Anda di halaman 1dari 8

STRATEGI PELAKSANAAN KLIEN DENGAN PERILAKU

KEKERASAN

GAMBARAN KASUS

Nn. D umur 20 tahun yang beralamat di jalan Mawar no.3, Cilandak, Jakrta

Selatan. Ia dibawa ke RSJ Marzoeki Mahdi Bogor pada tanggal 24-03-2009,

dengan alas an kakak klien mengatakan bahwa Nn.D sering berteriak sering

memukul dirinya sendiri.

Sebelumnya sekitar 8 bulan yang klien pernah dibawa oleh keluarganya ke

paranormal dengan alasan yang sama, tetapi klien tidak kunjunng sembuh.

Keluarga klien mengatakan juga bahwa klien mengalami gagguan jiwa sejak ia

diceraikan oleh suaminya. Dan selama klien berumahtangga dengan mantan

suaminya, klien juga sering mendapat perilaku kekerasan dari suaminya, seperti

dipukul atau diinjak perutnya saat klien sedang hamil 4 bulan.

Saat dilakukan pengkajian klien tampak berantakan, tekanan darh klien

140/90 mmHg, Nadi 89 x/menit, suhu 37o C, dan RR 24 x/menit. Mata klien juga

melotot dan dengan pandangan yang tajam, nada suara klien juga tinggi, tangan

sering mengepal, tampak tegangn saat bercerita dan pembicaraan klien kasar.

STRATEGI PELAKSANAAN KLIEN DENGAN PERILAKU

KEKERASAN

A. Proses keperawatan

1. Kondisi klien
a. Data subyektif :

1) Klien mengatakan pernah melakukan tindak kekerasan

2) Klien mengatakan merasa orang lain mengancam

3) Klien mengatakan orang lain jahat

b. Data objektif :

1) Klien tampak tegang saat bercerita

2) Pembicaraan klien kasar jika dia menceritakan marahnya

3) Mata melotot, pandangan tajam

4) Mengancam secara verbal dan fisik

5) Nada suara tinggi

6) Tangan mengepal

7) Berteriak/menjerit

8) Memukul

2. Diagnosa keperawatan

Risiko tinggi perilaku kekerasan

3. Tujuan keperawatan
a. Tujuan umum :

Klien dapat mengontrol atau mencegah perilaku kekerasan baik

secara fisik, sosial atau verbal, spiritual, dan terapi psikoformatika.

b. Tujuan khusus :

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan

3) Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

4) Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang dapat dilakukan

5) Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan

6) Klien dapat menyebutkan cara mengontrol perilaku kekerasan

7) Klien dapat mempraktekkan cara mengontrol perilaku kekerasan

8) Klien dapat memasukkan latihan ke dalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya

b. Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan marahnya


c. Bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan yang

dialaminya

d. Diskusikan denngan klien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini

e. Diskusikan dengan klien akibat negative (kerugian) cara yang dilakukan

pada :

1) Diri sendiri

2) Orang lain/keluarga

3) Lingkungan

f. Diskusikan bersama klien cara mengontrol perilaku kekerasan

g. Tentang mempraktekkan latihan cara mengontrol fisik

h. Anjurkan klien untuk memasukkan kegiatan didalam jadwal kegiatan

harian

B. Strategi komunikasi

1. Fase orientasi

a. Salam : “ Assalamu’alaikum, Selamat pagi? ”

b. Evaluasi : “ Bagaimana perasaan Mba saat ini? Apa yang sedang Mba

rasakan saat ini? ”


“ Perkenalkan Mba Nama saya Suster S. Mba namanya

siapa?biasanya dipanggil apa? ”

c. Kontrak

1) Topik : “ Baiklah Mba D, saat ini kita akan membahas tentang

penyebab

Mba marah dan mengontrol rasa marah secara fisik. ”

2) Waktu : “ Mba D ingin berapa lama kita akan berbincang-bincang? ”

3) Tempat : “ Dimana tempat Mba D inginkan untuk kita berbincang-

bincanng? ”

2. Fase kerja

a. Identifikasi penyebab perilaku kekerasan :

“ Apa yang menyebabkan Mba D marah? ”

b. Identifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan

“ Saat Mba D sedang marah apa yang akan Mba rasakan? Apakah

dada Mba berdebar-debar lebih kencang? Atau Mata melotot? ”.

c. Identifikasi perilaku kekerasan yang dilakukan

“ Saat Mba D marah apa yang Mba lakukan? ”


d. Identifikasi akibat risiko tinggi perilaku kekerasan

“ Apakah dengnan cara itu marah/kesal Mba dapat terselesaikan?

” Ya tentu tidak, apa kerugian yang Mba D alami? Betul Mba jadi

masuk ke ruang Isolasi.”

e. Menyebutkan cara mengontrol risiko tinggi perialu kekerasan

“Pertama mari kita coba melakukan latihan tarik napas dalam.

Sekarang Mba D bisa berdiri atau duduk rilex’s, lalu tarik napas

dalam dari hidung tahan sebentar, lalu keluarkan perlahan-lahan

melalui mulut. Ini dilakukan sebanyak 5 kali ya Mba? ”

f. Membantu klien mempraktekkan cara latihan cara mengontrol fisik

“ Sekarang coba Mba lakukan bagaimana latihan napas dalam?

Pertam tarik napas melalui hidung, ya seperti itu Mba bagus,

kemudian hembuskan melalui mulut. Ini dilakukan selam 5 kali

ya Mba. Ayo sekarang lakukan kembali, tarik napas dalam-dalam

melalui hidung, Mba D rasakan betapa sejuknya udara bersih

yang masuk ke paru-paru kita, kemudian hembuskan pelan-pelan

melalui mulut, ya seperti itu Mba, Bagus..”

g. Membantu klien memasukkan kegiatan sehari-hari

“ Nah..Mba D tadi telah melakukan latiahan teknik relaksasi

napas dalam, bagaimana kalau latihan ini kita buat jadwal


kegiatan sehari-hari Mba? Baik kita masukkan ya ke jadwal

kegiatan sehari-hari Mba? Kapan waktu yang Mba D inginkan

untuk melakukan latihan ini? Bagaimana kalau setiap jam 09.00

pagi?

3. Fase terminasi

a. Evaluasi

“ Bagaiman perasaan Mba setelah melakukan latihan teknik

relaksasi napas dalam tadi? Ya..betul, dan kelihatannya Mba

terlihat sudah lebih rileks. Kalau begitu coba Mba praktikkan lagi

latihan teknik napas dalam yang saya ajarkan tadi. ”.

b. RTL (Rencana Tindak Lanjut)

“ Ya..Bagus Mba. Mba telah bisa melakukannya dengan baik.

Besok kita akan bertemu kembali untuk mengajarkan Mba D

teknik relakasasi lain yang dpat membantu mengontrol rasa marah

Mba. Tapi sebelumnya Mba D harus bias mengatasi rasa marah

Mba dengan teknik relaksasi napas dalam yang telah saya ajarkan

tadi.”

c. Kontrak waktu yang akan datang

“ Baik Mba D kita sudah selesai berbincang-bincangnya, besok

saya akan menemui Mba kembali untuk melihat perkembangan


kondisi Mba D dan mengajarkan teknik relaksasi yang lain. Mba

D mau jam berapa kita ketemunya? Baik jam ya Mba , sesuai

kesepakatan kita. Tempatnya di sisni ya Mba? ”

d. Antisipasi maslah

“ Mba, jika Mba D ingin merasa marah lagi pada saat saya tidak

ada, Mba dapat melakukan sendiri teknik relaksasi napas dalam

yang telah saya ajarkan tadi, atau jika dengan teknik ini rasa

marah Mba D tidak berkurang Mba bias memanggil perawat yang

ada di sini. Baik Mba, kalau begitu saya permisi dulu, sampai

jumpa. Assalamu’alaikum..”

Anda mungkin juga menyukai