Anda di halaman 1dari 21

Media Online dan Perkembangannya

Diajukan untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Dasar – dasar Broadcasting

Dosen Pengampu: Dr. Winda Kustiawan, MA

Oleh:

Kelompok 12

Vrisya Dwi Tirabusky 0105192031

Siti Sarah Agustin Harahap 0105192033

PRODI ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha


Penyayang. Kami panjatkan puji syukur atas kehadirat – Nya, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah – Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah Dasar – dasar Broadcasting ini dengan pembahasan
“Media Online dan Perkembangannya".

Makalah ini telah kami susun dengan sebaik mungkin. Untuk itu, kami
menyampaikan terima kasih kepada bapak Dr. Winda Kustiawan, MA selaku
dosen mata kuliah Dasar – dasar Broadcasting yang telah membimbing kami
dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar
kami dapat penyusunan makalah selanjutnya bisa lebih baik. Akhir kata, kami
berharap makalah tentang Media Online dan Perkembangannya ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Medan, 12 Januari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3

A. Media Online.................................................................................................3

B. Jenis – jenis Media Online............................................................................6

C. Perkembangan Media Online di Indonesia...................................................6

1. Medio 1990-an: Generasi Pertama............................................................6

2. 1998: Detik Sang Pelopor..........................................................................7

3. 2000 – 2003: Booming Dotcom dan Kejatuhannya..................................8

4. Setelah 2003: Musim Semi........................................................................9

D. Kredibilitas Media Online...........................................................................11

E. Kelebihan dan Kekurangan Media Online..................................................13

BAB III PENUTUP..............................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, masyarakat dunia termasuk Indonesia telah berada dalam


sebuah era yang sarat dengan teknologi komunikasi dan informasi. Perkembangan
teknologi komunikasi yang sangat pesat menjadikan masyarakat dunia telah
bergerak dan beralih dari era tradisional, industrialisasi ke era informasi yang
berujung pada hadirnya masyarakat informasi (information society). Rogers
menyatakan bahwa masyarakat informasi adalah sebuah masyarakat yang
sebagian besar angkatan kerjanya adalah pekerja di bidang informasi, dan
informasi telah menjadi elemen yang dianggap paling penting dalam kehidupan

Kemunculan media baru atau yang sering disebut dengan media online
banyak diminati masyarakat dunia saat ini menimbulkan fenomena baru, yaitu
konvergensi media. Konvergensi media merupakan suatu penggabungan fungsi –
fungsi beberapa media ke dalam satu media, contohnya bergabungnya fungsi
media cetak dengan internet. Internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer
luas dan besar yang mendunia, yaitu menghubungkan pemakai komputer dari
suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, dimana didalamnya terdapat
berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan
interaktif.

Meluasnya kegiatan jurnalistik yang dipublikasikan ke ranah internet


menyita perhatian khususnya bagi para pengelola manajemen media massa yang
kini banyak di kenal sebagai media online. Tak seperti televise dan radio yang
mengharuskan bahkan “memaksa” pemirsa memasang mata dan telinga supaya
tidak ada informasi yang terlewatkan, audiens media online dapat memperoleh
semua informasi tanpa merasa terpaksa karena harus berkonsentrasi. Penikmat
media online bahkan bisa mengomentari subyek berita “semaunya”. Pembaca
dapat ikut mengoreksi, memuji, dan mengecam wartawan pembuat berita, para

1
kolumnis, dan sesama pengakses berita di media online. Berdasarkan hal diatas,
penulis menyusun penjelasan mengenai media online dan perkembangannya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan media online?
2. Apa saja jenis – jenis media online?
3. Bagaimana perkembangan media online di Indonesia?
4. Bagaimana kredibilitas media online?
5. Apa saja kelebihan dan kekurangan media online?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian media online
2. Untuk mengetahui jenis – jenis media online
3. Untuk mengetahui perkembangan media online di Indonesia
4. Untuk mengetahui kredibilitas media online
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan media online

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Media Online

Dengan menjamurnya penggunaan internet saat ini yang didukung


kemajuan di bidang teknologi informasi dan telekomunikasi, terjadi adanya
pemekaran (konvergensi) dari media – media yang sudah ada sebelumnya yang
dikenal dengan adanya media baru. Yaitu mengacu pada permintaan akses ke
konten (isi/informasi) kapan saja, dimana saja, pada setiap perangkat digital serta
umpan balik pengguna interaktif, partisipasi kreatif, dan pembentukan komunitas
sekitar konten media, juga aspek generasi “real time”.

Media online didefinisikan sebagai media yang menyajikan karya


jurnalistik secara online. Menurut Lorie Ackerman pengertian media online
adalah bentuk penerbitan online yang digunakan untuk menyampaikan berbagai
ide atau gagasan. Secara umum, media online menggunakan komputer dalam
penulisan, pengeditan, pencetakan, atau proses pengiriman publikasi. Menurut
Romli, online media (media online) disebut juga cybermedia (media siber),
internet media (media internet), dan new media (media baru) dapat diartikan
sebagai media yang tersaji secara online di situs web (website) internet. Secara
teknis atau fisik, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan
multimedia (komputer dan internet). Yang termasuk kategori media online adalah
portal, website (situs web, termasuk blog dan media sosial seperti facebook dan
twitter), radio online, TV online, dan email.

Media online adalah media massa yang dapat ditemukan di internet


sehingga dapat diakses di mana saja asalkan didukung dengan adanya jaringan
internet. Internat merupakan sebuah jaringan antar komputer yang saling
berkaitan. Jaringan ini tersedia secara terus menerus sebagai pesan – pesan
elektronik, termasuk email, transmisi file dan komunikasi dua arah antar individu
atau komputer.

3
Kehadiran media online memunculkan generasi baru jurnalistik yakni
jurnalistik online. Jurnalistik online (online journalism) disebut juga cyber
jounalism, jurnalistik internet, dan jurnalistik web (web journalism) merupakan
“generasi baru” jurnalistik setelah jurnalistik konvensional (jurnalistik media
cetak, seperti surat kabar) dan jurnalistik penyiaran (broadcast journalism – radio
dan televisi). Di dalam media online, teknologi menjadi faktor penentu. Perbedaan
wartawan online dengan wartawan media lainnya adalah pada tantangan berita
cyber yang begitu cepat dalam setiap menit perubahannya, dan ruang pemberitaan
yang sebatas layar monitor. Dan pemberitaannya dapat ditanggapi secara langsung
oleh khalayak, dan dapat terhubungkan dengan berita, arsip dan sumber lain
melalui format hyperlinks. Pavlik menyebut jurnalisme ini sebagai contextualized
journalism, dikarenakan kemampuannya dalam menggabungkan kemampuan
multimedia digital, interaksi online, dan tata rupa fiturnya.

Sebagai sebuah hasil dari perkembangan teknologi komunikasi, media


online menawarkan sebuah media yang dapat digunakan sebagai alat komunikasi
antar manusia bagi para penggunanya. Hal ini dikarenakan media online memiliki
beberapa sifat diantaranya adalah interaktif dan egaliter. Menjadi bagian dari
media massa generasi ketiga, kemunculan media online di Indonesia diawali dari
peristiwa lengsernya Orde Baru tahun 1998, dimana masyarakat membutuhkan
sebuah media alternatif untuk menjawab kebutuhan akan informasi seketika, maka
pada tahun itu pula munculah www.detik.com sebagai bentuk media online
pertama di Indonesia.

Memiliki sifat yang cukup unik karena menggabungkan kemampuan


cetak, audio, dan visual membuat media online memiliki nilai lebih dibandingkan
media tradisional pada umumnya. Oleh karenanya, dengan kelebihan yang
ditawarkan tersebut, memungkinkan pengguna dapat mengakses informasi secara
lebih interaktif, sehingga menjadikan media online memiliki potensi untuk
digunakan sebagai media pembelajaran, khususnya literasi mengenai budaya.

Budaya mengacu pada bentuk bahasa, kepercayaan, nilai, norma, ataupun


kebiasaan yang menjadi gaya hidup dalam suatu masyarakat tertentu. Budaya
diwariskan dari generasi ke generasi melalui sebuah proses sosialisasi. Namun

4
demikian tidak dapat dipungkiri jika masih banyak terdapat perbedaan mengenai
definisi dan konsepsi budaya itu sendiri khususnya di kalangan generasi muda.
Hal ini disebabkan oleh munculnya arus globalisasi yang ditandai dengan
ekspansi besar – besaran terhadap industri budaya. Globalisasi dapat dipahami
sebagai bertumbuhnya saling ketergantungan antara masyarakat diseluruh dunia
terhadap penyebaran budaya yang sama, barang – barang konsumsi dan
kepentingan ekonomi.

Arus globalisasi diiringi dengan perkembangan teknologi komunikasi


seperti teknologi munculnya internet merubah pola masyarakat terhadap konsumsi
infomasi. Melalui internet pula masyarakat memiliki keragaman pilihan budaya
dan produk yang ingin dikonsumsi. Starbucks, McDonald, K – Pop, dan modern
lifestyle, menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dari generasi muda zaman
sekarang. Produk dan budaya lokal menjadi sesuatu yang tidak lagi menarik,
digantikan oleh produk budaya dan gaya hidup yang seragam diseluruh dunia,
menyebar melalui kecanggihan teknologi komunikasi dan membentuk sebuah
budaya global serta menghasilkan industri budaya baru yang melemahkan budaya
nasional atau budaya lokal suatu negara.

Media online dapat diartikan sebagai media yang dapat diakses melalui
internet. Asep Syamsul M. Romli, membagi beberapa karakteristik media online
yaitu:

1. Multimedia. Dapat memuat atau menyajikan berita/informasi dalam


bentuk teks, audio, video, grafis dan gambar secara bersamaan.
2. Aktualitas. Berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
3. Cepat. Saat berita diposting atau diuploud, berita dapat langsung diakses
oleh semua orang.
4. Update. Pembaruan (updating) informasi dapat dilakukan dengan cepat
baik dari sisi konten maupun redaksional, misalnya dalam kesalahan
ketik/ejaan.
5. Kapasitas luas. Halaman web bisa menampung naskah sangat panjang.
6. Fleksibilitas. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan saja dan dimana
saja, juga jadwal terbit (update) bisa kapan saja, setiap saat.

5
B. Jenis – jenis Media Online

Jenis – jenis media online diklasifikasikan berdasarkan situs berita dan


pemiliknya. Jika berdasarkan situs berita, maka media massa online dibagi
menjadi dua, yaitu edisi online dari media massa cetak, dan edisi online dari
media massa elektronik. Media massa online murni yaitu yang tidak ada kaitannya
dengan media massa cetak maupun media massa elektronik. Kanal berita/portal
berita media massa online yang memuat link – link berita dari situs lain.

Berdasarkan pemiliknya atau yang sering dikenal sebagai publisher, maka


media online dibagi menjadi empat, yaitu:

1. Situs penyiaran (news organization website) yang merupakan situs


lembaga pers atau organisasi pers.
2. Situs perusahaan (commercial organization website) yang digunakan oleh
perusahaan untuk kepentingan bisnis komersial.
3. Situs pemerintah.
4. Situs kelompok atau organisasi non-komersial (interest group), serta blog
pribadi (personal website).

C. Perkembangan Media Online di Indonesia

1. Medio 1990-an: Generasi Pertama


Internet di Indonesia bermula pada tahun 1990-an. Awalnya adalah proyek
hobi dari sejumlah orang yang tertarik membangun jaringan komputer. Rahmat
M. Samik-Ibrahim, Suryono Adisoemarta, Muhammad Ihsan, Robby Soebiakto,
Putu Surya, Firman Siregar, Adi Indrayanto, Onno W. Purbo adalah nama – nama
yang kerap disebut diawal sejarah internet di negeri ini. Wabah internet mulai
mengemuka di publik saat jasa layanan internet komersil pertama yaitu Indonet
berdiri pada 1994. Selanjutnya, tidak ada catatan yang akurat sejauh ini mengenai
situs pertama Indonesia yang tayang di dunia maya. Catatan tentang media
pertama yang hadir di internet jauh lebih pasti yaitu Republika Online
(www.republika.co.id).

6
Pada 17 Agustus 1994, satu tahun setelah Harian Republika terbit.
Berikutnya, pada 1996 Awak Tempo yang “menganggur” karena majalah mereka
dibredel rezim orde baru pada 1994 mendirikan tempo interaktif.com (sekarang
www.tempo.co). Bisnis Indonesia juga meluncurkan situsnya pada 2 September
1996. Selanjutnya, jauh dari Jakarta, pada 11 Juli 1997, Harian Waspada di
Sumatera Utara meluncurkan Waspada Online (www.waspada.co.id). Tak lama
setelah Waspada Online, muncul Kompas Online (www. kompas.com) pada 22
Agustus 1997. Merekalah generasi pertama media online di Indonesia. Kontennya
hanya memindahkan halaman edisi cetak ke internet, kecuali tempointeraktif yang
tidak lagi memiliki edisi cetak.

Pada tahun – tahun ini berita – berita yang tayang di situs – situs media
online itu bersifat statis. Internet pun belum begitu populer di tanah air. Selain itu,
situs – situs berita itu belum berorientasi bisnis. Sejumlah petinggi media tersebut
yang dihubungi AJI Indonesia bercerita tentang konsep awal mereka terjun ke
online. Edi Taslim, Vice Director PT. Kompas Cyber Media, menceritakan
konsep awal Kompas Online hanya memindahkan konten Harian Kompas ke
internet. Redaktur tempo.co (nama baru tempointeraktif. com), Widiarsi Agustina,
mengemukakan tempointeraktif.com bukan merupakan versi online dari Majalah
Tempo yang dibredel tahun 1994. Namun, seperti halnya majalah,
tempointeraktif.com di – update mingguan. Daru Priyambodo, Pemimpin Redaksi
tempo.co, mengemukakan hal yang sama. Media – media online yang muncul
pada tahun – tahun pertama ini sebenarnya hanya salinan dari versi cetak. Mereka
belum memiliki model bisnis yang dirancang untuk menghasilkan laba karena
media ini dilahirkan sebagai simbol prestise

2. 1998: Detik Sang Pelopor


Khasanah media online yang statis berubah sejak detik.com muncul.
Digagas oleh empat sekawan yaitu Budiono Darsono, Yayan Sopyan, Abdul
Rahman dan Didi Nugrahadi, www.detik.com diunggah pertama kali pada 9 Juli
1998. Tidak ada media cetak yang mengindukinya. Detik muncul sebagai media
online otonom. Meski menyandang nama Detik, tidak ada hubungan apapun
antara detik.com dengan Tabloid Detik dan Detak kecuali bahwa Budiono dan
Yayan pernah menjadi editor di Tabloid Detik. Sapto Anggoro, jurnalis awal

7
detik.com, menceritakan dalam buku “Detikcom: Legenda Media Online” (2012),
Budiono sebenarnya sempat menganggur sebagai “jurnalis” selama beberapa
tahun selepas dari tabloid Detik. Ia sibuk mengurus Agrakom, bisnis web
developer yang ia dirikan bersama rekannya. Momen perubahan sosial politik di
tahun 1998 menggerakkan Budiono untuk membuat sebuah media baru yang tidak
mudah dibredel dan mampu memberikan informasi secepat mungkin tanpa harus
menunggu dicetak besok pagi. Budiono sempat menawarkan konsep media online
itu kepada Harian Kompas yang merupakan klien perusahaan Agrakom. Tawaran
itu tak bersambut. Budiono tak patah arang, bersama tiga rekannya, ia
meluncurkan detik.com dengan modal awal Rp 40 juta.

Tanpa dukungan media cetak, seperti media online generasi pertama,


www.detik.com mengenalkan langgam berita baru: ringkas to the point. Kerap,
atas nama kecepatan, berita detik.com tidak selalu lengkap dengan unsur 5W + 1H
layaknya pakem baku jurnalistik. Budiono mengenalkan langgam running news,
yakni sebuah penyajian berita serial yang meniru cara breaking news stasiun
berita CNN atau yang biasa juga diterapkan pada kantor – kantor berita asing
seperti AP, AFP, atau Reuters. Konsep ini mendapat tempat di hati pembaca di
tengah penetrasi internet yang sangat rendah dan berbiaya mahal.

3. 2000 – 2003: Booming Dotcom dan Kejatuhannya


Akhir 1990-an, dunia dilanda booming dotcom. Indonesia tak lepas dari
pengaruh gelombang baru ini. Situs – situs lokal bermunculan satu per satu,
termasuk situs – situ berita. Beberapa situs berita yang lahir pada era ini antara
lain astaga.com, satunet.com, lippostar.com, kopitime.com dan berpolitik.com.
Mereka yang terjun ke situs – situs berita ini adalah para pemodal berkantong
tebal. Astaga dan Satunet dimodali investor asing, sementara Lippostar adalah
besutan Grup Lippo, perusahaan papan atas di Indonesia. Kopitime.com juga
menorehkan sejarah di era ini sebagai media online pertama yang tercatat di Bursa
Efek Jakarta. Diluar nama – nama itu, satu persatu media online terus
bermunculan.

Euforia online di tanah air tidak bertahan lama. Kegairahan media – media
online baru dengan kucuran dana besar dari para investornya rupanya tidak

8
diimbangi dengan pertumbuhan bisnis yang baik. Memasuki tahun 2002, satu per
satu media berguguran, tak mampu mengongkosi biaya operasional. Kopitime pun
tak lama menikmati lantai bursa. Pada 2003 saham Kopitime disuspensi di harga
Rp 5 per lembar. Meski dilanda krisis, detik.com tetap bertahan meski harus
melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap sejumlah karyawannya. Dua
media online lain yang juga bertahan dari krisis adalah kompas.com dan
tempointeraktif.com. Dua terakhir ini tidak gugur karena ditopang kokoh oleh
media induknya yang berbasis cetak. Namun, prahara dotcom kala itu belumlah
dianggap sebagai kiamat. Masih ada sebersit optimisme dari para pelaku media
cetak untuk mempertahankan bahkan memunculkan versi online mereka.
Kompas.com yang kala itu di – branding sebagai Kompas Cyber Media atau
KCM terus dipertahankan meski roda bisnis terasa berat berputar. Republika.co.id
juga bertahan bahkan memperbaiki penampilannya pada 2003. Meski belum
memiliki prospek bisnis, sejumlah media cetak pun masih mempertahankan situs
mereka seperti suarapembaruan.com, mediaindonesia.com, dan bisnis.com.

4. Setelah 2003: Musim Semi


Prahara di sepanjang 2002 dan 2003 tak mengikis semangat juang para
pemilik modal. Awal 2003, muncul www.kapanlagi.com. adalah Steve Christian
bersama seorang rekannya yang baru pulang kuliah dari Australia mengonsep
sebuah situs hiburan yang tujuh tahun kemudian berkembang menjadi media
hiburan terpopuler di jagat internet Indonesia. “Kami tahu bahwa jika kami
melakukannya dengan benar dan fokus pada pengalaman pengguna, kami bisa
menjadi pemain utama dalam pasar,” kata Steve. Ia mengakui, kue peruntungan
yang didapat dari bisnis ini memang belum sebesar yang didapat cetak, namun
angkanya semakin tahun terus membaik. Tahun 2012 ini, Steve mencoba
peruntungan baru dengan membangun situs berita yang lebih “serius” www.
merdeka.com. Menjelang tahun 2004, prahara yang nyaris meluluhlantakkan
bisnis dotcom di tanah air seperti terlupakan. Memasuki tahun 2006, grup PT.
Media Nusantara Citra (MNC) yang memiliki tiga stasiun televisi yaitu RCTI,
Global TV, dan TPI yang kemudian berubah menjadi MNC menyiapkan situs
www.okezone. com. “Secara resmi diluncurkan (commercial launch) pada 1
Maret 2007,” kata Pemimpin Redaksi okezone.com, M. Budi Santosa.

9
Okezone menjadi penanda bangkitnya lagi kegairahan pada media online
di Indonesia. Tak lama setelah okezone.com, Grup Bakrie yang sedang
mengonsolidasikan dua stasiun televisinya dalam anak grup Visi Media Asia
(VIVA) juga tertarik ikut bermain di media online. Mei 2008, empat wartawan
Tempo, dua di antaranya baru saja usai sekolah di Amerika Serikat dan Inggris,
menawarkan sebuah konsep media online baru. Sebelumnya, mereka menawarkan
konsep ini kepada Tempo, tapi tak mendapat respons memadai. Nezar Patria, satu
dari empat orang itu, menceritakan, Anindya Bakrie yang merupakan pemuncak
Grup Bakrie tertarik dan memandang konsep media baru ini memiliki masa
depan. “Kebetulan dia punya bisnis infrastruktur di bawah Grup B-Tel,” kata
Nezar yang kini Redaktur Pelaksana VIVAnews.com itu. Desember 2008,
vivanews.com pun diluncurkan.

Melihat persaingan yang makin ketat, kompas.com pun melakukan


perubahan besar pada situsnya. Edi Taslim menyebut, Grup Kompas Gramedia
menggelontorkan Rp 11 miliar untuk “reborn” kompas.com pada 2008. Situs yang
dulu hadir dengan nama Kompas Cyber Media atau KCM lahir baru dengan
branding Kompas.com. Perubahan signifikan dari “media baru” ini adalah
mempraktikkan langkah sinergi dengan mengkonvergensikan sejumlah media di
bawah grup Kompas Gramedia ke dalam kompas.com. ”Kompas.com juga men-
deliver konten melalui augmented reality. Beberapa laporan Harian Kompas yang
notabene cetak juga dimultimediakan, seperti laporan ‘Ekspedisi Cincin Api’ dan
‘Ekspedisi Citarum’ yang memenangkan penghargaan tingkat Asia,” kata Edi
Taslim.

Grup Tempo yang memiliki tempointeraktif.com juga melihat kegairahan


baru ini. Sejak 2008, Tempointeraktif mulai digarap serius: staf ditambah, format
baru dicari. Widiarsi menyebut, salah satu kendalanya ternyata persoalan teknis:
nama situs. Tempo.com sudah ada yang punya. Di sinilah ihwal munculnya
peralihan dari www.tempointeraktif.com menjadi www.tempo.co. “Alhamdulilah,
sejak November 2011 diluncurkan, dari ranking 1.530 Indonesia di Alexa, belasan
ribu di dunia, hanya waktu dua bulan, kami sudah naik jadi nomor 40 di Alexa.
Dan kami ranking 5 untuk portal berita se – Indonesia” kata Niniel, panggilan
akrab Widiarsi Agustina. Selepas 2003, situs – situs berita yang mewarnai jagad

10
maya tanah air tampil lebih atraktif. Seiring perkembangan teknologi internet
yang hadir dengan web 2.0-nya, situs – situs itu mulai membuka ruang terjadinya
interaksi antar pembaca di situs mereka. Pembaca dapat memberikan komentar
pada berita. Disediakan pula ruang diskusi dalam forum. Partisipasi pembaca
diberi ruang lebih luas dalam layanan blogging. Detik.com menyediakan
detikblog, sementara Kompas.com membuka Kompasiana.

D. Kredibilitas Media Online

Media online diragukan dari sisi kredibilitas mengingat orang yang tidak
memiliki keterampilan menulis (jurnalistik) yang memadai pun bisa
memublikasikan informasinya. Kredibilitas tinggi umumnya dimiliki media online
yang dikelola oleh lembaga pers yang juga menerbitkan edisi cetak atau
elektronik. Menurut berbagai survei di Amerika, seperti dilaporkan Cassidy
(2007) dalam "Online news credibility: An examination of the perceptions of
newspaper journalist" (Journal of Computer – Mediated Communication), selama
dua dekade terakhir, kepercayaan publik terhadap media massa menurun (Project
for Excellence in Journalism, 2006). The Pew Research Center (2005)
melaporkan, 60% orang Amerika berpikir media bias secara politik dalam laporan
mereka.

Kepercayaan publik terhadap organisasi berita utama juga telah menurun


sejak pertengahan 1980 – an. Sebagai contoh, tahun 2002 hanya 65% orang
Amerika yang disurvei menilai berita ABC sebagai sangat dipercaya, turun dari
83% tahun 1985.

Mengenai kredibilitas informasi online, penelitian umumnya menemukan


tingkat kepercayaan publik terhadap berita online sama dengan media lainnya.
Johnson dan Kaye (1998) mensurvei pengguna internet secara politik, apakah
mereka memandang media online sangat kredibel seperti media tradisional.

Hasilnya, koran online, majalah berita, dan situs yang berorientasi politis
dinilai setidaknya “agak dipercaya oleh lebih dari dua pertiga responden. Selain

11
itu, surat kabar online dan literature kandidat secara online dinilai signifikan lebih
kredibel daripada media tradisional.

Survei The Online News Asociation (2002) melaporkan, berita online


dinilai sama kredibelnya dengan media tradisional. Studi Ognianova (1998)
menemukan, situs berita yang terkait dengan jaringan surat kabar atau televisi
dianggap lebih kredibel daripada situs tersebut tidak terkait dengan organisasi
seperti itu.

Namun demikian, kredibilitas media online menurun dari sisi akurasi.


Sebagian besar wartawan yang disurvei dalam penelitian Pew Research Center
(2004) mengatakan, internet telah meningkatkan jumlah informasi yang salah.

Arant dan Anderson (2001) bahkan menemukan hampir setengah editor


media online mengaku punya sedikit waktu untuk memverifikasi informasi
sebelum berita itu diposting. Dengan fakta di atas, anggapan media cetak akan
“habis” digulung media online tidaklah tepat. Media cetak tetap memiliki pasar
tersendiri dan memiliki kredibilitas yang lebih dibandingkan media online.

Dibandingkan dengan media online, media cetak hadir di tengah


pembacanya melalui proses yang rumit. Namun berkat kerumitan itu pula,
hasilnya lebih kredibel dan akuntabel dibandingkan media online. Dalam
jurnalistik cetak ada rangkaian news processing – news planning, news hunting,
news writing, news editing, layouting/setting, pracetak, cetak, dan distribusi.

Kecermatan pun terjaga karena sebelum sampai kepada pembaca ia


melalui “banyak tangan” yang sengaja atau tidak disengaja turut melakukan
penyuntingan, mulai dari wartawannya, editor, hingga proof reader atau korektor.
Sang layouter, misalnya, juga sering menemukan judul atau naskah yang salah
ketik atau salah eja.

Karena proses yang rumit itu pula, karya jurnalistik cetak lebih dapat
dipercaya dan dipertanggungjawabkan (kredibilitas dan akuntabilitas). Karakter
lain, penggunaan bahasa jurnalistik dalam jurnalistik cetak diberlakukan secara
ketat karena keterbatasan halaman/ruang atau sangat mempengaruhi layout/tata

12
letak. Alhasil, media online dan media cetak saling melengkapi, saling dukung,
bukan saling mengalahkan.

E. Kelebihan dan Kekurangan Media Online

Tiap media mempunyai karakteristik yang berbeda – beda. Masing –


masing mempunyai keunggulan dan kelemahan. Morissan menyebutkan, internet
mempunyai keunggulan tersendiri dibandingkan dari media lainnya yaitu:

1. Target konsumen khusus. Media ini mampu membidik konsumen secara


efektif tanpa menimbulkan pemborosan media (waste coverage). Seperti yang
dikemukakan Belch, satu keunggulan website adalah kemampuannya untuk
menjangkau kelompok individu yang sangat spesifik dengan pemborosan
minimal.
2. Pesan khusus. Sesuai dengan target konsumen yang khusus, pesan pun bisa
dirancang agar sesuai dengan konsumennya. Kemampuan internet sebagai
media komunikasi yang interaktif memungkinkan dilakukannya pemasaran
personal (one to one marketing), setiap orang dilayani secara personal.
3. Kemampuan interaktif. Melalui cara ini, konsumen dan perusahaan saling
mendapatkan umpan balik (feedback) yang mendorong konsumen untuk
memahami produk yang ditawarkan. Semakin besar kemampuan website
melakukan komunikasi interaktif, semakin menarik bagi konsumen.
4. Akses informasi. Search engine semacam Google maupun Yahoo berperan
besar dalam menyediakan informasi yang diinginkan. Sistem link yang
tersedia juga semakin mengarahkan pada produk dan informasi yang
diinginkan konsumen.
5. Kreativitas. Desain web yang menarik dan kreatif akan meningkatkan citra
positif dari perusahaan yang bersangkutan.
6. Ekspos luas. Dengan anggaran promosi yang terbatas, internet dapat
menjangkau konsumen yang tidak dapat dijangkau media konvensional.
Melalui internet juga, produk dapat terekspos hingga nasional bahkan
internasional.
7. Kecepatan. Internet memudahkan penyebaran informasi secara cepat akan
produk yang ditawarkan.

13
Di samping keunggulan, menurut Morissan media internet ini juga
mempunyai keterbatasan, yaitu:

1. Jumlah audiens. Kelemahan terbesar dari internet adalah jumlah audiens


yang tidak akurat dari situs web.
2. Karakteristik audiens. Pertumbuhan audiens yang cepat, membuat
karakteristik audiens tumbuh secara cepat pula. Data mengenai karakteristik
audiens ini pun menjadi lebih cepat kadaluwarsa dibanding data media riset
lainnya.
3. Proses lambat. Hal ini terkait dengan jumlah pengunjung dari situs web
tertentu yang membuka situs yang sama secara bersamaan. Keadaan ini akan
membuat kecepatan membuka situs tersbut menjadi lambat.
4. Penipuan. Sampai saat ini internet belum mendapat jaminan menjadi media
yang aman dari penipuan ketika transaksi.
5. Biaya. Meskipun biaya pemasangan iklan di internet lebih murah, namun
ongkos yang dibutuhkan untuk mendapat audiens yang dicapai bisa lebih
mahal. Mahalnya biaya internet adalah ketika perusahaan menginginkan situs
yang menarik, maka biaya pemeliharaannya juga tidak sedikit.
6. Jangkauan terbatas. Meskipun pengguna internet meningkat, jumlah audiens
masih jauh di bawah penonton televisi. Perusahaan juga perlu beriklan di
televisi untuk menarik audiens berkunjung ke situsnya.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Media online adalah media massa yang dapat ditemukan di internet
sehingga dapat diakses di mana saja asalkan didukung dengan adanya jaringan
internet. Yang termasuk kategori media online adalah portal, website (situs web,
termasuk blog dan media sosial seperti facebook dan twitter), radio online, TV
online, dan email.

Berdasarkan pemiliknya atau yang sering dikenal sebagai publisher, maka


media online dibagi menjadi empat, yaitu: situs penyiaran (news organization
website), situs perusahaan (commercial organization website), situs pemerintah,
situs kelompok atau organisasi non-komersial (interest group), serta blog pribadi
(personal website).

Perkembangan media online terdiri dari; Medio 1990-an: Generasi


Pertama, 1998: Detik Sang Pelopor, 2000 – 2003: Booming Dotcom dan
Kejatuhannya, dan setelah 2003: Musim Semi.

Media online diragukan dari sisi kredibilitas mengingat orang yang tidak
memiliki keterampilan menulis (jurnalistik) yang memadai pun bisa
memublikasikan informasinya. Kredibilitas tinggi umumnya dimiliki media online
yang dikelola oleh lembaga pers yang juga menerbitkan edisi cetak atau
elektronik. Karya jurnalistik cetak lebih dapat dipercaya dan
dipertanggungjawabkan (kredibilitas dan akuntabilitas). Karakter lain,
penggunaan bahasa jurnalistik dalam jurnalistik cetak diberlakukan secara ketat
karena keterbatasan halaman/ruang atau sangat mempengaruhi layout/tata letak.
Alhasil, media online dan media cetak saling melengkapi, saling dukung, bukan
saling mengalahkan.

Morissan menyebutkan, internet mempunyai keunggulan tersendiri


dibandingkan dari media lainnya yaitu: (1) Target konsumen khusus, (2) Pesan

15
khusus, (3) Kemampuan interaktif, (4) Akses informasi, (5) Kreativitas, (6)
Ekspos luas, dan (7) Kecepatan.

Di samping keunggulan, menurut Morissan media internet ini juga


mempunyai keterbatasan, yaitu (1) Jumlah audiens, (2) Karakteristik audiens, (3)
Proses lambat, (4) Penipuan, (5) Biaya, dan (6) Jangkauan terbatas.

B. Saran
Para pengguna media online disarankan untuk mengikuti ketentuan –
ketentuan yang ada serta memanfaatkan media online secara benar dan sesuai
dengan norma – norma di masyarakat, karena selain untuk memperbaharui
informasi, pertemanan, media online lebih baik dimanfaatkan untuk hal – hal
seperti kegiatan belajar dan mengajar via media online, membuat grup untuk
sarana diskusi pelajaran, menyalurkan hobi dan sebagai media penyimpanan data.
Implementasikan media online dengan baik dan benar, gunakan peluang yang ada
sebagai sarana yang positif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, Ali S.T. 2005. Menguasai Internet Plus Pembuatan Web. Bandung:
M2S.

K, Septiawan Santana. 2005. Jurnalisme Kontemporer. Jakarta: Yayasan


Obor Indonesia.

Kusumaningrat, Hikmat dan Kusuma Ningrat Purnama. 2005. Jurnalistik


Teori dan Praktik. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Margianto, J. Heru dan Asep Syaefullah, 2012, Media Online: Antara


Pembaca, Laba, dan Etika, Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen (AJI)
Indonesia

McQuail, Denis. 2011. Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba


Humanika.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Pamuji, Eko. 2019. MEDIA CETAK vs MEDIA ONLINE. Surabaya: Unitomo


Press.

Romli, Asep Syamsul M. 2012. Jurnalistik Online. Panduan Praktis


Mengelola. Media Online. Bandung: Nuansa Cendikia.

Rumanti, Maria Assumpte. 2002. Dasar – dasar Public Relation: Teori dan
Praktik.

Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media: Suara Pengantar untuk Analisis
Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Tamburaka, Apriadi. 2012. Agenda Setting Media. Massa. Jakarta: Rajawali


Pers.

17
Ahmad, Amar. 2013. Perkembangan Media Online dan Fenomena
Disinformasi (Analisis pada Sejumlah Situs Islam) Jurnal Pekommas. Vol.
16 No. 3.

B, Gita Aprinta E. 2013. Fungsi Media Online sebagai Media Literasi

Budaya bagi Generasi Muda. THE MESSENGER, Volume V Nomor 1.

18

Anda mungkin juga menyukai