Anda di halaman 1dari 10

EPIDEMIOLOGI KELOMPOK 7

FADHILAH 1805025131
SAVANAH 1805025087
VANESSA IKMALIA OKTAVIANA 1805025209
TARISA ZAHRAH JINAN 1805025158
FITRIYAH ARIFAH REGAR 1805025283

KAJIAN EPIDEMIOLOGI

1. Penjelasan penyakit/masalah gizi (definisi, klasifikasi, jenis hubungan sebab akibat)

Definisi : Diabetes Melitus adalah kelainan metabolik dengan etiologi multifaktorial yang ditandai dengan hiperglikemia kronis dan
gangguan metabolisme karbohidrat, lemak serta protein yang disebabkan insufisiensi sekresi insulin ataupun aktivitas endogen insulin atau
keduanya . Hiperglikemia kronis pada diabetes melitus akan disertai dengan kerusakan, gangguan fungsi beberapa organ tubuh khususnya
mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah. Kelainan metabolisme yang paling utama ialah kelainan metabolisme karbohidarat. Oleh
karena itu diagnosis diabetes melitus selalu berdasarkan tingginya kadar glukosa dalam plasma darah.

Klasifikasi : Secara etiologi DM dapat dibagi menjadi DM tipe 1, DM tipe 2, DM dalam kehamilan, dan diabetes tipe lain.

1. DM tipe 1 atau yang dikenal dengan nama Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β pankreas (reaksi
autoimun). Sel β pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa
dalam tubuh. Bila kerusakan sel β pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala DM mulai muncul. Perusakan sel ini lebih cepat terjadi
pada anak-anak daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 terjadi karena proses autoimun dan sebagian kecil non autoimun.
DM tipe 1 yang tidak diketahui penyebabnya juga disebut sebagai type 1 idiopathic, pada mereka ini ditemukan insulinopenia tanpa
adanya petanda imun dan mudah sekali mengalami ketoasidosis. DM tipe 1 sebagian 4 besar (75% kasus) terjadi sebelum usia 30 tahun
dan DM tipe ini diperkirakan terjadi sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM yang ada.

2. DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dikenal sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Bentuk DM ini
bervariasi mulai yang dominan resistensi insulin, defisiensi insulin relatif sampai defek sekresi insulin. Pada diabetes ini terjadi
penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer dan disfungsi sel β. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin
yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Kegemukan
sering berhubungan dengan kondisi ini. DM tipe 2 umumnya terjadi pada usia > 40 tahun. Pada DM tipe 2 terjadi gangguan pengikatan
glukosa oleh reseptornya tetapi produksi insulin masih dalam batas normal sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.

3. DM dalam kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu
hamil gagal mempertahankan euglycemia). Pada umumnya ditemukan pada kehamilan trimester kedua atau ketiga. Faktor risiko GDM
yakni riwayat keluarga DM, kegemukan dan glikosuria. GDM meningkatkan morbiditas neonatus, misalnya hipoglikemia, ikterus,
polisitemia dan makrosomia. Hal ini terjadi karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang pertumbuhan
bayi dan makrosomia. Kasus GDM kira-kira 3-5% dari ibu hamil dan para ibu tersebut meningkat risikonya untuk menjadi DM di
kehamilan berikutnya.

4. Subkelas DM lainnya yakni individu mengalami hiperglikemia akibat kelainan spesifik (kelainan genetik fungsi sel beta), endokrinopati
(penyakit Cushing’s, akromegali), penggunaan obat yang mengganggu fungsi sel beta (dilantin), penggunaan obat yang mengganggu
kerja insulin (b-adrenergik) dan infeksi atau sindroma genetik (Down’s, Klinefelter’s).

Patofisiologi :

1. DM tipe 1

DM tipe 1 biasanya ditandai oleh defisiensi insulin absolut karena kerusakan sel betha pankreas akibat serangan autoimun. Diabetes ini
sering berkembang pada anak-anak, bermanifestasi pada pubertas dan memburuk sejalan dengan bertambahnya usia. Untuk bertahan
hidup diabetes tipe ini memerlukan insulin eksogen seumur hidup (Deni Yasmara, et al, 2016). Pada DM tipe 1 terjadi penurunan
produksi dan sekresi insulin akibat destruksi sel-sel beta pankreas oleh proses autoimun. Insulin memegang
peranan penting dalam proses sintesis cadangan energi sel. Pada keadaan normal, insulin disekresikan sebagai respon terhadap adanya
peningkatan glukosa darah yang diatur oleh suatu mekanisme kompleks yang melibatkan sistem neural, hormonal, dan substrat. Hal ini
memungkinkan pengaturan disposisi energi yang berasal dari makanan menjadi energi yang akan dipakai ataupun disimpan dalam bentuk
lain. Dengan menurunnya produksi insulin pada DM tipe 1, cadangan glukosa tidak dapat masuk kedalam hepar ataupun sel otot untuk
disimpan (glikogenesis) dan menimbulkan keadaan hiperglikemia post prandial (sesudah makan) di dalam darah (Danescu dkk., 2009).
2. DM tipe 2

Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu
merespon insulin secara normal. Keadaan ini disebut sebagai resistensi insulin. Resistensi insulin banyak terjadi akibat dari obesitas dan
kurang nya aktivitas fisik serta penuaan. Defisiensi fungsi insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut. Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan gangguan pada sekresi insulin fase pertama, artinya sekresi
insulin gagal mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada perkembangan selanjutnya akan terjadi
kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi insulin,
sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua
faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

2. Dampak

Selain penyakit kardiovaskuler, DM juga merupakan salah satu penyebab utama penyakit ginjal dan kebutaan pada usia di bawah 65
tahun, dan juga amputasi (Marshall dan Flyvbjerg, 2006 dalam Hill, 2011). Selain itu, diabetes juga menjadi penyebab terjadinya
amputasi (yang bukan disebabkan oleh trauma), disabilitas, hingga kematian. Dampak lain dari diabetes adalah mengurangi usia harapan
hidup sebesar 5-10 tahun. Usia harapan hidup penderita DM tipe 2 yang mengidap penyakit mental serius, seperti Skizofrenia, bahkan
20% lebih rendah dibandingkan dengan populasi umum. (Goldberg, 2007 dalam Garnita, 2012).
Diabetes dan komplikasinya membawa kerugian ekonomi yang besar bagi penderita diabetes dan keluarga mereka, sistem kesehatan dan
ekonomi nasional melalui biaya medis langsung, kehilangan pekerjaan dan penghasilan. Termasuk komponen biaya utama adalah rumah
sakit dan perawatan rawat jalan, faktor lain yang membutuhkan biaya besar adalah kenaikan biaya untuk insulin analog 1 yang semakin
banyak diresepkan meskipun sedikit bukti bahwa insulin tipe tersebut memberikan efek yang signifikan dibandingkan insulin manusia
yang lebih murah.

3. Besaran masalah

Prevalensi penderita DM di Indonesia menempati urutan ke 4 dunia dengan jumlah penderita sebanyak 12 juta jiwa dan diperkirakan
akan meningkat menjadi 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi penderita DM di yogyakarta sebanyak 72,207 jiwa dan penyakit DM
termasuk dalam sepuluh besar penyakit penyebab kematian di yogyakarta (Riskesdas, 2013). Populasi penderita DM di Indonesia
diperkirakan berkisar antara 1,5 sampai 2,5% kecuali di Manado 6%. Dengan jumlah penduduk sekitar 200 juta jiwa,berarti lebih kurang
3-5 juta jiwa penduduk Indonesia menderita DM (WHO, 1999). Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia lebih dari 15 tahun
dengan DM adalah 6,9%. Prevalansi diabetes yang terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di DIY (2,6%), Jakarta (2,5%), Sumatra Utara
(2,4%). Prevalansi diabetes yang terdiagnosis dokter atau berdasarkan gejala, tertinggi terdapat di Sulawesi Tengah (3,7%), Sulawesi
Utara (3,6%), Sulawesi Selatan (3,4%), dan NTT (3,3%).

Kejadian DM Tipe 2 pada wanita lebih tinggi daripada laki-laki.Wanita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara fisik wanita
memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2008, menunjukan
prevalensi DM di Indonesia membesar sampai 57%, pada tahun 2012 angka kejadian diabetes melitus didunia adalah sebanyak 371 juta
jiwa, dimana proporsi kejadian diabetes melitus tipe 2 adalah 95% dari populasi dunia yang menderita diabetes mellitus dan hanya 5%
dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1.

4. Faktor Penyebab

1. Host
a. Genetik/ keluarga
DM tipe 2 sangat dipengaruhi oleh faktor genetik. Seorang anak memilikirisiko15 % menderita DM tipe 2 jika kedua salah satu
dari kedua orang tuanya menderita DM tipe 2. Anak dengan kedua orang tua menderita DM tipe 2 mempunyai risiko 75 % untuk
menderita DM tipe 2 dan anak dengan ibu menderita DM tipe 2 mempunyai risiko 10-30 % lebih besar daripada anak dengan
ayah menderita DM tipe 2. Bayi yang lahir dengan keadaan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) mempunyai risiko lebih tinggi
menderita DM tipe 2 pada saat dewasa. Hal ini terjadi karena bayi dengan BBLR mempunyai risiko menderita gangguan fungsi
pankreas sehingga produksi insulin terganggu.

b. Psikis
Stress adalah perasaan yang dihasilkan dari pengalaman atau peristiwatertentu. Sakit, cedera dan masalah dalam kehidupan dapat
memicu terjadinyastress. Tubuh secara alami akan merespon dengan banyak mengeluarkan hormoneuntuk mengatasi stress.
Hormon-hormon tersebut membuat banyak energi(glukosadan lemak) tersimpan dalam sel. Insulin tidak membiarkan energiekstra
ke dalamsel sehingga glukosa menumpuk di dalam darah.

c. Usia
Usia yang semakin bertambah akan berbanding lurus dengan peningkatanrisiko menderita penyakit diabetes melitus karena
jumlah sel beta pankreas yangproduktif memproduksi insulin akan berkurang. Hal ini terjadi terutama padaumuryang lebih dari
45 tahun.
d. Jenis kelamin
Wanita lebih memiliki potensi untu menderita diabetes melitus daripada pria
karena adanya perbedaan anatomo dan fisiologi. Secara fisik wanita memiliki peluang untuk mempunyai indeks massa tubuh di
atas normal.

e. Pendidikan
Pendidikan yang tinggi akan membuat seseorang mempunyai pengetahuan yang baik khususnya tentang diabetes melitus.

f. Pola makan
Ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Pola makan yang jelek atau buruk
merupakan faktor risiko yang paling berperan dalam kejadian diabetes melitus tipe 2. Pengaturan diet yang sehat dan teratur
sangat perlu diperhatikan terutama pada wanita. Pola makan yang buruk dapat menyebabkan kelebihan berat badan dan obesitas
yang kemudian dapat menyebabkan diabetes melitus tipe 2.

g. Aktifitas fisik
Perilaku hidup sehat dapat dilakukan dengan melakukan aktivitas fisik yang teratur. Manfaat dari aktivitas fisik sangat banyak
dan yang paling utama adalah mengatur berat badan dan memperkuat sistem dan kerja jantung.

h. IMT
Orang dengan IMT obesitas menyebabkan meningkatnya asam lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel dan akan
menyebabkan terjadinya retensi insulin. Peningkatan FFA akan menyebabkan menurunnya pengambilan glukosa ke dalam
membrane plasma dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin pada jaringan otot dan adipose.

2. Agent
a. Agent Biologis
Penderita memiliki riwayat penyakit seperti hiperglikemia, ganguan toleransi glukosa, diabetes gestasional dan dislipidemia.

b. Agent Kimia (Bahan toksik atau racun)


Bahan beracun yang mampu merusak sel secara langsung adalah alloxan,βpyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari
sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang berasal dari singkong.
c. Agent Nutrisi
Kadar kolesterol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas (free fatty acid) sehingga terjadi lipotoksisity. Hal ini
menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta yang akhirnya mengakibatkan DM. begitu juga dengan hipertensi, orangyang
menderita hipertensi meimiliki risiko 4,29 kali untuk medapatkan DM.

3. Environment
a. Lingkungan sosial
Lingkungan yang diperkirakan dapat meningkatkan risikoDM tipe 2 adalah perpindahan dari pedesaanke perkotaan atau
urbanisasi yang kemudianmenyebabkan perubahan gaya hidupseseorang. Diantaranya adalah kebiasaan makan yang tidak
seimbang akan menyebabkan obesitas.

5. Riwayat alamiah penyakit


1) Fase susceptible/ Fase Prepathogenesis Individu rentan, diantaranya :
- Individu yang memiliki riwayat penyakit diabetes mellitus secara genetic
- Individu yang kelebihan berat badan (obesitas)
- Individu dengan pola makan tinggi karbohidrat, biasanya disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi baik dan kemampuan
membeli makanan baik, namun pengetahuan tentang gizi seimbang yang rendah.
- Individu yang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat memicu penurunan sistem kerja insulin, seperti : pentamidin
dan vacor.
- Individu yang memiliki kebiasaan yang buruk dan serba instan, jarang olah raga, kurang aktivitas fisik, konsumsi alkohol,
dan merokok.
2) Fase Pathogenesis:
a. Fase Subklinis (Asimptomatis)
- Gejala umum yang belum dapat dikatakan seseorang tersebut menderita penyakit diabetes.
- Banyak minum (polidipsi)
- Sering buang air kecil (poliuri)
- Banyak makan (polifagi)
- Penurunan berat badan
b. Fase Klinis
- Terjadi luka yang susah sembuh/mengering.
- Mulai sering pusing-pusing dan sempoyongan karena penyakit diabetes biasanya sering diikuti dengan komplikasi
hipertensi dan kolesterol tinggi
- Pemeriksaan gula darah secara laboratorium tinggi >200mg/dL.
c. Fase Penyembuhan
Penderita DM tidak bias sembuh total, penyakit DM bersifat sekuele, yaitu setelah dilakukan pengobatan penderita Diabetes Meli
tus (DM) dapat mengalami :
- Meninggal dunia akibat komplikasi penyakit.
- Sembuh dengan komplikasi penyakit (diabetes dan stroke) atau sembuh dengan cacat organ (penderita diabetes basah, org
an tubuhnya mulai “rusak” akibat luka yang sukar sembuh.
- Sembuh dengan carier, pembawa genetik penyakit diabetes yang diturunkan melalui gen, dimana pernikahan dengan oran
g yang carier diabetes merupakan salah satu faktor risiko.

6. Solusi / upaya pencegahan primer, sekunder, tersier

a. Pencegahan primer pada fase susceptible/prepatogenesis diantaranya :


 Penyuluhan tentang penyakit diabetes melitus meliputi faktor risiko dan informasi yang benar meliputi terkait diabetes melitus.
 Memberi informasi/penyuluhan tentang gizi seimbang, jumlah kalori yang dibutuhkan tubuh.
 Rajin berolahraga, minimal 30 menit/hari seperti lari pagi, jalan kaki, senam, dan berenang.
 Istirahat yang cukup.
 Rutin melakukan cek gula darah (minimal satu kali dalam sebulan atau tiga bulan).
 Menjaga kebersihan tubuh untuk menghindari diabetes yang berasal dari virus yang dapat merusak sel beta.

b. Pencegahan sekunder pada fase subklinis dan klinis :


 Dilakukan pada individu berisiko yang memiliki riwayat genetik/keturunan diabetes melitus, obesitas, dan kolesterol tinggi.
 Sering melakukan kontrol gula darah, atau kontrol kolesterol yang dapat menyebabkan resistensi insulin.
 Mengonsumsi makanan yang rendah kalori dan rendah lemak, menghindari makanan yang dapat memicu naiknya kadar gula
darah.
 Menghindari terjadinya luka pada tubuh, karena pada penderita diabetes mellitus kebanyakan dari mereka lukanya susah
disembuhkan.
 Mengontrol tekanan darah, ataupun keadaan yang lain yang dapat menyebabkan komplikasi terhadap penyakit lain, seperti stroke
dan penyakit jantung.
 Tetap melakukan aktivitas fisik berupa olah raga dan istirahat yang cukup.

c. Pencegahan tersier pada fase penyembuhan :


Pencegahan tersier difokuskan pada individu yang mengalami penyakit diabetes mellitus yang menjalani pengobatan dan perawatan yan
g intensif dari tenaga ahli kesehatan/dokter. Pencegahan berupa tindakan – tindakan yang mengecilkan kemungkinan terjadinya pengulan
gan sakit atau kekumatan dan mencegah terjadinya komplikasi penyakit lain.

 Penggunaan obat yang dianjurkan dokter dengan pengawasan yang berkelanjutan.


 Terapi insulin.
 Rehabilitasi, pemulihan keadaan individu menuju keadaan yang sehat seperti atau mendekati seperti keadaan semula sebelum
terjadinya sakit.

Pentingnya pendidikan

Agar strategi pencegahan menjadi efektif, diperlukan kerjasama jangka panjang dan kepatuhan dari individu. Tingkat kepatuhan yang dib
utuhkanhanya akan tercapai jika individu tersebut mengertidan mengambil bagian dalam tanggung jawab mereka
penyakit. Pencegahan utama NIDDM akanmembutuhkan inisiatif kesehatan masyarakat untuk mengurangi obesitasdan meningkatkan akt
ivitas fisik dalam populasisecara keseluruhan. Pencegahan sekunder akan dibutuhkaninisiatif skrining untuk individu dengan risiko terbes
ardiabetes, termasuk mereka yang memiliki riwayat keluarga ataudiabetes gestasional sebelumnya.9 "Inisiatif pendidikan untuk meningk
atkan kesadaran masyarakat sejak dinigejala diabetes diperlukan untuk memungkinkandiagnosis dini. Pencegahan sekunder berhasilakan
bergantung pada identifikasi dan penanganan faktor risiko kardiovaskular sejak dini. Pengetahuan pasien tentangcita-cita ini harus menin
gkatkan pencegahan tersier.Penyedia layanan kesehatan perlu menyadari hal inistandar dan untuk memastikan bahwa ketentuan yang me
madaitersedia untuk menyaring dan mengobati diabetes dinikomplikasi pada saat kematian akibat diabetesdan morbiditas bisa dikurangi.
Web of causation

GAYA HIDUP Malas beraktivitas LINGKUNGA


fisik N

100% penderita DM Lahan tempat olahraga Tidak ada


Konsumsi gula >3x tidak pernah susah dijangkau lahan olahraga
dalam seminggu melakukan perawatan
kaki
Penderita DM jarang
beraktivitas fisik
Tingkat kadar gula MEDIA
darah meningkat
PELAYANAN
KESEHATAN Kurangnya informasi
DIABETES Tidak ada informasi
MELITUS mengenai pencegahan DM mengenai DM
Tidak ada
Tidak ada
pemeriksaan GENETIK
POSBINDU-PTM
rutin pada
Terganggunya
masyarakat
Kurangnya produksi insulin
Tidak ada Tidak ada sosialisasi pengetahuan Keturunan dari
kader PTM mengenai DM terkait DM riwayat keluarga

Anda mungkin juga menyukai