Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

SEJARAH ASIA SELATAN

“MENGANALISIS KERAJAAN ATAU KESULTANAN DI ASIA SELATAN”

Disusun Oeh:

1. PUASA NAKUL (201931036)


2. FITRI WARBAL (201931030)
3. LIDIA BANDU (201931002)
4. TOVA MARICI SOJEM (201931014)
5. SONTARIA BALSALA (201931078)
6. MAHARANI LESTALUHU (201931022)
7. IGO FATUBUN (201931034)
8. LEDI DIANA LETHULUR (201931064)
9. KALSUM KAIROTI (201931104)

UNIVERSITAS PATTIMURA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH


KATA PENGANTAR

Segala Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Berkat,
Rahmat, Taufik, serta hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “MENGANALISIS KERAJAAN ATAU KESULTANAN DI ASIA SELATAN” sesuai dengan
waktu yanng ditentukan.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Asia Selatan, dalam makalah
ini akan dibahas hal-hal yang menyangkut Kerajaan Atau Kesultanan Di Asia Selatan.

Penyelesaian penyusunan makalah ini tidak terlepas dari peran serta dan kontribusi teman-
teman kelompok dua. Kami juga mengucapkan Terima Kasih kepada teman-teman kelompok
dua yang ikut berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami susun ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat untuk
perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan teman-teman sekalian.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

a. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Kerajaan Mughal
2. Jelaskan latar belakang Kesultanan Delhi
3. Bagaimana berdirinya sebuah Kerajaan atau Kesultanan Gazna
4. Jelaskan tentang Dinasti Gupta atau Arya

b. MANFAAT PENULISAN
1. Untuk memahami tentang Kerajaan Mughal
2. Memahami tentang Kesultannan Delhi
3. Memahami tentang Kesultanan atau Kerajaan Gazna
4. Memahami tentang Dinasti Gupta atau Arya

c. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui tentang Kerajaan atau Kesultanan Asia Selatan itu seperti
apa, serta dapat memahami dengan jelas Kerajaan-kerajaan di Asia Selatan.

BAB II PEMBAHASAN

1. Kesultanan Mughal

- Latar belakang berdirinya Kesultanan Mughal.

- Kemunduran dan kehancuran Kesultanan Mughal

- Pembagian wilayah kerajaan

2. Kesultanan Delhi
- Latar belakang berdirinya Kesultanan Delhi

3. Kerajaan Gazna

- Awal berdirinya Dinasti Ghaznawi

- Bentuk pemerintahann Dinasti Ghaznawi

- Perkembangan Dinasti Ghaznawi

- Keruntuhan Dinasti Ghaznawi

4. Dinasti Gupta atau Arya

- Masa awal berdirinya Dinasti Gupta

- Runtuhnya Dinasti Gupta

BAB III PENUTUP

a. KESIMPULAN
b. SARAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Asia Selatan merupakan salah satu kawasan di benua asia.Asia Selatan ini terletak
pada lintang astronomis 26°-48° LU dan 67°-125° BB.Sedangkan secara geografis, kawasan
asia timur ini berbatasan dengan asia tengah di utara, asia timur, di timur, asia tenggara di
sisi tenggara, asia barat, disebelah barat dan dengan samudera hindia di sebelah selatan.
Sementara itu, pegunungan himalaya merupakan batas utara dan timur Asia Selatan,
pegunungan Hindu Kush di Afganistan dan Pakistan Utara biasanya di anggap batas barat
laut anak benua India.

Keadaan penduduk di Asia Selatan secara uum berbeda dengan kawasan Asia
lainnya. Mengingat kkawasan ini dulunya merupakan wilayah yang terpisah dengan benua
asia. Indo-Eropa dan Dravida merupakan bangsa dan kebudayaan yang dominnan di
kawasan asia selatan ini. Sementara itu, dari segi kependudukan wilayah asia selatan kecuali
di Plato, Iran, dan Kaukasus ini lebih dekat dengan Eropa di bandingkan dengan wilayah asia
lainnya. Denagn jumlah presentase penduduk sebesar seperempat persen dari total
penduduk dunia, diperkirakkan 1,6 millian jiwa tinggal di kawasan ini dengan kepadatan
penduuduk sebesar 305 jiwa per kilo meter persegi.

Negara-negara yang termasuk dalam kawasan Asia Selatan meliputi Bangladesh,


Pakistan, Bhutan, India, Maladewa, Srilangka, Nepal. Selain itu Asia Selatan memiliki
beberapa kerajaan salah satunya Mughal, Delhi, Gazna, dan Dinasti Gupta atau Arya.
BAB II

PEMBAHASAN

1. Kesultanan Mughal
Kesultanan Mughal adalah sebuah negara yang pada masa jayanya memerintah
Afganistan, Balochistan, dan sebagian besar anak Benua India antara 1526 dan 1857. Kata
Mughal adalah fersi Indo-Aryan dari Mongol, karena leluhurnya merupakan Dinasti Timurya
yang berasal dari Asia Tengah. Agama resmi rakyat Mughal adalah Islam, dengan mayoritas
penduduknya beragama Hindu. Selama sekitar dua abad, Kesultanan membentang dari
pinggiran luar lembah Indus di Barat, Afganistan Utara di Barat Laut, dan kashmir di utara,
hingga dataran tinggi assam dan bangladesh masa kini di Timur, dan dataran tinggi Dekkan
di India Selatan. Pada puncak kekuasaan terbesarnya, merupakan salah satu monarki
terbesar dalam sejarah Asia Selatan. Dan menyatukan kembali hampir seluruh wilayah di
anak Benua India setelah kekaisaran Maurya, 16 abad yang lalu. Nama lain untuk dalam
bentuk kekaisaran adalah hindustan, seperti yang tampak pada penggunaan gelar penguasa
Badhishah-i-Hindustani.

Latar Belakang Berdirinya Kesultanan Mughal

Kesultanan Mughal merupakan salah satu warisan peradaban Islam di India.


Keberadaan kerajaan ini telah menjadi motivasi kebangkitan baru bagi peradaban tua di
anak benua India yang nyaris tenggelam. Sebagaimana diketahui, India adalah suatu wilayah
tempat tumbuh dan berkembangnya peradaban Hindu. Dengan hadirnya Kerajaan Mughal,
maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul.
Di kalangan masyarakat Arab, India dikenali sebagai Sind atau Hind. Sebelum
kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab.
Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan.
Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang
sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang
dipengaruhi Islam. Oleh sebab itu menjadi penting untuk menulis secara ringkas eksistensi
Kerajaan Mughal di India yang identik dengan Hindu.
Kesultanan ini di dirikan oleh Babur pemimpin Mongol dari cabang dinasti timurya
pada tahun 1526 ketika dia mengalahkan Ibrahim Lodi, Sultan Delhi terakhir dalam
pertempuran Panipat I. Kesultannan ini sebagian besar sempat di taklukan oleh Sher Shah
pada masa Humayun, namun bisa di rebut kembali
Pada masa kejayaannya sebagai salah satu Negeri Mesiu Islam dan juga memiliki
pengaruh yang kuat di wilayah asia selatan
Kemajuan dan Kejayaan Kerajaan Mughal
 Sultan Akbar-The Great (1556-1605)
Masa kejayaan Mughal dimulai pada masa pemerintahan Akbar (1556-1605 M), dan
tiga raja penggantinya, yaitu Jahangir (1605-1628 M), Shah Jahan (1628-1658 M), Aurangzeb
(1658-1707 M). Setelah itu, kemajuan kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-
raja berikutnya.
Nama sebenar Akbar ialah Muhammad, dan mempunyai beberapa gelaran seperti
Abu al-Fath, Jalal al-Din, dan Akbar. Namun begitu, Akbar merupakan gelaran yang sinonim
dan lebih dikenali apabila merujuk kepada diri beliau. Malah, Akbar itu sendiri bermaksud
seseorang yang agung. Beliau dilahirkan pada 15 Oktober 1542 M di Umarkot, hasil
perkawinan antara pemerintah Mughal kedua, Nasir al-Din Humayun dan Hamidah Banu
Begum. Kelahiran Akbar telah menggembirakan hati Humayun karena beliau dikaruniakan
seorang anak lelaki yang akan mewarisi kekuasaannya. Hal tersebut turut mengobati sedikit
kekecewaan dan memberikan harapan kepada Humayun untuk menguasai semula Delhi
setelah ditewaskan oleh Sher Khan Shah pada tahun 1540 M.

 Sultan Jahangir (1605-1628)


Salim, putra Akbar dinobatkan sebagai raja Mughal dengan gelar Sultan Nuruddin
Muhammad Jahangir Pasha Ghazi.
Kepemimpinan Akbar dilanjutkan oleh Jahangir pada tahun (1605-1628 M) yang
didukung oleh kekuatan militer yang besar. Semua kekuatan musuh dan gerakan
pemberontakan berhasil dipadamkan, sehingga seluruh rakyat hidup dengan aman dan
damai. Pada masa kepemimpinannya, Jahangir berhasil menundukkan Bengala (1612 M),
Mewar (1614 M), dan Kangra. Usaha-usaha pengamanan wilayah serta penaklukan yang ia
lakukan mempertegas kenegarawanan yang diwarisi dari ayahnya yaitu Akbar.
Jahangir kontras dengan bapaknya dalam menegakkan pemerintahan Mughal,
terutama dalam menghadapi kelompok Hindu. Dia menghadapi konflik luar biasa dengan
anaknya sendiri, sampai kemudian meninggal tahun 1627, menyisakan konflik kerajaan.
Kedua putranya bernama Shah Jahan dan Azaf Khan sama-sama berhasrat menggantikan
ayahnya.

 Sultan Shah Jahan (1628-1658)


Setelah Jahangir wafat, kerajaan diperebutkan putranya, Shah Jahan dan Azaf Khan.
Perselisihan tersebut akhirnya dapat dimenangi oleh Shah Jahan, yang kemudian digelari,
Abul Muzaffar Shahabuddin Muhammad Sahib Qiran-e SaniShah Jahan Padsah Ghazi.
Pemerintahan masa Shah Jahan masih menghadapi berbagai gejolak dalam negeri dan
ancaman perebutan kekuasaan dari negara-negara lain. Pada periode ini dikembangkan
kembali penaklukan wilayah sampai melampaui batas-batas India, seperti Kandahar, Balkh,
Badakhsan, dan Samarkand.
Pada saat perluasan kekuasaan permaisurinya yang bernama Mumtaz-Mahal, istri
yang amat dicintainya meninggal pada saat perang. Shah Jahan begitu kehilangan istri yang
amat cantik dan dicintainya. Peninggalan makam dan masjid Taj Mahal yang saat ini
merupakan salah satu 7 keajaiban dunia merupakan tanda kasih Shah Jahan kepada istrinya.
Shah Jahan memiliki putra bernama Aurangzeb yang diberi kekuasaan di Decaan.
Aurangzeb berhasil membuat stabilitas di Decaan terutama dalam menghadapi kekuatan
kerajaan Hindu yang masih berusaha menolak kekuasaan Islam. Persaingan paling kuat
adalah antara Aurangzeb dengan Dara Sikhoh. Dalam persaingan tersebut, Aurangzeb
berhasil mengalahkan Dara Sikhoh dan mengambil alih kekuasaan sultan Mughal tahun
1658. Sementara selama 7 tahun Shah Jahan menghabiskan waktunya di dalam benteng
Agra hingga wafat menjemputnya. Shah Jahan, raja yang berambisius telah meninggalkan
berbagai bangunan penting pada masa kesultanan Mughal yang menandai kebesaran
kebudayaan kerajaan Mughal.

 Sultan Aurangzeb (1658-1707)


Sultan Aurangzeb Alamgir (penakluk dunia) dinobatkan di Delhi tahun 1659 segera
melakukan kontrol keamanan dalam negeri dengan memantapkan kembali kekuasaan di
Decaan. Usahanya tidak sia-sia dengan semakin banyaknya wilayah yang dikuasai. Tahun
1685 kerajaan Bijabur tunduk, disusul Golkonda tahun 1687, Tanjore dan Trichinopoly tahun
1689. Aurangzeb berhasil memperluas kekuasaan di India secara utuh melebihi daerah yang
berhasil ditaklukkan sultan Akbar. Tinggal bangsa Maratha yang belum benar-benar bisa
ditaklukkan Aurangzeb.
Perlawanan bangsa Maratha merupakan ancaman paling berat pada masa-masa
selanjutnya. Sampai Aurangzeb wafat tahun 1707 bangsa Maratha masih memberikan
perlawanan sengit terhadap kesultanan Mughal. Tahun 1707 merupakan akhir
pemerintahan Aurangzeb yang tutup mata pada usia 90 tahun. Kekuasaan Aurangzeb
merupakan anti klimaks pemerintahan Mughal di India.
Masa sesudahnya, kekuasaan Mughal terus mengalami kemunduran. Konflik saudara
dari anak-anak Aurangzeb menyebabkan kekuatan negara kian keropos. Apalagi pada masa
pemerintahan Aurangzeb, bangsa-bangsa Barat sudah giat melakukan perjalanan ke timur.
Inggris adalah salah satu bangsa barat yang berhasil menduduki Surat, pelabuhan di Gujarat
pada masa pemerintahan Aurangzeb. Inilah cikal bakal kolonialisme dan imperialisme Barat
di India yang akan mempengaruhi babak baru perjalanan sejarah bangsa India. Aurangzeb
menghidupkan kembali jizya yang pernah dicabut oleh Sultan Akbar, dan melakukan sikap
keras terhadap orang-orang Hindu.

Kemunduran dan Kehancuran Kerajaan Mughal

Setelah satu setengah abad dinasti Mughal berada di puncak kejayaannya, para
pelanjut Aurangzeb tidak sanggup mempertahankan kebesaran yang telah dibina oleh
sultan-sultan sebelumnya. Pada abad ke-18 M kerajaan ini memasuki masa-masa
kemundurannya. Kekuasaan politiknya mulai merosot, suksesi kepemimpinan di tingkat
pusat menjadi ajang perebutan, gerakan separatis Hindu di India tengah, Sikh di belahan
utara, dan Islam di bagian timur semakin lama semakin mengancam. Sementara itu para
pedagang Inggris dengan didukung oleh kekuatan bersenjata semakin kuat menguasai
wilayah pantai.
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintahan pusat memang
sudah muncul, tetapi dapat diatasi. Pemberontakan itu bermula dari tindakan-tindakan
Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya.
Setelah ia wafat, penerusnya rata-rata lemah dan tidak mampu menghadapi
problema yang ditinggalkannya. Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan dipegang
oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra
Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Shah (1707-1712 M). Ia menganut aliran Syiah.
Pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada
perlawanan penduduk Lahore, karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syiah
kepada mereka.
Setelah Bahadur Shah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi
perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana, Bahadur Shah diganti oleh anaknya,
Azimus Shah. Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan,
Wazir Aurangzeb. Azimus Shah meninggal tahun 1712 M, dan diganti oleh putranya,
Jahandar Shah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri. Jahandar Shah
dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M.
Dalam pertempuran yang terjadi pada tahun 1713, Farukh Siyar keluar sebagai
pemenang. Ia menduduki tahta kerajaan sampai pada tahun 1719 M. Sang raja meninggal
terbunuh oleh komplotan Sayyid Husein Ali dan Sayyid Hasan Ali. Keduanya kemudian
mengangkat Muhammad Shah (1719-1748). Ia kemudian dipecat dan diusir oleh suku Asyfar
di bawah pimpinan Nadzir Shah. Tampilnya sejumlah penguasa lemah bersamaan dengan
terjadinya perebutan kekuasaan ini selain memperlemah kerajaan juga membuat
pemerintahan pusat tidak terurus secara baik. Akibatnya pemerintahan daerah berupaya
untuk melepaskan loyalitas dan integritasnya terhadap pemerintahan pusat.
Setelah Muhammad Shah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad Shah
(1748-1754 M), kemudian diteruskan oleh Alamgir II (1754-1759 M), dan kemudian
diteruskan oleh Shah Alam (1761-1806 M). Pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang
oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan Mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu
Mughal berada di bawah kekuasaan Afghan, meskipun Shah Alam tetap diizinkan memakai
gelar Sultan.
Shah Alam meninggal tahun 1806 M, tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar
II (1806-1837 M). Pada masa pemerintahannya, Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk
mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi
pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian,
kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar Sultan
dipertahankan. Bahadur Shah II (1837-1858 M), penerus Akbar II, tidak menerima isi
perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua kekuatan
tersebut.
Pada tahun 1858 M, Inggris menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para
pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi, rumah-rumah ibadah banyak yang
dihancurkan, dan Bahadur II, Sultan terakhir daulah Mughal diusir Inggris dari istananya.
Dengan demikian, berakhirlah kekuasaan daulah Mughal di daratan India dan yang tinggal di
sana adalah umat Islam yang mesti mempertahankan eksistensi mereka.
Sejalan dengan perkembangan politik Inggris yang sudah menguasai bangsa India
pada saat itu, mereka ternyata dapat merespon berbagai tuntutan di masyarakat India,
terutama setelah berdirinya sebuah organisasi Kongres Nasional India pada tahun 1885 M.
Akhirnya lambat laun, berbagai kebaikan Inggris terutama persoalan politik dan falsafahnya
merupakan sebuah penghargaan yang sangat berharga terhadap bangsa India, sehingga
dapat mengantarkan pula kemerdekaannya 15 Agustus 1947 M. Itulah barangkali fakta
sejarah bahwa berbagai kebaikan bangsa Inggris yang dapat dipersembahkan terhadap
bangsa India.

Berbagai Peninggalan Kerajaan Mughal


 Sistem Politik dan Ekonomi
India sebagai negara merdeka
Kebesaran dinasti Mughal tidak hanya ditunjukkan luasnya daerah yang disatukan
dalam satu imperium, tetapi juga berbagai pembaruan sistem politik. Apabila dicermati,
penetrasi politik Islam pada masa sebelum dinasti Mughal masih memiliki ikatan kuat
dengan dinasti Islam di Asia Barat. Dinasti Mughal dengan raja pertamanya Kutbuddin Aibak
telah mendirikan dasar pemerintahan Islam secara merdeka di India, lepas dari kesultanan
di Asia Barat. Hal ini sebagai hal yang unik mengingat wilayah Asia Selatan (India)
bergandengan langsung dengan wilayah Asia Barat, walaupun secara geografis dipisahkan
oleh pegunungan yang sulit dilalui. Sebagai sebuah negara, wilayah kesultanan Mughal
mencapai wilayah terluas di India sepanjang sejarah sejajar dengan masa pemerintahan
Ashoka.

 Pembagian wilayah kerajaan


Kerajaan Mughal memiliki pemerintah pusat yang beribukota di Delhi, sedangkan
wilayah-wilayah di bawahnya identik dengan sistem provinsi dengan raja muda yang
mengepalainya. Hal ini sebagai bentuk langsung pengaruh sistem pemerintahan Islam di
Asia Barat. Gelar Sultan juga sebagai bentuk nyata pengaruh sistem politik Islam di Asia
Barat. Walaupun secara politik kerajaan Mughal tidak memiliki ikatan secara langsung,
tetapi hukum Islam yang diterapkan di berbagai kerajaan Islam memiliki peran kuat dalam
sistem pemerintahan Mughal. Sebagai bentuk dinasti, kerajaan Mughal memiliki kelemahan
seperti halnya sistem kedinastian lain. Dalam kerajaan berbentuk dinasti, penguasa tertinggi
dilakukan turun-temurun. Akibatnya keadaan kerajaan sangat tergantung pada kecakapan
seorang raja dalam memerintah. Hal ini dapat dilihat dalam perjalanan sejarah kerajaan
Mughal. Sultan Akbar dapat dinilai sebagai raja yang cakap dalam memantapkan stabilitas
pemerintahan dan melakukan akomodasi berbagai kekuatan politik yang menyebabkan
perpecahan.

 Sumber pendapatan negara


Pajak merupakan salah satu sumber utama keuangan kerajaan. Pada masa
pemerintahan Islam di India, jizya diterapkan sejak pemerintahan dinasti Taghluk (1321--
1388). Jizya adalah pajak kepala untuk orang-orang non muslim. Sementara untuk orang
Islam, zakat merupakan bentuk pajak menurut syariat Islam. Dengan demikian pada
dasarnya baik muslim maupun non muslim memiliki tanggung jawab sama dalam masalah
pajak. Kaum non muslim tetap mendapat perlindungan dari kerajaan dalam melaksanakan
aktivitas sehari-hari maupun dalam menjalankan ibadahnya. Pada masa sultan Akbar, jizya
ini dihapuskan dan digantikan dengan pajak tanah. Dengan dibantu seorang Hindu bernama
raja Todar Mall, sultan Akbar menerapkan pajak tanah yang nilainya disesuaikan dengan
tingkat kesuburan dan luas tanah. Pada masa Aurangzeb, jizya kembali diberlakukan.

 Perubahan Sosial
Semenjak Islam masuk ke India, pengaruh mendasar yang utama adalah masalah
penghapusan kasta yang telah mendarah daging ratusan tahun lamanya. Islam tidak
mengenal kasta, sehingga oleh sebagian masyarakat Islam di India terutama pada kasta
rendah, kedatangan Islam disambut dengan senang hati. Dampaknya adalah terjadinya
transformasi sosial karena kesetaraan penduduk dalam memperoleh akses ekonomi dan
untuk bagian tertentu adalah menjadi pegawai pemerintah dan tentara.
Perubahan menonjol lainnya adalah masalah kesetaraan gender. Keberadaan kaum
wanita yang selama ratusan tahun menjadi kelompok kelas dua terangkat oleh masuknya
Islam di India. Upacara Sati (menceburkan diri ke api seorang perempuan dalam
pembakaran mayat suaminya) terus terkikis oleh pengaruh Islam di India. Namun demikian
bukan berarti upacara Sati ini terhapus begitu saja di India. Sampai dengan abad XX upacara
Sati masih dilakukan oleh sebagian masyarakat India.

Seni dan Bangunan


 Karya sastra
Berbagai karya sastra banyak muncul di India pada masa dinasti Mughal. Dalam
syariat Islam tidak ada pemisahan antara politik dan ibadah, antara imam dan pemimpin
pemerintahan. Tiap sendi kehidupan manusia terintegrasi dalam nilai-nilai agama.
Pemimpin kerajaan bukan sekadar melaksanakan roda pemerintahan, tetapi sekaligus
sebagai imam yang berpengetahuan keagamaan tinggi dan pantas diteladani. Tidak heran
bila karya seni dan sastra yang muncul tidak sebatas ditulis para ulama, tetapi juga para raja.

Bangunan
Pada tahun 1636, sultan Shah Jahan berhasil menguasai dua kerajaan penting, yakni
Ahmadnagar dan Bijabur. Pada saat perluasan kekuasaan tersebut permaisurinya Mumtaz
Mahal meninggal tahun 1631. Begitu cintanya pada istrinya, Shah Jahan mengenangnya
dengan membuat mega proyek makam Mumtaz Mahal yang artinya mutiara istana yang
dibangun tahun 1631-1648 dengan melibatkan 20.000 pekerja. Bangunan makam tersebut
dilengkapi dengan masjid dan taman dengan arsitek tinggi. Kemasyhurannya sampai di
penjuru benua, dan saat ini merupakan salah satu keajaiban dunia. Shah Jahan juga telah
membuat rencana bangunan makam untuk dirinya yang rencananya tidak kalah indahnya
dengan Mumtaz Mahal. Tetapi wasiat itu tidak dilaksanakan penggantinya
Aurangzeb yang tidak menyukai kemegahan bangunan. Jenazah Shah Jahan
dimakamkan berdampingan dengan istri tercintanya, Mumtaz Mahal.

Perkembangan Kepercayaan dan Aliran Keagamaan


Masuknya Islam di India bukan tidak menimbulkan masalah konflik kepercayaan. Hal
ini sangat wajar mengingat di wilayah tersebut berkembang dua agama besar, terutama
Hindu dan Islam. Sikap para penguasa Islam yang berusaha membuat keadilan dalam
menjalankan ibadah kadang sulit dilakukan oleh munculnya berbagai kecurigaan dan
kesalahpahaman politik. Upaya melakukan akomodasi kedua agama ini pernah dilakukan
oleh sultan Akbar dengan melahirkan ajaran baru Din-I-Ilahi tahun 1582, namun tidak
mendapat respon positif dari para ulama Islam.
Akbar juga memperistri seorang Hindu dengan maksud menghilangkan pertentangan
dua pemeluk agama terbesar di India tersebut. Islam dan Hindu yang kadang memunculkan
pertentangan tersebut kemudian mendorong munculnya aliran kepercayaan baru yang
kemudian berkembang menjadi salah satu agama besar di India. Pada abad XV muncul
agama Sikh yang merupakan sinkritisme Islam dan Hindu dengan pemimpinnya yang
terkenal dengan sebutan Guru Nanak (1469-1539). Sikh (murid) terus berkembang, dan
Guru Nanak laksana sebagai Rasul yang kemudian dilanjutkan oleh guru-guru selanjutnya
sampai guru ke sepuluh yakni Guru Govind Singh (1675-1708). Agama Sikh terus
berkembang dan mendapat tentangan, baik umat Islam maupun Hindu. Lambat laun
penganut Sikh membuat kelompok tersendiri dan berhasil membangun kekuatan baru di
Asia Selatan.

2. Kesultanan Delhi

Kelahiran Kesultanan Delhi di mulai bermula dari pecahnya kerajaan Islam dari
Wangsa Guri sepeninggal Sultan Muhammad Guri pada tahun 1206 menjadi dua kesultanan
yang lebih kecil.
Kesultanan Delhi merujuk pada pemerintahan berdinasti dari Turki dan Afganistan
yang berpusat di Delhi, termasuk Mamluk (1206-90), Dinasti Khilji (1290-1320), dinasti
Tughlaq (1320-1413), Dinasti Sayyid (1414-51) dan Dinasti Lodi (1441-1526). Pada tahun
1526, Kesultanan Delhi di lebur dengan kemunculan kesultanan Mughal.
Kesultanan ini didirikan pada 1206 oleh Qutb-ud-din Aybak . Sultan pertama dan
tentara Mamluk, budak tentara yang memilih salah satu dari pemimpin mereka. Pada abad
ke-14 posisi raja itu onaantastbaarder. Di bawah ambisius Sultan Muhammad bin Tughluq
hampir seluruh semenanjung India ditaklukkan, tetapi penaklukan ini terbukti tidak dapat
dipertahankan. Penaklukan Delhi oleh Timur Leng pada tahun 1398 sultan membuat
pengikut Timo riden dan membatasi daerah yang kuat.
Tonggak permulaan imperium Islam di wilauah ini mulai tegak pada tahun 1206 M,
tepatnya pada masa Kesultanan Delhi. Nama kesultanan diambil dari nama kota di India
bagian utara yang menjadi ibu kota kesultanan, Delhi. Delhi menjadi pusat pemerintahan
dari awal berdirinya sampai masa berakhirnya di tahun 1526 M. Bahkan ketika kesultanan
Mogul mengambil alih kekuasaan, Delhi masih tetap menjadi pusat pemerintahan sampai
Mogul runtuh.
Tonggak permulaan imperium Islam di wilauah ini mulai tegak pada tahun 1206 M,
tepatnya pada masa Kesultanan Delhi. Nama kesultanan diambil dari nama kota di India
bagian utara yang menjadi ibu kota kesultanan, Delhi. Delhi menjadi pusat pemerintahan
dari awal berdirinya sampai masa berakhirnya di tahun 1526 M. Bahkan ketika kesultanan
Mogul mengambil alih kekuasaan, Delhi masih tetap menjadi pusat pemerintahan sampai
Mogul runtuh pada tahun 1858.
Tidak seperti kebanyakan dinasti Islam yang pada umumnya musnah dengan
berakhirnya keturunan para pendirinya, Kesultanan Delhi berakhir setelah mengalami lima
kali pergantian kepemimpinan. Lima dinasti tersebut adalah Dinasti Mamluk, Dinasti Khalji,
Dinasti Tughlaq, Dinasti Sayyid, dan Dinasti Lodi.

Latar Belakang Berdirinya Kesultanan Delhi

Pada tahun 711 M tentara Bani Umayyah berhasil menancapkan kekuasaannya di


Lembah Indus di bawah pimpinan Jenderal Muhammad bin Qasim. Namun jenderal yang
telah menarik simpati penduduk India ini oleh sebab politis dipanggil oleh Khalifah Sulaiman
yang kemudian dieksekusi. Meskipun demikian, kehadirannya di benua India cukup
mempengaruhi kehidupan sosial-spiritual masyarakatnya. Hal ini berlanjut dengan adanya
kontak perdagangan antara muslim Timur Dekat dan para pedagang pesisir Gujarat,
Bombay, dan Deccan.
India utara kemudian dapat ditembus oleh tentara muslim pada masa Dinasti
Gaznawi di bawah komando Mahmud Gaznawi. Mereka mampu menggulingkan dinasti-
dinasti Hindu, seperti Hindushah dari Wayhind pada tahun 1206 M, termasuk mengurangi
kekuasaan Rajput dengan kewajiban membayar jizyah, dan menerobos Kerajaan Somnath di
Gujarat, Kalinjar, serta Benares. Suatu tindakan yang berpengaruh bagi pengembangan
Islam di wilayah ini adalah pendirian sejumlah masjid dan pembentukan satuan-satuan
tentara yang terdiri dari orang-orang India. Sebelum diruntuhkan oleh Dinasti Ghuri, Dinasti
Ghaznawi telah berhasil menguasai Punjab dan menjadikan Lahore sebagai Ibu Kota.
Kronologis Pemerintahan Kesultanan Delhi

1. Dinasti Mamluk; Pemerintahan Awal Kesultanan Delhi

Quthb al-Din al-Aybak (1206-1210)


Aybak berada di Delhi ketika Mu’izzuddin terbunuh, dan dia menjadi penggantinya
dalam memerintah India utara yang dipusatkan di Delhi. Mu’izzuddin tidak hanya
membebaskannya dari perbudakan tapi juga memberikan kuasa kesultanan padanya. Akan
tetapi selama empat tahun masa pemerintahannya ditandai dengan perjuangan melawan
Yildiz, penguasa Turki di Ghazna dan Qabacha, penguasa Sind dan Multan. Selain itu Aybak
juga melawan pemberontakan raja-raja Hindu yang menentang kekuasaan muslim di India.
Kematian Aybek yang tiba-tiba pada tahun 1210 M mengakhiri karirnya yang menjanjikan.
Meskipun begitu, perannya sebagai letnan di masa kepemerintahan Mu’izuddin Ghuri, juga
dalam mempertahankan kekuasaan Islam di India memposisikannya di tempat paling
penting dalam sejarah Kesultanan Delhi.

Sultan Iltumish (1211-1236 M)


Iltutmish naik tahta Delhi, saat kesultanan berada dalam posisi sulit dan tidak stabil.
Sikap menentang dari para jenderal senior rekan Aybak seperti Qabacha dan Yildiz, juga
perlawanan dari para penguasa Hindu, dan yang paling mengancam diantara semuanya
adalah kekuatan besar yang tumbuh dari Chinggisid Mongol di Perbatasan Utara-Barat.
Bangsa Khalji di Bengal dan Bihar juga menarik dukungan mereka. Keberaniannya yang
besar, kecerdasannya dalam mengatur strategi dan pemanfaatan waktu membuatnya
menghadapi semua kesulitan dan menangani berbagai masalah. Dia mengecam balik sikap
permusuhan para jenderal Turki; membungkam perlawanan Hindu; membangun kembali
kekuasaannya di provinsi-provinsi timur, juga menyelamatkan kerajaannya dari serangan
pasukan Mongol. Iltutmish adalah penguasa berdaulat pertama Delhi dan dianggap sebagai
pendiri Kesultanan Delhi. Dia dianugrahi penghargaan untuk jasanya menciptakan fondasi
negara yang tahan lama, mengorganisir administrasi dan mengembangkan kebijakan politik
dasar negarawan. Pada tahun 1229 M, Al-Mustanshir, khalifah Abbasiah di Baghdad,
memberikan mandat otoritas kepada Iltutmish. Hal ini membuat Kesultanan Delhi diakui
secara legal pun moral di mata penguasa Muslim ortodoks. Iltutmish juga menjaga
hubungan baiknya dengan ulama dan mashayikh sehingga ia diterima dan mendapat
legitimasi bagi kesultanannya yang baru.

Ghiatsuddin Balban (1266-1287)


Salah satu perkembangan penting pada periode pasca-Iltutmish adalah keberadaan
sekelompok bangsawan yang dikenal dengan nama Ghulaman Chihilgani yang kesemuanya
adalah budak Iltumish. Kira-kira arti dari nama tersebut adalah komandan budak yang
membawahi empat puluh budak. Kelompok ini mendominasi lapangan dan memegang
komisi kekuasaan selama tiga puluh tahun sehingga keberadaan sultan hanyalah sebagai
pimpinan boneka saja.
Sosok terkuat dan paling mendominasi diantara kelompok ini adalah Ghiasuddin
Balban. Dia telah memperoleh kekuasaan yang cukup besar bahkan sebelum aksesi Sultan
Nasiruddin Mahmud, penguasa terakhir dari garis keluarga Iltutmish. Tak lama setelah
aksesi Nasiruddin Mahmud, Balban dianggap sebagai na’ib al-mamlakat (raja muda), yang
mengakibatkan pengaruh bayangan sebagai wali mengurangi kekuasaan sultan. Selama dua
dekade Balban mengemudikan negara sebagai na’ib al-mamlakat, Balban berusaha
membendung kekacauan dekade anarki (1236-1246).

2. Dinasti Khalji; Akhir Supremasi Turki di India

Jalaluddin Firuz (1290–1296)


Jalaluddin telah berusia 70 tahun ketika mengambil alih kekuasaan Kesultanan Delhi.
Dia sebenarnya masih memliki hubungan kekerabatan dengan sultan Balban dan Sultan
Kaikobad memberikan kepercayaan kepadanya untuk menjadi wakilnya. Sampai akhirnya
dia berhasil menjadi sultan pada tahun 1290 M. Transisi kekuasaan ini dikenal dengan
Revolusi Khalji.
Selama enam tahun masa pemerintahannya, kelonggarannya dalam pengurusan
negara menyuburkan arus perampokan dan pemberontakan. Jalaluddin juga gagal melawan
invasi Mongol dan gagal merebut benteng Ranthambor dari Rajput. Kegagalan-kegagalan ini
menandai bahwasanya dia tidak layak menjadi penguasa. Akhirnya, keponakannya yang juga
menantunya bernama ‘Alauddin naik tahta dengan cara membunuhnya.

Alauddın Khaljı (1296–1316)


Alauddin merupakan penguasa ambisius, kekuasaannya meliputi hampir seluruh
wilayah India, termasuk Deccan yang bahkan penguasa sekaliber Mahmud Ghaznawi,
Mu’izzuddin Ghuri dan Balban tidak dapat menembus wilayah tersebut disebabkan kondisi
alamnya yang sulit. Oleh karena itu, Alauddin juga dijuluki “sang penakluk Asia”.
Untuk memahami sepenuhnya sistem pemerintahan Alauddin harus melihat kembali
pada abad ketiga belas dan mencatat tren sosial-ekonomi yang cukup menonjol. Motif yang
menarik adalah kontinuitas lembaga. Tidak hanya dengan memungut pajak menggunakan
metode konvensional India (terutama sistem bagi-hasil) yang sebagian besar tidak berubah
oleh penguasa baru akan tetapi juga ada agen pemungut pajak, rais (kepala), chaudkris
(kepala Parganas yaitu masyarakat desa) dan patwaris (akuntan desa) sebagian besar masih
dipertahankan.
Di bidang militer, Alauddin memiliki prestasi dalam dua kategori: perang melawan
invasi Mongol dan penaklukan wilayah-wilayah India yang belum tertundukkan. Sepanjang
abad ketiga belas, bangsa Mongol sangat kuat sehingga bahkan seorang penguasa yang kuat
seperti Balban harus membuat kebijakan defensif dan menerima garis perbatasan yang
tidak terlalu menguntungkan. Alauddin menghadapi dua serangan Mongol di Delhi,
termasuk pengepungan kota; tetapi pada dua kesempatan ini, Mongol mundur. Invasi
Mongol kemudian diarahkan ke Punjab dan lembah Gangga yang juga dikalahkan. Oleh
karena itu pada akhir dekade pertama pemerintahannya, dia memberikan kepastian
perlindungan dari agresi eksternal ke arah kekuasaannya. Kematian Duwa Khan penguasa
Chaghatayid dari Transoxania pada tahun 1306 berpengaruh terhadap penurunan tekanan
Mongol di India.

3. Dinasti Tughlaq
Quthbuddin Mubarak Shah di 1320, garis kesultanan Khalji berakhir, dan
pembunuhnya yaitu budaknya Khusru naik menjadi sultan. Tapi pemerintahannya tidak
bertahan lama disebabkan pemberontakan dari Ghazi Malik at-Tughluq, gubernur Dipalpur
di Punjab, yang cukup menonjol ketika kesultanan Delhi masih dipimpin bangsa Khalji. Dia
memanfaatkan kebencian Hindu di negara bagian Kisra Khan. Khusru atau Sultan Nasiruddin
dikalahkan dan dibunuh oleh Ghazi Malik, yang naik tahta dengan nama Ghiyatsuddin
(1320-1325). Garis sultan yang diresmikan menjadi milik Tughluqids, meskipun Tughluq
sebenarnya nama pribadi Ghazi Malik.
Ghiyatsuddin terbilang sultan yang adil dan tegas dalam menjalankan kekuasaannya.
Dia pernah menghukum dua gubernur di provinsi Badaun dan Qudh yang menyalahgunakan
kekuasaannya untuk menindas rakyat. Dia dianggap sebagai penyelamat Islam dari ancaman
Hindu yang ingin menumbangkan Islam.Di awal pemerintahannya dia memulihkan
ketertiban internal dan kekacauan administrasi keuangan. Dia memulihkan hibah tanah
yang didistribusikan dengan boros oleh pendahulunya. Sepeninggal Ghiyatsuddin tahun
1325, batas kesultanan ini melampaui yang pernah dikuasai bangsa Khalji.
Penggantinya adalah Muhammad bin Thughlaque, seorang sultan yang tidak
konsisten dengan keputusannya sendiri sehingga banyak wilayah-wilayah kekuasaan yang
menyatakan kemerdekaannya dan memutuskan hubungan dengan Delhi. Yang tersisa
hanayalah Dowab dan Punjab saja. Selanjutnya, Muhammad Shah digantikan Firuz Shah
(1351-1388) yang memiliki temperamen lebih damai. Tiga puluh tujuh tahun
pemerintahannya merelaksasi India dari badai kekacauan di bawah kekuasaan Muhammad
bin Tughluq.

4. Dinasti Sayyid
Khizr Khan berhasil menguasai Delhi dan mengangkat dirinya sebagai Sultan. Dia
mengaku sebagai keturunan Nabi Muhammad Saw. Menurut Firistha, rakyat sangat bahagia
di bawah pimpinannya. Khizr khan digantikan oleh anaknya Mubarak Shah yang juga
terkenal baik. Namun dia terbunuh pada tahun 1434 M oleh seorang bangsawan bernama
Sadrul Mulk. Lalu keponakannya, Muhammad Shah naik tahta dan membalaskan dendam
kematian pamannya. Ia memimpin selama 12 tahun lalu digantikan oleh anaknya Alauddin
Alam Shah yang merupakan raja terakhir dan terlemah dalam dinastinya. Dia secara
sukarela menyerahkan tahtanya pada Bahlul Lodi seorang bangsawan Afghan yang dengan
kesepakatan bersahabat membolehkan raja terakhir dari Dinasti Sayyid hidup dengan damai
di Badaun sampai akhir hayatnya.

5. Dinasti Lodi.
Sultan Lodi adalah satu-satu nya sultan Delhi yang berasal dari suku bangsa Pathan.
Bahlul Lodi naik tahta pada tahun 1451, aksinya yang menonjol adalah penaklukan Jaunpur.
Dia berkuasa selama 38 tahun dan meninggal pada 1389 M. Nizam Khan, putera kedua Lodi
yang menggantikan dengan gelar Sikander Lodi yang merupakan seorang administrator
ulung. Nizam Khan meninggal pada tahun 1517 M setelah berhasil memimpin selama 28
tahun. Sikander Lodi merupakan raja yang paling mampu dan paling besar dalam dinasti
Lodi. Setelah kematian Sikandar Lodi, putranya Ibrahim Lodi naik tahta akan tetapi terjadi
pemberontakan dari adiknya sendiri, Jalal Khan. Selama kepimpinannya, Ibrahim Lodi
banyak menangkap dan memenjarakan bangsawan yang menentangnya. Hal ini lah yang
semakin memicu lebih banyak lagi pemberontakan. Pada tahun 1526 M, Babur menyerang
India dan terjadi pertempuran sengit di Panipath dimana Lodi terbunuh dalam pertempuran
ini dan kekuasaannya beralih ke tangan Babur, yang mendirikan Dinasti Mughal.

Pemerintahan Dan Politik


Kesultanan Delhi melanjutkan konvensi pemerintah dari pemerintahan Hindu
sebelumnya, mengklaim keunggulan daripada kontrol tertinggi eksklusif. Dengan demikian,
itu tidak mengganggu otonomi dan militer penguasa Hindu yang ditaklukkan, dan bebas
termasuk pengikut dan pejabat Hindu.

kebijakan dan administrasi ekonomi


Kebijakan ekonomi Kesultanan Delhi ditandai dengan keterlibatan pemerintah yang
lebih besar dalam ekonomi relatif terhadap dinasti Hindu Klasik, dan meningkatnya
hukuman bagi bisnis swasta yang melanggar peraturan pemerintah. Alauddin Khalji
menggantikan pasar swasta dengan empat pasar yang dikelola pemerintah yang terpusat,
menunjuk "pengontrol pasar", dan menerapkan kontrol harga yang ketat pada semua jenis
barang, "dari topi ke kaus kaki; dari sisir ke jarum; dari sisir ke jarum; dari sayuran, sup ,
sweetmeats to chapatis "(menurut Ziauddin Barani (c. 1357) ). Kontrol harga tidak fleksibel
bahkan selama musim kemarau. Investor kapitalis sepenuhnya dilarang berpartisipasi dalam
perdagangan kuda , broker hewan dan budak dilarang mengumpulkan komisi, dan
pedagang swasta dihilangkan dari semua pasar hewan dan budak. Larangan dilembagakan
untuk menimbun dan mengatur ulang, lumbung dinasionalisasi dan batas ditempatkan pada
jumlah biji-bijian yang dapat digunakan oleh petani untuk penggunaan pribadi.

kebijakan sosial
Kesultanan menegakkan larangan agama Islam dari representasi antropomorfik
dalam seni.
Militer
Sebagian besar pasukan Kesultanan Delhi terdiri dari budak militer Mamluk Turk
nomaden, yang terampil dalam perang kavaleri nomaden. Kontribusi militer utama
Kesultanan Delhi adalah kampanye sukses mereka dalam memukul mundur invasi
Kekaisaran Mongol ke India , yang bisa menghancurkan bagi anak benua India, seperti invasi
Mongol ke Cina , Persia dan Eropa . Tentara Mamluk Kesultanan Delhi terampil dalam gaya
yang sama perang kavaleri nomaden yang digunakan oleh orang-orang Mongol, membuat
mereka berhasil memukul mundur invasi Mongol , seperti halnya untuk Kesultanan Mamluk
Mesir . Kalau bukan karena Kesultanan Delhi, ada kemungkinan bahwa Kerajaan Mongol
mungkin berhasil menyerang India. Kekuatan pasukan berubah menurut waktu.

3. Kerajaan Gazna

Sejarah dinasti Ghaznawi diawali dengan kisah seorang budak Turki yang disukai, dan
dihargai pemerintahan dinasti Samaniyah. Budak tersebut diberi jabatan penting dalam
pemerintahan Samaniyah, budak tersebut bernama Alptigin. Pada perkembangannya
Alptigin inilah yang akan menjadi peletak fondasi pendirian dinasti Ghaznawi. Pada
pembahasan kali ini kita akan membahas sejarah salah satu dinasti yang berada di kawasan
Asia Tengah pada abad klasik tersebut.

Awal Pendirian Dinasti Ghaznawi


Seperti yang sudah dijelaskan di atas, pada awalnya Alptigin hanya merupakan
seorang budak keturunan Turki. Namun, dalam perkembangannya ia diberi kepercayaan
menduduki posisi penting di pemerintahan daulah Samaniyah. Alptigin memula kariernya
sebgai pengawal, jabatannya kemudian naik menjadi kepala pengawal. Ternyata jabatan
sebagai kepala pengawal bukan jabatan terakhirnya, karena pada tahun 961 M ia
dipromosikan menjadi gubernur Khurasan.
Wilayah Samaniyah tepatnya di Bukhara, pada abad ke- 10 M tampil sebagai literatur
dan kesenian Islam-Persia yang baru lantaran ide-ide keagamaan, hukum, filsafat, dan
kesastraan Islam yang berbahasa Arab disusun kembali dalam bahasa Persia. Pada saat itu
merupakan pertama kalinya agama dan kultur Islam tersedia dalam bahasa selain bahasa
Arab. Meskipun demikian, sebenarnya dinasti Samaniyah telah mengalami disintegrasi pada
abad kesepuluh.

Bentuk Pemerintahan Dinasti Ghaznawi


Ketika Alptigin mendirikan sebuah rezim tentara budak, dapat dikatakan dinasti
Ghaznawi sebagai pelopor sebuah rezim yang di dalamnya didominasi prajurit budak. Para
penguasa Ghaznawi sendiri berasal dari prajurit budak. Sebagaimana penguasa Buwaihiyah,
mereka juga memberikan hak iqtba’ kepada prajurit mereka, bahkan mereka juga
mempertahankan administrasi birokratis Samaniyah untuk mempertahankan kekuasaan
pusat atas distribusi tanah perkebunan dan mengumpulkan upeti, harta rampasan, dan
pendapatan dari pertanian. Ghaznawi juga menerapkan kebijakan untuk memelihara
dukungan dari pemimpin-pemimpin Islam, melalui pernyataan kesetiaan terhadap khalifah,
menopang pengajaran Islam, dan sebuah kenamgkitan kesastraan Persia.

Perkembangan Dinasti Ghaznawi


Meskipun, Alptigin merupakan peletak fondasi pendirian dinasti, namun yang
dianggap pendiri sebenarnya dari dinasti Ghaznawi adalah Subuktigin (976-997). Seorang
budak keturunan Turki yang juga merupakan menantu Alptigin. Enam belas raja Ghaznawi
selanjutnya adalah keturunan langsung darinya. Subuktigin memperluas wilayah
kekuasaannya hingga meliputi wilayah Pesyawar di India dan Khurasan di Persia, yang
pertama kali dia kuasai ketika masih berada di bawah kekuasaan Samaniyah.
Dinasti Ghaznawi mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin oleh putra Subuktigin,
Mahmud Yamin al-Daulah. Pada tahun 999, ia berhasil mengalahkan Amir terakhir daulah
Samaniyah Abdul Malik II ibn Nuh II, sekaligus menandai runtuhnya daulah Samaniyah dan
menjadikan Ghaznawi sebagai penguasa di Asia Tengah. Mahmud merancang rencana
serangannya ke arah Timur melalui puncak sebuah bukit tinggi di wilayah Ghaznah, dari
bukit tersebut ia dapat memandang jelas seluruh daratan India Utara. Antara tahun 1001
hinggga 1024, Mahmud melakukan tidak kurang dari tujuh belas serangan ke India,
diantaranya berhasil menduduki kawasan Punjab, dan pusat kotany, Lahore dari penguasa
Multan dan Sind.
Dari sejumlah serangan tersebut, Mahmud kembali ke Ghaznah dengan membawa
banyak barang rampasan dari kuil-kuil Hindu. Ia mendapatkan penghargaan segaligus
pahlawan besar dari kalangan Islam ortodoks. Dalam sejarah Islam, dialah oran pertama
yang menerima gelar al-ghazi kira-kira tahun 1001. Gelar tersebut diberikan karena
kegigihannya dalam peperangan melawan kaum kafir.

Keruntuhan Dinasti Ghaznawi


Kebangkitan dinasti Ghaznawi merepresentasikan kemenangan pertama keturunan
Turki dalam perjuangannya melawan kelompok Iran untuk mencapai kekuasaan tertinggi
dalam Islam. Namun, eksistensi Ghaznawi tidak jauh berbeda dengan Smaniyah atau
Sffariyah. Dinasti Ghaznawi tidak ditopang oleh angkatan bersenjata yang kuat, sehingga
ketika seorang pemimpinnya yang sangat berpengaruh meninggal, maka semuanya segera
menemui kehancuran. Demikian pula yang terjadi, setelah Mahmud meninggal pada tahun
1030 M.
Wilayah kekuasaan dinasti Ghaznawi di sebelah timur berangsur melepaskan dri dari
pusat kota, dan munculah sejumlah dinasti Muslim independen di India. Di utara dan barat
muncul dinasti Khan dari Turkistan dan dinasti Saljuk dari Persia. Keduanya memisahkan diri
dari kekuasaan Ghaznawi. Di bagian tengah, dinasti Ghuriyah dari Afghanistan yang dipimpin
Syihab al-Din al-Ghuri melakukan pemberontakan luar biasa dan puncaknya, pada tahun
1186 berhasil menghancurkan pijakan Ghaznawi yang terakhir di Lahore. Dengan hancurnya
pijakan terkahir dinasti Ghaznawi tersebut maka berakhir pula eksistensi dinasti Ghaznawi.

4. Dinasti Gupta Atau Arya

Sekitar tahun 1800—600 SM, setelah kota-kota besar ditinggalkan, masyarakat


pertanian tinggal di permukiman-permukiman yang lebih kecil di Lembah Indus dan Gangga
mereka membaur dengan orang-orang yang datang dari Asia Barat. Para ahli cerita
menggubah Weda, puisi, dan himne yang kemudian menajadi dasar agama Hindu. Gupta
merupakan salah satu dinasti di daerah India Selatan yang didirikan oleh raja Chandragupta I
pada tahun 319 M.yang telah berhasil menyatukan seluruh india selatan menjadi satu
dinasti Gupta. Antara Candragupta I dengan Candragupta Maurya dari kerajaan Magadha
tepatnya pada masa dinasti Maurya tidaklah sama. Agama yang dianut oleh dinastiGupta
adalah agama Hindu, sedang agama yang dianut oleh Candragupta Maurya adalah agama
Buddha.
Diketahui dari Kerajaan Gupta ini pernah dipimpin oleh beberapa orang raja. Raja
Candragupta (320 M—330 M), Samudragupta Sarvarajaccheta (335M—376 M),
Candragupta II yang bergelar Vikramaditya (376 M—415 M), Kumaragupta (415 M—455 M),
Skandagupta (455M—467 M), dan Purugupta yang merupakan raja terakhir dari Dinasti
Gupta. Pada masa kepemimpinan Candragupta II kerajaan ini mencapai masa keemasan.
Gupta merupakan dinasti yang besar di India, namun demikian tidak semua orang
mengetahui tentang sejarah dari dinasti ini. Termasuk di dalamnya para mahasiswa, inilah
yang mendorong kelompok kami untuk menuliskan tentang sejarah dari Dinasti Gupta.
Ada teori yang bertentangan mengenai tanah air asli dan nenek moyang dinasti
Gupta yang memerintah India utara antara abad ke-4 dan ke-6. Sejarawan modern dengan
berbagai teori berteori bahwa itu berasal di Uttar Pradesh atau Bengal saat ini , berdasarkan
bukti epigrafi, numismatik dan sastra. Kelompok sosial dinasti juga merupakan masalah
perdebatan, dengan para sarjana dengan berbagai cara menempatkannya di Vaishya ,
Brahmana , atau kategori lainnya.

Masa Awal Berdirinya Dinasti Gupta


Setelah kerajaan Kushana runtuh, India utara seakan menjadi daerah yang mati,
namun sejak Candragupta I muncul mendirikan Dinasti Gupta di sana, India Utara kembali
menjadi daerah yang besar. Hal ini disebabkan Candragupta I melakukan hal kontoversial
dengan meniru Chandragupta Maurya yang ingin menandingi dan mengusir Iskandar
Zulkarnain diperbatasan barat negaranya, Magadha, sekitar abad IV SM. Kemudian
Chandragupta mendirikan Dinasti Gupta yang berkurasa di India sekitar 200 tahun.
Mengenai asal-usul dari Candragupta I ini masih diragukan dan masih kurang jelas,
apakah dia keturunan dari Candragupta Maurya atau bukan. “Apakah pendiri wangsa Gupta
ini memang keturunan langsung wagsa Maurya pantas diragukan, dan memang ia mengikuti
jalan lain menuju kekuasaannya.” (Schulberg, 1983:93). Jika Candragupta Maurya menjadi
pemimpin karena sebelumnya mengadakan ekspansi-ekspansi ke berbagai wilayah, dengan
mengadakan konsolidasi wilayah kekuasaannya, maka Chandragupta mengawali
kepemimpinannya lewat jalan perkawinan politik dengan putri raja dari suku Licchavi.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa untuk mendirikan dinasti yang baru ini,
Chandragupta yang pada saat itu dipercayai sebagai seorang ksatria Arya dan diduga
sebagai penguasa di dekat Pataliputra mengambil langkah politiknya dengan
mempersunting seorang putri raja dari Suku Licchavi yang terdapat di Vaisali yang bernama
Kumala Devi. Setidaknya suku Licchavi tersebut pernah berkuasa di India bagian utara, akan
tetapi suku ini tenggelam karena munculnya Dinasti Maurya yang pernah dibangun oleh
Chandragupta Maurya.
Chandragupta menetapkan Pataliputra sebagai ibu kota negara dan sekaligus
sebagai tempat pusat pemerintahan pada waktu itu. Kemudian tanggal 26 Februari 320 M
ditetapkan sebagai awal masa pemerintahannya sebagai raja dengan tandai

Raja-Raja pada Dinasti Gupta


Dalam sejarahnya, Dinasti Gupta pernah dipimpin oleh beberapa raja, mulai dari saat
didirikan oleh Candragupta sampai saat-saat keruntuhan pada pemerintahan dinasti Gupta.
Menurut Suwarno (2012: 55-56) raja-raja yang pernah memimpin tampo pemerintahan
pada Dinasti Gupta adalah sebagai berikut:
1. Chandragupta I, memerintah 320—330 M.
2. Samudragupta , memerintah 335—376 M.
3. Chandragupta II Vikramaditya, memerintah 376—415 M.
4. Kumaragupta, memerintah 415—455 M
5. Skandagupta, 455—467 M.
6. Purugupta, memerintah 467—473 M.
7. Kumaragupta II, memerintah 473—476 M.
8. Budhagupta, memerintah 476—495 M.
9. Narasimhagupta.
10. Kumaragupta III.
11. Vishnugupta.
12. Vainyagupta.
13. Bhanugupta sebagai raja terakhir.
Suwarno (2012:56) mengatakan, “dari para raja Dinasti Gupta itu, yang paling
menonjol adalah Samudragupta dan Chandragupta II, sehingga kedua raja ini yang
paling banyak dijelaskan”.

Samudragupta, Sarvarajaccheta (335—376 M)


Samudragupta merupakan salah satu raja dalam Dinasti Gupta. Dia menggantikan
ayahnya, Candragupta I yang telah meninggal pada tahun 330 M. Sebagai keturunan suku
Licchavi Dauhitra (putra dari putri suku Licchavi), maka dia berkeinginan untuk melanjutkan
ambisi ayahandanya untuk menaklukan kawasan-kawasan yang diinginkannya. Bahkan dia
melakukan serangkaian penaklukan tersebut dengan gemilang, dengan prestasi dan
keperkasaannya itulah Samudragupta digelari Sarvarajaccheta (pembasmi semua raja).
Keberhasilan penaklukan yang gemilang ini tidak terlepas dari ambisi dan semangat
muda raja demi melanjutkan ambisi ayahandanya. Untuk melaksanakan ambisi ayahnya
Samudragupta menitik beratkan rencana kegiatan kenegaraannya yang terkenal dengan
digvijaya atau penaklukkan atas Empat Penjuru Angin. Menurut Su’ud (1988: 200)
menyatakan “yang dimaksud Empat Penjuru Angin itu tidak saja empat kawasan di sekeliling
kerajaan Gupta, namun juga berarti empat kategori musuh yang harus dihadapi, dan harus
ditaklukan”. Dapat ditemukan pula dalam tulisan pada tonggak batu Kausambi, yang
menggambarkan empat kategori musuh, sebagai berikut:
 Raja-raja yang berhasil dibunuh dalam ekspedisi penaklukan, kemudian daerahnya
disatukan dengan kerajaan Gupta. Yang termasuk kategori ini adalah Raja-raja
Hindustan yang bangkit setelah mundurnya kerajaan Kushana.
 Raja-raja yang dikalahkan, namun daerahnya dikembalikan dan raja berstatus baru,
yaitu Raja yang harus membayar upeti. Mereka yang termasuk dalam kategori kedua
adalah mereka yang juga disebut raja-raja rimba, yang dijadikan pelayan. Di wilayah
selatan yang termasuk kategori ini adalah raja-raja di daerah Orissa, yang terletak di
antara sungai-sungai Mahnadi dan Godavari.
 Raja-raja di daerah perbatasan yang melarikan diri ketika diserbu, diwajibkan
membayar semacam pajak perlindungan. Tetapi kemerdekaan mereka tidak diganggu.
 Raja-raja yang letaknya jauh yang mengakui kekuasaan Raja dinasti Gupta, dengan
mengirimkan duta/utusan. Mereka yang termasuk kategori ini adalah raja-raja dari
Kamarupa, Samatata di pertemuan antara sungai-sungai Gangga dan Brahmaputra,
serta berbagai suku bangsa Saka, Kushana, Malwa, Gujarat, dan Panjab.
Tidak dipungkiri pula, bahwa pengaruh kekuasaan dari Kerajaan Gupta juga
dirasakan sampai ke Sri Lanka.
Samudragupta merupakan salah seorang penganut agama Hindu yang taat, dengan
setia menjalankan aturan Brahmana ortodoks, misalnya melakukan upacara asvameda
sebelum aneksasi/ perluasan wilayah. Minatnya pada kesenian membuat Samudragupta
memiliki apresiasi yang tinggi. Bahkan dia dijuluki sebagai Kaviraja (raja penyair). Selain itu,
di Allahabad, sebatang pilar batu yang awalnya didirikan oleh Asoka pada abad keempat
sebelum masehi diubah untuk mengagungkan Samudragupta. Menurut (Dalal, 2007: 48)
menyatakan “pilar ini menceritakan bagaimana dia menaklukkan negeri-negeri lain dan
membanggakan bahwa ia mengasihi rakyat miskin dan merupakan penyair yang mahir”.
Selain itu menurut Schulberg (1983:93) dalam sebuah prasasti di daerah Allahabad yang
munkin sama dengan yang disebutkan oleh Dalal, setidaknya terdapat 12 penguasa yang
takluk pada Samudragupta, sebelah utara ada 9 raja yang takluk, sedangkan di daerah barat
ia bertempur dengan orang-orang sakha di Ujjain.
Meskipun Samudragupta seorang Hindu ortodoks, dia cukup punya rasa toleransi.
Sebagai contoh, dia mengangkat seorang penasihat agama Buddha, bernama Vasubhanda.
Bahkan dia membuatkan tempat untuk para pengikut Buddha, seperti di Ajanta sebanyak 29
gua dipahat di karang tebing. Tidak khayal jika masa Raja Samudragupta dianggap sebagai
puncak dari kerajaan Gupta, sebab kekuasaannya telah mencakup seluruh India Utara.
Dalam bidang sosial dan ekonomi mengenai Samudragupta ini tidak begitu banyak
diketahui, akan tetapi pada saat itu dijelaskan bahwa Raja Samudragupta ini mengeluarkan
mata uang emas yang antara lain bergambar sang raja sedang bermain alat musik semacam
kecapi. Dari pernyataan ini dapat sedikit disimpulkan bahwa perdagangan pada saat itu
sudah terbilang maju dan ramai. Hal ini dapat dibuktikan dengan dikeluarkannya mata uang
emas oleh Raja Samudragupta.
Sementara dalam bidang kebudayaan saat pemerintahan Samudragupta ini juga
dapat dibilang mengalami kemajuan yang cukup pesat. Terutama perkembangan dalam
bidang sastra dan musik. Hal ini dapat dibuktikan dengan raja selain sebagai penyair (ingat
kaviraja), dia juga sebagai pemusik (ingat mata uang emas yang telah dikeluarkan oleh
Samudragupta). Selain sastra dan musik, dalam pemerintahan Samudragupta ini juga telah
berkembang Drama, yang dapat dibuktikan dengan bangunan gedung-gedung drama yang
indah. Selain itu dalam gedung-gedung itu juga terdapat lukisan-lukisan yang indah pula.

Chandragupta II (376—415 M)
Setelah Samudragupta meninggal, putra sulungnya yang bernama Ramagupta
didudukkan di atas takhta. Namun karena adanya tekanan dari suku bangsa Sakha di
perbatasan barat laut dan juga Ramagupta merupakan seorang pemimpin yang lemah,
sehingga tokoh ini sangat disembunyikan dari silsilah Raja-raja Gupta, maka saudaranya
yang bernama Chandragupta (putra Samudragupta dengan putri Datta Devi) mengambil alih
kekuasaannya, dengan gelar Chandragupta II.
Gelar Chandragupta II merupakan peringatan atas kejayaan kakeknya yang telah
membangun sebuah dinasti. Sebelumnya dia telah melatih diri memimpin masyarakat
dengan kedudukan yuvaraja atau bupati pada suatu daerah pada tahun-tahun terakhir masa
pemerintahan ayahnya.
Chandragupta II juga dijuluki sebagai Vikramaditya , yang berarti ‘Matahari
Kebenaran’. Su’ud menyatakan “karena kepribadian maupun penampilannya selama dia
memerintah menunjukkan sifat-sifat yang menerangi masyarakat”. Sehingga hal inilah yang
membuat dia mendapatkan julukan sebagai Vikramaditya. Selain itu ada yang mengatakan
bahwa Vikramaditya (mataharari kegagah beranian) merupakan tanda kehormatan atas
karya ketentaraannya, dan dia juga merupakan seorang maharaja yang terbesar diantara
maharaja Gupta.
Tindakan pertama yang dilakukannya sebagai raja ialah memindahkan ibukota dari
Pataliputra ke Ayodhya, sebuah kota terpenting didaerah Kosala atau Oudh sekarang.
Pemindahan ibukota ini dimaksudkan untuk memperoleh kembali semangat Hinduisme,
karena kita ketahui Ayodhya merupakan salah satu kota suci agama Hindu. Seperti nenek
moyangnya, Chandragupta ingin tampil menjadi penguasa dunia (world emperor). “Politik
perluasan wilayah yang dilakukan oleh Chandragupta II, ditempuh melalui dua cara:
a. Cara damai, yaitu dengan jalan perkawinan politik (political marriage).
b. Kekerasan, yaitu penaklukan dengan kekuatan militer”.
Kerajaan Gupta pada masa pemerintahan Chandragupta II ini mencapai wilayah yang
paling luas, bahkan sampai melintasi seluruh India Utara, mulai dari Benggala hingga Laut
Arab. Hal ini tidak lepas dari ekspansi-ekspansi yang dilakukan oleh Chandragupta II.
Pada masa Chandragupta II, di bidang kesenian mengalami kemajuan yang pesat,
terutama festival keagamaan pada musim semi dan patut dicatat peranan Kalidasa. Selain
festival-festival keagamaan juga telah berkembang pesat dibidang literatur (kesusastraan)
dan pengembangan-pengembangan ilmu pengetahuan yang berbahasa sansekerta. Selain
itu seorang penulis drama yang sering mempergelarkan drama-dramanya di hadapan raja.
Karyanya yang paling terkemuka adalah ‘Sakuntala’.
Nampaknya masa Chandragupta II merupakan masa yang paling makmur bagi dinasti
Gupta dan sekaligus merupakan masa keemasan dari Kerajaan Gupta (the golden age).
Bahkan pada masa Chandragupta II ini setiap rakyat yang sakit diberikan bantuan untuk
berobat kepada tabib, sementara untuk pelaku pelanggaran tidak dikenakan sanksi berat,
melaikan hanya dikenakan denda. Untuk para tuan tanah hanya dikenakan pajak yang
diambil sebagian kecil hasil panennya saja, bahkan untuk para pemberontak dikasih
hukuman potong tangan kanan saja. Sehingga pada saat itu Chandragupta II mendapat
julukan sebagai permata utama bagi kerajaan Gupta.

Runtuhnya Dinasti Gupta


Setelah Chandragupta lengser keprabon karena meninggal dunia pada tahun 415 M,
Dinasti Gupta mengalami titik balik dari masa-masa keemasannya. Lembaran suram ini
dimulai saat Kerajaan Gupta diduduki oleh Kumaragupta, putra dari Chandragupta II. Pada
saat memerintah dia kualahan menghadapi serangan-serangan dari Huna Putih (Ephalit dan
ada yang menyebutnya Hun Putih). Akan tetapi Kumaragupta masih bisa menahan serangan
serangan tersebut. Akhirnya Kumaragupta memerintah negara hingga tahun 455 M.
Selanjutnya tampo pemerintahan digantikan oleh putra Kumaragupta yang bernama
Skandagupta. Dia memerintah selama ± 12 tahun, yakni dari tahun 455 M sampai sekitar
tahun 467 M. Lagi untuk sementara Skandagupta masih mampu menghalang serangan-
serangan dari Huna Putih. “Hal ini digambarkan pada tonggak batu di Bihari, yang berbunyi:
‘Sebagaimana Sri Krisna, setelah berhasil membunuh musuh-musuhnya, dia mendekat ke
arah ibunya, bernama Devaki’.” (Suwarno, 2012:59). Sehingga untuk sementara Dinasti
Gupta masih bisa diselamatkan. Dan atas keberhasilan menahan serangan itu, dia
membangaun sebuah candi untuk Wisnu, guna mengenang peristiwa kemenangan itu.
Hingga pada suatu ketika pada saat Dinasti Gupta dipimpin oleh Purugupta, yang
memerintah tahun 467-473 M, kerajaan ini masih mendapat serangan besar dari Huna
Putih. Pada saat itu Huna Putih berhasil memporak porandakan Dinasti Gupta, mereka
menghancurkan istana, kuil-kuil, dan juga patung-patung. Awalnya pemimpin bangsa Huna
Putih pada waktu itu adalah Tarotama, dan berhasil menaklukkan Persia pada tahun 484 M,
disusul penaklukan kota Punjab pada tahun 510 M. Ternyata penaklukkan ini menjadi
tonggak kehancuran kedaulatan Dinasti Gupta. Kemudian pada saat Huna Putih dipimpin
oleh Mihiragula dapat melakukan ekspansi besar-besaran terhadap Gupta. “Kerajaan Gupta
pun berhasil mereka tklukkan dan diharuskan membayar upeti. Semenjak itu Dinasti Gupta
lenyap dari panggung sejarah India utara pada sekitar 600 M.”
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesultnan Mughal adalah periode awal modern dalam sejarah Asia Selatan, dengan
warisannya di India, Pakistan, Bangladesh dan Afganistan.

Kelahiran Kesultanan Delhi dimulai dari pecahnya kerajaan Islam dari Wangsa Guri
sepeninggal Sultan Muhammad Guri. Kesultanan Delhi merujuk pada pemerintahan
berdinasti dari Turki dan Afganistan yang berpusat di Delhi, Kesultanan Delhi di lebur
dengan kemunculan Kesultanan Mughal. Kesultanan ini didirikan pada 1206 oleh Qutb-ud-
din Aybak.

Sejarah dinasti Ghaznawi diawali dengan kisah seorang budak Turki yang disukai dan
dihargai pemerintahan dinasti Samaniyah, budak tersebut bernama Alptigin. Pada
perkembangannya Alptigin inilah yang akan menjadi pelekat fondasi pendirian dinasti
Ghaznawi.

Gupta merupakan salah satu dinasti di daerah Asia Selatan yang didirikan oleh Raja
Chandragupta I pada tahun 319 M. Yang telah berhasil menyatukan seluruh India Selatan
menjadi satu dinasti Gupta

B. SARAN

Kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar makalah
ini bisa mencapai ketahap yang sempurna, karena kami menyadari makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, semoga makalh ini dapat bermanfaat bagi kami kelompok dua dan
pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Rajawali Press, 2000

Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai Aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985

www.groups.google.co.id

Abdullah, Prof. Dr. Taufik dkk. 2002, Ensiklopedia Tematis Dunia Islam; Khalifah, Jakarta, PT
Ichtiar Baru Van Hoeve.

Ahmad, Muhammad Basheer, 1941 The Administration of Justice in Medieval India: The
Judicial system under the Sultans and Badshash of Delhi. India Publisher: The Aligarh
Historical Research Institute

Anda mungkin juga menyukai