Anda di halaman 1dari 16

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Belajar TPQ

1. Pengertian dan Faktor-faktor Belajar

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar mengenai masalah belajar dan

“belajar menjadi masalah setiap orang maka lahirlah beberapa cara pendekatan, ahli

fisiologi, ahli bio fisika, ahli pendidikan dan lain-lain”.1

Berikut ini beberapa pendapat tentang definisi belajar yang dikemukakan oleh para

ahli, yaitu Menurut Lester Crow Ph.D dan Alice Crow, Ph.D “ learning is modification of

behaviour accompanying growth proceses that about through adjusment to tentions in

initiated through sensory stimulation”.2 Artinya : belajar adalah perubahan tingkah laku yang

mengikuti suatu proses pertumbuhan sebagai hasil penyesuaian diri secara terus menerus

yang berasal dari pengaruh luar.

Menurut Clifford T. Morgan “ learniong is any relatively permanent change in

behaviour that is result of past experience”. 3 Artinya : belajar adalah perubahan tingkah laku

yang relatif tetap yang merupakan hasil dari pengalaman lalu.

Menurut Nana Sudjana “Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya

perubahan pada diri seseorang”.4 Menurut Slameto “Belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”.5

1 Sumadi Surya Brata, Psikologi Pendidikan,PT. Raja Grafindo persada, Jakarta, 1990,
hlm. 244.
2 Lester Crow, Ph.D dan Alice Crow Ph.D, Human and Development of learning,
American Company, New York, t.th., hlm. 215.
3 Clifford T. Morgan, Intruduction to Psychology, The Mc. Hill Book Company, New
York, 1961, hlm. 187.
4 DR. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru Offset, Bandung,
1989, hlm. 28.
5 Drs. Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Siatem Kredit Semester (SKS), Bumu
Aksara, Jakarta, 1991, hlm. 78.
2

Menurut Moh. Uzer Usman “Belajar adalah perubahan tingkah laku pada diri individu

berkat adanya interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan

lingkungannya”.6

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan beberapa hal yang berkaitan dengan

pengertian belajar yaitu belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang, perubahan

itu sebagai akibat dari pengalaman yang telah lampau, belajar adalah suatu proses yang

ditandai dengan adanya perubahan pada diri sendiri, perubahan itu sebagai hasil dari

pengalaman interaksi antara individu dengan individu dan individu dengan lingkungannya.

Jadi secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai sesuatu proses tingkah laku

akibat pengalaman atau latihan, secara sadar yang diusahakan oleh indera manusia sebagai

interaksi aktif dengan lingkungannya dan individu dengan individu, sehingga hasil belajar itu

mengubah tingkah laku yang lebih baik yang menyangkut semua kepribadian dan tinghkah

laku manusia.

Menurut Drs. A. Noer Hadi Djamal, suatu hal yang mendorong kegiatan belajar dan

juga yang merupakan alasan dilakukannya perbuatan belajar oleh seseorang yaitu adanya

sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas, adanya sifat kreatif yang ada

pada manusia dan keinginan untuk selalu maju, adanya keinginan untuk memperbaiki

kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru, baik dengan komparasi maupun kompetisi,

adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran dan adanya

ganjaran atau hukuman sebagai akibat daripada belajar.

Menurut DR. Nana Sudjana, op. cit., adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri kita, faktor yang berasal dari lingkungan dan

faktor dari dalam diri kita berupa kemampuan sedangkan faktor yang bersal dari lingkungan

ialah kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran adalah tinggi rendahnya atau efektif tidaknya

proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan pengajaran.

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
3

Menurut Drs. M. Ngalim Purwanto, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

lainnya yaitu

a. Faktor dari luar

Faktor dari luar terbagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan dan faktor instrumental.

Faktor lingkungan terbagi menjadi 2 yaitu alam dan sosial dan Faktor Instrumental

terbagi menjadi 4, yaitu kurikulum/bahan pelajaran, guru/pengajar, sarana dan

dministrasi/manajemen.

b. Faktor dari dalam

Faktor dari dalam ini terbagi menjadi dua, yaitu fisiologi dan psikologi. Faktor

fisiologi terbagi menjadi 2, yaitu kondisi fisik dan kondisi pancaindera. Faktor

psikologi terbagi menjadi 5, yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi dan kemampuan

kognitif.

2. Dua dasar, tujuan dan motif belajar

a. Dasar Belajar

Manusia sebagai makhluk Tuhan telah dikaruniai kemampuan dasar yang bersifat

rohaniah dan jasmaniah, agar dengannya manusia mampu mengambangkan diri dan

memajukan (Prof. R.H.A. Soenarjo, SH, dkk., ).

ِ ُ‫ُون اَل أُ َّمهَاتِ ُك ْم بُط‬


ُ ‫ون ِم ْن أَ ْخ َر َج ُك ْم َوهَّللا‬ َ ‫ار ال َّسم َْع لَ ُك ُم َو َج َع َل َش ْي ًئا َتعْ لَم‬
َ ‫ص‬َ ‫ُون لَ َعلَّ ُك ْم َواأْل َ ْف ِئ َد َة َواأْل َ ْب‬
َ ‫َت ْش ُكر‬

Artinya: “Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui

sesuatu apapun, dan Dia memberi pendengaran, penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.”

(Q.S An-Nahl : 78)

Dari ayat ini dapat kita ketahui bahwa manusia lahir ke dunia tidak mengetahui

apapun, kemudian Allah membekalinya dengan indera untuk dikembangkan, sehingga

manusia menjadi mengetahui apa yang ada di sekitarnya dengan proses belajar, dan tidak

berkembang begitu saja.

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
4

Sarana utama yang dibutuhkan untuk mengembangkan kehidupan manusia agar

terarah dan dapat dipertanggungjawabkan adalah pendidikan dalam dimensi yang setara

dengan tingkat daya cipta, daya rasa, daya karsa masyarakat beserta anggota-anggotanya.

Dalam kehidupan berbangsa pemerintah telah memberikan kesempatan dan

kebebasan kepada rakyat Indonesia untuk memperoleh pendidikan, sebagaimana disebutkan

dalam batang tubuh UUD 1945 pasal 31: “Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

pengajaran pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan

nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang” (Undang-Undang

Dasar 1945, Perc. Puji Syukur, Pekalongan, t.th.,).

Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 tersebut, jelaslah bahwa belajar merupakan

hak setiap individu rakyat Indionesia. Untuk menyelenggarakan dan menyediakan sarana

prasara dan fasilitas belajar yang memadai, tidaklah merupakan tanggung jawab pemerintah

saja, tetapi tanggung jawab setiap warga negara. Dalam rangka memberikan acuan dasar dan

pijakan penyelenggaraan pendidikan dibuatlah aturan dalam bentuk undang-undang, yaitu

Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam Al-Qur’an belajar atau menuntut ilmu merupakan salah satu ajaran yang

sangat dianjurkan, bahkan merupakan kewajiban.

Dalam surat al-Mujadalah ayat 11 Allah SWT berfirman :

... ُ ‫ ا ْل ِع ْل َم أُو ُتوا َّلذِينَ َوا ِم ْن ُك ْم آ َم ُنوا َّلذِينَ ا هَّللا‬.‫ت‬


ٍ ‫دَ َر َجا‬

Artinya: “... Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-

orang yang mempunyai ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Prof. R.H.A. Soenarjo, SH,

dkk., op. cit.,).

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
5

b. Tujuan Belajar

“Secara tradisional belajar dianggap sebagai penambah pengetahuan”. Tujuan belajar

sabngat penting dalam dunia pendidikan, sedangkan “tujuan dalam proses belajar mengajar

merupakan komponen pertama yang harus ditetapkan dalam proses pengajaran yang

berfungsi sebagai indikator keberhasilan pengajaran” (Prof. Dr. S. Nasution, MA.,).

Adapun tujuan belajar adalah sebagai berikut : ada dua istilah yang sering kita dengar

perbedaannya dan persamaannya. Kedua istilah itu ialah maksud (aim) dan tujuan

(objektive). Untuk menjelaskan perbedaan antara kedua istilah tersebut kita dapat

mendekatinya dengan cara sebagai berikut (Dr. Nana Sudjana, op. cit.,) :

1) Maksud dapat dinyatakan sebagai jawaban atas pertanyaan “Mengapa topik ini

diajarkan?. Sedangkan tujuan dinyatakan sebagai jawaban atas pertanyaan.

2) Tujuan-tujuan (objektives) harus dirumuskan dengan jelas oleh penyusunan alat ukur.

Seleksi metode mengajar dan komunikasi semuanya bergantung pada tujuan ini.

3) Masalah yang sama juga terjadi seandainya kita mempersoalkan masalah tujuan

benar-benar mendapat perhatian bersifat normatif tentang sifat-sifat kependidikan.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa maksud itu sesungguhnya masih bersifat

umum. Karena bertalian dengan tujuan sekolah. Berdasarkan tujuan sekolah selanjutnya

dapat disusun tujuan-tujuan yang lebih khusus yang kita sebut objectiveitu. Pada umumnya

maksud (aim) dapat diuraikan menjadi tiga jenis tujuan yang berbeda, yaitu :

1) Tujuan yang berkenaan dengan pengembangan pengetahuan dan pengertian tentang

isi (content).

2) Tujuan yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan intelektual.

3) Tujuan yang berkenaan dengan pembentukan sikap.

Pada umumnya tujuan yang paling diutamakan adalah tujuan isi, yang menyangkut

pengetahuan dan pengertian (DR. Oemar Hamalik,). Tujuan belajar di sekolah sebagaimana

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
6

dikatakan oleh Nana Sudjana yang dikutip dari Bloom diarahkan dalam tiga bidang. Ketiga

bidang tersebut dikenal dengan taksonomi Bloom, yaitu bidang kognitif (pengetahuan),

bidang afektif (perasaan dan sikap) dan bidang psikomotorik (ketrampilan dan perbuatan).

(DR. Nana Sudjana, op. cit.,).

Bloom dan Kratch ialah yang mengembangkan taksonomi tujuan pendidikan lebih

jelas mendeskripsikan tujuan-tujuan pendidikan, mereka membagi tujuan pendidikan yang

terdiri dari kognitif, afektif dan psikomorik. Domain kognitif disusun mulai dari tingkat yang

paling sederhana sampai tingkat yang paling kompleks.

Tingkat-tingkat kognitif tersebut yaitu pengetahuan ( knowledge), pemahaman

( aplication ), aplikasi ( analysis ), analisis ( analysis ), sintesis ( syntesis ) dan valuasi

( Evaluating ). Domain afektif terdiri dari menerima, merespons, menilai, mengorganisasi dan

karakterisasi oleh suatu nilai atau oleh suatu kompleks nilai (DR. Oemar Hamalik, op. cit.,)

Hasil belajar bidang psikomotorik tampak dalam bentuk ketrampilan (skill),

kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada enam tingkatan ketrampilan, yaitu :

1) Gerakan refleks (ketrampilan pada gerakan yang tidak sadar).

2) Ketrampilan pada gerakan-gerakan dasar.

3) Ketrampilan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan

auditif motorik dan lain-lain.

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan.

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dari ketrampilan sederhana sampai pada ketrampilan

yang kompleks.

6) Kemampuan yang berkenaan dengan non decursive komunikasi seperti gerakan

ekspresif, interpretatif (DR. Nana Sudjana, op. cit.,).

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
7

c. Motif Belajar

Motif adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai sesuatu tujuan. Jadi motif bukanlah hal

yang dapat diamati, melainkan adalah hal yang dapat disimpulkan adanya karena sesuatu

yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh

sesuatu kekuatan dari dalam orang itu, kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif.

Ada dua macam motif yaitu :

1. Motif Bawaan

Yaitu motif yang dibawa sejak lahir, jadi ada tanpa dipelajari misalnya dorongan

untuk makan, minum, istirahat dan lain-lain. Motif-motif ini seringkali disebuit motif

yang diisyaratkan secara biologis, artinya ada dalam warisan biologis manusia.

2. Motif-motif yang dipelajari

Yaitu motif-motif yang timbulnya karena dipelajari, seperti misalnya dorongan untuk

belajar suatu cabang ilmu pengetahuan, dorongan untuk mengejar sesuatu kedudukan

dalam masyarakat dan sebagainya.

3. Pengertian, bentuk dan Pengelompokkan Belajar

a. Pengertian Belajar TPQ

Pengertian taman pada TK Al-Qur’an adalah : “sebuah tempat yang indah dan

nyaman untuk belajar Al-Qur’an”. sehingga belajar TPQ (Taman Pendidikan Qur’an)

adalah belajar di sebuah tempat yang indah dan nyaman yang mana dalamnya

mengajarkan terhadap cara membaca Al-Qur’an dan tanda baca Al-Qur’an.

b. Bentuk Belajar TPQ

“TK Al-Qur’an adalah salah satu bentuk pendidikan dasar, dalam belajar membaca

Al-Qur’an untuk anak usia TK dan SD/MI “

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
8

c. Pengelompokkan Belajar TPQ

Penggolongan dan pengelompokkan belajar adalah sebagai berikut:

1) TKA: untuk anak usiaTK (usia antara 4-5 tahun).

2) TPA: untuk anak usia SD (usia antara 6-12 tahun).

3) TQA: (Ta’limul Qur’an lil Aulad) merupakan jenjang lanjutan bagi TKA/TPA

dengan menggunakan kurikulum Madrasah Diniyyah Awwaliyah (MDA).

4) Kursus : adalah paket belajar yang tidak termasuk dalam kategori TKA, TPA

maupun TQA. Untuk itu dalam pelaksanaan kursus cepat membaca Al-Qur’an,

perlu diperhatikan penggolongan usia para peserta kursus.

Misalnya : Paket A untuk anak usia SLTP, Paket B untuk anak usia SLTA, Paket C

untuk para mahasiswa, Paket D untuk para bapak muda, Paket E untuk para ibu muda dan

Paket F untuk manula.

4. Tujuan Belajar TPQ dan Analisis Kurikulum di TPQ

a. Tujuan Belajar di TPQ

Didirikannya lembaga pendidikan berupa TKA/TPA bertujuan memberikan

bekal dasar, bagi anak didik (santri) agar mampu membaca Al-Qur’an dengan baik

dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

Selain itu dengan belajar di TKA/TPA diharapkan mampu membentuk

generasi yang mencintai Al-Qur’an serta menjadikan Al-Qur’an sebagai bacaan dan

pandangan hidupnya sehari-hari.

b. Analisis Kurikulum Pengajaran di TPQ

“Kurikulum dapat dipandang sebagai buku atau dokumen yang dijadikan guru

sebagai pegangan dalam proses belajar mengajar.

Kurikulum dapat diartikan sebagai sesuatu yang hidup dan berlaku selama

jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar tetap relevan dengan

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
9

perkembangan zaman.” Pedoman kurikulum disusun untuk menentukan dalam garis

besarnya:Apa yang akan diajarkan (ruang lingkup, scope), Kepada siapa diajarkan,

Apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa dan Dalam urutan yang bagaimana

(sequencee).

Salah satu fungsi kurikulum dan pendidikan adalah menyiapkan peserta didik untuk

kehidupan dikemudian hari. oleh karena itu ada beberapa dasar yang dapat disimpulkan atas

penyelenggaraan kurikulum dan pendidikan yaitu :

a. Sadar akan tujuan perubahan-perubahan yang ingin dikembangkan dan dicapai pada

peserta didik.

b. Orientasi ke hari depan, karena peserta didik dipersiapkan untuk menghadapi hari

depannya.

c. Sadar akan penyesuaian, karena masyarakat dan lingkungan tidak pernah bersikap

statis.

Untuk menyesuaikan dengan laju perkembangan masyarakat yang sangat cepat maka

kurikulum pendidikan harus diperbaiki agar tidak tertinggal.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perbaikan kurikulum adalah sebagai berikut:

1. Pembaharuan pendidikan di sekolah melalui :

a. Mengefektifkan koordinasi antara komponen manajemen Depdikbud dan

hubungannya dengan departemen lain yang turut serta dalam usaha pendidikan.

b. Menyusun rencana jangka panjang yang dapat dirinci tahapannya dalam jangka

pendek.

c. Mengisi rencana di atas secara integral dalam arti meliputi semua aspek

kurikulum.

2. Penyediaan logistik pendidikan

3. Program pendidikan olah raga dan kepemudaan

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
10

4. Program pendidikan kebudayaan

5. Program penyediaan tenaga kerja.

B. Prestasi Belajar Al-Qur’an Hadits

1. Pengertian Prestasi dan Pengukuran Prestasi

a. Pengertian Prestasi

Belajar sebagai sebuah proses secara sadar akan menghasilkan out put atau hasil yang

dicapai oleh siswa dalam bentuk prestasi. Jadi dari prestasi dapat diartikan sebagai :

1) Di dalam Kamus Istilah Pengetahuan Populer adalah: “apa yang telah dapat

diciptakan dan hasil yang diperoleh dengan jalan keuletan bekerja.”

2) Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah: “hasil yang telah dicapai

dari hal yang dilakukan”.

3) Menurut M. Bukhori, prestasi adalah: “hasil belajar yang tercapai atau hasil yang

sebenarnya dicapai.”

4) Menurut Ngalim Purwanto, prestasi adalah: “hasil yang telah dicapai dari usaha yang

dilakukan sebelumnya dengan jalan keuletan bekerja.”

Jadi, dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi adalah hasil

yang telah dicapai dari usaha yang dilakukan sebelumnya dengan jalan keuletan bekerja

b. Pengukuran Prestasi

Sebagaimana ditunjukkan oleh namanya pengukuran prestasi belajar bertujuan untuk

mengukur prestasi atau hasil yang dicapai oleh siswa dalam belajar. “Dalam dunia

pendidikan pentingnya pengukuran prestasi belajar tidaklah dapat disangsikan lagi. Walaupun

nilai yang diperoleh dalam tes hendaknya tidak dijadikan tujuan utama bagi siswa/anak didik,

akan tetapi dapat digunakan sebagai sarana peningkatan motivasi untuk belajar.”

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
11

Istilah tes telah sedemikian populernya di masyarakat kita sehingga bukan merukan hal

yang asing. Namun apabila ditanya pengertiannya mereka masih bingung, maka yang

terbayang dalam pikiran mereka tentang tes adalah merupakan hal yang masih keliru.

Oleh karena itu di bawah ini akan dijelaskan pengertian tes :

“Istilah tes berasal dari kata testum, sedangkan dalam pengertian bahasa Prancis kuno berarti

piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.”

Sebelum adanya ejaan yang disempurnakan dalam bahasa Indonesia ditulis dengan

test, yaitu merupakan alat untuk prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur

sesuatu dalam suasana tertentu dengan cara aturan-aturan yang telah ditentukan. Untuk

mengerjakan tes ini tergantung kepada petunjuk perintahnya apakah melingkari atau

mencoret jawaban atau bahkan menjawab dengan lisan.

Di bawah ini terdapat beberapa pengertian tentang hal-hal yang berkaitan dengan tes,

yaitu :

1) Testing, adalah saat waktu dilaksanakan tes.

2) Testee, adalah responden yang sedang mengerjakan tes. Orang-orang inilah yang

akan dinilai atau diukur, baik mengenai kemampuan, minat, bakat, pencapaian dan

sebagainya.

3) Tester (dalam istilah Indonesia = percobaan), adalah orang-orang yang diserahi

pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lain tester adalah subjek

evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang ditunjuk oleh subjek evaluasi untuk

melaksanakan tugasnya).

Tugas tester antara lain :

1) Mempersiapkan ruangan dan perlengkapan yang diperlukan.

2) Membagikan lembaran tes dan alat-alat lain untuk mengejakan.

3) Menerangkan cara mengerjakan tes.

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
12

4) Mengawasi responden mengerjakan tes.

5) Memberikan tanda-tanda waktu.

6) Mengumpulkan pekerjaan responden.

7) Mengisi berita acara atau laporan yang diperlukan jika ada.

Macam-macam dan teknik pengukuran/tes :

1) Macam-macam pengukuran/tes

a) Tes hasil belajar, yaitu tes yang dikembangkan dan digunakan untuk mengukur

prestasi seseorang dalam suatu bidang, sikap dan ketrampilan sebagai hasil dari proses

pembelajaran.

b) Tes verbal (lisan), yaitu tes yang menghendaki untuk direspon menggunakan bahasa

c) Tes objetif, yaitu tes yang hendaknya terstruktur dan seorang testee harus

memperhatikan petunjuk yang disediakan.

d) Tes subjektif, yaitu tes yang memberikan kesempatan pada testee untuk memilih,

mengorganisasikan atau menyajikan respon dalam bentuk uraian.

e) Tes baku, yaitu tes yang telah disusun oleh seorang tim ahli melalui uji coba berkali-

kali sehingga tes tersebut memiliki mutu yang tinggi.

2) Teknik pengukuran/tes

a) Teknik individual, adalah teknik pengukuran yang dilakukan secara individu.

b) Teknik kelompok, adalah teknik pengukuran yang dilakukan secara kelompok.

c) Teknik langsung, adalah teknik pengukuran terhadap subjek secara langsung.

d) Teknik tidak langsung, adalah teknik pengukuran yang dilakukan melalui orang lain.

Di bawah ini akan dikemukakan saran-saran untuk membiasakan belajar yang efisien

yaitu :

1) Miliki dahulu tujuan belajar yang pasti.

2) Usahakan menjaga fisik agar jangan sampai terganggu.

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
13

3) Usahakan adanya tempat yang memadai untuk belajar.

4) Membuat/merencanakan jadwal belajar dan ikutilah jadwal tersebut.

5) Selingilah belajar dengan waktu istirahat yang teratur.

6) Carilah kalimat-kalimat topik atau inti pengertian dari tiap paragraf.

7) Selingi belajar gunakan metode pengulangan dalam hati (silent recitationt).

8) Lakukan metode keseluruhan (whole method).

9) Usahakan agar dapat membaca cepat, tetap cermat.

10) Buatlah catatan-catatan atau rangkuman yang tersusun rapi.

11) Adakan penilaian terhadap kesulitan bahan untuk dipelajari lebih lanjut.

12) Susunlah dan buatlah pertanyaan-pertanyaan yang tepat dan usahakan menemukan

jawabannya.

13) Pusatkan perhatian dengan sungguh-sungguh pada waktu belajar.

14) Pelajari dengan teliti tabel-tabel, grafik-grafik dan ilustrasi lainnya.

15) Biasakanlah membuat rangkuman dan kesimpulan.

16) Buatlah kepastian untuk melengkapi tugas-tugas belajar itu.

17) Pelajari baik-baik pernyataan (statement) yang dikemukakan oleh pengarang.

18) Telitilah pendapat beberapa pengarang.

19) Belajarlah menggunakan kamus dengan sebaik-baiknya.

20) Analasis kebiasaan belajar yang dilakukan dan cobalah untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan.

2. Pengertian Pendidikan dan Metode Pengajaran Al-Qur’an Hadits

a. Pengertian Pendidikan Al-Qur’an Hadits

Di dalam agama Islam diperintahkan untuk mendidik anak dan membekalinya dengan

ilmu agama, karena anak merupakan amanat dari Allah SWT, selain itu anak juga sebagai

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
14

anugerah dari Allah yang paling indah sehingga orang tua wajib bertanggung jawab dan

menjaganya. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 28 :

‫َع ِظي ٌم أَجْ ٌر ِع ْن َدهُ هَّللا َ َوأَ َّن فِ ْتنَةٌ َوأَوْ اَل ُد ُك ْم أَ ْم َوالُ ُك ْم أَنَّ َما َوا ْعلَ ُموا‬

Artinya : “Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan

sesungguhnya di sisi Allah lah pahala yang paling besar.” (Q.S Al-Anfal : 28)

Dari ayat di atas bahwasannya selain orang tua harus mendidik anak juga orang tua

harus menyadari bahwa anak adalah juga bisa menjadi ujian keimanan dari Allah SWT.

Pendidikan yang paling penting dan utama yang harus diberikan kepada anak sebagai basic

hidup adalah pendidikan agama.

Pendidikan agama adalah “usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian

anak didik yang sesuai dengan ajaran agama Islam, supaya kelak menjadi anak yang cakap

dan menyelesaikan tugas hidupnya yang diridlai Allah SWT, sehingga terjalin kebahagiaan di

dunia dan di akhirat.”

Pendidikan agama bisa diajarkan di rumah lewat pembiasaan-pembiasaan mengontrol

gerakan anak. Misalnya jika mengaji apakah bacaan yang dibaca sudah betul, apakah anak

sudah mengerjakan shalat lima waktu, apakah anak sudah bisa menghafal do’a-do’a dan

masih banyak contoh kegiatan yang harus dikontrol agar anak tidak salah jalan di dalam

menghadapi kehidupan ini.

“Pendidikan keagamaan di Madrasah Ibtidaiyah meliputi : Al-Qur’an Hadits, Tauhid,

Fiqih, Tafsir, Kebudayaan Islam dan Perjalanan Nabi Muhammad SAW.” Di bawah ini akan

dibahas pentingnya pendidikan Al-Qur’an Hadits bagi anak didik.

1) Tujuan mempelajari Al-Qur’an Hadits :

a) Memelihara kitab suci dan membacanya serta memperhatikan isinya, untuk menjadi

petunjuk dan pelajaran bagi kita dalam kehidupan di dunia.

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
15

b) Mengingat hukum agama yang termaktub dalam Al-Qur’an serta menguatkan

keimanan dan mendorong untuk berbuat kebaikan dan menjauhi kejahatan.

c) Mengharapkan keridlaan Allah SWT dengan menganut I’tikad yang sah dan

mengikuti segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

d) Menanam akhlak yang mulia dengan mengambil suri tauladan dengan baik dari

riwayat-riwayat yang termaktub dalam Al-Qur’an.

e) Menanam perasaan keagamaan dalam hati dan menumbuhkannya sehingga bertambah

tetap keimanannya dan bertambah dekat hati kepada Allah SWT.

2) Kepentingan pelajaran Al-Qur’an Hadits :

Al-Qur’an Hadits sangat penting diajarkan di SD/MI maupun TK karena hafalan

untuk usia tersebut masih kuatsehingga mudah baginya untuk menghafal bacaan-bacaan Al-

Qur’an baik untuk shalat maupun untuk kepentingan lainnya.

b. Metode Pengajaran Al-Qur’an

Dalam penyajian Al-Qur’an telah mampu membuktikan metode yang

dipakai/diajarkan oleh Al-Qur’an seperti : metode hafalan, kisah/cerita, penulisan sajak yang

indah sehingga mampu menyentuh jiwa. Al-Qur’an dalam mengarahkan pendidikannya

kepada bentuk manusia seutuhnya, oleh karena materi-materi yang disajikan Al-Qur’an selalu

mengarah kepada jiwa, akal dan raga manusia. Allah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat

32 :

‫الحكيمالعليمأنتإنك‬,‫علمتناماإاللناالعلمسبحنكقالوا‬.

Artinya : “Mereka menjawab : Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari

apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha

Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Q.S Al-Baqarah : 32)

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.
16

Metode-metode yang digunakan dalam mengajar antara lain :

a) Membuka dan menutup , yaitu pada setiap awal kegiatan guru melakukan pembukaan

dan menutup pelajaran ataupun pekerjaan rumah.

b) Metode drill, yaitu guru memberikan latihan-latihan kepada siswa.

c) Metode ceramah, yaitu guru menyampaikan materi dengan cara penuturan lisan

kepada siswa.

Sedangkan metode pengajaran yang digunakan untuk anak-anak dalam metode

menghafal huruf hijaiyah satu persatu dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang pendek-

pendek.

6 Drs.
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profersional, PT. Remaja Rosda Karya,
bandung, 1991, hlm. 2.

Anda mungkin juga menyukai