Anda di halaman 1dari 38

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di negara-negara
berkembang. Pada negara-negara berkembang lainnya, kematian dan kecacatan dari
penyakit kronis sekarang persentasenya melebihi dari penyakit-penyakit menular yang
terdiri dari 49%, dibandingkan dengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11% untuk
cedera. Dominasi penyakit kronis di Negara berkembang ini tidak juga diakui kalangan ahli
kesehatan (Nugent, 2008). Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada terutama di
negara-negara kaya dan bahwa penyakit menular ada terutama di negara-negara
berkembang. Pembagian sederhana ini sudah tidak berlaku kembali. Menurut Nugent (2008)
Finlandia, Taiwan, dan Korea Selatan adalah contoh negara-negara yang relatif kaya dengan
prevalensi rendah dari tingkat kematian utama karena penyakit kronis. Sebaliknya, negara-
negara yang sangat berkembang sekalipun, seperti India dan Pakistan, dan negara-negara
yang cukup berkembang, seperti Rusia dan China, menunjukkan tingkat kematian yang lebih
tinggi dari penyakit kronis daripada penyakit menular. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi
telah berubah di negara berkembang dalam beberapa tahun terakhir, diasumsikan karena
negara-negara berkembang semakin mengadopsi gaya hidup tidak sehat dari negara maju.
Penyakit tidak menular (non-communicable disease) atau yang sering kita sebut
dengan penyakit kronik ternyata telah menjadi penyumbang kematian terbesar di Asia
Tenggara. Penyakit jantung, stroke, serta penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah
contoh penyakit tidak menular yang menjadi tren gaya hidup saat ini. Berdasarkan data dari
WHO di Asia Tenggara pada tahun 2008, sebanyak 55% kematian disebabkan oleh penyakit
tidak menular, 35% disebabkan oleh penyakit menular, dan sisanya 10,7% disebabkan luka
(Tawilah, 2017). Begitu juga di Indonesia, penyakit kronis menjadi penyebab kematian
terbanyak. Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016), proporsi
angka kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995
menjadi 49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi
dari seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker,

1
dan PPOK. Sakit kronis sifatnya lebih tahan lama, bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun.
Cedera tertentu dapat menyebabkan rasa sakit kronis. Hal ini terutama berlaku pada
cedera saraf. Sakit kepala migrain dan arthritis adalah kondisi lain yang juga bisa
memproduksi rasa sakit kronis. Pengobatan penyakit kronik seringkali memakan waktu lama
dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis penyakit tidak menular adalah penyakit kronik
yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu, salah satu dampak
komplikasi yang dapat terjadi adalah kecacatan termasuk kecacatan permanen.Oleh karena
itu, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengobati faktor-faktor yang menjaga dan
memperburuk pengalaman rasa sakit agar dapat mengurangi penderitaan manusia, biaya
perawatan penyembuhan menjadi lebih efektif dan efisien.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan penyakit kronis ?
2. Apa penyebab penyakit kronis?
3. Bagaimana Fase penyakit kronik ?
4. Apa Macam-macam penyakit kronik yang menular dan tidak menular?
5. Apa saja Kategori Penyakit Kronik?
6. Apa Manifestasi klinis dari penyakit kronik
7. Apa Pencegahan penyakit kronik ?
8. Apa Penatalaksanaan penyakit kronik
9. Bagaimana Sifat Penyakit Kronik ?
10. Apa Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien ?
11. Bagaimana Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik ?
12. Bagaimana Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis ?
13. Apa saja Peran Keluarga Dalam Merawat Penderita Penyakit Kronis ?
14. Untuk menegetahui Pemerintah Membuat Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(PROLANIS)?

2
1.3 Tujuan
1. Agar pembaca mengetahui Apa yang di maksud dengan penyakit kronis
2. Agar pembaca mengetahui Apa penyebab penyakit kronis
3. Agar pembaca mengetahui bagaimana Fase penyakit kronik
4. Agar pembaca mengetahui Macam-macam penyakit kronik yang menular dan tidak
menular
5. Agar pembaca mengetahui Apa saja Kategori Penyakit Kronik
6. Agar pembaca mengetahui Apa Manifestasi klinis dari penyakit kronik
7. Agar pembaca mengetahui Apa Pencegahan penyakit kronik
8. Agar pembaca mengetahui apa saja Penatalaksanaan penyakit kronik
9. Agar pembaca mengetahui Bagaimana Sifat Penyakit Kronik
10. Agar pembaca mengetahui Apa Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien
11. Agar pembaca mengetahui Bagaimana Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik
12. Agar pembaca mengetahui bagaimana Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronis
13. Agar pembaca mengetahui Apa saja Peran Keluarga Dalam Merawat Penderita Penyakit
Kronis
14. Agar pembaca mengetahui Pemerintah Membuat Program Pengelolaan Penyakit Kronis
(PROLANIS)?

1.4 Manfaat
Diharapkan mendatangkan manfaat kepada pembaca untuk dapat menambah
pengetahuan serta wawasan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah Populasi ;
Penyakit Kronik, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar mengajar
khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Penyakit Kronik

Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih dari
6 bulan dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan sosiokultural. Penyakit
kronik gejala yang dirasakan begitu lama dan tidak terlalu menjadi perhatian penderita
hingga menimbulkan deficit mayor yang jelas. Kesembuhan bukan tujuan utama dalam
penanganan penyakit kronik, tujuan penanganan adalah memberikan perawatan yang
berguna untu kemgatasi gejala penyakit kronik, artinya dalam merawat klien dengan
penyakit kronik kita harus berfokus pada bagaimana supaya klien dapat melakukan fungsi
pada level yang optimal secara fisik, sosial, spiritual, dan psikologis. Pencapaian tujuan
perawatan pada penyakitt kronik dilihat melalui peningkatan kualitas hidup klien dan
penurunan modibitas (ketidakmampuan). Tujuan lain dari keperawatan penyakit kronik
adalah untuk memungkinkan klien meninggal dalam damai, tujuan ini adalah tujuan realistic
yang harus disadari oleh perawat pemberi layanan.

2.2 Etiologi Penyakit Kronis

Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi, dan
budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat permanen yang
memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu kemampuan untuk
menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-organ pengindraan. Ada
banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat menjadi masalah kesehatan yang
banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di antaranya kemajuan dalam bidang
kedokteran modern yang telah mengarah pada menurunnya angka kematian dari penyakit
infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi yang membaik dan peraturan yang mengatur
keselamatan di tempat kerja yang telah memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya
hidup yang berkaitan dengan masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit
kronis (Smeltzer & Bare, 2018).

4
2.3 Fase Penyakit Kronis

Menurut Smeltzer & Bare (2018), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu sebagai
berikut :

1. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor genetik
atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap penyakit kronis.
2. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis. Fase ini
sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan pemeriksaan diagnostik.
3. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan penyakit
terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam keterbatasan penyakit.
4. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap terkontrol
atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
5. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak dapat pulih
atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit untuk penanganannya.
6. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau mengancam jiwa yang
membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
7. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam batasan
yang dibebani oleh penyakit kronis.
8. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit berkembang
disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan dalam mengatasi gejala-
gejala.
9. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap atau cepat
fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual.

5
2.4 Macam-macam penyakit kronik yang menular dan tidak menular
Menurut : (WHO,2005)
1. Penyakit kronik menular:
a. Kusta
b. Hiv/AIDS
c. Hepatitis
d. Covid
e. TBC
2. Penyakit kronik tidak menular:
a. Jantung
b. Stroke
c. Kanker
d. Gangguan
e. Gangguan pernafasan kronis
f. Hipertensi
g. Diabetes
h. Gangguan penglihatan dan kebutaan
i. Gangguan pendengaran dan ketulian
j. Gangguan oral dan genetis lainnya

6
2.5 Kategori Penyakit Kronik
Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu seperti di
bawah ini:
a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan mempelajari
kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami kehidupan yang
mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah diabetes, asma, arthritis,
dan epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam dan individu
yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala penyakit dan ancaman
kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker dan penyakit kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori sebelumnya. Pada
kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada risiko penyakitnya. Penyakit
yang termasuk dalam kategori ini adalah hipertensi dan penyakit yang berhubungan
dengan hereditas

2.6 Manifestasi klinis dari penyakit kronik


Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki faktor
risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan kerusakan fungsi atau
ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara sempurna (Smeltzer & Bare, 2018).
Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk dan demam yang berlangsung lama, sakit
pada bagian tubuh yang berbeda, diare berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil, dan
warna kulit abnormal (Heru, 2017).

2.7 Pencegahan penyakit kronik


Dalam pencegahan penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi,
2017).
1. Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat agar
tetap sehat atau 11 mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis besar, upaya
pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum (melalui pendidikan kesehatan dan
kebersihan lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada orang-orang yang
mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi).

7
2. Pencegahan sekunder merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit,
menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan
melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat.
3. Pencegahan tersier dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan
rehabilitasi. Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan
memaksimalkan fungsi organ yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2016)

2.8 Penatalaksanaan penyakit kronik


Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri dan
keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan kecacatan sampai
tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi individu dalam beraktivitas. Banyak
penyakit kronis yang harus mendapatkan penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap
terkontrol, seperti penyakit gagal ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2018)

2.9 Sifat Penyakit Kronik


Menurut Wristht Le (2017) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat
diantaranya adalah :
1. Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung.
2. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu  dengan kondisi yang sama atau
berbeda. Contoh penyakit arthritis.

8
2.10 Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2015) adalah :
1. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
a. Klien menjadi pasif
b. Tergantung
c. Kekanak-kanakan
d. Merasa tidak nyaman
e. Bingung
f. Merasa menderita
2. Dampak somatic
Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.
3. Dampak terhadap gangguan seksual
Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan
secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual)
4. Dampak gangguan aktivitas
Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat
terganggu baik secara total maupun sebagian.

2.11 Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik


Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-Sosial-
Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2019)
1. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut ,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan

9
3. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan  situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
4. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami
kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien
tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta
identitasnya. Hal ini dapat  akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

2.12 Perilaku Penderita Penyakit Kronis


Penyakit kronis dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009):
1. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut,
cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui
berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
3. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga dan
kelompoknya

10
4. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas,
nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus
dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi
sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image), peran serta
identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealisme diri dan harga diri rendah
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
Klien menarik diri dari lingkungan
9. Hubungan sosial klien dapat terganggu sebagian maupun yang total. Contohnya
hubungan terganggu sebagian, klien masih berhubungan dengan lingkungan sekitar,
tetapi klien malu-malu dan tidak percaya diri untuk bergaul dengan orang secara
berkelompok. Apabila terganggu total, klien sudah tidak ingin berinteraksi lagi
dengan lingkungan sekitar, klien hanya ingin menyendiri (menarik diri dari
lingkungan

11
2.13 Peran Keluarga Dalam Merawat Penderita Penyakit Kronis
Peran dan fungsi keluarga dalam teori salah satunya adalah sebagai pemberi perawatan
(cargiver) pada anggota keluarga yang sakit. ( Smith,Greenberg & Seltzer,2007). Lim dan
Zebrack (2004) menyatakan bahwa konsep normalisasi pada keluarga yang memiliki
anggota keluarga dengan penyakit kronis dilakukan dengan cara merubah gaya hidup
yang mendukung proses pengobatan. Kegiatan- kegiatan yang harus dilakukan oleh
keluarga untuk penderita penyakit kronis antara lain:
1. Melakukan pemeriksaan rutin
2. Manajemen perawatan diri
3. Perubahan pola makan
4. Aktivitas fisik
5. Memaksimalkan dukungan emosional dilakukan untuk memberikan kenyamanan
2.14 Pemerintah Membuat Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS)
Program prolanis yaitu upaya pengendalian risiko dan menekan kejadian kasus penyakit.
Prolanis adalah suatu sistem pelayanan kesehatan dan pendekatan proaktif yang
dilaksanakan secara terintegrasi yang melibatkan peserta,fasilitas kesehatan dan BPJS
kesehatan yang menderita penyakit kronis untuk mencapai kulitas hidup yang optimal
dengan biaya pelayanan kesehatan yang efektif dn efisien. Tujuan penyakit kronis yaitu
mendorong peserta penyandang penyakit kronis mencapai kualitas hidup optimal dengan
idnikator 75% peserta terdaftar yang berkunjung ke faskes tingkat pertama memiliki hasil
“baik” pada pemeriksaan spesifik terhadap penyakit DM tipe 2 dan hipertensi sesuai
panduan klinis terkait sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi penyakit. Ada 6
kegiatan prolanis yang terdiri dari:
a. Konsultasi medis
b. Edukasi peserta prolanis
c. Reminder SMS gateway
d. Home visit
e. Aktivitas club (senam)
f. Pemantauan status kesehatan

12
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep Dasar Teoritis Asuhan Keperawatan Klien dengan Penyakit Kronis

Asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kronis meliputi proses keperawatan
dari pengkajian, diagnosa dan perencanaan (Purwaningsih dan kartina, 2009).

1. Pengkajian
a. Pengkajian terhadap klien

Hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Respon emosi klien terhadap diagnose


2. Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih terhadap situasi
3. Upaya klien dalam mengatasi situasi
4. Kemampuan dalam mengambil dan memilih pengobatan
5. Persepsi dan harapan klien
6. Kemampuan mengingat masa lalu

b. Pengkajian terhadap keluarga

Hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Respon keluarga terhadap klien


2. Ekspresi emosi keluarga dan toleransinya
3. Kemampuan dan kekuatan keluarga yang diketahui
4. Kapasitas dan system pendukung yang ada
5. Pengertian oleh pasangan sehubungan dengan gangguan fungsional
6. Identifikasi keluarga terhadap perasaan sedih akibat kehilangan dan perubahan yang
terjadi

13
c. Pengkajian terhadap lingkungan

1. Sumber daya yang ada


2. Stigma masyarakat terhadap keadaan normal dan penyakit
3. Kesediaan untuk membantu memenuhi kebutuhan
4. Ketersediaan fasilitas partisifasi dalam asuhan keperawatan kesempatan kerja

3.1 Asuhan Keperawatan Komunitas


1. Core Inti Komunitas Meliputi :
a) Riwayat kesehatan yang ada
1) Bagaimana terjadinya resiko penyakit : Tingkat obesitas yang tinggi, merokok,
malas berolahraga dan pola konsumsi makanan tinggi garam.
2) Jenis penyakit yang sering ada : Hipertensi, Stroke.
3) Mengenai siapa aja : usia dewasa dan lansia.
4) Berapa lama : > 6 bulan
5) Didaerah mana : Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
6) Bagaimana upaya masyarakat : Memeriksa tekanan darah ke pelayanan
kesehatan.
7) Bagaimana program yang ada : Mengadakan program Posbindu PTM dengan
melakukan pemeriksaan rutin setiap sebulan sekali di perumahan pelita II
b) Kultur
1) Bagaimana perkembangan masyarakat itu sendiri : masyarakat masih malas
untuk mengikuti pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan.
2) Bagaimana nilai/keyakinan masyarakat : hipertensi merupakan penyakit yang
wajar diderita oleh usia dewasa sampai usia lanjut.
3) Tradisi : pergi ke pelayanan kesehatan hanya saat sakit.
c) Support
1) Dukungan dari profesi : Mengadakan posbindu PTM
2) Dukungan dari masyarakat : Pembentuan kader posbindu PTM

14
3) Bagaimana bentuk dukungan yang ada : Mengadakan pemeriksaan setiap
sebulan sekali
d) Statistik
1) Distribusi usia :
(a) Dewasa awal 26-35 tahun : 60 orang (15%)
(b) Dewasa akhir 36-45 tahun : 160 orang (40%)
(c) Lansia awal 45-55 tahun : 80 orang (20%)
(d) Lansia akhir 56-65 tahun : 60 orang (15%)
(e) Manula >65 : 40 orang (10%)
2) Jenis kelamin
(a) Laki-laki : 140 orang (35%)
(b) Perempuan :260 0rang (65%)
3) Tingkat pendidikan
(a) SD : 200 orang (50%)
(b) SMP : 160 orang (40%)
(c) SMA/SMK : 40 orang (10%)
(d) Penghasilan : Rp.1.500.000,-
(e) Pekerjaan
(1) Wiraswasta : 100 orang (25%)
(2) Buruh : 100 orang (25%)
(3) Pegawai negeri : 200 orang (50%)
(f) Suku
(1) Jawa : 260 orang (65%)
(2) Sunda : 100 orang (25%)
(3) Sumatera : 40 orang (10%)
(g) Mortalitas : 40 orang ( 10%)
(h) Morbiditas : 60 orang (15%)
2. Data Sub Sistem
1. Data Lingkungan Fisik

15
Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi
Jawa Barat, terdapat warga sekitar 1500 jumlah penduduk, 400 orang mengalami
penyakit kronik yaitu Hipertensi diantaranya dewasa dan lansia.
a) Lingkungan fisik
(1) Bagaimana bentuk rumah
Tipe A/permanen        : 95%
Tipe B/semipermanen    :  5%
(2) Kondisi rumah :
Layak huni : 80%
Tidak layak huni : 20%
(3) Halaman rumah
Memiliki halaman rumah : 15 %
Tidak memiliki halaman rumah: 85 %
(4) Pembuangan sampah : Tersedia pembuangan sampah
(5) Mandi cuci kakus(MCK) : Tidak terdapat MCK di lingkungan masyarakat
(6) Batas wilayah :Kelurahan Sukatani merupakan salah satu kelurahan yang
berada pada wilayah Kecamatan Tapos Kota Depok dengan luas wilayah +/-
508 Ha, dengan batas wilayah :

a) Sebelah Utara : Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis Depok


b) Sebelah Timur : Desa Cimatis Kab. Bekasi dan Kelurahan Tapos
Kecamatan Tapos Depok
c) Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Depok
d) Sebelah Barat : Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Depok
(7) Bagaimana lingkungan sekitar
Tersedia saluran pembuangan air : 70%
Tidak tersedia saluran pembuangan air : 30 %
(8) Kondisi lingkungan sekitar : Bersih dan gersang karena kurangnya tumbuh-
tumbuhan
(9) Geografis :

16
(10) Kepadatan penduduk : Padat penduduk
(11) Luas daerah :luas wilayah +/- 508 Ha
(12) Bagaimana kualitas udara : Bersih , bebas polusi
(13) Kualitas tumbuh-tumbuhan : Tumbuhannya tidak terawat
(14) Apa binatang peliharaan : Ayam , kucing , burung , kelinci
(15) Kondisi air : Bersih , tidak berbau
(16) Keindahan alam :
Rumah memiliki tanaman : 40 %
Rumah tidak memiliki tanaman : 60%
2. Pelayanan kesehatan dan social
(1) Pusat pelayanan umum : Puskesmas
(2) Jenisnya : Pelayanan kesehatan tipe 1
(3) Bagaimana karakteristik pemakainya : Masyarakat menengah
(4) Statistik : Statistik penderita hipertensi di perumahan pelita II 37,5 %
(5) Adekuat atau tidak
Masyarakat yang mengunjungi pelayanan : 40%
Masyarakat yang tidak mengunjungi pelayanan : 60%
(6) Dapat dicapai : Lokasi puskesmas dekat dengan lingkungan masyarakat

17
(7) Diterima : Pelayanan puskesmas dapat diterima oleh masyarakat
(8) Tingkat kepercayaan pengguna jasa : Kurangnya kepercayaan masyarakat
3. Ekonomi
a) Tingkat perekonomian
Menengah kebawah : 15 %
Menengah keatas : 85%
b) Sejauh mana mempengaruhi kesehatan
Yang mempengaruhi kesehatan : 60%
Tidak mempengaruhi kesehatan : 40%
c) Jumlah pengangguran : 25%
d) Persentasi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan : 15%
e) Pendapatan perbulan : Rp.1.500.000,-
f) Terdapat industri : Tidak terdapat industri
g) Pertokoan : Ada pertokoan
h) Lapangan kerja : Terdapat lapangan pekerjaan
i) Tempat warga belanja
Pasar tradisional : 70%
Pasar swalayan : 30%
4. Keamanan dan Transfortasi
a) Keadaan dan keamanan : Terdapat satpam
b) Pelayanan keamanan : kegiatan ronda malam
c) Tingkat kriminalitas : Kadang terdapat terjadinya pencurian
d) Jenis transportasi
Mobil : 20%
Motor : 80%
e) Situasi jalan : Beraspal
f) Dekat dengan pelayanan kesehatan : 500m ke pelayanan kesehatan
5. Politik dan Pemerintahan
a) Struktur organisasi di masyarakat : Terdapat PKK,karang taruna,kader.
b) Kondisi organisasi : Aktif
c) Formal atau non formal : Non formal

18
d) Jenis keyakinan atau nilai
Fanatik terhadap kelompok politik tertentu : 60%
Tidak fanatik terhadap kelompok politik tertentu : 40%
e) Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan : Tidak terdapat peran
politik dalam pelayanan kesehatan
f) Distribusi power di masyarakat : terdapat perkumpulan pendukung partai politik
tertentu
g) Toma : Ada
h) Toga : Ada
i) Tempat berkumpul : Ada
6. Komunikasi
a) Masyarakat memperoleh informasi :
Tv : 70%
Handphone : 20%
Radio : 10%
b) Papan informasi : Terdapat papan dibalai RW
c) Jenis perkumpulan atau pertemuan : Terdapat rapat pertemuan kader dan karang
taruna
d) Alat komunikasi : Handphone dan HT
7. Pendidikan
a) Persentasi yang sekolah
Yang sekolah : 60%
Yang tidak sekolah : 40%
b) Pendidikan yang tersedia di masyarakat : Terdapat SD,SMP,SMA dilingkungan
masyarakat
c) Memerlukan pengetahuan khusus : Terdapat
d) Sarana pendidikan khusus : Tersedia
e) Pengguna : Terdapat masyarakat yang memerlukan pendidikan khusus
f) Karakteristik: ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)
8. Rekreasi
a) Persepsi : mengurangi stres dari pekerjaan sehari-hari

19
b) Tempat yang sering di gunakan : Terdapat taman
c) Fasilitas rekreasi yang ada : Taman
d) Terjangkau dengan komunitas : Terjangkau
e) Tempat anak bermain :Terdapat taman kanak-kanak
3. Persepsi
a) Warga masyarakat
1) Perasaan warga terhadap masyarakat : Terdapat rasa peduli terhadap masyarakat
2) Yang mereka anggap sebagai kekuatan masyarakat : saling tolong menolong
3) Yang mereka anggap sebagai masalah masyarakat :
a. Program gerakan sehat masyarakat belum tercapai
b. Minimnya pengetahuan penyakit hipertensi
c. Kurangnya kader di wilayah tersebut
4) Ajukan pertanyaan dari berbagai kelompok yang berbeda
a. Apa yang dimaksud dengan hipertensi?
b. Berapakah tekanan darah yang normal pada seseorang?
c. Bagaimana seseorang bisa dikatakan menderita penyakit hipertensi?

5) Buat cacatan tentang siapa dan apa jawaban nya


a. Masyarakat A : yang dimaksud hipertensi itu adalah dimana tekanan darah
seseorang melebihi batas normal.
b. Masyarakat B : tekanan darah normal 120/80 mmHg.
c. Masyarakat C : tekanan darah melebihi 140/90 mmHg.
b) Persepsi perawat
1) Pernyataan umum tentang kesehatan masyarakat setempat
a. Masyarakat tidak antusias terhadap program gerakan sehat.
b. Pola konsumsi makanan tinggi garam dan malas aktivitas fisik pada
masyarakat.
c. Pelatihan kader di masyarakat belum berjalan dengan baik.
2) Apa kekuatannya

20
Jumlah penyakit tidak menular yang meningkat prevelensinya di masyarakat
perumahan pelita II , salah satunya adalah hipertensi 60 orang (15%)tipe primer
(dikarenakan pola hidup), dan 40 orang (10%) menderita tipe sekunder.
3) masalah yang dapat diidentifikasi
penyakit tidak menular (Hipertensi).
1.2 Analisa Data
No. Data Masalah

1. DS:Dari hasil wawancara didapatkan 60


orang (15%) penduduk beresiko terkena Perilaku kesehatan cenderung beresiko
hipertensi karena obesitas dan 40 orang
(10%) penduduk merupakan perokok
aktif

DO:
1. 60 orang (15%)
penduduk merupakan penderita
penyakit kronik yaitu Hipertensi
tipe primer (dikarenakan pola
hidup), dan 40 orang (10%)
menderita penyakit Hipertensi tipe
sekunder (dikarenakan mempunyai
riwayat hipertensi sehingga
menjadi komplikasi penyakit).
2. 300 orang (75%)
masyarakat mengatakan memiliki
pengetahuan yang kurang tentang
penyakit Hipertensi

21
2./ DS :300 orang (75%) masyarakat yang
mengatakan malas memeriksa tekanan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
darah ke pelayanan kesehatan dan juga
kurangnya pola aktivitas fisik.

DO :
1. Sekitar 60 orang
(15%) tidak rutin mengkonsumsi
obat Hipertensi.
2. 300 orang (75%)
masyarakat mengatakan memiliki
pengetahuan yang kurang tentang
penyakit Hipertensi

3.3 Kriteria prioritas masalah


Dx 1 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko
No Kriteria Bobot Score Total max Pembenaran
. (1-10) (1-10) 600
1. Kesadaran 10 10 100 Masyarakat sudah mengetahui masalah tentang
masyarakat akan penyakit Hipertensi yang ada di lingkunagn
masalah sekitar.
2. Motivasi 7 6 42 75% masyarakat mengatakan malas untuk
masyarakat untuk memeriksa tekanan darah ke pelayanan
menyelesaikan kesehatan.
masalah
3. Kemampuan 9 10 90 Pendidikan kesehatan yang di berikan perawat
perawat dalam untuk mengubah pola perilaku kesehatan pada
mempengaruhi masyarakat

22
penyelesaian
masalah
4. Ketersediaan 10 7 70 Dokter di puskesmas tersedia, tetapi kurangnya
ahli/pihak terkait keinginan masyarakat untuk datang ke
dalam penyelesaian pelayanan kesehatan
masalah
5. Beratnya 8 5 40 Tingkat penderita hipertensi yang semakin
konsekuensi jika banyak di masyarakat
masalah tidak
diselesaikan

6. Mempercepat 8 6 48 Dengan mengadakan promosi kesehatan


penyelesaian melalui posbindu PTM
masalah dengan
resolusi yang dapat
dicapai
Total Penilaian 390

Dx prioritasKetidakefektifan Manajemen Kesehatan


No Kriteria Bobot Score Total max Pembenaran
. (1-10) (1-10) 600
1. Kesadaran masyarakat 7 6 28 75% masyarakat mengatakan memiliki
akan masalah pengetahuan yang kurang tentang
Penatalaksanaan atau pengobatan
Hipertensi
2. Motivasi masyarakat 7 4 28 15% masyarakat tidak rutin mengkonsumsi
untuk menyelesaikan obat Hipertensi
masalah
3. Kemampuan perawat 6 10 60 Pendidikan kesehatan terkait pengobatan
dalam mempengaruhi tradisional bagi penderita Hipertensi.
penyelesaian masalah

23
4. Ketersediaan ahli/pihak 8 6 48 Tersedianya dokter di puskesmas dalam
terkait dalam memberikan pengobatan hipertensi untuk
penyelesaian masalah penderita Hipertensi
5. Beratnya konsekuensi 7 5 35 Tingkat penderita hipertensi yang semakin
jika masalah tidak banyak di masyarakat
diselesaikan
6. Mempercepat 8 5 40 Mengadakan promosi kesehatan melalui
penyelesaian masalah posbindu PTM tentang penatalaksanaan
dengan resolusi yang dan pengobatan untuk penderita
dapat dicapai Hipertensi.
Total Penilaian 239
Total Dx 1 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko :390
Total Dx 2 Katidakefektifan Manajemen Kesehatan :239
Dx Prioritas untuk masalah tersebut :Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko dengan
score 390
3.4 Rencana Tindakan
Data Pendukung Masalah Kesehatan Komunitas: Penyakit Kronik (Hipertensi)

Diagnosis
Data keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
DS: Dari hasil wawancara 00188 Perilaku Setelah Prevensi Primer
didapatkan 60 orang (15%) kesehatan dilakukan
penduduk beresiko terkena cenderung tindakan 5510 Pendidikan
hipertensi karena obesitasdan berisiko 1632 keperawatan kesehatan tentang
40 orang (10%) penduduk selama 2 perawatan
merupakan perokok aktif minggu hipertensi
DO: perilaku Aktivitas- aktivitas :
1. 60 orang kesehatan
(15%) penduduk cenderung 1.Identifikasi faktor
merupakan penderita 16320 berisiko internal atau eksternal
penyakit kronik yaitu 2 menurun yang dapat
Hipertensi tipe primer mengurangi motivasi
(dikarenakan pola hidup), Prevensi masyarakat untuk

24
dan 40 orang (10%) Primer memeriksa tekanan
menderita penyakit darah ke pelayanan
Hipertensi tipe sekunder 16320 Perilaku kesehatan.
(dikarenakan mempunyai 3 Patuh :
riwayat hipertensi aktivitas yang 2.Targetkan sasaran
sehingga menjadi Disarankan pada kelompok
komplikasi penyakit). Indikator: berisiko tinggi
2. 300 orang hipertensi dan rentang
(75%) masyarakat Mengidentifika usia yang akan
mengatakan memiliki si manfaat mendapat manfaat
pengetahuan yang kurang aktivitas fisik besar dari pendidikan
tentang penyakit 16321 dari 2 menjadi kesehatan.
Hipertensi 1 4
3.Identifikasi
Mengidentifik karakteristik populasi
asikan rentan hipertensi yang
16321 hambatan mempengaruhi
0 untuk pemilihan strategi
melaksananka belajar.
n aktivitas
fisik dari 2 4. Identifikasi sumber
menjadi 4. daya (misalnya
tenaga,ruang,peralata
Memantau n,uang dan lain-lain)
denyut nadi yang diprlukan untuk
dari 1 menjadi melaksanakan
4 program mencegah
penyakit kronik
1837 Berpartisipasi (hipertensi).
dalam
aktivitas fisik 5.Gunakan presentasi

25
sehari-hari kelompok untuk
yang memberikan
18370 ditentukan dukungan dan
1 dari 2 menjadi mengurangi ancaman
4. bagi pembelajar yang
mengalami masalah
Prevensi dan risiko hipertensi.
Sekunder
6.Jelaskan faktor
18370 Manajemen risiko yang dapat
2 diri: mempengaruhi
hipertensi kesehatan
Indikator:
7.Ajarkan perilaku
Kisaran hidup bersih dan sehat
18370 normal untuk
3 tekanan darah 8.Ajarkan strategi
sistolik dari 2 yang dapat digunakan
menjadi 4. untuk meningkatkan
18370 perilaku hidup bersih
5 dan sehat.
Kisaran
01027
normal untuk Prevensi Sekunder
tekanan darah
18337 distolik dari 2 Terapi
09 menjadi 4. pemberhentian
merokok
Target tekanan Aktivitas :
darah dari 1 1. jelaskan manfaat
menjadi 4. berhenti merokok.
18337

26
11 Komplikasi 2. jelaskan gejala fisik
potensial putus nikotin.
hipertensi dari
18337 2 menjadi 4. 3. informasikan
19 pengganti nikotin.
Penggunaan
yang benar 4. informasikan bahwa
dari obat yang mulut kering, batuk,
diresepkan dari tenggorokkan gatal
2 menjadi 3. dan sesak merupakan
gejala yang mungkin
Efek samping terjadi setelah berhenti
1625 obat dari 1 merokok.
menjadi 3
5. Berikan dorongan
Manfaat untuk
16250 modifikasi mempertahankan gaya
1 gaya hidup hidup bebas asap
dari 1 menjadi rokok.
3. 7040
Prevensi Tersier
Prevensi
Tersier Dukungan
16250 pengasuhan
5 Perilaku Aktivitas :
berhenti 1.memberikan
merokok informasi kepada
dukungan pengasuhan
Indikator : (care giver suport)
16251 Mengekspresik mengenai dukungan
0 an keinginan pelayanan kesehatan

27
untuk berhenti dan pelayanan
merokok dari 2 kesehatan komunitas
menjadi 4. yang bisa diakses.

Mengidentifika 2. mengajarkan
si hambatan kepada caregiver
16251 untuk berhenti strategi untuk dapat
7 merokok dari 2 mengoptimalisasi
menjadi 4. akses pelayanan
kesehatan dan
Berpartisipasi pelayanan kesehatan
dalam skrining komunitas.
untuk
membantu
masalah
kesehatan yang
etrkait dari 3
menjadi 4.
Menggunakan
terapi
pengganti
nikotin dari 1
menjadi 3.

28
DS:300 orang (75%) 00078 Ketidakef Prevensi Prevensi
masyarakat yang mengatakan ektifan Primer primer
malas memeriksa tekanan manajeme
darah ke pelayanan kesehatan n 1632 Perilaku 5240 Konseling
dan juga kurangnya pola kesehatan Patuh : . Aktivitas- aktivitas :
aktivitas fisik. aktivitas yang
Disarankan 1.bangun hubungan
DO:. Indikator: terapeutik yang
1. Masyarakat di Perumahan didasarkan pada
Pelita II memiliki pola 16320 Mengidentifika rasasaling percaya
aktivitas fisik yang kurang 2 si manfaat dan saling
seperti bergotong royong aktivitas fisik menghormati
dan berolahraga dari 2 menjadi
2. 300 orang (75%) 4 2. tunjukan empati,
masyarakat mengatakan kehangatan dan
memiliki pengetahuan 16320 Mengidentifik ketulusan.
yang kurang tentang 3 asikan
penyakit Hipertensi hambatan 3.tetapkan tujuan-
untuk tujuan
melaksananka
n aktivitas 4.berikan informasi
fisik dari 2 faktual yang tepat
menjadi 4. mengenai hipertensi.

29
16321 Memantau 5.dukung
1 denyut nadi penggantian
dari 1 menjadi kebiasaan yang tidak
4 diinginkan dengan
kebiasaan yang
16321 Berpartisipasi diinginkan
0 dalam
aktivitas fisik prevensi sekunder
sehari-hari
yang 4920 Mendengar aktif
ditentukan . Aktivitas- aktivitas :
dari 2 menjadi 1. Buat tujuan
4. interaksi

Prevensi 2. Tunjukkan
Sekunder ketertarikan
kepada klien
1837 Manajemen
diri: 3. Gunakan
hipertensi pertanyaan
Indikator: maupun
pernyataan yang
18370 Kisaran mendorong klien
1 normal untuk untuk
tekanan darah mengekspresikan
sistolik dari 2 perasaan,pikiran
menjadi 4. dan
kekhawatiran.

18370 Kisaran 4. Berespon segera


2 normal untuk sehingga

30
tekanan darah menunjukkan
distolik dari 2 pemahaman
menjadi 4. terhadap pesan
yang diterima
18370 Target tekanan
3 darah dari 1
menjadi 4. 5. Klarifikasikan
pesan yang
18370 Komplikasi diterima dengan
5 potensial menggunakan
hipertensi dari pertanyaan
2 menjadi 4. maupun
memberikan
18337 Penggunaan umpan balik.
09 yang benar
dari obat yang
diresepkan dari
2 menjadi 3.

18337 Efek samping


11 obat dari 1
menjadi 3

18337 Manfaat
19 modifikasi
gaya hidup
dari 1 menjadi
3.

Prevensi
Tersier

31
1625 Perilaku
berhenti
merokok

Indikator :
16250 Mengekspresik
1 an keinginan
untuk berhenti
merokok dari 2
menjadi 4.

16250 Mengidentifika
5 si hambatan
untuk berhenti
merokok dari 2
menjadi 4.

16251 Berpartisipasi
0 dalam skrining
untuk
membantu
masalah
kesehatan yang
etrkait dari 3
menjadi 4.

16251 Menggunakan
7 terapi
pengganti
nikotin dari 1

32
menjadi 3.

3. POA (Planing Of Action)


Tujuan Rencana Sasaran Waktu Tempat
Kegiatan
Setelah dilakukan kegiatan Pendidikan Dewasa 45-60 menit Balai Rw Pelita
penyuluhan mengenai kesehatan atau dan Lansia 15 april 2019 II
Pendidikan kesehatan penyuluhan jam 09.00-
tentang Hipertensi tentang 10.00
perawatan
hipertensi
Setelah dilakukan kegiatan Kegiatan Para 60 jam Balai Rw Pelita
penyuluhan mengenai menghentikan perokok 17 april 2019 II
kegiatan terapi merokok aktif Jam 10.00-
pengehentian merokok dengan sugesti 11-00
dengan sugesti diri diri

4. Implementasi dan Evaluasi


Waktu / Diagnosa Evaluasi Analisis
Tanggal Keperawata Kegiatan
n
09.00-11.00/ Perilaku Melakukan pendidikan S :Masyarakat
15 April kesehatan kesehatan tentang antusias dalam mengikuti pendkes
2019 cenderung perawatan hipertensi yang diberikan
beresiko a. Menjelaskanproses a. 80% warga bisa
penyakit menjawab apa itu W : Fasilitas kurang memadai
hipertensi masaih banyak yang belum
bertanya

33
b. Menjelaskan b. 75% warga bisa
tentang penyebab mejawab dengan benar O : Setelah
Hipertensi faktor penyebab Di berikan pendek harapannya
hipertensi masyarakat rutin memeriksakan
dirinya di puskesmas
c. Menjelaskan c. 85% Masyarakat
Pengobatan mengatakan pahan T : pada saat pendeks terjadi
Hipertesi tentang pengobatan kekurangan sarana media
Hipertensi

d. Menjelaskan d. 70% Masyarakat


Tentang paham tentang
Pencegahan pencegahan Hipertensi
Hipertensi

5. Diagram data
1. Perbandingan Laki-laki dan Perempuan di Perumahan Pelita II

34
Sales

Laki-Laki 140
orang
35%

peremuan 260
65%

Laki-Laki 140 orang peremuan 260

35
2. Perbandingan penderita hipertensi dan Penderita yang Berisiko

Sales
Penderita Hipertensi Primer 60 orang Penderita Hipertensi Sekunder 40 orang
Obesitas 60 orang Perokok aktif 40 orang

20%
30%

30%
20%

3. Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi

36
Sales
Pengetahuan yang kurang 300 orang Pola konsumsi garam yang tinggi 40 orang
Kurangnya aktifitas fisik 300 orang Tidak rutin mengkonsumsi obat 60 orang

27%

43%

4%

27%

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih dari 6
bulan dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan sosiokultural.Kesembuh
an bukan tujuan utama dalam penanganan penyakit kronik, tujuan penanganan adalah
memberikan perawatan yang berguna untuk mengatasi gejala penyakit kronik, artinya dalam
merawat klien dengan penyakit kronik kita harus berfokus pada bagaimana supaya klien
dapat melakukan fungsi pada level yang optimal secara fisik, sosial, spiritual, dan
psikologis.Program Posbindu PTMmerupakan bentuk peran serta masyarakat dalam
kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor risiko PTM.Pada kegiatan Posbindu PTM ini
dilakukan konseling kesehatan seperti konseling diet, konseling berhenti merokok, sharing
pengalaman pengobatan seperti pengobatan alternative, ramuan jamu saintifik, dan obat
tradisional lainnya.
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa

37
Sebagai tambahan informasi bagi mahasiswa mengenai Asuhan Keperawatan komunitas
masalah keperawatan populasi kronik
2. Bagi Institusi
Sebagai acuan wawasn pengetahuan dalam praktek pengajaran

DAFTAR PUSTAKA

Allender, J. A. 2016. Community & Public Health Nursing.China:Lippincott Williams &


Wilkins.

Dewi Rhosma sofia.2017.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:DEEPUBLISH.Buku


Saku Kementrian Kesehatan RI Tahun 2016

Bulechek, M.G dkk.2016. Nursing Intervensions Classification (NIC). 6th indonesian edition.
Indonesia : Mecomedia.

Nanda.2015.Buku Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta:


EGCPPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan
TindakanKeperawatan.Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI

38

Anda mungkin juga menyukai