
Q : Nyeri seperti diiris-iris
post operasi
R : Pada daerah luka post
Q : Nyeri seperti
operasi
diiris-iris
S : Skala nyeri 1 (ringan)
R : Nyeri pada
T : Hilang timbul ±1 menit
daerah luka post
17.15 2.Mengobservasi tanda-tanda
operasi tonsil kiri-
vital klien
kanan
Evaluasi tindakan :
S : Skala nyeri 1
TD : 100/80 mmHg
(ringan)
N : 60x/menit
T : Sewaktu-waktu
33

R : 24x/menit
T : 36ºC  Tanda-tanda vital :
17.30 3.Mengajarkan tehnik relaksasi TD:100/70 mmHg
(tehnik nafas dalam) N:60x/menit
Evaluasi tindakan : klien R:16x/menit
tampak mengikuti anjuran T:36.0˚C
perawat
A : Masalah nyeri akut
belum teratasi
sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
1, 2, 3 dan 4
TTD :

14 Jumat, 18 15.00 1.Mengobservasi penyatuan  Faktor Resiko


April 2014 V luka dan adanya inflamasi
seperti kemerahan, bengkak,
 Keadaan luka baik
 Penyatuan luka
dan panas mulai membaik
Evaluasi tindakan : keadaan  Tidak ada tanda-
luka sedikit masih tanda infeksi
kemerahan, tiadak ada pus  Tidak ada
dan tidak bengkak peningkatan suhu
15.10 2.Mengobservasi tanda-tanda badan
vital klien, terutama suhu  Kemerahan luka
tubuh sudah berkurang
Evaluasi tindakan :
 Tanda-tanda vital :
Temperatur : 36ºC
TD:100/70 mmHg
15.30 3.Kolaborasi : memberikan
N:60x/menit
obat sirup cefadroxil 125 mg
R:16x/menit
Oral
T:36.0˚C
Evaluasi tindakan : tidak ada
tanda-tanda infeksi pada
A : Masalah resiko
tonsil kiri dan kanan
infeksi tidak terjadi
P : Intervensi dilanjutkan
1, 2dan 3
TTD :

15 Sabtu, 19 16.00 1.Menimbang berat badan


April 2014 II klien
Evaluasi tindakan : BB :
S:
 Ibu klien
mengatakan nafsu
62,23 kg
makan klien sudah
16.40 2.Memberikan makanan dalam
baik, klien makan
porsi kecil tapi sering
terus
Evaluasi tindakan : Klien
O:
makan nasi lembek atau
bubur, dan dapat  Nafsu makan klien
menghabiskan ¼ dari porsi sudah kembali
makanan dari yang di normal
 Tampak maknan
34

sediakan orang tuanya yang disediakan


dapat dihabiskan
klien
 Frekuensi makan
klien 3 kali sehari
 Berat badan : 62,23
kg
 Tanda-tanda vital :
TD:110/80 mmHg
N:80x/menit
R:16x/menit
T:36.0˚C

A : Masalah perubahan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
teratasi
P : Intevensi dihentikan
TTD :

16 Sabtu, 19
April 2014
16.45
III 1.Mengkaji ulang skala nyeri
klien, durasi, karakteristik
S:
 Klien mengatakan
dan frekuensi nyeri sudah tidak
Evaluasi tindakan : ada
P : klien mengatakan O:
nyerinya sudah tidak merasa P : Kllien
lagi mengatakan nyeri
Q : Nyeri seperti diiris-iris sudah tidak ada
R : Pada daerah luka post Q : Tidak ada nyeri
operasi R : Nyeri pada
S : Skala nyeri 0 (tida ada daerah luka post
nyeri) operasi tonsil kiri-
T : tidak ada kanan
17.00 2.Mengobservasi tanda-tanda S : Skala nyeri 0
vital klien (tidak ada nyeri)
Evaluasi tindakan : T : Tidak ada
TD : 110/70 mmHg  TTV klien:
N : 78x/menit TD:110/80 mmHg
R : 22x/menit N:80x/menit
T : 36,6ºC R:16x/menit
17.10 3.Mengajarkan tehnik relaksasi T:36.0˚C
(tehnik nafas dalam)
Evaluasi tindakan : klien A : Masalah nyeri akut
tampak mengikuti anjuran teratasi
perawat P : Intervensi dihentikan
TTD :

17 Sabtu, 19 17.20 1.Mengobservasi penyatuan  Faktor Resiko


35

April 2014 luka dan adanya inflamasi  Keadaan luka baik


V seperti kemerahan, bengkak,  Penyatuan luka
dan panas sudah baik
Evaluasi tindakan :  Tidak ada tanda-
kemerahan pada luka sudah tanda infeksi
tidak ada, penyatuan luka  Tidak ada
mulai membaik, tiadak peningkatan suhu
terdapat pus dan tidak badan
terdapat pembengkakan  Kemerahan luka
17.30 2.Mengobservasi tanda-tanda sudah tidak ada
vital klien, terutama suhu  Tidak terdapat pus
tubuh
 TTV klien:
Evaluasi tindakan :
TD:110/80 mmHg
Temperatur : 36,6ºC
N:80x/menit
17.45 3.Kolaborasi : memberikan
R:16x/menit
obat sirup cefadroxil 125 mg
T:36.0˚C
Oral
Evaluasi tindakan : tidak ada
A : Masalah resiko
tanda-tanda infeksi pada
infeksi tidak terjadi
tonsil kiri dan kanan
P : Intervensi dihentikan
TTD :

BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan

Berdasarkan uraian di atas bahwa Tonsilitis merupakan inflamasi yang terjadi


pada Tonsil, dapat bersifat akut atau kronis dan biasanya merupakan infeksi
Virus : ringan dan durasi nya singkat. Tonsilitis di jumpai pada anak dan
dewasa.

Berdasarkan Asuhan Keperawatan yang terlampir di Bab III disimpulkan


bahwa pada pasien bernama An. D, dengan diagnosis tonsilitis kronis yang
disebabkan bakteri, Kemungkinan didapatkan karena kebiasaan jajan di
sekolahan. Klien dirawat di Rumah Sakit Ulin Daerah Banjarmasin di ruang
THT. Klien sangat kooperatif pada saat di lakukan proses keperawatan.
Keluarga juga berpartisispasi dalam tindakan proses keperawatan yang telah
36

dilakukan. Berdasarkan dari hasil pengkajian biopsikososial dan spiritual


klien mengeluh nyeri saat menelan dan nyeri pada luka post operasi
tonsilektomi, klien dirawat selama 4 hari perawatan di Rumah Sakit dan 2
hari perawatan di rumah sesuai dengan proses keperawatan maka di
dapatkan 5 diagnosis keperawatan yaitu :
4.1.1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera biologis (inflamasi pada
tonsil)
4.1.2. Nutrisi, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia sekunder akibat nyeri pada saat
menelan
4.1.3. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera fisik (luka post operasi
tonsilektomi pada tonsil kiri dan kanan)
4.1.4. Resiko pendarahan
4.1.5. Resiko infeksi

Implementasi untuk mengurangi rasa nyeri klien : mengajarkan manajemen


nyeri: tehnik relaksasi (nafas dalam) dan kolaborasi pemberian obat
analgesik, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi klien : memberikan makanan
sedikit demi sedikit tapi sering dengan diet BB TKTP, dan untuk mencegah
terjadinya pendarahan pada tonsil klien : menganjurkan klien untuk makan es
cream selanjutnya untuk mencegah terjadinya infeksi : memberikan
perawatan yang aseptik.

Evaluasi Dari diagnosis keperawatan tersebut maka diagnosis keperawatan


yang teratasi meliputi nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada tonsil,
resiko pendarahan berhubungan dengan afek pembedahan, resiko infeksi
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang perawatan luka post
operasi, nyeri akut berhubungan dengan luka post operasi tonsilektomi pada
tonsil kiri dan kanan, Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan nyeri saat menelan. Tidak ada masalah
keperawatan yang tidak teratasi maupun yang teratasi sebagian.
37

Dari dokumentasian asuhan keperawatan tonsilitis pada pasien yang bernama


An.D terlampir pada BAB III.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi klien dan keluarga


Klien dan keluarganya perlu menjalin kerja sama dan rasa percaya
terhadap perawat maupun tim kesehatan lainnya sehingga akan
mempermudah dalam proses perawatan luka, klien dan keluarga juga
harus memperhatikan hal apa saja yang harus di lakukan dan yang tidak
harus di lakukan agar tidak terjadi infeksi dan hal-hal yang bisa
menimbulkan kekambuhan penyakit klien.

4.2.2 Bagi Perawat


Perawat dituntut agar dapat memberikan asuhan keperawatan secara
komprehensip sehingga dalam memberikan pelayanan asuhan
keperawatan tidak hanya mengatasi masalah fisik saja tapi juga
mencakup seluruh aspek kehidupan manusia secara biopsikososial
spiritual, karena setiap klien mempunyai sifat yang berbeda dan
penyakit yang berbeda pula.

4.2.3 Bagi rumah sakit


Pihak rumah sakit harus lebih meningkatkan keterampilan dari perawat
dalam perawatan tonsilitis dengan cara mengadakan symposium,
seminar, ataupun persentasi kasus antar perawat sehingga dengan
demikian pelayanan keperawatan akan dapat ditingkatkan.

Anda mungkin juga menyukai