TRAUMA MUSKULOSKELETAL
OLEH
KELOMPOK VII
IWAN SETIAWAN : 142201500
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah swt, karena berkat rahmat dan inayah-Nya sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas gawat darurat dengan materi “Trauma Muskuloskeletal”.
Shawalat serta salam selalu kami panjatkan kepada nabi akhirul zaman Muhammad saw. Yang
mana berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan indahnya dinul islam.
Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang karena kami memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu kami harapkan kepada pembaca untuk memberikan saran yang bersifat
membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN 3
A. Latar Belakang 3
B. Tujuan 3
BAB II PEMBAHASAN 4
1.1.Konsep Medis 4
A. Definisi 4
B. Etiologi 6
C. Manifestasi klinis 7
D. Patofisiologi 8
E. Pemeriksaan penunjang 9
F. Penalatksanaan 10
1.2.Konsep Keperawatan 13
A. Pengkajian 13
B. Diagnosa 13
C. Intervensi 15
A. Kesimpulan 19
B. Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Trauma muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada tulang,
sendi dan otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri
merupakan penyebab utama dari trauma muskuloskeletal. Seorang perawat dituntut untuk
mengetahui bagaimana perawatan klien dengan trauma muskuluskoletal yang mungkin dijumpai di
jalanan maupun selama melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit. Pengangan untuk klien
dengan trauma muskuloskeletal memerlukan peralatan serta ketrampilan khusus yang tidak
semuanya dapat dilakukan oleh perawat. Trauma muskuloskeletal biasanya menyebabkan difungsi
struktur disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disanggahnya.
B. Tujuan
Untuk menambah pengetahuan penulis dan pembaca tentang asuhan keperawatan trauma
muskuloskeletal
PEMBAHASAN
1.1.KONSEP MEDIS
A. Definisi
Sistem muskuloskeletal meliputi tulang, persendian, otot dan tendon. Secara fisiologis, sistem
muskuloskeletal memungkinkan perubahan pada pergerakan dan posisi. Otot terbagi atas tiga
bagian yaitu ; otot rangka, otot jantung dan otot polos. (Joyce M Black, 2014). Trauma
muskuloskeletal adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami cedera pada tulang, sendi dan
otot karena salah satu sebab. Kecelakaan lalu lintas, olahraga dan kecelakaan industri merupakan
penyebab utama dari trauma muskuloskeletal.Sedangkan tulang dapat diklasifikasikan berdasarkan
bentuknya, yaitu :
Tulang panjang
Merupakan tulang yang lebih panjang dari lebarnya dan ditemukan di ekstermitas atas dan bawah.
Seperti humerus, radius, ulna, femur, tibia, fibula, metatarsal, metakarpal dan falangs merupakan
tulang panjang.
Tulang pendek
Misalnya karpal dan tarsal yang tidak memiliki axis yang panjang serta berbentuk kubus.
Tulang pipih
Misalnya rusuk, kranium, skapula dan beberapa bagian dari pelvis girdle dimana tulang ini
melindungi bagian tubuh yang lunak dan memberikan permukaan yang luas untuk melekatnya otot.
Tulang iregular
Memiliki berbagai macam bentuk, seperti tulang belakang, osikel telinga, tulang wajah dan pelvis.
Tulang ireguler mirip dengan tulang lain dalam struktur dan komposisi.(Joyce M Black, 2014)
Ada beberapa jenis dari trauma muskuloskeletal dimana tergantung letak dari trauma. Trauma
muskuloskeletal yang umum terjadi yaitu fraktur, strain, sprain, dislokasi dan amputasi
1. Fraktur
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut
dari tenaga tersebut serta keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang akan menentukan
apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur adalah gangguan dari kontinuitas
yang normal dari suatu tulang. Jika terjadi fraktur, maka jaringan lunak disekitarnya juga akan
terganggu. (Joyce M Black, 2014)
Fraktur terbuka
Fraktur terbuka dicirikan oleh robeknya kulit diatas cedera tulang. Fraktur terbuka adalah fraktur
yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui luka pada kulit dan jaringan lunak sehingga
terjadi kontaminasi bakteri
Fraktur tertutup
Fraktur tertutup adalah fraktur dimana kulit tidak ditembus oleh fragmen tulang. Jadi pada fraktur
tertutup kulit masih utuh diatas lokasi cedera.(Brunner, 2001)
2. Strain
Strain merupakan suatu puntiran atau tarikan, robekan otot dan tendon. Strain adalah tarikan otot
akibat penggunaan berlebihan, peregangan berlebihan atau stres yang berlebihan. (Brunner, 2001)
3. Sprain
Sprain adalah cedera struktur ligamen di sekitar sendi, akibat gerakan mengepit atau memutar.
Fungsi ligamen adalah menjaga stabilitas namun masih menmungkinkan mobilitas. Ligamen yang
robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Sprain merupakan peregangan atau robekan
ligamen, fibrosa dari jaringan ikat yang menggabungkan ujung satu tulang dengan tulang
lainnya. (Joyce M Black, 2014)
B. Etiologi
Penyebab umum dari truma muskuloskeletal adalah kecelekaan lalu lintas, olahraga, jatuh dan
kecelakaan industri.
1. Fraktur
Etiologi atau penyebab dari fraktur adalah kelebihan beban mekanis pada suatu tulang, saat tekanan
yang diberikan pada tulang terlalu banyak dibandingkan yang mampu ditanggunya. (Joyce M Black,
2014)
Trauma langsung
Tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekananmisalnya benturan pada
lengan bawah yang menyebabkan patah tulang radius dan ulna.
Trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dimana pada keadaan ini biasanya
jaringan lunak tetap utuh.Misalnya, jatuh bertumpu pada tangan yang menyebabkan tulang klavikula
atau radius distal patah.
2. Strain
Penyebab dari strain bisa dari trauma langsung maupun tidak langsung misalnya (jatuh dan
tumbukan pada badan) yang mendorong sendi keluar dari posisinya kemudian meregang.(Joyce M
Black, 2014)
3. Sprain
Penyebab sprain sama dengan strain yaitu trauma langsung dan trauma tidak langsung. (Joyce M
Black, 2014)
C. Manifestasi klinis
1. Fraktur
Deformitas
Pembengkakkan dari perdarahan lokal dapat menyebabkan deformitas pada lokasi fraktur.
Deformitas adalah perubahan bentuk, pergerakan tulang jadi memendek karena kuatnya tarikan
otot-otot ekstermitas. (Joyce M Black, 2014)
Nyeri
Nyeri biasanya terus menerus menigkat jika fraktur tidak diimobilisasi.(Brunner, 2001)
Edema terjadi akibat akumulasi cairan serosa pada lokasi fraktur serta ekstravasasi cairan serosa
pada lokasi fraktur ekstravasi darah ke jaringan sekitar.
2. Strain
Nyeri
Kelemahan otot
Pada sprain parah, otot atau tendon mengalami ruptur secara parsial atau komplet bahkan dapat
menyebabkan kelumpuhan pasien akibat hilangya fungsi otot. (Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Nyeri
D. Patofisiologi
1. Fraktur
Keparahan dari fraktur bergantung pada gaya yang menyebabkan fraktur, jika ambang fraktur
suatu tulang hanya sedikit terlewati, maka tulang mungkin hanya retak saja dan bukan patah. Jika
gayanya sangat ekstrem, seperti tabrakan mobil, maka tulang dapat pecah berkeping-keping. Saat
terjadi fraktur, otot yang melekat pada ujung tulang akan terganggu. Otot dapat mengalami spasme
dan menarik fragmen fraktur keluar posisi. Kelompok otot yang besar dapat menciptakan spasme
yang kuat dan bahkan mampu menggeser tulang besar, seperti femur. Perdarahan terjadi karena
cedera jaringan lunak atau cedera pada tulang itu sendiri. Pada saluran sumsum (medula),
hemotoma terjadi diantara fragmen-fragmen tulang dan dibawah periosteum. Jaringan tulang
disekitar lokasi fraktur akan mati dan menciptakan respon peradangan yang hebat. Akan terjadi
vasodilatasi, edema, nyeri, kehilangan fungsi, esudasi plasma dan leukosit. (Joyce M Black, 2014)
2. Strain
Kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung maupun trauma tidak langsung, cedera ini
terjadi akibat otot tertarik pada arah yang salah, kontraksi otot yang berlebihan, otot yang belum
siap terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci paha) dan otot guadriceps. Fleksibilitas otot
yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan membengkak.
3. Sprain
Adanya tekanan eksternal yang berlebihan menyebabkan suatu masalah yang disebut sprain yang
terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami robek dan kemudian akan kehilangan
kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat pembuluh darah pecah dan akan
menyebabkan hemotama serta nyeri.
E. Pemeriksaan Penunjang,
Arteriogram : dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler pada perdarahan;
penigkatan lekosit sebagai respon terhadap peradangan
Profil koagulas : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi darah atau cedera. (Amin
Huda Nurarif, 2015)
F. Penatalaksanaan
1. Fraktur
a. Imobilisasi
Imobilisasi dapat dilakukan dengan metode eksternal dan internal mempertahankan dan
mengembalikan fungsi status neurovaskuler selalu dipantau meliputi peredaran darah, nyeri,
perabaan dan gerakan. Perkiraan waktu untuk imobilisasi yang dibutuhkan untuk penyatuan tulang
yang mengalami fraktur adalah sekitar 3 bulan. (Amin Huda Nurarif, 2015).
Bidai
Bidai adalah alat yang dipakai untuk mempertahankan kedudukan atau fiksasi tulang yang patah.
Tujuan pemasangan bidai untuk mencegah pergerakan tulang yang patah. Syarat pemasangan bidai
dimana dapat mempertahankan kedudukan 2 sendi tulang didekat tulang yang patah dan
pemasangan bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat, karena akan merusak jaringan tubuh.(Yanti
Ruly Hutabarat, 2016)
Gips
Gips merupakan alat fiksasi untuk penyembuhan tulang. Gips memiliki sifat menyerap air dan bila itu
terjadi akan timbul reaksi eksoterm dan gips akan menjadi keras.
b. Reduksi
Langkah pertama pada penanganan fraktur yang bergeser adalah reduksi. Reduksi fraktur berarti
mengembalikan fragmen tulang pada kesejajarannya dan rotasi. Reduksi merupakan manipulasi
tulang untuk mengembalikan kelerusan, posisi dan panjang dengan mengembalikan fragmen tulang
sedekat mungkin serta tidak semua fraktur harus direduksi. (Joyce M Black, 2014). Reduksi terbagi
atas dua bagian, yaitu :
Reduksi tertutup
Pada banyakan kasus fraktur, reduksi tertutup dilakukan dengan mengembalikan fragmen tulang ke
posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan) dengan manipulasi dan traksi manual. Reduksi
tertutup harus segera dilakukan setelah cedera untuk menimilkan efek deformitas dari cedera
tersebut. (Brunner, 2001)
Reduksi terbuka
Reduksi terbuka merupakan prosedur bedah dimana fragmen fraktur disejajarkan. Reduksi terbuka
sering kali dikombinasikan dengan fiksasi internal untuk fraktur femur dan sendi. Alat fiksasi internal
dalam bentuk pin, kawat, sekrup, plat, paku atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang.(Brunner, 2001)
c. Traksi
Traksi adalah pemberian gaya tarik terhadap bagian tubuh yang cedera, sementara kontratraksi akan
menarik ke arah yang berlawanan. Traksi dapat digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan
imobilisasi. Beratnya trasi disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi. (Brunner, 2001)k
2. Strain
Istirahan, kompres dengan air dingin dan elevasi (RICE) untuk 24-48 jam pertama
Perbaikan bedah mungkin diperlukan jika robekan terjadi pada hubungan tendon-tulang
Selama penyembuhan (4-6 minggu) gerakan dari cedera harus diminimalkan.(Joyce M Black, 2014)
3. Sprain
Kompres air dingin, diberikan secara intermiten 20-30 menit selama 24-48 jam pertama setelah
cedera. Kompres air dingin menyebabkan vasokontriksi akan mengurangi perdarahan dan edema
(Jangan berlebihan nanti akan mengakibatkan kerusakan kulit). (Brunner, 2001)
1.2.Konsep Keperawatan
A. Pengakjian
Anamnesa
Keluhan nyeri
Pemeriksaan fisik
Insepksi
Edema
Hematoma
Deformitas
Palpasi
Nyeri tekan
Kripitasi
B. Diagnosa
1. Nyeri akut
Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
berlangsung kurang dari 3 bulang.
Penyebab
Agen pencedera fisik (mis. Amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi,
trauma, latihan fisik berlebihan)
Tampak meringis
Bersikap protektif
Gelisah
Definisi
Keterbatasan dalam gerakan fisik dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri
Penyebab
Gangguan muskuloskeletal
Nyeri
Subjektif :
Objektif :
Sendi kaku
Batas karakteristik
Eksternal : faktor mekanik mis. daya gesek, tekanan dan imobilitas fisik
Internal : Tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan fraktur terbuka. (T Heather Herderman,
2015)
C. Intervensi
1. Nyeri akut b.d agen cedera fisik (mis. Amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur
operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
Kriteria hasil :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi
untuk mengurangi nyeri dan mencari bantuan)
Intervensi
Pain management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termaksud lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitas
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
Tingkatkan istirahat
Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Analgesik manajemen
Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas dan derajat nyeri sebelum pemberian obat
Pilih analgesik yang diperlukan atau kombinasi dari analgesik ketika pemberian lebih dari satu
Pilih rute secara IV, IM, untuk pengobatan nyeri secara teratur
Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot,
gangguan muskuloskeletal dan nyeri
Kriteria hasil :
Intervensi :
Monitoring vital sign sebelum atau sesudah latihan dan lihat respon pasie saat latihan
Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan
Bantu pasien untuk menggunakan tongkat saat berjalan dan cegah terhadap cedera
latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan Adls secara mandiri sesuai kemampuan
Dampingi dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan pasien
Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.(Amin Huda Nurarif,
2015)
3. Kerusakan integritas kulit b.d tekanan pada tulang, gangguan turgor kulit dan fraktur terbuka
Tujuan : Tissue integrity (skin and mucous), membranes and hemodyalis akses
Kriteria hasil :
Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi dan
pigmentasi) tidak ada luka atau lesi pada kulit dan perfusi jaringan baik
Menunjukan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya cedera berulang
Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembapan kulit dan perawatan alami
Intervensi :
Pressure management
Membersihkan, memantau dan menigkatkan proses penyembuhan pada kulit luka yang ditutup
dengan jahitan, klip atau straples
Bersihkan area sekitar jahitan atau staples, menggunakan lidi kapas steril dan gunakan preparat
antiseptic sesuai program
Ganti balutan pada interval waktu yang sesuai atau biarkan luka tetap terbuka (tidak dibalut) sesuai
program.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ketika terjadi trauma muskuloskeletal harus segera di tangani karena jika tidak ditangani secara
dini maka akan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Imobilisasi, reduksi dan traksi untuk
fraktur merupakan penatalaksanaan untuk pasien fraktur. Imobilisasi dini harus dilakukan untuk
mencegah deformitas dan sebagai penyangga tulang yang patah. Ketika dicurigai adanya fraktur
cervical, maka pasang neck collar untuk membatasi gerakkan leher sehingga tidak memperburuk
keadaan leher. Jika fraktur terbuka, luka ditutup dengan pembalut bersih (steril) untuk mencegah
kontaminasi bakteri.
B. Saran
Untuk mahasiswa, agar melakukan tindakan sesuai dengan proseur dan mempersiapkan diri dengan
baik sebelum melakukan tindakan agar tidak terjadi kesalahan yang fatal
Untuk dosen, agar lebih memperhatikan mahasiswa dan mampu memberi pemahaman yang lebih
jelas kepada mahasiswa tentang materi prasat yang dibawakan.
Untuk tenaga kesehatan (perawat), ketika memberikan pelayanan kesehatan pada pasien selalu
mengutamakan keamanan penolong kemudian aman yang ditolong dengan selalu menggunakan
APD.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman Heather T dan Shigemi Kamitsuru. 2015. Nanda Internasional Defining The Knowledge Of
Nursing Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015- 2017. Edisi 10. Jakarta: EGC
M Black Joyce dan Jane Hokanson Hawks. 2014. Keperawatan Medical Bedah Manajemen Klinis
Untuk Hasil Yang Diharapkan. Jakarta; CV Pentasada Media Edukasi
Nuririf Huda Amin dan Hardi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc. Jilid 2.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Definisi Indikatator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta Selatan; Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Yanti Ruly Hutabarat dan Chandra syah Putra. 2016. Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan. Bogor; IN
MEDIA
Berbagi
KOMENTAR
POSTINGAN POPULER
Posting Komentar
Qomariah
KUNJUNGI PROFIL
Arsip
Laporkan Penyalahgunaan