Anda di halaman 1dari 85

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberhasilan suatu usaha tidak terlepas dari faktor komunikasi, oleh karena

itu penting bagi perusahaan untuk selalu berkomunikasi dengan masyarakat agar

terjalin hubungan yang baik sehingga eksistensinya dapat diterima. Sementara itu

dengan mengabaikan komunikasi dengan masyarakat maka lambat laun perusahaan

akan mengalami kemunduran dan kegagalan. Aktivitas komunikasi dalam

perusahaan sangat penting, tidak saja komunikasi internal tetapi juga komunikasi

eksternal. Komunikasi internal berguna bagi perusahaan untuk menjalin kerjasama

anggota dalam rangka kelangsungan hidupnya, sementara itu komunikasi eksternal

berguna bagi perusahaan untuk menjalin hubungan baik dengan masyarakat. Melalui

sentuhan Humas tujuan perusahaan dapat diwujudkan, karena Humas merupakan

tenaga profesional yang memiliki kemampuan dalam mengelola komunikasi.

Humas dalam perusahaan mempunyai banyak tugas, namun secara garis besar

tugas humas perusahaan dapat digolongkan menjadi dua: tugas internal dan tugas

eksternal. Tugas humas ke dalam perusahaan menciptakan hubungan yang harmonis

kepada seluruh anggota perusahaan. Sedangkan tugas humas ke luar perusahaan

mengupayakan dan memelihara saling pengertian antara perusahaan dengan publik

eksternal.

Menjalin hubungan dengan publik eksternal diperlukan oleh Humas dalam

rangka membentuk citra positif perusahaan. Untuk terciptanya hubungan yang baik

1
2

tentu saja tidak mudah, bagi seorang Humas perlu mememperhatikan teknik atau

metode yang tepat dalam melancarkan komunikasinya. Begitu juga bila seorang

humas memerlukan sarana yang akan digunakan, apakah menggunakan media

elektronik, media cetak, secara personal atau bahkan gabungan dari keseluruhannya.

Selain memperhatikan penggunaan sarana, dalam menjalin hubungan baik,

seorang Humas juga perlu memperhatikan siapa yang menjadi publiknya, apakah

publik internal atau publik eksternal. Hal ini penting karena dengan mengetahui

publik sasaran Humas dapat membuat perencanaan dan metode yang tepat dalam

mewujudkan tujuan yang diinginkannya. Demikian halnya dengan Humas (Publik

Relations) Trans 7, dalam rangka menjalin hubungan dengan public eksternal

diperlukan strategi yang tepat, untuk memperoleh citra positif dari publiknya.

Bukan Empat Mata (dulu bernama Empat Mata) adalah sebuah acara

talkshow (bincang-bincang) Indonesia yang dibawakan oleh Tukul Arwana di

Trans7. Acara ini mulai dipandu Tukul sejak September 2005. Setiap acaranya

menyampaikan tema tertentu yang diselingi dengan lawakan. Program acara Bukan

Empat Mata memenangkan Panasonic Awards untuk kategori Talkshow Hiburan

Terbaik selama 2 tahun berturut-turut (2009, dan 2010).

Perubahan nama ini dikarenakan acara Empat Mata termasuk dalam acara

yang memiliki reputasi cukup buruk karena sering mendapat teguran dari Komisi

Penyiaran Indonesia (KPI). Teguran pertama diberikan karena acara ini

menampilkan adekan Sumanto pemakan manusia (2007).

Pada tahun 2008 Empat Mata dilarang tayang oleh KPI karena menyuguhkan

adegan makan katak hidup-hidup. Tapi kemudian Pihak Trans7 “mengakali” vonis
3

tersebut dengan mengubah nama program tersebut menjadi Bukan Empat Mata dan

tetap menayangkannya. KPI tidak bereaksi terhadap tindakan Trans7 tersebut akan

tetapi acara ini dihimbau agar tidak membicarakan hal-hal yang vulgar, mesum, dan

berbau seks.

Pada Tahun 2009, KPI memberikan teguran pertama pada acara BEM (Bukan

Empat Mata), karena tamu Tukul pada saat itu adalah Kangen Band, tidak sengaja

menyebut nama alat kelamin karena latah saat menjatuhkan sesuatu dan pada Bulan

Desember 2009, acara ini kembali ditegur karena Tukul mencolek Bella Saphira

dengan sengaja.

Untuk kesekian kalinya, tepatnya pada bulan Juni Tahun 2010, Bukan Empat

Mata kembali menerima teguran dari KPI karena Atika (tamu Tukul) membaca

Basmalah saat akan minum wine yang merupakan minuman haram di dalam Islam.

Selain itu acara ini mendapat sorotan karena menghina pria tua berusia 140 tahun

yang terdeteksi petugas sensus penduduk tahun 2010 yang berasal dari kota

Sukabumi, Jawa Barat.

Pada bulan Mei Tahun 2012, Bukan Empat Mata menerima sanksi dari KPI

berupa pengurangan durasi yang menyebabkan program tersebut hanya dapat

disiarkan selama satu jam setiap harinya selama tiga hari berturut-turut, karena

terdapat penayangan adegan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam acara

ditayangkan beberapa narasumber bernyanyi sambil duduk dan tertawa-tawa disertai

dengan celetukan-celetukan tertentu. Penonton menyanyikannya dengan duduk dan

bertepuk tangan. Selain itu, sebelum lagu selesai, host memotong lagu tersebut.
4

Pada bulan Agustus Tahun 2012, Bukan Empat Mata menerima Peringatan

Tertulis dari KPI, karena menayangkan adegan saat salah satu host wanita, Marcella

Lumowa, menyampaikan cerita berjudul "Doa Seorang Wanita Bernama Susi", yang

berpotensial menimbulkan dampak negatif karena melibatkan keberadaan Tuhan

dalam lawakan. 1

Melihat perjalanan program acara Bukan Empat Mata yang hingga saat ini

masih memiliki ijin tayang dari pihak KPI tentu tidak lepas dari kerja keras pihak

Trans 7 dalam menjalin hubungan dengan KPI. Dalam hal ini Humas memegang

peranan penting, karena dalam hal membangun kepercayaan dan membentuk citra

positif merupakan bagian dari tugas dan tanggungjawab praktisi Humas.

Membangun hubungan baik dengan publik internal maupun eksternal

perusahaan merupakan tugas seorang Public Relations. Public Relations terkait

dengan tugas internal adalah menciptakan hubungan harmonis diantara anggota dan

menjembatani komunikasi dari atas ke bawah maupun dari bawah ke atas. Oleh

karena itu penting bagi seorang Public Relations untuk dapat memahami kebutuhan

dan aspirasi karyawan dalam bekerja sebagai masukan bagi pimpinan untuk

mengambil langkah dan menetapkan kebijakan yang akan dibuat.

Sebagaimana tugas internal maka tugas eksternal Public Relations juga tidak

kalah pentingnya. Sebagai sebuah perusahaan ataupun instansi memerlukan adanya

citra positif di masyarakat. Keberadaan Public Relations dalam hal ini dapat menjadi

ujung tombok dalam mewujudkan tujuan tersebut. Melalui serangkaian kegiatan,

sebagai tugas dan tanggungjawabnya Public Relations dapat melakukannya.

1
http://id.wikipedia.org/wiki/Bukan_Empat_Mata
5

Strategi Public Relations sangat dibutuhkan dalam melancarkan komunikasi

dan kegiatannya, karena dengan strategi akan membantu tercapainya tujuan yang

ingin dicapai. Dengan strategi Public Relations dapat membuat rencana dan juga

perencanaan kegiatan yang akan dilakukan sebagai bagian dari pelaksanaan secara

keseluruhan tujuan perusahaan.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ahmad S. Adnanputra, ”Strategi adalah

bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari

suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu

fungsi dasar dari proses manajemen”.2

Dari uraian latar belakang masalah tersebut di atas maka penulis tertarik

untuk mengadakan penelitian dengan judul : Strategi Public Relations Trans 7 dalam

Membangun Image Program Bukan Empat Mata.

1.2 Pembatasan Ruang Lingkup

1.2.1 Pembatasan materi.

Secara garis besar, materi yang dibahas dalam penelitian adalah bidang

kehumasan. Dalam penelitian ini penulis lebih menitikberatkan pada strategi Public

Relations Trans 7 dalam dalam membangun image Program Bukan Empat Mata.

1.2.2 Pembatasan pengertian.

Sesuai dengan permasalahannya penulis melakukan pembatasan –

pembatasan terhadap pengertian dari kata-kata yang terdapat pada judul :

2
Rusady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 133
6

Strategi

Istilah strategi menurut Hornby, (1973 : 997) yang dikutip oleh Abu

Ahmadi – Joko Tri Prasetya :

“Istilah strategi mula-mula dipakai di kalangan militer dan diartikan


sebagai seni dalam merancang (operasi) peperangan, terutama yang
erat kaitannya dengan gerakan pasukan dan navigasi ke dalam posisi
perang yang dipandang paling menguntungkan untuk memperoleh
kemenangan”.3

Sementara itu Ahmad S. Adnanputra, mengatakan bahwa arti strategi

adalah “Bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana

merupakan produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya

perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen”.4

Public Relations

Publik Relations menurut Howard Bonham, Vice Chairman,

American National Red Cross dalam buku Abdurrachman :

“Public Relations is the art bringing about better public


understanding which breeds greater public confidance for any
individual or organitation” (publik relations adalah suatu seni untuk
menciptakan pengertian publik yang lebih baik, yang dapat
memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau sesuatu
organisasi / badan)”. 5

Dari pengertian di atas maka yang dimaksud dengan Public Relations

dikaitkan dengan penelitian adalah suatu seni atau cara mengkomunikasi

pesan untuk memperoleh kepercayaan public pada perusahaan.

3
Abu Ahmadi – Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia, Bandung, 1997, hal. 11.
4
Rusady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008, hal. 133
5
Oemi Abdurrachman, Dasar- Dasar Public Relations, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal
25
7

1.3 Pembatasan Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Trans 7 beralamat di Jl. Kapten Tendean Kav.

12/14 Mampang Jakarta Selatan dari mulai bulan Oktober 2013 sampai dengan

Januari 2014.

1.4 Fokus Masalah

Berdasarkan uraian tersebut di a tas maka penelitian ini hanya menfokuskan

pada strategi Public Relations Trans 7 dalam membangun image Program Bukan

Empat Mata.

1.5 Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus masalah maka rumusan masalahnya adalah : Bagaimana

strategi Public Relations Trans 7 dalam dalam membangun image Program Bukan

Empat Mata ?

1.6 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan

penelitian ini adalah : Untuk mengetahui strategi Public Relations Trans 7 dalam

dalam membangun image Program Bukan Empat Mata.

1.7 Kegunaan Penelitian

1.7.1 Secara teoretis, membuktikan bahwa strategi Public Relations Trans 7 dalam

membangun image Program Bukan Empat Mata telah sesuai dengan teori-

teori kehumasan yang telah dikemukakan oleh para ahli Public Relations.
8

1.7.2 Secara praktis, dapat memberikan masukan yang berarti sekaligus sebagai

bahan acuan dan pemikiran bagi Humas pentingnya membuat strategi yang

tepat dalam kegiatan komunikasi untuk membangun image suatu program

acara.
9

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Kajian Pustaka

Pada Kajian Pustaka ini penulis mengungkapkan penelitian sejenis yang

dilakukan oleh Stevani (2011) mahasiswa Universitas Al-Azhar Jakarta denga judul :

Strategi Humas Dalam Pelaksanaan ”Program Advis Kebijakan Untuk Lingkungan

Hidup dan Perubahan Iklim (Paklim) di Indonesia” (Studi pada pelaksanaan program

PAKLIM oleh ”Deutsche Gesellschaft Fur Internasinale Zusammernarbeit (GIZ)

GmbH” bekerjasama dengan Kementrian Lingkungan Hidup (KLH).

Permasalahan yang diangkat adalah bagaimanakah strategi Public Relations

dalam pelaksanaan program PAKLIM di Indonesia oleh GIZ bekerja sama dengan

Kementrian Lingkungan Hidup.

Penelitian ini menggunakan teori Efektivitas Komunikasi dan Strategi Humas.

Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, sifat penelitian deskriptif. Data

diperoleh dari hasil wawancara (terstruktur) dan observasi (tidak tersetruktur).

Hasil penelitian yang dilakukan memperoleh hasil bahwa pelaksanaan

program PAKLIM oleh GIZ dan KLH menunjukkan hubungan kerjasama antara

kedua humas telah dibina dengan baik, melalui aspek-aspek atau strategi humas.

Penelitian yang dilakukan Stevani dilatarbelakangi adanya visi dan misi yang

sama sehingga tidak mengalami banyak kendala dalam aktivitas Humas. Penelitian

yang dilakukan penulis dilatarbelakangi terjadinya konflik sehingga tingkat kesulitan

aktivitas Humas lebih tinggi.

9
10

Matrik Penelitian Sejenis Terdahulu

Kritik Penulis
Nama Hasil Bedanya dengan
Judul Penelitian Permasalahan Teori Metode terhadap Hasil
Peneliti Penelitian Penelitian Penulis
Penelitian
Stevani, STRATEGI HUMAS Bagaimanakah - Efektivitas Penelitian ini Pelaksanaan Penelitian yang Penelitian yang
Mahasiswa DALAM strategi Public Komunikasi menggunakan program dilakukan dilakukan saudara
Universitas PELAKSANAAN Relations dalam - Strategi Humas pendekatan PAKLIM oleh Stevani sangat Stevani
Al-Azhar ”PROGRAM ADVIS pelaksanaan kualitatif. GIZ dan KLH normatif, dilatarbelakangi
Jakarta KEBIJAKAN Sifat penelitian telah hampir tidak adanya kesamaan visi
program
(2011) UNTUK deskriptif. menunjukkan ada kendala dan misi dalam
PAKLIM di
LINGKUNGAN Pengumpulan hubungan yang terjadi pelaksanaan program
HIDUP DAN Indonesia oleh data wawancara kerjasama kedua lembaga PAKLIM.
PERUBAHAN IKLIM GIZ bekerja (terstruktur dan antara kedua tersebut.
(PAKLIM)” DI sama dengan observasi (tidak humas telah Padahal Sedangkan penelitian
INDONESIA (Studi Kementrian tersetruktur) dibina dengan kendala ini yang dilakukan penulis
pada pelaksanaan Lingkungan baik, melalui dapat mejadi dilatar belakangi dari
program PAKLIM Hidup aspek-aspek pembelajaran adanya konflik antar
oleh ”Deutsche atau strategi yang baik bagi lembaga, sehingga
Gesellschaft Fur humas pihak-pihak tingkat kesulitan
Internasinale yang bergelut Humas lebih tinggi
Zusammernarbeit dalam dunia dalam menjalin
(GIZ) GmbH” kehumasan. kerjasama dan
bekerjasama dengan melaksanakan strategi
Kementrian yang tepat.
Lingkungan Hidup
(KLH)
11

2.2 Teori

2.1.1 Komunikasi

Komunikasi sebagai kebutuhan yang vital dan mendasar dalam kehidupan

manusia. Dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan maksud dan tujuan

yang terkandung di dalamnya kepada orang lain. Dalam kegiatan komunikasi orang

yang menyampaikan pesan biasa dikenal dengan komunikator, sedangkan yang

menerima atau diberikan pesan dikenal dengan komunikan. Seorang komunikator

dalam berkomunikasi dituntut untuk memperhatikan teknik-teknik berkomunikasi

agar pesan yang disampaikan memperoleh umpan balik dari komunikan yang

menjadi sasaran.

Seorang komunikator dalam menyampaikan informasi dapat secara langsung

ataupun menggunakan sarana media. Sebuah informasi yang disampaikan

komunikator kepada komunikan melalui sebuah proses. Dalam proses komunikasi

terdapat unsur-unsur komunikasi yang harus terpenuhi sehingga informasi yang

disampaikan memperoleh umpan balik dari komunikan.

Kata komunikasi sendiri telah banyak dikemukakan oleh para ahli dari sudut

pandang yang berbeda-beda, namun pada intinya apa yang dikemukakan oleh para

ahli mengenai komunikasi itu mengandung arti yang sama, yaitu penyampaian pesan.

Willbur Schramm menyatakan bahwa kata ”Communication itu berasal dari

bahasa latin ‘Communis’ yang berarti Common (sama). Dengan demikian apabila

kita akan mengadakan komunikasi, maka kita harus mewujudkan persamaan antara

kita dengan orang lain”.6

6
Sunarjo, Djoenaesih S Sunarjo, Himpunan Istilah Komunikasi Seri Ilmu Komunikasi -1, Edisi Ketiga,
Liberty, Yogyakarta, 1995, hal. 143
12

Komunikasi menurut Bovee and Thill 2003 yang dikutip oleh Sri Astuti

Pratminingsih : ”komunikasi berasal dari bahasa Latin ”communicare” yang berarti

memberi, mengambil bagian atau meneruskan sehingga terjadi sesuatu yang umum

(common), sama atas saling memahami”.7

Menurut Everett M. Rogers yang dikutip oleh Hafied Cangara,

mengungkapkan bahwa : “Komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan

dari sumber yang satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah

laku mereka.”8

Menurut Carl. L. Hovland komunikasi adalah “proses mengubah perilaku orang

lain (communication is the process to modify the behaviour of their individuals)”.9

Dari beberapa pengertian komunikasi di atas, maka seseorang melakukan

komunikasi bertujuan untuk mewujudkan persamaan kepada orang lain atas ide, gagasan

yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian maka diharapkan diperoleh perubahan

sikap atau perilaku komunikan sesuai dengan tujuan dari komunikator

Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi merupakan tindakan yang

memungkinkan kita mampu dan memberikan informasi atau pesan sesuai dengan apa

yang kita butuhkan. Dimana secara teoritis, kita mengenal beragam tindakan komunikasi

berdasarkan pada konteks dimana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks

komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi

massa. Agar komunikasi berjalan efektif, maka pihak-pihak yang terlibat dalam

7
Sri Astuti Pratminingsih, Komunikasi Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006, hal. 2.
8
Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005, hal. 19.
9
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung, 2006, hal. 4
13

komunikasi harus memiliki pemahaman yang sama terhadap lambang-lambang yang

mereka gunakan.

Untuk memperoleh kejelasan, di bawah ini adalah gambar proses komunikasi

yang ditampilkan oleh Philip Kotler dalam bukunya Marketing Managemen.

Gambar 2.1
Model Proses Komunikasi

Sender Encoding Message Decoding Receiver


Media

Sender

Feedback Response

Keterangan :

Sender : Komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang


atau sejumlah orang.
Encoding : Penyandian, yakni proses pengalihan pikiran ke dalam bentuk
lambang
Message : Pesan yang merupakan seperangkat lambang bermakna yang
disampaikan oleh komunikator
Media : Saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari
komunikator kepada komunikan
Decoding : Pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan
menetapkan makna pada lambang yang disampaikan oleh
komunikator kepadanya
Receiver : Komunikan yang menerima pesan dari komunikator
Response : Tanggapan, seperangkat reaksi pada komunikan setelah
diterpa pesan
14

Feedback: : Umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila


tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator
Noise : Gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses
komunikasi sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh
komunikan yang berbeda dengan pesan lyang disampaikan
oleh komunikator kepadanya.“10

Sementara itu komunikasi memerlukan proses, proses komunikasi menurut

Onong Uchjana Effendy dalam bukunya Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek,

terbagi menjadi dua tahap, yaitu :

a. “Proses komunikasi secara primer


Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan
atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang
(simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses
komunikasi adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna dan lain
sebagainya yang secara langsung mampu ‘menerjemahkan’ pikiran dan
atau perasaan komunikator kepada komunikan.
b. Proses komunikasi secara sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan
oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana
sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.
Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan
komunikasinya, karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat
yang lebih relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film, dan banyak lagi adalah media kedua
yang sering digunakan dalam komunikasi.”11

Tujuan dari komunikasi adalah untuk tercapainya perubahan sikap, perubahan

perilaku dan perubahan sosial, sedangkan komunikasi memiliki fungsi, yaitu :

a. “Informatif
Kegiatan komunikasi merupakan suatu sistem pemprosesan informasi
dimana audience (khalayak) berharap memperoleh informasi yang lebih
banyak,baik dan tepat waktu.
b. Regulatif
Kegiatan komunikasi sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam suatu
organisasi. Fungsi ini tergantung pada kredibilitas pesan.

10
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2002, hal 18-19.
11
Ibid, hal. 11&16.
15

c. Persuasif
PR membujuk khalayak untuk melakukan suatu kegiatan sehingga dapat
memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
d. Integratif
Kegiatan komunikasi yang bertujuan menumbuhkan keinginan khalayak
untuk berpartisipasi lebih besar pada kegiatan komunikasi dengan cara
menyediakan saluran komunikasi, baik itu formal (koran,buletin) maupun
informal (tatap muka,event)”. 12

Dalam pencapaian tujuan, suatu organisasi perlu ada suatu proses komunikasi

yang dapat mentransfer pesan-pesan dari komunikator ke komunikan. Proses

komunikasi memungkinkan anggota organisasi bertukar informasi dengan

menggunakan suatu bahasa atau simbol-simbol yang umum digunakan. Di samping

itu, melalui proses komunikasi akan diperoleh suatu hasil yang sangat berarti bagi

organisasi.

Komunikasi juga memiliki tujuan, yaitu untuk memberikan pengaruh kepada

seluruh anggota organisasi agar mereka secara bersama-sama dapat mencapai tujuan

organisasi. Adapun tujuan lainnya yaitu menggerakkan orang lain untuk melakukan

sesuatu untuk memahami orang lain.

Dalam kegiatan komunikasi terdapat unsur-unsur pokok yang perlu kita

ketahui, yaitu :

1. “Komunikator, yaitu individu yang berinisiatif untuk menyampaikan


pesan.
2. Pesan (message), yaitu suatu gagasan dan ide berupa pesan informasi,
pengetahuan, ajakan atau ungkapan yang bersifat pendidikan yang akan
disampaikan oleh komunikator.
3. Komunikan, yaitu seseorang atau sejumlah orang yang menjadi sasaran
komunikator ketika ia menyampaikan pesan.
4. Media (channel), yaitu sarana atau saluran yang dipergunakan oleh
komunikator dalam mekanisme penyampaian pesan.

12
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi, Jakarta, Penerbit Universitas Terbuka, 1993, hal.
132
16

5. Efek, yaitu suatu dampak yang terjadi dalam menyampaikan pesan


tersebut yang dapat berakibat positif maupun negatif menyangkut
tanggapan, persepsi dan opini dari hasil komunikasi tersebut”.13

Secara garis besar komunikasi dapat disimpulkan sebagai proses

penyampaian informasi dari seseorang kepada orang lain dan selanjutnya

menghasilkan umpan balik yang diinginkan. Maka dari itu, diharapkan dalam

kegiatan komunikasi Humas dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat atas

pesan yang terkandung dalamnya dipahami dan memperoleh feedback dari

komunikan.

2.1.2 Humas

Istilah “hubungan masyarakat” yang di singkat “humas”, di Indonesia sudah

benar-benar memasyarakat dalam arti kata telah dipergunakan secara luas oleh

Departemen, perusahaan, lembaga dan lain-lain.

“Humas adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang


terencana. Baik itu ke dalam maupun keluar, mengidentifikasi kebijakan-
kebijakan dan prosedur-prosedur seorang individu atau sebuah organisasi
berdasarkan kepentingan publik, dan menjalankan suatu program untuk
mendapatkan pengertian dan penerimaan publik”.14

Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya yang berjudul “Effective Public

Relations” (edisi ke-8) mengungkapkan pandangan Dr. Rex F. Harlow tentang

Hubungan Masyarakat bahwa :

“Hubungan masyarakat merupakan fungsi manajemen khusus yang


membantu pembentukan dan pemeliharaan garis komunikasi dua arah, saling

13
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2002, hal. 10.
14
H. Frazier Moore, 2001, Humas (Membangun Citra Dengan Komunikasi) PT Remaja Rosdakarya,
Bandung, hal 6.
17

pengertian, penerimaan, dan kerja sama antara organisasi dan masyarakatnya,


yang melibatkan manajemen problem atau masalah, membantu manajemen
untuk selalu mendapat informasi dan merespon pendapat umum, mendefinisi
dan menekankan tanggung jawab manajemen mengikuti dan memanfaatkan
perubahan dengan efektif, berfungsi sebagai system peringatan awal untuk
membantu mengantisipasi kecenderungan, dan menggunakan riset serta
komunikasi yang masuk akal dan etis sebagai sarana utamanya.” 15

Selain itu, Oemi Abdurrachman, dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar

Publik Relations” mengungkapkan pendapat menurut Howard Bonham, Vice

Chairman, American National Red Cross bahwa :

“Public Relations is the art bringing about better public understanding which
breeds greater public confidance for any individual or organitation” (publik
relations adalah suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih
baik, yang dapat memperdalam kepercayaan publik terhadap seseorang atau
sesuatu organisasi / badan)”. 16

Berdasarkan saling pengertian itu, hubungan baik antara perusahaan dengan

publiknya diharapkan akan dapat selalu dipelihara sehingga kedua belah pihak dapat

mengambil manfaatnya. Konsep komunikasi dua arah ini jugalah yang

mengharuskan Humas bukan hanya bertugas mengumpulkan informasi tentang

publik saja. Karena jika hanya itu yang dilakukan, maka kegiatan tersebut belum

dapat dikatakan sebagai praktek kehumasan. Sebab humas bukan hanya berfungsi

untuk melihat citra yang terbentuk, tetapi juga berusaha mengembangkannya kearah

yang lebih baik. Agar citra yang dipersepsikan oleh masyarakat baik dan benar

(dalam arti ada konsistensi antara citra dengan realitas), citra perlu dibangun secara

jujur. Cara yang sudah digunakan secara luas dan mempunyai kredibilitas yang

tinggi, yaitu hubungan masyarakat.


15
Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom. 2005. Effective Public Relations. Eight
Edition. PT. INDEKS. Kelompok Gramedia. hal. 4
16
Oemi Abdurrachman. 2001. Dasar- Dasar Public Relations. PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. hal
25.
18

Daya tarik penggunaan hubungan masyarakat sebagai cara untuk membangun

citra, seperti yang diungkapkan oleh Kotler sebagaimana dikutip oleh Sutisna dalam

bukunya Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, yaitu “mempunyai

kredibilitas yang tinggi, mampu menjangkau masyarakat secara luas dan

kemampuannya untuk didramatisasi.”17

Jadi, peranan hubungan masyarakat dalam mengembangkan citra telah

dibuktikan dan mendapat dukungan pendapat dari para ahli hubungan masyarakat.

Untuk mendorong citra positif bagi suatu organisasi, hubungan masyarakat harus

menyampaikan realitas yang sebenarnya. Penyampaian realitas yang sebenarnya

bukan berarti harus disampaikan secara monoton dan tidak menarik perhatian.

Hubungan masyarakat harus disusun sedemikian rupa agar mampu menarik dan

menciptakan citra yang positif kepada publik eksternal.

Humas mempunyai fungsi keluar dan ke dalam. Fungsi keluar sebuah

organisasi berusaha menciptakan citra yang baik dari masyarakat. Mengusahakan

tumbuhnya sikap dan image masyarakat yang positif terhadap segala kebijakan dan

tindakan organisasi. Ke dalam berusaha menciptakan suasana kerja yang

menyenangkan dan nyaman, mengidentifikasi agar dapat menimbulkan sikap dan

gambaran yang positif bagi para anggota, atas suatu tindakan atau kebijakan kerja

yang menarik, sehingga roda kepemimpinan berjalan tanpa hambatan apapun

2.1.3 Humas Internal

Merupakan kegiatan praktisi Humas yang memberikan kontribusi

profatibilitas perusahaan, yaitu dalam membina hubungan antar sesama karyawan

17
Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran. PT. Remaja Rosdakarya. Bandung,
hal. 335.
19

pada suatu perusahaan (staff relations ), sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama

dengan hubungan-hubungan industri.

Suasana dimana terjalin komunikasi dan hubungan yang harmonis antara

karyawan dengan karyawan dengan pimpinan, pada diri mereka juga ditanamkan

rasa tanggung jawab dan kewajiban terhadap perusahaan. Pada tiap anggota

perusahaan diberikan tanggung jawab pekerjaan dan mereka diberikan gambaran,

bahwa keberadaan atau maju mundurnya perusahaan tersebut tergantung dari cara

kerja para anggotanya.

Humas menurut Frank Jefkins yang dikutip oleh Wiryanto, dalam bukunya

praktek praktik kehumasan adalah hubungan yang terjadi dalam suatu siklus

organisasi atau instansi, mulai dari top management samapai ke pesuruh. Tingkat

efektivitas dari humas internal sangat dipengaruhi oleh tiga hal pokok yaitu :

1. Keterbukaan pihak manajemen


2. Kesadaran dan pengakuan manajemen akan dinilai dan arti penting
komunikasi dengan para pegawai.
3. Keberadaan seorang manajer komunikasi (manajer humas) yang tidak
hanya ahli dan berpengalaman, tetapi juga didukukng oleh sumber-
sumber daya teknis modern.18

Beberapa rumusan mengenai Humas internal di atas menjelaskan bagaimana

seorang Humas tidak hanya dapat membina hubungan dengan publik eksternalnya,

karena publik internal juga mempunyai peranan penting dalam kemaujan perusahaan.

Dalam kaitannya dengan penelitian ini, dijelaskan pula mengenai tugas Humas

Internal dalam melaksanakan fungsi kehumasan dalam suatu instansi.

18
Frank Jefkins. 1996. Public Relations. ed keempat. Erlangga. Jakarta. Hal. 172
20

Tugas Humas Internal bila dirinci secara spesifik, maka akan memiliki tiga

wujud, yaitu komunikasi ke bawah, ke atas, dan komunikasi sejajar. Untuk lebih

jelas maka akan dijabarkan berikut ini secara detail.

Tugas Humas Internal mencakup :

1. Menambah sikap kesadaran perlunya kegiatan humas kepada karyawan


dan pimpinan.
2. Memperoleh tugas dan wewenang yang jelas sekaligus membatasi
tugasnya yang mudah sekali mencampuri dan memasuki bidang orang
lain.
3. Memperoleh kepercayaan dan kerjasama dari teman sejawat.
4. Menanamkan prinsip-prinsip serta program kerja organisasi kepada para
karyawan dan teman sejawat demi realisasi tujuan organisasi.
5. Memberi bantuan dan pelayanan kepada departemen atau bagian-bagian
lain dalam instansi, menunjang jenjang wewenang yang dikenal sebagai
fungsi staf maupun garis hierarkhi.
6. Meningkatkan keinginan dan hasrat kerjasama serta partisipasi.
7. Mengadakan dan menyebar ide akan kesadaran bermasyarakat pada para
karyawan dan semua pihak.19

Dalam menjalankan komunikasi ke publiknya, khususnya publik internal,

maka diharapkan dapat diperoleh hasil yang maksimal. Untuk mengukur hasil yang

diperoleh tersebut diperlukan tingkatan efektivitas untuk mengukurnya.

2.1.4 Humas Eksternal

Menurut Edward L Bernay, dalam bukunya Public Relations (1952) yang

dikutip oleh Rosady Ruslan terdapat 3 fungi utama Humas yaitu :

1) ”Memberikan penerangan kepada masyarakat


2) Melakukan persuasi untuk mengubah sikap dan perbuatan masyarakat
secara langsung.
3) Berupaya untuk mengintegrasikan sikap dan perbuatan suatu
badan/lembaga sesuai dengan sikap dan perbuatan masyarakat atau
sebaliknya”20.

19
Astrid S. Susanto. 1983. Komunikasi da lam Teori dan Praktek 3. Bina Cipta Bandung. hal . 182.
21

Adapun fungsi humas berdasarkan ciri khas kegiatan Humas menurut Cutlip

& Center dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. “Menunjang aktivitas utama manajemen dalam mencapai tujuan bersama


(fungsi melekat pada manajemen lembaga/organisasi.
2. Membina hubungan yang harmonis antara badan/organisasi dengan
publiknya yang merupakan khalayak sasaran.
3. Mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi
dan tanggapan masyarakat terhadap badan/organisasi yang diwakilinya,
atau sebaliknya.
4. Melayani keinginan publiknya dan memberikan sumbang saran kepada
pimpinan manajemen demi tujuan dan manfaat bersama.
5. Menciptakan komunikasi dua arah timbal balik, dan mengatur arus
informasi, publikasi serta pesan dari badan/organisasi ke publiknya atau
sebaliknya, demi tercapainya citra positif bagi kedua belah pihak.”21
Berdasarkan uraian fungsi Humas di atas dalam prakteknya Humas dalam

organisasi mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk menjalin hubungan

komunikasi yang baik dengan publik internal maupun eksternal. Semuanya ini sangat

menentukan pada perkembangan organisasi secara keseluruhan.

Tugas Humas menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations yang

diterjemahkan oleh Haris Munandar adalah :

1) “Menciptakan dan memelihara suatu citra yang baik dan cepat atas
organisasinya.
2) Memantau pendapat umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan
dengan citra, kegiatan, reputasi.
3) Memberi nasehat atau masukan kepada pihak manajemen mengenai
berbagai masalah komunikasi yang penting.
4) Menyediakan berbagai informasi kepada khalayak perihal kebijakan
organisasi”. 22

Dalam pelaksanaannya, aktivitas Humas hendaknya dilakukan secara

sistematis atau bertahap karena tugas yang harus dijalankan oleh Humas amat

20
Rosady Ruslan. 2008. Majamen Public Relations & Media Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi. PT.
Raja Grafindo Persada. Jakarta. hal. 18
21
Ibid. hal. 18
22
Frank Jefkins. 2000. Public Relations. Erlangga. Jakarta. hal. 28.
22

banyak, sehingga sering terdapat tumpang tindih. Oleh karena itu aktivitas Humas

sebagai fungsi manajemen meliputi tahap-tahap tertentu sehingga tidak terjadi

tumpang tindih kegiatan. Tahap-tahap tersebut menurut Cutlip & Center yang dikutip

oleh Oemi Abdurrachman dalam bukunya Dasar – dasar Public Relations, adalah :

1) “Fact Finding, merupakan tahap awal dalam kegiatan Humas


mengumpulkan data atau fakta sebelum melakukan kegiatan.
2) Planning, merupakan pembuatan rencana tentang apa yang akan atau
harus dilakukan dalam menghadapi permasalahan – permasalahan yang
ada dalam perusahaan.
3) Communicating or Actions, setelah rencana disusun secara matang, lalu
dilakukan tugas – tugas untuk mengkomunikasikan kebijakan perusahaan
kepada seluruh karyawan.
4) Evaluation, merupakan tahap akhir. Dalam tahapan ini diadakan
penelitian apakah kegiatan Humas telah mencapai tujuan atau masih
terdapat hambatan sehingga dapat ditentukan cara-cara untuk mengatasi
hambatan tersebut demi memperoleh hasil yang lebih baik”. 23

Tahap-tahap dalam kegiatan Humas merupakan tahap yang

berkesinambungan, dimana satu sama lain saling terkait. Berdasarkan tahapan

tersebut, mengutip pendapat Oemi Abdurrahman dalam bukunya Dasar – dasar

Public Relations tugas penting eksternal Public Relations untuk memperoleh

dukungan, pengertian, dan kepercayaan dari publik luar, menciptakan kesediaan

kerja sama dari public, adalah :

1. “Menilai sikap dan opini publik terhadap kepemimpinan, terhadap para


pegawai dan metode yang digunakan,
2. Memberi advice dan counsel pada pimpinan tentang segala sesuatu yang
ada hubungannya dengan publik relations mengenai perbaikan-
perbaikan, kegiatan-kegiatan, dan lain- lain.
3. Memberikan penerangan – penerangan yang obyektif, agar publik tetap
informed tentang segala aktivitas dan perkembangan badan itu.
4. Menyusun staf yang efektif untuk bagian itu.” 24

23
Oemi Abdurrachman. 2001. Dasar-Dasar Public Relations, PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. hal.32
24
Ibid. hal.40
23

Dari uraian di atas maka menurut penulis berkaitan dengan kegiatan tugas

eksternal Public Relations adalah memberikan masukan kepada pihak manajemen

tentang penilaian masyarakat atas perusahaan yang diwakilinya. Tujuannya agar

dapat membuat langkah kegiatan lebih baik dengan mengotimalkan seluruh anggota

organisasi untuk mewujudkan tujuan yang ingin dicapai.

2.1.5 Manajemen Strategi

Perkembangan dan perubahan di segala bidang, bidang ekonomi, sosial,

budaya, teknologi membawa dampak pada struktur dalam organisasi. Tidak saja

organisasi yang berorientasi bisnis, tetapi juga pada organisasi yang bukan bisnis

seperti lembaga sosial, lembaga kemasyarakat ataupun organisasi partai politik.

Ningky Munir (2001) memandang faktor pendorong perubahan diberbagai

bidang kehidupan : “perubahan dan penyempurnaan teknologi khususnya teknologi

informasi, globalisasi bisnis, dan demokratisasi”.25

Perubahan-perubahan yang terjadi ini tentu saja berpengaruh terhadap

pengelolaan organisasi, untuk selalu adaptif terhadap perubahan tersebut.

Manajemen pun memperhatikan lingkungan internal dan eksternal yang berpengaruh

terhadap kinerja organisasi. Perubahan yang begitu cepat dan adanya pengaruh

lingkungan internal dan eksternal ini, manajemen strategis menjadi penting. Menjadi

kewajiban seorang pimpinan untuk dapat mengupayakan dan menyelaraskan setiap

perubahan itu yang terjadi. Upaya menyelaraskan organisasi dengan lingkungannya

itu yang melahirkan manajemen strategis.

25
Yosal Iriantara. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Ghalia Indonesia. hal. 11
24

Menurut Hari Lubis (1992 : 1) pengertian manajemen strategis adalah :

”Proses interaktif yang kontinu untuk menyelaraskan organisasi secara


keseluruhan terhadap lingkungannya. Manajemen strategis merupakan
rangkaian tindakan yang dimulai dari analisis lingkungan, penetapan arah
organisasi, perumusan strategi organisasi, implementasi strategi organisasi,
serta evaluasi dan pengendalian strategi”. 26

Manajemen strategis merupakan upaya organisasi untuk bisa menyelaraskan

dirinya dengan lingkungan. Manajemen strategis pada dasarnya merupakan upaya

organisasi untuk menyesuaikan dengan lingkungannya. Sebagaimana definisi dari

Rowe, et.al. (dalam Robson, 1997 : 6), yang menyatakan bahwa “Manajemen

strategis adalah proses untuk menyeleraskan kemampuan intenal organisasi dengan

peluang dan ancaman yang dihadapinya dalam lingkungannya”.27

Dari beberapa pengertian di atas manajemen strategi sangat penting sekali

bagi pimpinan karena organisasi terdiri dari beberapa atau banyak orang yang berada

di dalamanya. Sebagai anggota organisasi tidak terlepas dari pengaruh luar yang

akan membentuk dan merubah sikap dan perilaku ke dalam organisasi. Kemampuan

pimpinan untuk mengantisipasi setiap perubahan akan menentukan keberhasilan

organisasi. Perubahan ini akan terus terjadi dan tidak dapat dihindari seiring dengan

perubahan lingkungan, yang dapat dilakukan hanyalah mengantisipasi setiap

perubahan untuk menjadikan peluang.

Sebagaimana Barker (1992 : 28) menyebut “Zaman sekarang ini mirip

dengan sungai yang bergejolak. Dalam zaman yang bergejolak ini, kemampuan

untuk mengantisipasi akan memperbesar peluang untuk berhasil”.28

26
Hari Lubis dalam Yosal Iriantara. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Ghalia Indonesia,
Jakarta. hal. 3.
27
Yosal Iriantara. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Ghalia Indonesia. Jakarta. hal. 12
28
Ibid. hal. 10
25

Dari pernyataan di atas jelas bahwa begitu pentingnya tindakan antisipasi

yang sekaligus sebagai bagian dari kegiatan dalam manajemen. Dengan melakukan

tindakan antisipasi sendiri sebenarnya pimpinan telah menjalankan tugas-tugasnya

sebagai seorang humas, dimana tujuan dari seorang humas tidak saja mengharapkan

feed-back melainkan juga melakukan freed-forward, untuk memperkecil akibat yang

ditimbulkan dari adanya perubahan-perubahan yang terjadi baik dalam organisasi

ataupun luar organisasi.

Konsekuensi dari adanya perubahan menurut Ansorff dan McDannell (1990 :

9-10) menunjuk ada 3 konsekuensi dari akselerasi perubahan tersebut :

1. “Meningkatnya kesulitan untuk mengantisipasi perubahan dengan baik


untuk bisa membuat perencanaan dan memberikan respons
2. Kebutuhan pada kecepatan yang meningkat dalam mengimplementasikan
respons.
3. Kebutuhan atas fleksibilitas dan respons langsung terhadap kejutan yang
tak bisa diantisipasi sebelumnya”.29

Dengan memperhatikan konsekuensi dengan adanya perubahan baik internal

dan eksternal organisasi, jelas bahwa manajemen strategi menjadi penting dan harus

memperoleh perhatian dengan baik. Jika tidak maka semakin banyak kusulitan-

kesulitan yang akan dihadapi oleh pimpinan untuk menyelaraskan pengaruh eksternal

ke dalam organisasi yang dipimpinannya.

Adapun mengenai manfaat manejemen strategi menurut Hari Lubis

menyebutkan beberapa manfaat penerapan manajemen strategis :

“Mendeteksi masalah sebelum terjadi, membuat para manajer menjadi lebih


berminat terhadap organisasi, membuat organisasi lebih responsive dan
waspada terhadap perubahan, mengarahkan segala upaya untuk menuju
objektif organisasi, dan merancang munculnya kerjasama dalam menjawab
permasalahan dan dalam mememanfaatkan peluang30.

29
Ibid. hal. 10
30
Ibid. hal. 13
26

Proses manajemen strategis berlangsung berikut diberikan skema model

proses manajemen strategis.

Proses Manajemen Strategis31

ANALISIS PENETAPAN ARAH


LINGKUNGAN PENGEMBANGAN
- Internal ORGANISASI PERUMUSAN IMPLEMENTA PENGENDALI
- Eksternal - Misi STRATEGI SI STRATEGI AN STRATEGI
- Objektif

1. Analisis Lingkungan

Analisis atau pemeriksaan (scanning) lingkungan pada dasarnya untuk

mengetahui faktor-faktor yang sangat penting bagi masa depan

organisasi. Ini biasa dinamakan sebagai factor-faktor strategis. Perlunya

menganalisis lingkungan organisasi karena organisasi tidaklah hidup di

ruang hampa. Organisasi hidup bersama organisasi lain yang sejenis dan

organisasi-organisasi lain yang brada dalam sistem sosial. Selain itu

organisasi ada tentunya bukan demi organisasi itu sendiri, melainkan

bagi masyarakat. Karena itu, apa yang tejadi pada masyarakat yang hidup

bersama organisasi itu akan berpengaruh terhadap organisasi. Perubahan

kondisi sosial politik misalnya, akan berpengaruh terhadap organisasi.

2. Penetapan Arah Pengembangan Organisasi (Visi, Misi)

Secara sederhana visi adalah apa yang ingin dicapai organisasi pada masa

depan, sedangkan misi merupakan maksud dari pendirian organisasi

tersebut, yang mencerminkan arah perkembangan organisasi secara

31
Yosal Iriantara. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Ghalia Indonesia. Jakarta. hal. 14.
27

umum. Sedangkan arah perkembangan yang lebih spesifik dicantumkan

dalam objektif organisasi. Ketiga hal tersebut menjadi pedoman dalam

pengembangan organisasi dan mendasari perumusan strategi yang akan

dijalankan oleh organisasi tersebut. Visi, misi, dan objektif organisasi

bagaimana pun tidak bisa dilepaskan dari kondisi lingkungannya. Ada

dialektika antara visi, misi dan objektif organisasi dengan lingkungan

organisasi. Visi itu bisa diibaratkan merupakan keinginan kita, dan misi

merupakan cara kita untuk mencapai keinginan tersebut dan objektif

merupakan wujud kongkret keinginan tersebut.

3. Perumusan Strategi

Perumusan strategi merupakan keputusan mengenai jalan yang akan

ditempuh untuk mencapai apa yang sudah ditetapkan dalam objektif.

Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap faktor-faktor lingkungan

sosial, operasional, dan internal, kemudian dengan mempertimbangkan

objektif, maka ditetapkan strategi untuk mencapai objektif tersebut.

Pilihan strategi tersebut biasanya didasarkan pada peluang strategi

tersebut mampu mewujudkan objektif. Ketika merumuskan strategi,

tersedia banak alternatif strategi untuk mencapai objektif, namun harus

memilih strategi mana yang paling tepat dengan mempertimbangkan

lingkungan sosial, operasional, dan internal organisasi.

4. Implementasi Strategi

Strategi yang sudah selesai dirumuskan, artinya sudah dibuat rencana

strategisnya, manakala diimplementasikan mengharuskan adanya

penyempurnaan perumusan strategi. Banyak organisasi yang mempu


28

menyusun strateginya dengan baik. Daya kreatif manajernya telah

melahirkan strategi organisasi yang sangat baik. Bahkan tatkala strategi

itu dibuat dalam bentup pernyataan strategis, banyak pihak yang memuji

sebagai strategi yang inovatif yang diperhitungkan akan mampu

membawa organisasi mncapai obyektif, mampu bersaing dalam

lingkungan persaingan yang kerjas, dan organisasi akan mampu bertahan

hidup ditengah himpitan situsai ekonomi yang berat. Namun

kenyataanya, saat diimplementasikan tidak begitu halnya. Strategi yang

baik itu menjadi sumber bencana bagi organisasi saat diimplementasikan,

artinya strategi tersebut tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Wheelen dan Hunger yang dalam buki Iriantara (2004) mendaftar

10 masalah yang paling sering dijumpai organisasi saat

mengimplementasikan strategi yang telah dirumuskan organisasi

1) ”Implementasi berjalan lebih lambat dari yang direncanakan.


2) Ada masalah besar yang tak terantisipasi
3) Koordinasi kegiatan yang tidak efektif
4) Kegiatan yang saling bersaing dan krisis yang mengalihkan
perhatian dari implementasi
5) Kemampuan karyawan yang terlibat tak memadai
6) Pelatihan dan pembelajaran yang tak memadai pada karyaan level
terndah
7) Faktor-faktor lingkungan eksternal yang tidak dapat dikontrol
8) Kepemimpinan dan arahan manajer yang tak memadai
9) Lemahnya pendefinisian kegiatan-kegiatan dan tugas-tugas
implementasi yang pokok
10) Lemahnya monitoring kegiatan melalui sistem informasi”. 32

Karena itu, keberhasilan dalam manajemen strategis ditentukan

oleh perumusan dan implementasi strategi yang baik. Bila salah satu

buruk, misalnya implementasinya buruk, maka secara keseluruhan gagal.


32
Yosal Iriantara. 2004. Manajemen Strategis Public Relations. Ghalia Indonesia. hal. 36.
29

5. Pengendalian Strategi

Pengendalian/kontrol ini dilakukan dengan tujuan agar organisasi

mencapai objektifnya melalui pemantauan dan evalusi proses manajemen

strategis dan menerima umpan balik, guna menentukan apakah tiapa

tahapan dalam perencanan dan implementasi manajemen strategis

berjalan baik. Dalam melakukan kontrol tersebut dilakukan pengukuran

kinerja organisasi. Pengukuran kinerja organisasi itu dinamakan audit

strategis, yakni memeriksa dan mengevaluasi bidang-bidang yang

dipengaruhi oleh implementasi manajemen strategis. Dengan melakukan

audit strategis akan diketahui apakah implementasi sudah berjalan sesuai

dengan sasaran yang ditetapkan sebelum atau tidak.

2.1.6 Strategi Humas

Menurut Rosady Ruslan strategi adalah : ”Bagian terpadu dari suatu rencana

sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan, yang pada akhirnya

perencanan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen”.33

Menurut Ahmad S. Adnanputra strategi Humas adalah ”Alternatif optimal

yang dipilih untuk ditempuh guna mencapai tujuan Public Relations dalam kerangka

suatu rencana publik relations (Public Relations plant)”.34

Humas bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang

menguntungkan bagi organisasi/perusahaan atau produk barang dan jasa terhadap

para stakeholdersnya sasaran yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal.

Untuk mencapai tujuan tersebut strategi kegiatan humas semestinya diarahkan pada

33
Rosady Ruslan. 2008. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi.
Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. hal. 133
34
Ibid. hal. 134
30

upaya menggarap persepsi para stakeholder, akar sikap tindak dan persepsi mereka.

Konsekuensinya, jika strategi penggarapan itu berhasil maka akan diperoleh sikap

tindak dan persepsi yang menguntungkan dari stakeholder sebagai khalayak sasaran.

Pada akhirnya akan tercipta suatu opini dan citra yang menguntungkan.

Adapun tahap-tahap kegiatan strategi Humas : pertama, komponen sasaran,

umumnya adalah para stakeholder dan publik yang mempunyai kepentingan yang

sama. Sasaran umum tersebut secara struktural dan formal yang dipersempit melalui

upaya segmentasi yang dilandasi ”seberapa jauh sasaran itu menyandang opini

bersama, potensi polemik, dan pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga,

nama perusahaan dan produk yang menjadi perhatian sasaran khusus. Maksud

sasaran khusus disini adalah yang disebut publik sasaran.

Kedua komponen sasaran yang pada strategi Humas berfungsi untuk

mengarahkan ketiga kemungkinan tersebut ke arah posisi atau dimensi yang

menguntungkan. Landasan dalam proses penyusunan strategi Humas yang berkaitan

pada manajemen suatu perusahaan / lembaga yaitu sebagai berikut :

1. ”Mengidentifikasi permasalah yang muncul


2. Identifikasi unit-unit sasarannya
3. Mengevaluasi mengenai pola dan kadar sikap tindak unit sebagai
sasarannya.
4. Mengidentifikasi tentang struktur kekuasaan dan unit sasaran
5. Pemilihan opsi atau unsur taktikal strategi publi relations.
6. Mengidentifikasi dan evaluasi terhadap perubahan kebijaksanaan atau
peraturan pemerintahan dan lain sebagainya.
7. Menjabarkan strategi Public Relations dan taktik atau cara menerapkan
langkah-langkah program yang telah direncanakan, dilaksanakan,
mengkomunikasikan dan penilaian/evaluasi hasil kerja”.35

Humas berfungsi untuk menciptkan iklim yang kondusif dalam

mengembangkan tanggungjawab serta partisipasi antara pejabat Humas dan

35
Ibid. hal. 139-140
31

masyarakat (khalayak sebagai sasaran) untuk mewujudkan tujuan bersama. Fungsi

tersebut dapat diwujudkan melalui beberapa aspek-aspek pendekatan atau strategi

Humas :

1. ”Strategi operasional
Melalui pelaksanaan program Humas yang dilaksanakan dengan
pendekatan kemasyarakat (social approach), melalui mekanisme sosial
kultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dari opini publik atau
kehendak masyarakat terekam pada setiap berita atau surat pembaca dan
lain sebagainya yang dimuat di berbagai media massa.
Artinya pihak Humas mutlak bersikap atau berkemampuan untuk
mendengar (listerning), dan bukan sekedar mendengar (hear) mengenal
aspirasi yang ada di dalam masyarakat, baik mengenai etika, moral
maupun nilai-nilai kemasyarakatan yang dianut.
2. Pendekatan persuasif dan edukatif
Fungsi Humas adalah menciptakan komunikasi dua arah (timbal balik)
dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya
yang bersifat mendidik dan memberikan penerangan, maupun dengan
melakukan pendekatan persuasif, agar tercipta saling pengertian,
menghargai, pemahaman, toleransi dan lain sebagainya.
3. Pendekatan tanggungjawab sosial humas
Menumbuhkan sikap tanggungajawab sosial bahwa tujuan dan sasaran
yang hendak dicapai tersebut bukan ditujukan untuk mengambil
keuntungan sepihak dari publik sasarannya (masyarakat), namun untuk
memperoleh keuntungan bersama.
4. Pendekatan kerja sama
Berupaya membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan
berbagai kalangan, baik hubungan ke dalam (internal relations) maupun
hubungan ke luar (eksternal relations) untuk meningkatkan kerja sama.
Humas berkewajiban memasyarakatkan misi instansi yang diwakilinya
agar diterima oleh atau mendapat dukungan masyarakat (publik
sasarannya). Hal ini dilakukan dalam rangka menyelenggarakan
hubungan baik dengan publiknya (community relations ) dan untuk
memperoleh opini publik serta perubahan sikap yang positif bagi kedua
belah pihak (mutual understanding).
5. Pendekatan koordinatif dan integratif
Untuk memperluas peranan PR di masyarakat, maka fungsi Humas
dalam arti sempit hanya mewakili lembaga/instansinya. Tetapi
peranannya yang lebih luas adalah berpartisipasi dalam menunjang
program pembangunan nasional, dan mewujudkan Ketahanan Nasional
di bidang politik, ekonomi, sosial budaya (Poleksosbud) dan
Hankamnas”.36

36
Rosady Ruslan. 2008. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi,
Edisi Revisi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. hal. 142-144.
32

Penjelasan langkah-langkah pokok dari berbagai aspek pendekatan dan

strategi komunikasi Public Relations dalam upaya untuk menjalin berbagai hubungan

positif dengan publik internal dan publik eksternal tersebut, dapat ditarik suatu

pengertian yang mencakup peranan Humas di berbagai kegiatan di lapangan, yaitu :

1. ”Menginformasikan (to inform)


2. Menerangkan (to explain)
3. Menyarankan (to suggest)
4. Membujuk (to persuade)
5. Mengundang (to invite)
6. Meyakinkan (to convince)”37

Perencanaan merupakan langkah awal dari suatu kegiatan, bagaimana tidak

tanpa perencanaan lebih dulu suatu kegiatan tidak akan dapat berjalan sebagaimana

mestinya. Begitu pula dalam kegiatan komunikasi, seorang komunikator perlu

merencanakan terlebih dahulu mengenai pesan komunikasi yang akan ditujukan

kepada sasaran komunikan. Sebagai seorang komunikator sebelum melakukan

kegiatan komunikasi perlu adanya pemahaman terlebih dahulu mengenai bagaimana

proses komunikasi berlangsung.

Suatu hal yang yang perlu diperhatikan oleh komunikator berkaitan dengan

rencana komunikasi ini misalnya apa yang akan menjadi target dari komunikasi yang

dilancarkan, siapa yang menjadi sasaran komunikasi, bagaimana proses komunikasi

dilakukan dan yang tidak kalah pentingnya adalah mengenai siapa komunikator yang

akan menyampaikan pesan komunikasi.

Sasaran komunikasi atau target komunikasi menentukan keberhasilan dari

komunikasi yang dilancarkan komunikator. Oleh karena itu bagi seorang

komunikator dalam menyampaikan pesan komunikasinya terlebih dulu harus

37
Ibid. hal. 144
33

memahami siapa yang ingin diajak berkomunikasi, untuk selanjutnya menentukan

bentuk komunikasi yang akan digunakan. Berkaitan dengan hal ini kemampuan dan

ketrampilan seorang komunikator dalam berkomunikasi juga sangat mempengaruhi

terhadap pemahaman komunikan atas informasi yang disampaikan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Menurut Glaser dan Strauss : “Untuk keperluan penelitian kualitatif yang

dikenal dengan teori dari-dasar, penyajian suatu teori dapat dilaksanakan dalam dua

bentuk yaitu : (a) penyajian dalam bentuk seperangkat proposisi atau secara

proposisional dan (b) dalam bentuk diskusi teoritis yang memanfaatkan kategori

konseptual dan kawasannya”.38

Penelitian ini menggunakan teori efektivitas komunikasi. Hakikat komunikasi

adalah understanding (memahami) tak mungkin seseorang melakukan kegiatan

tertentu tanpa terlebih dahulu mengerti apa yang akan dilakukannya itu. Komunikasi

yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss, paling tidak menimbulkan 5

hal, yaitu ;

1. “Pengertian : Penerimaan yang cermat dari isi pesan sesuai yang dimaksud
oleh komunikator. Maka disini yang dibutuhkan adalah kondisi psikologi
komunikasi.
2. Kesenangan : tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan
informasi dan membentuk pengertian, tetapi juga komunikasi hanya
berinteraksi saja. Tidak memiliki suatu tujuan, hanya untuk membuat
senang, maka disini di perlukan sistem komunikasi interpersonal.
3. Pengaruh pada sikap ; komunikasi dilakukan untuk mempengaruhi orang
lain. Proses komunikasi mempengaruhi sikap, tindakan dan pendapat
orang lain dengan menggunakan manipulasi psikologis. Dengan demikian
komunikan bertindak sesuai kehendak sendiri.

38
Ibid, hal. 36.
34

4. Hubungan yang makin baik ; Komunikasi di tujukan untuk menimbulkan


hubungan sosial yang makin baik. Karena pada dasarnya manusia adalah ;
a. Sebagai makhluk sosial, maka dibutuhkan berinteraksi dan
bergabung dengan orang lain.
b. Manusia perlu mengendalikan dan di kendalikan.
c. Manusia perlu mencintai dan di cintai.
Semua kebutuhan ini dapat dipenuhi dengan komunikasi
interpersonal yang efektif.
5. Tindakan : Komunikasi persuavive di tujukan untuk melahirkan
tindakan yang dikehendaki. Efektifitas komunikasi diukur dari
tindakan nyata yang di lakukan oleh komunikan”39.

Sebuah komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan

yang diterima oleh komunikan. Dengan perkataan lain, komunikasi adalah proses

membuat sebuah pesan setala (tuned) bagi komunikator dan komunikan. Pertama-

tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan kepada

komunikan. Kemudian menjadi giliran komunikan mengawa-sandi (de-code) pesan

dari komunikator itu. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran

dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertiannya.dalam proses itu

komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder) dan komunikan berfungsi sebagai

pengawa-sandi (decoder).

Wilbur Schramm, dalam bukunya “Communication Research in United

States”, menyatakan bahwa ”komunikasi akan berhasil apabila pesan yang

disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame reference),

yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings)

yang pernah diperoleh komunikan”.40

Bidang pengalaman (field experience) merupakan faktor yang penting dalam

komunikasi. Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman

39
Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya, 1993, hal. 13
40
Ibid, hal. 13
35

komunikan, maka komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila pengalaman

komunikan tidak sama dengan pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran

untuk mengerti atau mencapai suatu pemahaman yang sama satu sama lain.

Berikut gambar mengenai unsur-unsur yang mempengaruhi pemahaman :

Field of Experience Field of Experience

Sender Encoder Signal Decoder Receiver

Sumber : Rakhmat, 1993 :13)

Untuk itu agar suatu komunikasi menjadi efektif maka proses penyandian

oleh komunikator harus bertautan dengan proses pengawasandian oleh komunikan.

Memang bidang pengalaman (field experience) sangat mempengaruhi dalam

melakukan komunikasi. Namun bukan berarti suatu komunikasi akan gagal apabila

tidak ada kesamaan antara field experience komunikator dengan field experience

komunikan. Karena di dalam teori komunikasi dikenal istilah empathy, yang berarti

kemampuan memproyeksikan diri kepada peranan orang lain. Maksudnya adalah

dimana seorang komunikator berusaha untuk memposisikan dirinya seolah-olah

memiliki kedudukan yang sama dengan komunikan, walaupun memiliki perbedaan

dalam kedudukan, jenis pekerjaan, agama, suku, bangsa, tingkat pendidikan,

ideology, dll.

Teori komunikasi yang digunakan adalah apa yang digagaskan oleh Wilber

Schramm dalam karyanya “How Communication Works“ dalam buku “Komunikasi

dan Modernisasi“ bahwa “komunikasi hakekatnya adalah membuat si penerima dan


36

si pemberi pesan sama-sama “setela“ (tuned) untuk semua message (pesan).“41

Setelah (tuned) yang dimaksud adalah adanya kesamaan kerangka acuan (frame of

refrence) dan bidang pengalaman (field of experience) antara komunikator dengan

komunikan terhadap suatu pesan.

Wilber Schramm mengetengahkan apa yang ia namakan “the condition of

success in communication“ yang diringkas oleh Onong Uchjana Effendy dalam

Dinamika Komunikasi sebagai berikut :

1. “Pesan harus dirancang & disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat


menarik perhatian sasaran yang dimaksud
2. Pesan harus menggunakan tanda-tanda yang tertuju kepada pengalaman
yang sama antar komunikator dan komunikan sehingga sama-sama dapat
dimengerti
3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi pihak komunikan dan
menyarankan beberapa cara untuk mengolah kebutuhan itu
4. Pesan harus menyarankan suatu cara untuk memperoleh kebutuhan tadi
yang layak bagi situasi kebutuhan tempat komunikan berada pada saat ia
digerakan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki.“42

Komunikasi merupakan suatu proses kegiatan dari komunikator kepada

komunikan, dimana isi pesan yang disampaikan adalah lambang-lambang yang

mengandung arti. Agar komunikasi ini memperoleh pemahaman masyarakat

diperlukan adanya strategi yang tepat bagaimana cara menyampaikan pesan,

sehingga menimbulkan kebutuhan.

41
Ibid, hal. 28
42
Ibid, hal 32
37

Bagan Kerangka Pemikiran

Dalam Permasalahan :
kegiatannya PR
perusahaan Bagaimana strategi Public Relations Trans 7
memerlukan dalam membangun image Program Bukan
strategi guna Empat Mata ?
melancarkan
kegiatannya.
Dengan strategi
PR dapat
menyusun dan
merencanakan Metode Penelitian :
kegiatan dengan - Desriptif kualitatif
tepat sasaran. Teori
- Efektifitas Komunikasi
- Strategi Humas (strategi operasional, pendekatan
persuasive dan edukatif, pendekatan
tanggungjawab sosial humas, pendekatan
kerjasama dan pendekatan koordinatif dan
integratif
Instrumen :
- Wawancara dan Observasi

Hasil Peneltiain :
Melalui pendekatan strategi Humas Public Relations
Trans 7 dapat membangun image program Bukan
Empat Mata.
38

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma Penelitian

Menurut Bogdan dan Biklen yang dikutip oleh Lexy J. Moleong pengertian

paradigma adalah “Kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama,

konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian”.43

Sedangkan menurut Thomas Khun “paradigma sebagai seperangkat keyakinan

mendasar yang memandu tindakan, baik tindakan keseharian maupun dalam

penyelidikan ilmiah.44

Secara umum paradigma dapat diartikan “sebagai seperangkat kepercayaan

atau keyakinan dasar yang menuntun seseorang dalam bertindak dalam kehidupan

sehari-hari”.45

Terdapat empat paradigma ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh para

ilmuwan. Empat paradigma ilmu tersebut adalah “positivisme, post-positivisme,

critical theory dan constructivism. Keempatnya dimaksudkan untuk menemukan

hakikat realitas atau ilmu pengetahuan yang berkembang”46.

Perbedaan dari keempat paradigma tersebut dapat dilihat dari cara pandang

masing-masing terhadap realitas yang digunakan dan cara yang ditempuh untuk

melakukan pengembangan penemuan ilmu pengetahuan, khususnya pada tiga aspek

yang ada di dalamnya yaitu aspek antologis, epistemologis, dan metodologis.

43
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2001, hal. 30.
44
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2006, hal. 63
45
Ibid.
46
Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Sosial, Tiara Wacana, Yogyakarta, 2006, hal. 68

38
39

1. Positivisme

Positivisme merupakan paradigma yang muncul paling awal dalam

dunia ilmu pengetahuan. Keyakinan dasar aliran ini berakar pada paham

antologi realisme yang menyatakan bahwa realitas berada dalam kenyataan

dan berjalan sesuai dengan hokum alam. Penelitian berupaya mengungkap

kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana realitas tersebut senyatanya

berjalan.

2. Post-Positivisme

Kemunculan paradigma ini adalah keinginan untuk memperbaiki

kelemahan-kelemahan positivisme yang memang hanya mengandalkan

kemampuan pengamatan langsung atas obyek yang diteliti. Cara pandang

aliran ini bersifat critical realism. Aliran ini juga melihat realitas sebagai hal

yang memang ada dalam kenyataan sesuai dengan hokum alam, namun

menurut aliran ini adalah mustahil bagi manusia untuk melihat realitas secara

benar. Oleh karena itu, secara metodologis pendekatan eksperimental melalui

observasi dipandang tidak mencukupi, tetapi harus dilengkapi dengan metode

triangulasi yaitu penggunaan beragam metode, sumber data, periset dan teori.

3. Teori Kritis

Aliran ini sebenarnya tidak dapat dikatakan sebagai suatu paradigma,

akan tetapi lebih tepat disebut ideologically oriented inquiry, yaitu suatu

wacana atas realitas dengan muatan orientasi ideology tertentu yakni meliputi

neo-Marxisme, materialisme, feminisme, freireisme, participatory inquiry

dan paham-paham yang setara.


40

Secara ontologis cara pandang aliran ini sama dengan pandangan

post-positivisme, khususnya dalam menilai objek atau realitas kritis (critical

realism), yang tidak dapat dilihat secara benar oleh pengamatan manusia.

4. Konstruktivisme

Paradigma ini hampir merupakan antitesis terhadap paham yang

menempatkan pentingnya pengamatan dan objektivitas dalam menemukan

suatu realitas atas ilmu pengetahuan. Secara tegas paham ini menyatakan

bahwa positivisme dan post positivisme keliru dalam mengungkap realitas

dunia, dan harus ditinggalkan dan digantikan oleh paham yang bersifat

konstruktif.

Secara ontologis, aliran ini menyatakan bahwa realitas itu ada dalam

beragam bentuk konstruksi mental yang didasarkan pada pengalaman social,

bersifat local dan spesifik, serta tergantung pada pihak yang melakukannya.

Karena itu, realitas yang diamati oleh seseorang tidak bias digeneralisasikan

kepada semua orang sebagaimana yang biasa dilakukan di kalangan positivis

atau post positivis. Atas dasar filosofis ini, aliran ini menyatakan bahwa

hubungan epistemologis antara pengamat dan objek merupakan satu

kesatuan, subjektif dan merupakan hasil perpaduan interaksi di antara

keduanya.

Secara metodologis, aliran ini menerapkan metode hermeneutika dan

dialektika dalam proses mencapai kebenaran. Metode pertama dilakukan

melalui identifikasi kebanaran atau konstruksi pendapat orang per orang,

sedangkan metode kedua mencoba untuk membandingkan dan menyilangkan


41

pendapat orang per orang yang diperoleh melalui metode pertama, untuk

memperoleh suatu consensus kebenaran yang disepakati bersama. Dengan

demikian hasil akhir dari suatu kebenaran merupakan perpaduan pendapat

yang bersifat relative, subjektif dan spesifik mengenai hal-hal tertentu.

Dari keempat paradigma tersebut maka dalam penelitian ini

menggunakan paradigma konstruktivisme yang menempatkan pentingnya

pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atas permasalahan

yang ternah dialami Trans 7.

Penulis menganggap Public Relations Trans 7 dalam membangun

hubungan baik dengan KPI akan memperoleh hasil yang diharapkan apabila

menerapkan strategi Humas dan memahami publik sasaran. Seperti misalnya

memahami karakteristik masyarakat, merancang pesan yang mendidik,

pendekatan persuasive.

3.2 Fenomenologi

Peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa

dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi tertentu.

Sosiologi fenomenologis pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh filsuf Edmund

Husseri dan Alfred Schultz. Pengaruh lainnya beradal dari Weber yang member

tekanan pada verstehen, yaitu pengertian interpretative terhadap pemahaman

manusia.47

Fenomenologi tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi

orang-orang yang sedang diteliti oleh mereka. Inkuiri fenomenologis memulai

47
Lexy J. Moleong, Opcit, hal. 9.
42

dengan diam. Dian merupakan tindakan untuk menangkap pengertian sesuatu yang

sedang diteliti.48

Dari pengertian di atas maka kaitannya dengan penelitian ini, peneliti belum

mengetahui usaha yang dilakukan Public Relations Trans 7. Peneliti berusaha

mencari dan menggali lebih dalam bagaimana usaha yang dilakukan Public Relations

Trans 7 melalui wawancara terbuka dan data-data yang diperoleh. Data tersebut

dipelajari dan dianalisis sehingga peneliti mendapatkan informasi yang jelas tentang

fenomena yang terjadi.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Menurut Bodgan dan

Taylor mendefinisikan :

“Metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penulisan yang


menghasilkan data desrkiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-
orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini
diarahkan pada latar belakang dan individu secara holistic (utuh). Jadi, dalam
hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel
atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bahan dari suatu
keutuhan.49

Penelitian kualitatif memiliki sejumlah ciri yang membedakannya dengan jenis

penelitian lainnya, yakni membangun realitas makna sosial budaya, meneliti interaksi

peristiwa dan proses, melibatkan variabel-variabel yang kompleks dan sulit diukur,

memiliki keterkaitan erat dengan konteks,, dan melibatkan peneliti secara utuh.50

48
Ibid.
49
Ibid, hal. 3
50
Prasetya Irawan. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantiatif Untuk Ilmu Sosial. Jakarta. Departemen
Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia. hal. 6-7.
43

Dengan penelitian secara kualitatif ini dimaksud untuk mengungkapkan

sejelas-jelasnya dan seobyektif mungkin melalui pengumpulan data yang diperoleh

dari Trans 7 untuk mengetahui strategi humas dalam membantun image program

Bukan Empat Mata kepada masyarakat khususnya pihak KPI.

3.4 Sifat Penelitian

Penelitian ini akan menggunakan penelitian deskriptif. Menurut Jallaludin

Rakhmat, penelitian deskriptif adalah melukiskan variable demi variable, satu demi

satu dan mengumpulkan data secara univariant. Peneliti memakai tipe deskriptif ini

untuk mengumpulkan informasi-informasi yang factual dan akurat yang terjadi di

dalam pokok permasalahan yang diteliti.51

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan

gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-

sifat popular atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu

mencari atau menerangkan saling hubungan dan menguji hipotesis.52

Penelitian deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan informasi aktual secara

rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa

kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi,

menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama

dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada

waktu yang akan datang. Penelitian deskriptif timbul karena suatu peristiwa yang

51
Jalaludin Rakhmat. 2005. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. hal.
25-26.
52
Nurul Zurian. 2006. Metodologi Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi. Jakarta. Bumi Aksara. hal.
47.
44

menarik perhatian peneliti, tetapi belum ada kerangka teoritis untuk menjelaskannya.

Jadi, penelitian deskriptif bukan saja menjabarkan (analitis), tetapi juga memadukan

(sintesis). Bukan saja melakukan klasifikasi, tetapi juga menorganisir data/temuan.53

Sifat deskriptif dari penelitian ini karena peneliti ingin menjabarkan data

temuan yang diperoleh dari Trans 7 untuk dibaurkan dengan teori yang digunakan

dalam penelitian.

3.5 Informan dan Metode Pemilihan Informan

“Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi


tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Jadi, informan harus mempunyai
banyak pengalaman tentang latar penelitian. Ia berkewajiban secara sukarela
menjadi anggota tim penelitian walaupun hanya bersifat informal. Sebagai
anggota tim dengan kebaikannya dan dengan kesuka-relaannya ia dapat
memberikan pandangan dari segi orang-orang dalam, informal. Sebagai
anggota tim dengan kebaikannya dan dengan kesuka-relaannya ia dapat
memberikan pandangan dari orang-orang dalam tentang nilai-nilai, sikap,
bangunan, proses, dan kebudayaan yang menjadi latar penelitian setempat”.54

Dalam penelitian ini, informan yang dipilih adalah Marketing Public Relations

Departement Head Trans7, Anggota KPI Pusat bidang Isi Siaran dan 2 penonton

Program Acara Bukan Empat Mata.

3.6 Profil Informan

Dalam penelitian ini informan yang dipilih adalah sebagai berikut.

1. Nama : Anita Wulandari

Jabatan : Marketing Public Relations Departement Head Trans7

53
Jalaludin Rakhmat. Op.Cit. hal. 25-26.
54
Lexy J. Moleong. Op.Cit. hal. 79.
45

2. Nama : Nina Mutmainnah

Jabatan : Anggota KPI Pusat bidang Isi Siaran

3. Nama : Toriq Akbar

Jabatan : Penonton

Toriq Akbar salah seorang karyawan dari perusahaan

swasta. Bagi Toriq Akbar Program Acara Bukan Empat

Mata memiliki arti penting untuk memperoleh hiburan

setelah seharian bekerja. Bukan Empat Mata selalu

menjadi tontonan dan selalu ditunggu.

4. Nama : Fransisca

Jabatan : Penonton

Fransisca salah seorang mahasiswa perguruan tinggi di

Jakarta. Bagi Fransisca program acara Bukan Empat Mata

sebagai program acara yang memberikan hiburan dan

memperluas wawasan. Sehingga setiap tayang Bukan

Empat Mata Fransisca selalu menyempatkan diri untuk

menonton.

3.7 Metode Pengumpulan Data

3.7.1 Wawancara

”Dalam penelitian kualitatif dengan menggunakan wawancara mendalam

selalu terkait dengan narasumber penelitian, atau dalam penelitian kualitatif disebut
46

dengan informan”.55 Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yang

dikumpulkan adalah ”data primer yang berupa data teks hasil wawancara dari

informan yang sedang dijadikan sample dalam penelitiannya. Data dapat direkam

atau dicatat oleh peneliti”. 56

Salah satu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dengan

wawancara. ”Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang

harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden

yang lebih mendalam”. 57

Menurut Naxir : ”Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk


tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara
pewawancara dengan informan, dengan menggunakan alat yang dinamakan
interview guide (panduan wawancara). Wawancara adalah proses percakapan
yang berbentuk tanya jawab dengan tatap muka. Selain itu, wawancara adalah
suatu proses pengumpulan data untuk suatu penelitian”. 58

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

wawancara, dimana peneliti melakukan wawancara terhadap informan yang sudah

ditentukan. Metode ini dimaksudkan agar data yang diperoleh peneliti dapat

mendetail dengan petanyaan yang diajukan oleh peneliti.

3.7.2 Observasi

Beberapa informasi yang diperolah dari hasil observasi adalah ruang (tempat),

pelaku, kegiatan, obyek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan.

55
Deddy Mulyana & Solatu. 2007. Metode Komunikasi : Contoh-contoh Penelitian Kualitatif dengan
Pendekatan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. hal. 6.
56
Sarwono Jonanthan. 2002. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu,
hal. 79.
57
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. Alfabeta. Hal. 72.
58
Muhamad Nazir. 1999. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. hal. 234.
47

Alasan peneliti melakukan observasi adalah ”untuk menyajikan gambaran realistic

perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti

perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek

tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut”.59

Bentuk observasi yang digunakan dalam penelitin ini, yaitu observasi tidak

terstruktur. ”Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa

menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus

mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengati suatu obyek”. 60

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

wawancara, dimana peneliti melakukan wawancara terhadap informan yang sudah

ditentukan. Metode ini dimaksudkan agar data yang diperoleh peneliti dapat

mendetail dengan petanyaan yang diajukan oleh peneliti. Observasi dilakukan pada

awal penelitian dimaksudkan untuk mendapatkan data yang mendasar di dalam

kepentingan penelitian ini.

3.8 Informasi Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland (1984 : 47) sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan

seperti dokumen dan lain-lain. Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis datanya

dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan statistic.

Informasi atau data yang diperoleh dari wawancara sering bias. Bias adalah
menyimpang dari yang seharusnya, sehingga dapat dinyatakan data tersebut
subyektif dan tidak akurat. Kebiasan data ini akan tergantung pada

59
Burhan Bungin. 2007. Peneltian Kualitatif. Prenada Media Group : Jakarta. Hal. 115
60
Ibid. Hal. 115.
48

pewawancara (interviewer), yang diwawancarai (interview), situasi dan


kondisi pada saat wawancara. Pewawancara yang tidak dalam posisi netral,
misalnya ada maksud tertentu. Informan akan memberikan data yang biasa
bila informan tersebut tidak menangkap dengan jelas apa yang ditanyakan
pewawancara. Selanjutnya situasi dan kondisi sangat mempengaruhi proses
wawancara, yang pada akhirnya juga akan mempengaruhi validitas data.61

Selain menggunakan data primer, penelitian ini juga mengumpulkan data

skunder. Data skunder adalah ”berupa data-data yang sudah tersedia atau dapat

diperoleh oleh peneliti dengan cara membaca, melihat atau mendengarkan data ini

yang berasal dari data primer, yang sudah diolah oleh peneliti sebelumnya, termasuk

dalam kategori teks, gambar, dokumen, foto dan lain-lain”.62 Adapun data skunder

yang digunakan dalam penelitian ini seperti data tertulis di tempat penelitian atau

data-data yang diperoleh dari internet.

3.9 Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini menggunakan analisis data menurut Patton yaitu, proses

mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan

satuan uraian dasar. Ia membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti

yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari

hubungan diantara dimensi-dimensi uraian. Sedangkan Bogdan dan Taylor

mendefinisikan ”analisis data sebagai proses yang merinci usaha formal untuk

menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan oleh

data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan hipotesis kerja

itu”.63

61
Sugiyono. Op.Cit. hal. 75.
62
Ibid.
63
Lexy J. Moleong. Op.Cit. hal. 112.
49

”Analisis data dilakukan dengan mengorganisasikan data, menjabarkannya ke

dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang

penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan yang dapat diceritakan

kepada orang lain”. 64

Analisis data pada penelitian ini adalah dengan melakukan teknik deskriptif

dengan model interaktif, ”dimulai dengan pengumpulan data (primer dan sekunder)

reduksi data, penyajian data menggunakan Axial Coding (kategori dan coding),

kesimpulan dan verifikasi data narasumber maupun company profile, struktur

organisasi, table, dan grafik data”.65

Dalam menganalisis data, yang peneliti lakukan adalah mengorganisir

informasi/data yang diperoleh, kemudian membaca keseluruhan informasi/data

tersebut, membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya. Peneliti

menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori, selanjutnya

peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dengan

megelaborasikan dengan fungsi Public Relations, dan menyajikan secara naratif.

3.10 Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini melalui triangulasi yaitu :

“Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan pengecekan


sumber lain untuk pembanding, yaitu penggunaan sumber, metode, penyidik
dan teori dalam penelitian secara kualitatif. Teknik triangulasi adalah sebagai
upaya untuk menghilangkan perbedaan-perbedaan konstruksi kenyataan yang
ada dalam konteks pengumpulan data tentang berbagai kejadian dan
hubungan dari berbagai pandangan”.66

64
Sugiyono. Op.Cit. hal. 88
65
W. Lawrence Neuman. 1997. Social Research Methods Qualitative and Quantitive Approaches,
Third Edition. Hal. 427.
66
Prasetya Irawan. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantiatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Departeman
Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Indonesia. hal. 232.
50

Dalam penelitian keabsahan (trustworthiness) riset kualitatif biasanya data

diperlukan dalam teknik pemeriksaan. Pelaksanaan pemeriksaan didasarkan atas

empat kriteria, yaitu sebagai berikut : 67

1. Derajat kepercayaan (credibility)


Pada dasarnya penerapan kriteria derajat kepercayaan (kredibilitas)
berfungsi untuk menggantikan konsep validitas internal dari nonkualitatif.
Kriteria ini memiliki dua fungsi : pertama, melaksanakan inkuiri sehingga
tingkat kepercayaan akan tercapai; kedua, memperlihatkan derajat
kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian peneliti yang
pada kenyataannya terdapat ganda sedang diteliti.
2. Keteralihan (transferability)
Kriteria keteralihan berbeda dengan validitas ekternal dari nonkualitatif.
Konsep validitas tersebut menyatakan bahwa generalisasi suatu penemuan
dapat berlaku atau diterapkan pada semua konteks dalam populasi yang
sama atas dasar yang diperoleh pada sampel secara representatif.
3. Ketergantungan (dependability)
Kriteria ketergantungan merupakan substitusi istilah reliabilitas dalam
penelitian yang non kualitatif. Pada cara nonkualitaif, reliabilitas
ditunjukkan dengan jalan mengadakan replikasi studi. Jika dua atau lebih
diadakan pengulangan suatu studi dalam kondisi yang sama dan hasilnya
secara esensial sama, dapat dikatakan reliabilitasnya tercapai.
4. Kepastian (confirmability)
Kriteria kepastian brasal dari konsep objektivitas menurut nonkualitatif
yang menetapkan objektivitas dari segi kesepakatan antarsubjek. Dalam hal
ini kepastian bahwa sesuatu objektif atau tidak tergantung pada persetujuan
beberapa orang terhadap pandangan, pendapat, dan penemuannya. Dapat
dikatakan bahwa pengalaman seseorang secara subjektif jika disepakati
oleh beberapa orang atau banyak orang, dapat dikatakan objektif.

3.11 Keterbatasan Penelitian

Ada sejumlah kelemahan ataupun keterbatasan yang dijumpai peneliti dalam

melakukan penelitian ini.

1. Kelemahan yang berkaitan dengan data yang digunakan, kemungkinan,

tereduksi pada saat diuraikan dalam penelitian ini atau terjadi jawaban yang

bias. Hal ini disebabkan sulitnya memperoleh data secara lengkap karena

67
Ibid, hal. 232-133
51

masalah teknis, maupun wawancara langsung kepada pihak yang terkait

langsung dalam program, sehingga penulis hanya dapat wawancara,

kemungkinan ada data yang terlewatkan, atau ketika ditanyakan kepada

nara sumber bisa saja penulis mendapatkan jawaban yang berbeda-beda

ataupun bias.

2. Kelemahan yang berkaitan dengan perilaku subjek penelitian yang

kemungkinan, kurang teramati dan kurang lengkap dijelaskan dalam

penulisan penelitian ini.

3. Kelemahan yang berkaitan dengan waktu penelitian selama 4 (empat) bulan

(Oktober 2013 s/d Januari 2014), tidak sepenuhnya peneliti dapat

memanfaatkan secara optimal sebagaimana progres yang telah dibuat.


52

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Obyek Penelitian

4.1.1 Program Acara Bukan Empat Mata

Bukan Empat Mata yang dulu bernama Empat Mata termasuk dalam

acara yang memiliki reputasi cukup buruk (versi KPI) karena sering mendapat

teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Teguran pertama diberikan

karena acara ini menampilkan adegan Sumanto pemakan manusia (2007).

Pada tahun 2008 Empat Mata dilarang tayang oleh KPI karena

menyuguhkan adegan makan katak hidup-hidup. Tapi kemudian Pihak Trans7

mengakali vonis tersebut dengan mengubah nama program tersebut menjadi

Bukan Empat Mata dan tetap menayangkannya. KPI tidak bereaksi terhadap

tindakan Trans7 tersebut akan tetapi, acara ini dihimbau agar tidak

membicarakan hal-hal yang vulgar, mesum, dan berbau seks.

Pada Tahun 2009, KPI memberikan teguran pertama pada acara BEM

(Bukan Empat Mata), karena tamu Tukul pada saat itu adalah Kangen Band,

tidak sengaja menyebut nama alat kelamin karena latah saat menjatuhkan sesuatu

dan pada Bulan Desember 2009, acara ini kembali ditegur karena Tukul

mencolek Bella Saphira dengan sengaja.

Untuk kesekian kalinya, tepatnya pada bulan Juni Tahun 2010, Bukan

Empat Mata kembali menerima teguran dari KPI karena Atika (tamu Tukul)

membaca Basmalah saat akan minum wine yang merupakan minuman haram di

52
53

dalam Islam. Selain itu acara ini mendapat sorotan karena menghina pria tua

berusia 140 tahun yang terdeteksi petugas sensus penduduk tahun 2010 yang

berasal dari kota Sukabumi, Jawa Barat.

Pada bulan Mei Tahun 2012, Bukan Empat Mata menerima sanksi dari

KPI berupa pengurangan durasi yang menyebabkan program tersebut hanya

dapat disiarkan selama satu jam setiap harinya selama tiga hari berturut-turut,

karena terdapat penayangan adegan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia

Raya yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dalam acara ditayangakan beberapa narasumber bernyanyi sambil duduk dan

tertawa-tawa disertai dengan celetukan-celetukan tertentu. Penonton

menyanyikannya dengan duduk dan bertepuk tangan. Selain itu, sebelum lagu

selesai, host memotong lagu tersebut.

Pada bulan Agustus Tahun 2012, Bukan Empat Mata menerima

Peringatan Tertulis dari KPI, karena menayangkan adegan saat salah satu host

wanita, Marcella Lumowa, menyampaikan cerita berjudul "Doa Seorang Wanita

Bernama Susi", yang berpotensial menimbulkan dampak negatif karena

melibatkan keberadaan Tuhan dalam lawakan.

Berikut kutipan tentang “Doa Seorang Wanita” :

Diceritakan, Susi berdoa kepada Tuhan agar diberikan suami yang setia,
penuh pengertian, dan tampan. Kemudian datanglah sosok Reynaldi yang
ingin menikahinya. Wanita tersebut kembali teringat akan doanya dan dia
mengeluh kepada Tuhan mengapa lelaki yang datang tidak sesuai dengan
keinginannya.
Cerita selanjutnya, Tuhan menjawab tiga harapan Susi dalam doanya.
Tentang harapan untuk mendapatkan suami setia, Tuhan berkata, “Coba
kamu pikirkan, siapa yang mau sama dia? Nggak ada yang mau sama dia.
Ngelirik aja nggak mau… Pasti dia setia.” Tentang harapan untuk
mendapatkan suami yang penuh pengertian, Tuhan berkata, “Suamimu ini
54

sangat mengerti kamu… Dia bisa menjadi suami dan ayah yang baik,
multifungsi bahkan suamimu itu… Dia bisa jadi kain pel kalau
dibutuhkan dan yang pasti jadi vacuum cleaner kalau diinginkan”.
Tentang harapan untuk mendapatkan suami yang tampan, Tuhan
kemudian mengajak Susi melihat sawah dan Ia berkata, “Kalau kau lihat
calon suamimu, dia lebih tampan daripada orang-orangan sawah di luar
sana.”68

4.1.2 KPI

Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) adalah sebuah lembaga

independen di Indonesia yang kedudukannya setingkat dengan lembaga

negara lainnya yang berfungsi sebagai regulator penyelenggaraan penyiaran

di Indonesia. Komisi ini berdiri sejak tahun 2002 berdasarkan Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2002 Tentang Penyiaran. KPI

terdiri atas Lembaga Komisi Penyiaran Indonesia Pusat (KPI Pusat) dan

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) yang bekerja di wilayah

setingkat Provinsi. Wewenang dan lingkup tugas Komisi Penyiaran meliputi

pengaturan penyiaran yang diselenggarakan oleh Lembaga Penyiaran Publik,

Lembaga Penyiaran Swasta, dan Lembaga Penyiaran Komunitas.

Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 merupakan dasar

utama bagi pembentukan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI). Semangatnya

adalah pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus

dikelola oleh sebuah badan independen yang bebas dari campur tangan

pemodal maupun kepentingan kekuasaan.

68
http://imb.mytrans.com/read/2009/06/10/185351/1145738/231/trans7-rayu-kpi-tidak-hentikan-
bukan-empat-mata Rabu, 10/06/2009 18:54 WIB
55

Berbeda dengan semangat dalam Undang-undang penyiaran

sebelumnya, yaitu Undang-undang No. 24 Tahun 1997 pasal 7 yang berbunyi

"Penyiaran dikuasai oleh negara yang pembinaan dan pengendaliannya

dilakukan oleh pemerintah", menunjukkan bahwa penyiaran pada masa itu

merupakan bagian dari instrumen kekuasaan yang digunakan untuk semata-

mata bagi kepentingan pemerintah.

Proses demokratisasi di Indonesia menempatkan publik sebagai

pemilik dan pengendali utama ranah penyiaran. Karena frekuensi adalah

milik publik dan sifatnya terbatas, maka penggunaannya harus sebesar-

besarnya bagi kepentingan publik. Sebesar-besarnya bagi kepentingan publik

artinya adalah media penyiaran harus menjalankan fungsi pelayanan

informasi publik yang sehat. Informasi terdiri dari bermacam-macam bentuk,

mulai dari berita, hiburan, ilmu pengetahuan, dll. Dasar dari fungsi pelayanan

informasi yang sehat adalah seperti yang tertuang dalam Undang-undang

Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 yaitu Diversity of Content (prinsip

keberagaman isi) dan Diversity of Ownership (prinsip keberagaman

kepemilikan).

Kedua prinsip tersebut menjadi landasan bagi setiap kebijakan yang

dirumuskan oleh KPI. Pelayanan informasi yang sehat berdasarkan prinsip

keberagaman isi adalah tersedianya informasi yang beragam bagi publik baik

berdasarkan jenis program maupun isi program. Sedangkan prinsip

keberagaman kepemilikan adalah jaminan bahwa kepemilikan media massa

yang ada di Indonesia tidak terpusat dan dimonopoli oleh segelintir orang
56

atau lembaga saja. Prinsip ini juga menjamin iklim persaingan yang sehat

antara pengelola media massa dalam dunia penyiaran di Indonesia.

Apabila ditelaah secara mendalam, Undang-undang no. 32 Tahun

2002 tentang Penyiaran lahir dengan dua semangat utama, pertama

pengelolaan sistem penyiaran harus bebas dari berbagai kepentingan karena

penyiaran merupakan ranah publik dan digunakan sebesar-besarnya untuk

kepentingan publik. Kedua adalah semangat untuk menguatkan entitas lokal

dalam semangat otonomi daerah dengan pemberlakuan sistem siaran

berjaringan.

Maka sejak disahkannya Undang-undang no. 32 Tahun 2002 terjadi

perubahan fundamental dalam pengelolaan sistem penyiaran di Indonesia,

dimana pada intinya adalah semangat untuk melindungi hak masyarakat

secara lebih merata. Perubahan paling mendasar dalam semangat UU ini

adalah adanya limited transfer of authority dari pengelolaan penyiaran yang

selama ini merupakan hak ekslusif pemerintah kepada sebuah badan pengatur

independen (independent regulatory body) bernama Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI). Independen yang dimaksudkan adalah untuk mempertegas

bahwa pengelolaan sistem penyiaran yang merupakan ranah publik harus

dikelola oleh sebuah badan yang bebas dari intervensi modal maupun

kepentingan kekuasaan. Belajar dari masa lalu dimana pengelolaan sistem

penyiaran masih berada ditangan pemerintah (pada masa rezim orde baru),

sistem penyiaran sebagai alat strategis tidak luput dari kooptasi negara yang

dominan dan digunakan untuk melanggengkan kepentingan kekuasaan.


57

Sistem penyiaran pada waktu itu tidak hanya digunakan untuk mendukung

hegemoni rezim terhadap publik dalam penguasaan wacana strategis, tapi

juga digunakan untuk mengambil keuntungan dalam kolaborasi antara

segelintir elit penguasa dan pengusaha.

Terjemahan semangat yang kedua dalam pelaksanaan sistem siaran

berjaringan adalah, setiap lembaga penyiaran yang ingin menyelenggarakan

siarannya di suatu daerah harus memiliki stasiun lokal atau berjaringan

dengan lembaga penyiaran lokal yang ada didaerah tersebut. Hal ini untuk

menjamin tidak terjadinya sentralisasi dan monopoli informasi seperti yang

terjadi sekarang. Selain itu, pemberlakuan sistem siaran berjaringan juga

dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan ekonomi daerah dan menjamin

hak sosial-budaya masyarakat lokal. Selama ini sentralisasi lembaga

penyiaran berakibat pada diabaikannya hak sosial-budaya masyarakat lokal

dan minoritas. Padahal masyarakat lokal juga berhak untuk memperolah

informasi yang sesuai dengan kebutuhan polik, sosial dan budayanya.

Disamping itu keberadaan lembaga penyiaran sentralistis yang telah mapan

dan berskala nasional semakin menghimpit keberadaan lembaga-lembaga

penyiaran lokal untuk dapat mengembangkan potensinya secara lebih

maksimal.

Berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002, Komisi

Penyiaran Indonesia terdiri atas KPI Pusat dan KPI Daerah (tingkat provinsi).

Anggota KPI Pusat (9 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

RI dan KPI Daerah (7 orang) dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
58

(DPRD) tingkat propinsi. Dan selanjutnya, anggaran untuk program kerja KPI

Pusat dibiayai oleh APBN (Anggaran Pendapatan Belanja Negara) dan KPI

Daerah dibiayai oleh APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) masing-

masing provinsi.

Dalam pelaksanaan tugasnya, KPI dibantu oleh sekretariat tingkat

eselon II yang stafnya terdiri dari staf pegawai negeri sipil (PNS) serta staf

profesional non PNS. KPI merupakan wujud peran serta masyarakat

berfungsi mewadahi aspirasi serta mewakili kepentingan masyarakat akan

penyiaran harus mengembangkan program-program kerja hingga akhir kerja

dengan selalu memperhatikan tujuan yang diamanatkan Undang-undang

Nomor 32 tahun 2002 Pasal 3: Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan

untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa

yang beriman dan bertaqwa, mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan

kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,

demokratis, adil, dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran

Indonesia.

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian

Hasil penelitian diperoleh dari wawancara yang dilakukan kepada Anita

Wulandari menjabat sebagai Marketing Public Relations Departement Head

Trans 7 dan M. Ridwan Pangkapi menjabat Ketua Komisi Penyiaran Indonesia

(KPI) serta penonton Bukan Empat Mata yang diwakili oleh Toriq Akbar dan

Fransisca. Wawancara dilakukan untuk mengetahui secara mendalam strategi


59

Public Relations Trans 7 dalam dalam membangun image Program Bukan

Empat Mata. Sebagaimana diketahui program acara Bukan Empat Mata ini

sepanjang perjalannya diwarnai dengan berbagai masalah dengan KPI. Beberapa

kali memperoleh teguran, dan peringatan sampai penghentian tayang sementara.

Sebagai salah satu program acara yang fenomenal, menarik kiranya

mengetahui terlebih dahulu latar belakang dibuatnya program acara Bukan

Empat Mata yang sebelumnya bernama Empat Mata ini. Berikut kutipan hasil

wawancara dengan Anita Wulandari Marketing Public Relations Departement

Head Trans 7.

Bukan Empat Mata yang sebelumnya bernama (Empat Mata) yang


dipandu oleh Tukul Arwana tak lepas dari jasa empat orang yang
bernama Andi Chairil, Agung Suripto, Mardhatillah, dan seorang
manager produksi berkebangsaan Filipina, Mr. Apollo. Mereka yang
mempunyai keinginan, untuk kemudian membuat acara talk show yang
berbeda dari acara serupa yang sudah muncul di televisi.
Sejarah itu dimulai ketika TV7 mengadakan meeting tentang rencana
pembuatan sebuah program baru untuk mengisi program Liga Inggris
yang tengah off penayangannya pada April 2006. Dalam meeting itu,
Andi Chairil (Manajer Produksi TV7) memberikan arahan kepada Agung
Suripto Produser pertama Empat Mata untuk membuat program light talk
show.
Selain untuk mengisi penayangan Liga Inggris yang off, era 2006
memang eranya talk show. Sebut saja, Bincang Bintang (Tika
Pangabean) di RCTI, Lepas Malam (Farhan) di TransTV, dan lain-lain.
Maka tak heran, era talk show itu memacu TV7 untuk membuat program
yang sama.

Sejarah Empat Mata memang terus berkembang. Sejak awal ia muncul,

ia sudah berganti produser sebanyak tiga kali, berganti studio juga sebanyak

lima kali, dan berganti setting juga sebanyak tiga kali. Adapun perkembangan

yang mencolok adalah frekuensi. Bila semula ditayangkan sepekan sekali, kini

Empat Mata stripping Senin Jumat. Kemudian dari sisi pendekatan segmentasi
60

yang awalnya hanya untuk laki-laki, Empat Mata lalu dikombinasikan dengan

sesuatu yang umum sampai sekarang ini sehingga segmentasinya menjadi untuk

keluarga. Dan yang berubah juga adalah look-nya atau desain panggungnya yang

sekarang diupayakan lebih modern.

Para narasumber pun yang awalnya sulit untuk diminta hadir ke studio,

kini lebih mudah. Penonton yang awalnya malah harus dibayar agar hadir ke

studio, kini malah berbondong-bondong mendaftarkan diri. Setiap kali tayang

sekitar 250 pasang mata penonton memenuhi Studio 9 Trans 7 yang berukuran

sekitar 20 x 20 meter itu. Tidak tanggung-tanggung, antrian menonton selalu

sudah terisi sampai dua bulan ke depan. Sebuah perkembangan yang sangat

bagus untuk sebuah tayangan televisi.

Kembali kepada permasalahan dalam skripsi ini, selanjutnya untuk

mengupas dan mengetahui secara mendalam tentang aktivitas Marketing Public

Relations Departement Head Trans 7 dalam menjalin hubungan dengan KPI

penulis berpedoman pada teori strategi humas yang meliputi : strategi

operasional, pendekatan persuasif dan edukatif, pendekatan tanggungjawab

sosial humas, pendekatan kerja sama, pendekatan koordinatif dan integratif.

1. Strategi operasional

Strategi operasional menakankan kepada pihak Humas untuk dapat

mengetahui dan memahami kondisi masyarakat dan lingkungan dimana suatu

program kerja akan dilaksanakan. Dalam hal ini Humas dapat memanfaatkan

berbagai media cetak maupun elektronik sebagai sumber informasi yang

penting. Dengan memanfaatkan berbagai media, Humas Trans 7 dapat


61

memperoleh berbagai informasi tanggapan tentang Program Bukan Empat

Mata dari masyarakat.

Teguran yang disampaikan oleh KPI kepada program acara Bukan

Empat Mata merupakan salah satu bentuk apresiasi dari masyarakat yang

diwakili KPI. Bagi seorang Humas kritik dan saran dari masyarakat bagi

bahan evaluasi dan harus ditanggapi secara rasional dan proporsional.

Sebagaimana tugas Humas perusahaan salah satunya adalah mendengar

masukan dari masyarakat yang berupa teguran KPI tentang program acara

Bukan Empat Mata.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Anita Wulandari Marketing

Public Relations Departement Head Trans 7 :

"Kami ngikutin aja apa keputusan KPI, nggak kecewa, ikhlas saja.
Kami pokoknya nurut saja sama KPI" Kami juga tak ingin
menyalahkan siapa-siapa (para bintang tamu) di acara 'Bukan Empat
Mata'.

Sepengetahuan saya banyak program acara yang menyuguhkan “tanda

kutip” hal serupa bahkan lebih, namun tidak mendapat teguran, bagaimana

pendapat ibu ?

Kami tidak merasa didiskriminasi karena ada sebuah televisi swasta


yang presenternya pernah berkata kotor, namun tidak mendapat
sanksi, nanti masyarakat yang menilai, masyarakat kita sudah cerdas
kok.
Selama acara 'Bukan Empat Mata' cuti, kami akan introspeksi diri.
Kami juga belum mengetahui apakah 'Bukan Empat Mata' akan
mengubah formatnya atau tidak.

Bila diperhatikan kutipan di atas jelas Humas Trans 7 telah

melaksanakan tugasnya dalam menjalin hubungan baik dengan publik

eksternal. Dalam hal ini adalah pihak KPI dan para bintang tamu khususnya
62

dan penonton Bukan Empat Mata pada umumnya. Terhadap KPI Humas

Trans 7 lebih bersikap menunggu sambil melakukan instruspeksi untuk

membuat langkah-langkah dan mencari solusi terbaik. Begitu juga terhadap

para bintang tamu, Humas terlihat sangat menjaga hubungan harmonis

dengan tidak menyalahkan sepenuhnya atas sikap dan ucapan yang

mengundang reaksi KPI. Bagi Humas bintang tamu dalam program acara

Bukan Empat Mata merupakan publik yang perlu dijaga dan dijalin hubungan

baik.

2. Pendekatan persuasif dan edukatif

Pendekatan persuasive dan edukatif perlu dilakukan Humas Trans 7

dalam mendukung program acara Bukan Empat Mata dapat tayang kembali.

Seringnya teguran yang dilakukan KPI kepada Trans 7 mengenai acara Bukan

Empat mata perlu disikapi dengan bijaksana sehingga dapat memperoleh

pemahaman kedua belah pihak. Menjadi tugas humas untuk memahami

permasalahan yang terjadi pada program acara Bukan Empat Mata.

Kemampuan Humas dalam memahami keinginan KPI menjadi kunci

kesuksesan pesan yang disampaikan, misalnya dalam menggunakan bahasa,

dalam melakukan pendekatan, memilih bentuk komunikasi yang sesuai.

Begitu juga dalam penyampaian apakah secara personal maupun

menggunakan sarana media.

Pelarangan tayang program acara Bukan Empat Mata oleh KPI

ternyata tidak berlangsung lama. Pada kenyataannya program acara Bukan

Empat Mata hingga saat ini masih memperoleh ijin tayang. Ini tidak terlepas

dari usaha humas dalam melakukan pendekatan dan menjalin hubungan


63

dengan pihak KPI. Berikut penjelasan Anita Wulandari Marketing Public

Relations Departement Head Trans 7 untuk memperoleh ijin tayang kembali

oleh KPI:

"Sebelum ada tindakan, biasanya diberikan waktu untuk klarifikasi


dulu. Kami sudah kirim surat balasan, intinya, kita mau ketemu dulu.
Sementara itu, perwakilan Trans 7 juga sudah melakukan introspeksi
internal dan menjadikannya PR tambahan dalam menjaga faktor
eksternal seperti bintang tamu. Trans 7 melalui Tukul segera setelah
terima surat dari KPI juga telah meminta maaf secara terbuka.
Selanjutnya dalam siaran persnya, KPI mengungkapkan pihaknya
menganulir keputusan mereka setelah menerima klarifikasi dari
Trans7. "KPI Pusat pada prinsipnya dapat menerima klarifikasi dari
Trans7 bahwa kejadian tersebut bukanlah suatu kesengajaan, namun
terjadinya hal tersebut tetap disesalkan. Hal ini karena Pasal 13 SPS
yang melarang disajikannya kata-kata bermakna jorok/mesum/
cabul/vulgar telah dilanggar,

Lebih lanjut Anita juga memberikan penjelasan tentang persyaratan

yang diajukan KPI untuk program acara Bukan Empat Mata dapat

ditayangkan kembali sebagai berikut :

Ada beberapa syarat yang ditetapkan KPI pada 'Bukan Empat Mata.
1. Bukan Empat Mata hanya dapat ditayangkan dengan frekuensi
tayang paling banyak 3 (tiga) kali dalam satu minggu, berlaku
selama 2 (dua) bulan sejak 13 Juni s/d 13 Agustus 2009;
2. Bukan Empat Mata hanya dapat ditayangkan antara pukul 22.00 s/d
03.00 WIB;
3. Bukan Empat Mata hanya dapat ditayangkan dalam bentuk
rekaman (recorded), dan bukan siaran langsung (live); dan
4. Trans7 meminta maaf kepada masyarakat luas atas kejadian yang
terjadi di edisi 3 Juni 2009 dalam bentuk (1) running text dan (2)
melalui pembawa acara di awal acara edisi Bukan Empat Mata
yang paling awal ditayangkan.

Bila diperhatikan kutipan di atas, maka Humas Trans 7 telah

melakukan pendekatan secara persuatif dan edukatif. Persuasif, dalam hal ini

Humas dalam menyelesaikan permasalahan dengan KPI melalui tindakan


64

yang prosedural. Langkah ini dilakukan karena Humas melihat permasalahan

antara Trans 7 dengan KPI hanyalah masalah sudut pandang saja tidak, tidak

ada motif lain seperti adanya kepentingan tertentu. Sikap Humas inilah yang

pada akhirnya mendasari dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan

sikap bijaksana.

Edukatif, dalam hal ini Humas memberikan suatu pembelajaran

kepada masyarakat bahwa setiap permasalahan dapat diselesaikan dengan

baik tanpa melibatkan pihak lain yang tidak berkepentingan. Dengan

mengikuti dan melaksanakan ketentuan yang dipersyaratkan KPI secara

konsisten maka program acara Bukan Empat Mata tetap memperoleh ijin

penayangan. Ini merupakan keberhasilan seorang Humas dalam menghadapi

konflik dengan pihak eksternal.

3. Pendekatan tanggung jawab sosial humas

Pendekatan tanggungjawab sosial merupakan pedoman bagi Humas

Trans 7 dalam program acara Bukan Empat Mata. Bahwa program Acara

Bukan Empat Mata tidak semata-mata menampilkan hiburan, tetapi juga

dapat memberikan edukatif kepada mayarakat. Sebagaimana fungsi dari

media sendiri yaitu sebagai fungsi tanggungjawab social, pihak Trans 7 telah

melakukan beberapa langkah dan perubahan dalam fungsinya sebagai

tanggungjawab sosial ini.

Sebagai sebuah program acara, program Bukan Empat Mata

melibatkan masyarakat seperti tokoh agama, artis, politikus, ataupun

masyarakat yang memang perlu untuk diekpos kepada masyarakat. Dalam


65

program acara Bukan Empat Mata kadang kala juga dapat sebagai jembatan

atau klarifikasi sebuah masalah yang menjadi rumor hangat di masyarakat.

Selama ini bintang tamu di Bukan Empat Mata memang yang menjadi

sorotan KPI. Berikut kutipan hasil wawancara dengan Anita Wulandari

Marketing Public Relations Departement Head Trans 7 dalam rangka

memberikan pemahaman kepada masyarakat akan tanggungjawab sosial.

Biasanya sebelum acara Bukan Empat Mata dimulai para bintang


tamu yang dihadirkan memperoleh penjelasan dari Trans 7. Dan yang
terpenting adalah untuk sekedar mengingatkan bahwa Bukan Empat
Mata telah beberapa kali memperoleh teguran. Oleh karena itu sikap,
tutur kata dari para bintang tamu menjadi perhatian bagi Trans 7.
Melalui pendekatan dan yang baik, bisanya para bintang tamu dapat
menerima dan memahaminya.

Lebih lanjut Anita Wulandari Marketing Public Relations

Departement Head Trans 7 menjelaskan secara konkrit perubahan yang

terjadi di acara Bukan Empat Mata sebagai bentuk dari tanggungjawab social

kepada masyarakat sebagai berikut :

Format acara ‘Bukan Empat Mata’ bisa dilihat sendiri sudah berbeda
format dari Empat Mata yang dihentikan tayang oleh KPI.
Perbedaanya sampai 80 persen. Bisa dilihat sendiri, dulu tegurannya
cium pipi, pegang-pegang bintang tamu, sekarang sudah tidak ada.

Jika disimak dan dipahami dari kutipan di atas pihak Trans 7 memang

konsen dan bersungguh-sungguh dalam mewujudkan media tidak saja

sekedar huburan dan mengejar profit tetapi juga tanggungjawab sosial.

Kesungguhan Humas ini dapat dilihat dari bagaimana cruw Bukan Empat

Mata yang selalu memberikan pesan para bintang tamu untuk selalu menjaga

sikap dan ucapan.


66

Humas Trans 7 juga telah melakukan perubahan di dalam program

acara Bukan Empat Mata, dimana sebelum adanya pencekalan, program acara

Bukan Empat Mata ini sayat dengan adegan-adegan yang tidak layak dan

sesuai dengan budaya Indonesia. Namun pasca penghentian oleh KPI,

program acara Bukan Empat Mata tampil beda sebagaimana yang dijelaskan

oleh Anita Wulandari ....... cium pipi, pegang-pegang bintang tamu, sekarang

sudah tidak ada.

4. Pendekatan kerja sama

Pendekatan kerja sama memberikan pedoman bagi Humas bahwa

program acara Bukan Empat Mata tidak saja untuk kepentingan mengejar

rating tetapi juga perlu memperhatikan kepentingan masyarakat. Dengan

menjalin kerjasama dengan KPI diharapkan dapat memperoleh masukan

untuk kepentingan bersama.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Anita Wulandari Marketing

Public Relations Departement Head Trans 7 dalam rangka pendekatan

kerjasama dengan pihak KPI.

Sebagaimana saya katakan diawal, pada dasarnya kami nurut saya,


memang ada langkah-langkah yang kami tempuh seperti mengirim
surat balasan untuk klarifikasi. Seperti pada waktu itu setelah
mendapat teguran dari KPI, tidak lama kami kirim surat kembali. Kita,
minta ketemu tapi KPI tidak bisa. Jadi pada dasarnya kendala hanya
pada soal teknis saja.

Kita ambil contoh misalnya pada peristiwa pemberian sanksi Bukan

Empat Mata oleh KAPI, Anita mengambarkan lebih lanjut sebagai berikut :

Pada waktu itu eemm….. seingat saya tanggal 20 Juni 2012 Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI) memutuskan memberikan sanksi
administratif berupa pengurangan durasi tayang untuk program acara
67

“Bukan Empat Mata” Trans 7 selama tiga hari berturut-turut. Acara


“Bukan Empat Mata” hanya boleh siaran selama satu jam pada tiga
hari tersebut. Sanksi tersebut disampaikan langsung Anggota KPI
Pusat bidang Isi Siaran, Nina Mutmainnah, didampingi Ketua KPI
Pusat, Mochamad Riyanto, dan Wakil Ketua KPI Pusat, Ezki Suyanto,
kepada perwakilan Trans 7 di kantor KPI Pusat
Kami diundang pada hari itu untuk mendengarkan sanksi yang
diberikan oleh KPI. Sanksi dari KPI adalah pemotongan durasi
program siaran menjadi satu jam dimulai selama tiga hari berturut-
turut. Trans 7 hanya boleh menyiarkan selama 1 jam.
Diawal pertemuan, Ezki Suyanto menjelaskan, pemberian sanksi pada
program “Bukan Empat Mata” terkait adanya pelanggaran di tayangan
tanggal 16 Mei 2012.
Sementara itu, perwakilan Trans 7 melakukan introspeksi internal dan
menjadikannya PR tambahan dalam menjaga faktor eksternal
Mengenai sanksi pengurangan durasi, perwakilan Trans 7 itu berjanji
akan menyampaikannya kepada atasan dan akan menyampaikan
ilustrasi pengambilan keputusan. Kami akan berusaha meyakinkan
pimpinan kami dalam hal ini. Terimakasih kami ucapkan, bukan
karena sanksinya. Tapi ini ilustrasi dari sebuah industri yang diawasi
oleh regulator.

Pelanggaran yang dimaksud yakni adegan menyayikan lagu

kebangsaan “Indonesia Raya” yang tidak sesuai dengan perundangan yang

berlaku. Dalam acara ditayangkan bagaimana beberapa narasumber

menyayikan lagu sambil duduk dan tertawa-tawa disertai celetukan-celetukan

tertentu. Selain itu, terlihat para penonton yang ada di studio turut bernyanyi

juga sambil duduk dan bertepuk tangan. Sebelum lagu tersebut selesai,

pembawa acara memotong lagu tersebut. Menurut penjelasan KPI dalam

surat sanksinya, yang disampaikan usai pertemuan, pelanggaran tersebut

dikategorikan sebagai pelanggaran atas penggunaan dan tatacara penggunaan

lagu kebangsaan (SPS Pasal 54).

5. Pendekatan koordinatif dan integratif


68

Pendekatan koordinatif dan integrasi dimaksudkan untuk memperoleh

dukungan dari masyarakat. Teguran yang disampaikan oleh KPI dan

diberhentikannya program acara ini telah menjadi rahasia umum dan

masyarakat mengetahuinya. Dalam menjalankan pendekatan koordinatif dan

integratif ini Trans 7 mengacu pada fungsi media televisi yaitu sebagai

memberi informasi, memberikan pendidikan, memberikan hiburan dan

memberikan pengaruh dengan persuasi.

Berikut kutipan hasil wawancara dengan Anita Wulandari Marketing

Public Relations Departement Head Trans 7 dalam rangka pendekatan

koordinatif dan integrative

Sebagai orang media dibutuhkan kreativitas yang tinggi, belum lagi


saat ini dimana media televisi bermunculan, sehingga setiap stasiun
televisi berlomba-lomba menampilkan program acara yang menarik
penonton.
Dengan adanya teguran KPI kami berusaha mengadakan perubahan-
perubahan sebagaimana yang dipersyaratkan oleh KPI. Meskipun
program acara Bukan Empat Mata sebagai sebuah acara hibuan, kami
berusaha untuk menyajikan pesan-pesan yang mendidik, memberikan
inforamasi dan juga mengajak masyarakat untuk mengambil hikmah
dari suatu kejadian atau peristiwa yang biasanya disampaikan oleh
para bintang tamu maupun presenter Bukan Empat Mata.

Jika disimak dan dipahami dari kutipan di atas pihak Trans 7 concent

telah melakukan perubahan dalam acara Bukan Empat Mata. Pihak Humas

berhati-hati dalam membuat program acara Bukan Empat Mata, meskipun

ada beberapa yang seharusnya disampaikan, mengingat adanya kode etik

yang wajib dipatuhi dengan terpaksa tidak dilakukan. Memang sebagai orang

media perasaan dibatasi KPI tidak dapat dipungkiri. Demi kepentingan


69

bersama baik untuk Trans 7 maupun KPI maka Humas lebih mengambil jalan

tengah.

Wawancara akhirnya diakhiri dengan pernyataan Anita Wulandari

yang berkaitan dengan evaluasi ke internal berkaitan dengan sanksi yang

diberikan KPI sebagai berikut : Trans 7 akan selalu melakukan introspeksi

internal dan menjadikannya PR tambahan dalam menjaga faktor eksternal

seperti bintang tamu sebagaimana yang pernah disampaikan KPI.

Wawancara selanjutnya dilakukan dengan pihak KPI yang diwakili Ibu

Nina Mutmainnah Anggota KPI Pusat bidang Isi Siaran. Wawancara ini

dilakukan dimaksudkan untuk mengungkap sejelas-jelasnya tentang perselisihan

dengan Trans 7 khususnya program acara Bukan Empat Mata. Dengan

memperoleh penjelasan dari pihak KPI diharapkan dapat memberikan

pengetahuan tentang strategi yang dilakukan Trans 7 sehingga program acara

Bukan Empat Mata masih tetap bisa tayang dan bertahan hingga saat ini.

Program acara Bukan Empat Mata merupakan program acara yang

fenomenal dan banyak ditonton oleh masyarakat. Program acara Bukan Empat

Mata juga pernah masuk dalam nominasi program acara favorit. Sudut pandang

masyarakat ternyata berbeda dengan KPI. Menurut KPI program acara Bukan

Empat Mata sebagai acara yang kurang mendidik karena sering melanggar

aturan. Berikut kutipan hasil wawancara dengan Nina Mutmainnah Anggota KPI

Pusat bidang Isi Siaran tentang tanggapan program siaran Bukan Empat Mata.

Program acara Bukan Empat Mata termasuk dalam acara yang memiliki
reputasi cukup buruk karena sering mendapat teguran dari Komisi
Penyiaran Indonesia (KPI). Program acara Bukan Empat Mata sering
70

melanggar kesopanan dan kesusilaan. Program acara ini banyak


menampilkan dialog dan celetukan yang mengandung seks.

Dari kutipan di atas jelas KPI memiliki sudut pandang yang berbeda

dengan masyarakat. KPI lebih menekankan setiap program acara televisi

mengutamakan segi edikatif, informatif dan pengaruh dengan persuasif.

Kalaupun suatu program acara menekankan kepada hiburan, KPI tetap

mengutamakan kepentingan masyarakat luas. Dalam hal ini setiap program acara

harus tetap berada pada koridor akar budaya bangsa Indonesia. Jika tidak maka

konsekuensinya akan sama seperti program acara Bukan Empat Mata

memperoleh sanksi dari KPI.

Sanksi yang berupa teguran ataupun penghentian suatu program acara

oleh KPI dilakukan setelah adanya masukan dari masyarakat. Melalui

pertimbangan dan memperhatikan secara langsung suatu program acara, KPI

melakukan proses untuk dijatuhkannya sanksi tersebut. Berikut hasil wawancara

penulis dengan Nina Mutmainnah Anggota KPI Pusat bidang Isi Siaran tentang

proses terjadinya penghentian program acara Bukan Empat Mata.

“Penghentian tayang pada acara yang dibawakan Tukul bukan tanpa


alasan jelas. Sudah dua kali Bukan Empat Mata ditegur karena berbau
porno. Puncak kesalahan Bukan Empat Mata, terjadi pada tayangan 3
Juni 2009. Saat itu Kangen Band menjadi bintang tamu. Ketika itu salah
satu personel band asal Lampung tersebut secara tidak sengaja
menyebutkan kata berkonotasi alat kelamin pria.
Baru-baru ini pada bulan Agustus Tahun 2012, Bukan Empat Mata
menerima Peringatan Tertulis dari KPI, karena menayangkan adegan saat
salah satu host wanita, Marcella Lumowa, menyampaikan cerita berjudul
"Doa Seorang Wanita Bernama Susi", yang berpotensial menimbulkan
dampak negatif karena melibatkan keberadaan Tuhan dalam lawakan.
Keputusan penghentian tayang ini sudah dengan pertimbangan, dan dari
hasil rapat, sudah tidak bisa ditolerir lagi.
71

Dari kutipan wawancara di atas nampak jelas bahwa tindakan KPI

memberikan teguran bahkan penghentian suatu program acara Bukan Empat

Mata Trans 7 telah melalui pendekatan persuatif. Pertama KPI telah

memperingatkan agar pihak Trans 7 berhati-hati dalam membuat program acara

yang ditayangkan secara langsung. Khusus untuk program acara Bukan Empat

Mata pihak KPI memperingatkan untuk berhati-hati dalam pemilihan bintang

tamu yang dihadirkan.

KPI merupakan lembaga yang bertugas memantau dan mengawasi

penyiaran televisi. Tujuannya adalah agar setiap siaran yang dibuat oleh televisi

sesuai dengan fungsi dari media massa yaitu memberikan informasi,

memberikan edukatif, memberikan hiburan serta pengaruh dengan persuasif.

Pada kenyataannya saat ini masih ada beberapa stasiun televisi yang dengan

sengaja atau tidak disadari menayangkan siaran yang tidak sesuai dengan fungsi

media massa itu sendiri. Lantas bagaimana tindakan KPI terhadap stasiun

televisi tersebut, karena sepengetahuan penulis KPI terkesan lambat dan

membiarkan program acara yang jelas-jelas melanggar kesopanan. Berikut

kutipan hasil wawancara dengan Nina Mutmainnah Anggota KPI Pusat bidang

Isi Siaran.

Kita memiliki undang-undang penyiaran yang jelas dan setiap stasiun


televisi sudah mengetahui hal ini. Tugas kami adalah memantau setiap
program acara yang ditayangkan oleh stasiun televisi. Jika memang ada
suatu program acara yang melanggar undang-undang siaran, tentu akan
kami ambil tindakan dari mulai peringatan sampai pemberhentian tayang.
Dan perlu adik ketahui selama ini bukan hanya program acara Bukan
Empat Mata yang memperoleh sanksi dari KPI, stasiun televisi lain pun
seperti RCTI juga pernah diberikan sanksi oleh KPI.
72

Lebih lanjut Nina Mutmainnah memperlihatkan dan membacakan

Undang-Undang penyiaran sebagai berikut :

Undang-undang Penyiaran No. 32/ 2002 Pasal (5) b yang berbunyi


bahwa Isi siaran dilarang menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian,
penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang.
Kemudian Standar Program Siaran KPI Pasal 13 ayat (1) yang berbunyi
bahwa Lembaga penyiaran tidak boleh menyajikan penggunaan bahasa
atau kata-kata makian yang mempunyai kecenderungan
menghina/merendahkan martabat manusia, memiliki makna jorok/
mesum/cabul/vulgar, serta menghina agama dan Tuhan.

Tindakan KPI terhadap suatu program acara bukan main-main dan

ternyata tidak diskriminatif. Selain program reality show Bukan Empat Mata,

KPI juga memberikan teguran ke lima acara lain yang ditayangkan Februari

hingga Mei. Teguran pertama diberikan kepada program Big Movies Global TV,

karena banyak menampilkan kekerasan fisik. Program acara lainnya yang

mendapat teguran film lepas Indosiar yang banyak menampilkan kekerasan

verbal maupun pukulan. Sedangkan untuk program Bukan Empat Mata yang

ditayangkan Trans 7 dinilai melanggar kesopanan dan kesusilaan.

Acara Bodo Amat Ah (TPI) dan Lajang serta Cagur Naik Bajaj yang

ditayangkan antv diimbau untuk diperbaiki materinya.KPI juga memberikan

teguran Dahsyat RCTI, karena pembawa acara sering mengucapkan kata-kata

vulgar.

Keputusan KPI menghentikan tayang program acara Bukan Empat Mata

pada dasarnya bersifat fleksibel. KPI pada waktu itu masih memberikan

tenggang waktu untuk klarifikasi dan melakukan langkah-langkah perbaikan.

Tidak lama setelah mendapat teguran dari KPI pihak Trans 7 melalui
73

perwakilannya mengadakan diskusi dan evaluasi dengan KPI. Dalam diskusi

tersebut diperoleh kesepakatan kedua belah pihak dimana KPI memberikan

kesempatan kepada Trans 7 bahwa program acara Bukan Empat Mata tetap

dapat ditayangkan.

Berikut hasil wawancara dengan Nina Mutmainnah Anggota KPI Pusat

bidang Isi Siaran tentang pencabutan kembali larangan tayang Bukan Empat

Mata.

Awalnya, KPI yakin kalo Trans 7 ga’ bakal bisa menggoyahkan


keputusan meski masih memberi keringanan asal Bukan Empat Mata
Ganti Nama Lagi, tapi tetep dalam pantauan. Namun setelah
memperoleh klarifikasi dari Trans 7 KPI akhirnya mempertimbangkan
kembali. KPI pada prinsipnya dapat menerima klarifikasi dari Trans7
bahwa kejadian bukanlah suatu kesengajaan, namun terjadinya hal
tersebut tetap disesalkan. Hal ini karena Pasal 13 SPS yang melarang
disajikannya kata-kata bermakna jorok/mesum/cabul/vulgar telah
dilanggar. Meski demikian Bukan Empat Mata tetap dalam pantauan
untuk tidak melanggar kesepatakan syarat yang diajukan KPI.
Berikut syarat yang diajukan KPI terhadap program acara Bukan Empat
Mata.

1. Bukan Empat Mata hanya dapat ditayangkan dengan frekuensi


tayang paling banyak 3 (tiga) kali dalam satu minggu, berlaku
selama 2 (dua) bulan sejak 13 Juni s/d 13 Agustus 2009.
2. Bukan Empat Mata hanya dapat ditayangkan antara pukul 22.00 s/d
03.00 WIB.
3. Bukan Empat Mata hanya dapat ditayangkan dalam bentuk rekaman
(recorded), dan bukan siaran langsung (live).
4. Trans7 meminta maaf kepada masyarakat luas atas kejadian yang
terjadi di edisi 3 Juni 2009 dalam bentuk (1) running text dan (2)
melalui pembawa acara di awal acara edisi Bukan Empat Mata yang
paling awal ditayangkan.

Dari kutipan wawancara diatas jelas bahwa setiap permasalahan dapat

diselesaikan dengan kegiatan komunikasi dalam memperoleh pengertian dan

pemahaman bersama. Pencabutan kembali layarangan tayang acara Bukan

Empat Mata merupakan keberhasilan Humas dalam melakukan pendekatan dan


74

komunikasi dengan KPI. Dengan adanya pemahaman kedua belah pihak pasa

akhirnya melakukan klarifikasi terhadap permasalahan yang terjadi di program

acara Bukan Empat Mata.

Wawancara yang ketiga dilakukan terhadap masyarakat yang diwakili

oleh Toriq Akbar dan Fransisca pengembar Bukan Empat Mata. Tujuan

dilakukan wawancara ini untuk mengetahui bagaimana tanggapan masyarakat

tentang program acara Bukan Empat Mata serta keputusan KPI yang

memberhentikan program acara tersebut.

Program acara Bukan Empat Mata hingga saat ini masih sangat digemari

oleh masyarakat. Di setiap penayangan Bukan Empat Mata menampilkan

bintang tamu yang mampu menghibur penonton. Celotehan Tukul Arwana

sebagai presenter, Vega, dan Peppy membuat setiap penonton tertawa. Berikut

hasil wawancara yang penulis lakukan dengan penggemar Bukat Empat Mata

saudara Toriq Akbar sebagai berikut :

Sebagai sebuah acara hiburan saya suka dengan acara Bukan Empat
Mata. Acara ini bagi saya sangat menghibur dan memberi wawasan
pengetahuan. Tukul Arwana misalnya dengan kata-kata yang cerdas serta
dikemas dengan lawakannya membuat senang untuk menontonnya.
Belum lagi si Ngatini alis Vega sangat kompak sekali dengan Tukul
arwana sehingga menjadikan suasaan menjadi rame dan enak di tonton.

Hal senada juga dikatakan oleh Fransisca

Saya suka dengan acara Bukan Empat Mata karena dapat memberikan
hiburan di waktu senggang setelah seharian bekerja. Terutama bintang
tamu yang ditampilkan sangat beragam sehingga tidak menjenuhkan.
Kekompakan crew Bukan Empat Mata menghidupkan suasana acara.

Teguran KPI terhadap program acara Bukan Empat Mata yang berakhir

dengan penghentian tayang sudah diketahui oleh masyarakat umum. Tindakan


75

KPI memperoleh berbagai macam tanggapan dari masyarakat. Berikut penulis

sajikan hasil wawancara dari Toriq Akbar salah seorang masyarakat pengemar

Bukan Empat Mata.

Gimana yaa... menurut saya seharusnya KPI tidak perlu menghentikan,


karena memang apa yang disuguhkan pada acara Bukan Empat Mata
masih wajar. Sebenarnya banyak program acara yang justru lebih tidak
mendidik dari Bukan Empat Mata, tapi KPI tidak bereaksi. Jadi menurut
saya ada kepentingan tertentu dari pihak lain.

Hal senada juga dikatakan oleh Fransica

Emang seharusnya KPI tidak dapat menghentikan begitu saja. Memang


pada acara Bukan Empat Mata terkadang terlalu menyuguhkan yang
berlebihan. Tapi menurut saya masih pada taraf yang wajar. Yang pasti
saya suka karena hingga saat ini program acara Bukan Empat Mata masih
tetap ditayangkan Trans 7.

Penghentian program acara Bukan Empat Mata tidak terjadi dengan

spontan. Menurut KPI penghentian ini sudah melalui proses yang diawali adanya

peringatan melalui surat. Lain halnya Trans 7 yang merasa adanya diskriminasi,

meskipun tidak disampaikan secara terbuka, karena masih banyak program acara

lain yang serupa. Berikut hasil wawancara yang penulis peroleh dari saudara

Toriq Akbar tentang tanggapan tindakan KPI menghentikan program acara

Bukan Empat Mata.

Sebenarnya KPI bersikap sepihak. Dengan memberhentikan program


Acara Bukan Empat mata tentu saja merugikan Trans 7.

Hal senada juga dikatakan oleh Fransisca


Gak tepat sih, karena itu akan merugikan pihak Trans 7. Mestinya cukup
diberikan peringatan saja untuk tidak menampilkan hal-hal yang tidak
mendidk, tapi itu kan sangat subyektif yaah.

Program acara Bukan Empat Mata hingga saat ini masih tetap bertahan

meskipun ada perubahan jadwal tayang. Kalau sebelumnya disiarkan mulai jam
76

21.00 WIB sekarang dimulai jam 22.15 WIB. Masih tayangnya program acara

Bukan Empat Mata ini tidak lain karena memang masih digemari oleh

masyarakat dan memiliki rating yang baik diantara program lain di Trans 7.

Berikut tanggapan hasil wawancara dari saudara Toriq Akbar salah seorang

penggemar Bukan Empat tentang keberadaan program acara Bukan Empat Mata

masih bertahan hingga saat ini.

Yaah karena program acara ini masih diminati oleh masyarakat kali yaa.
Yang pasti saya pribadi sih menilai karena acara ini sangat bagus dapat
memberikan hiburan.

Hal senada juga dikatakan oleh Fransisca.

Karena mungkin acara ini banyak peminatnya, kan Bukan Empat Mata
juga membuka website sehingga dapat diketahui bagaiman reaksi para
penggembar Bukan Empat Mata.

Konsep acara Bukan Empat Mata yang utama adalah memberikan

hiburan kepada masyarakat. Seiring perjalannya program acara Bukan Empat

Mata ternyata tidak saja memberikan hiburan tetapi juga memberikan

pendidikan, informasi dan juga sebagai pesan persuasif. Fungsi ini sebenarnya

telah disadari oleh masyarakat dimana dalam menonton Bukan Empat Mata

tidak saja merasa terhibur tetapi juga memperoleh pengetahuan. Berikut hasil

wawancara dengan saudara Toriq Akbar pengemar Bukan Empat Mata tentang

manfaat menonton Bukan Empat Mata.

Jelas banyak donk, yang pasti masyarakat memperoleh hiburan selain


juga menambah penetahuan. Ingat ya mas, para bintang tamu yang
dihadirkan di Bukan Empat Mata itu tidak main-main, ada Pak Menteri,
Ustad, Gubernur, para artis, olahragawan dan banyak lagi. Dari situlah
masyarakat memperoleh pengetahuan yang beraneka ragam.
Hal senada juga dikatakan oleh Fransisca
Banyak Mas, yang pasti hiburan kaan, kemudiaan ada pengetahuan
tentang olahraga, tentang agama, tentang politik, dan macam-macam lah
mas. Pokoknya hebat dech program Bukan Empat Mata.
77

Dari kutipan wawancara kepada masyarakat yang diwakili oleh Toriq

Akbar dan Fransica terlihat bahwa program acara Bukan Empat Mata Trans 7

memang disukai oleh masyarakat. Bukan Empat Mata sebagai program acara

yang memberikan hiburan dan memberikan pengetahuan tentang berbagai hal,

olah raga, politik, pendidikan, ekonomi dan masih banyak lagi yang dikemas

dalam format humor.

4.3 Pembahasan

Sebagaimana permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana

strategi Public Relations Trans 7 dalam membangun image Program Bukan

Empat Mata. Untuk keperluan pemecahan masalah penelitian menggunakan

aspek-aspek pendekatan strategi humas. Dimana aspek-aspek strategi humas ini

berguna bagi seorang Public Relations untuk menjalin hubungan dengan pihak

eksternal. Aspek-aspek tersebut meliputi strategi operasional, pendekatan

persuasive dan edukatif, pendekatan tanggungjawab sosial humas, pendekatan

kerjasama dan pendekatan koordinatif dan integrative.

Program acara Bukan Empat Mata Trans 7 merupakan salah satu

program acara talk show yang sering mendapat teguran dari KPI. Teguran ini

berkaitan dengan ditampilkannya bintang tamu dalam program Bukan Empat

Mata. Ada segi positif dan negative dengan adanya teguran dari KPI ini. Bukan

Empat Mata yang sebelumnya sering menampilkan kata-kata jorok ataupun

bintang tamu yang tidak sesuai dengan etika masyarakat akhirnya berubah

menjadi bahasa humor yang mendidik.

Segi positif lain dengan adanya teguran KPI menjadikan program Bukan

Empat Mata dapat melaksanakan fungsi media massa yaitu sebagai fungsi
78

informati, edukatif dan menghibur. Di sisi lain dengan adanya teguran KPI

sangat merugikan Trans 7 karena durasi tayang menjadi berkurang sehingga

mengurangi iklan yang biasa ada di tayangan Bukan Empat Mata. Belum lagi

dari segi penonton, dengan pengunduran jam tayang Bukan Empat Mata sedikit

banyak mengurangi penonton, mengingat jam tayang ini lebih malam 1 jam.

Secara umum teguran KPI pada program Bukan Empat Mata dilihat dari

sudut penonton positif karena dapat memberikan informasi yang edukatif dan

hiburan. Namun dilihat dari sudut perusahaan sangat merugikan karena

mengurangi segmen penonton dan juga profit perusahaan karena berkurangnya

iklan pada tayangan Bukan Empat Mata.


79

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil wawancara yang penulis lakukan kepada pihak Humas Trans 7 dan

KPI serta masyarakat maka dapat diberikan simpulan sebagai berikut :

1. Humas Trans 7 merespon aspirasi masyarakat seperti teguran yang

disampaikan KPI dengan menindaklanjuti surat balasan dari Humas

Trans 7 dan permintaan maaf secara terbuka di pada acara Bukan Empat

Mata.

2. Humas Trans 7 berkomitmen dalam melaksanakan kesepatakan yang

dipersyaratkan KPI tentang tayangan program Acara Bukan Empat Mata.

3. Humas Trans 7 melakukan perubahan format acara Bukan Empat Mata

dengan memangkas format materi seperti cium pipi kepada bintang tamu

wanita oleh Tukul Arwana, mengundurkan waktu siaran mulai pukul

10.00 Wib.

4. Humas Trans 7 menggunakan pendekatan persuasif dalam mengatasi

permasalahan dengan KPI.

5. Humas Trans 7 mengadakan konsolidasi ke dalam dengan kembali

mengembalikan fungsi media massa sebagai sumber informasi,

pendidikan, dan hiburan.

79
80

5.2 Saran

Pihak Trans 7 hendaknya selektif dalam pemilihan bintang tamu dalam acara

Bukan Empat Mata untuk tidak hanya berorientasi hiburan tetapi dapat memberikan

informasi dan pendidikan bagi masyarakat luas.


81

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abdurrachman, Oemi, Dasar-Dasar Public Relations, PT. Citra Aditya Bakti,


Bandung, 2001.

Ahmadi, Abu–Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, Pustaka Setia,


Bandung, 1997.

Bungin, Burhan, Peneltian Kualitatif, Prenada Media Group : Jakarta. 2007.

Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2005.

Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, PT. Remaja
Rosdakarya, Bandung, 2002.

Irawan, Prasetya, Penelitian Kualitatif dan Kuantiatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial,


Departeman Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Indonesia. 2006.

Iriantara, Yosal, Manajemen Strategis Public Relations, Ghalia Indonesia. Jakarta,


2004.

Jefkins, Frank, Public Relations, Erlangga, Jakarta, 2000.

Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja Kasta, 1998.

Moore, H. Frazier, Humas (Membangun Citra Dengan Komunikasi) PT Remaja


Rosdakarya, Bandung, 2001.

Mulyana, Deddy, Metode Penelitian Komunikasi : Contoh-contoh Penelitian


Komunisi dengan Pendekatan, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2007.

Nazir, Muhamad, Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia, 1999.

Pratminingsih Sri Astuti, Komunikasi Bisnis, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2006.

Rakhmat, Jalaludin, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung, Remaja Rosdakarya,


1993.

----------, Metode Penelitian Komunikasi, Bandung PT. Remaja Rosdakarya, 2005.

Rusalan, Rosady, Majamen Public Relations & Media Komunikasi, Konsepsi dan
Aplikasi. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
82

Sarwono, Jonanthan, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Yogyakarta :


Graha Ilmu, 2002.

Scott M. Cutlip, Allen H. Center, dan Glen M. Broom, Effective Public Relations.
Eight Editio, PT. INDEKS. Kelompok Gramedia, 2005

Sendjaja, Sasa Djuarsa, Pengantar Komunikasi, Jakarta, Penerbit Universitas


Terbuka, 1993.

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung, Alfabeta, 2005.

Sunarjo, Djoenaesih S, Himpunan Istilah Komunikasi Seri Ilmu Komunikasi -1, Edisi
Ketiga, Liberty, Yogyakarta, 1995.

Susanto, Astrid S., Komunikasi dalam Teori dan Praktek 3, Bina Cipta Bandung,
1993.

Sutisna, Perilaku Konsumen dan Komunikasi Pemasaran, PT. Remaja Rosdakarya,


Bandung, 2001.

W. Lawrence, Neuman, Social Research Methods Qualitative and Quantitive


Approaches, Third Edition, 1997.

Zurian, Nurul, Metodologi Sosial dan Pendidikan Teori Aplikasi, Jakarta, Bumi
Aksara, 2006.

Website

http://id.wikipedia.org/wiki/Bukan_Empat_Mata
http://imb.mytrans.com/read/2009/06/10/185351/1145738/231/trans7-rayu-kpi-tidak-hentikan-bukan-
empat-mata Rabu, 10/06/2009 18:54 WIB
83

PEDOMAN WAWANCARA

Anita Wulandari, Marketing Public Relations Departement Head Trans7

1. Bukan Empat Mata program acara yang fenomenal, hampir ditonton setiap
lapisan masyarakat dan bertahan hampir 10 tahun. Boleh Ibu ceritakan latar
belakang dibuatnya program Empat Bukan Mata ini ?
2. Program Bukan Empat Mata beberapa kali memperoleh teguran bahkan sempat
dihentikan sementara oleh KPI. Bagaimana tanggapan Ibu ?
3. Pada kenyataannya program Bukan Empat Mata masih tetap diizinkan
penayangannya. Seperti apa usaha yang Ibu lakukan untuk meyakinkan KPI
sehingga memperoleh ijin tayang kembali.
4. Program Bukan Empat Mata melibatkan bintang tamu dengan karakteristik yang
berbeda-beda. Bagaimana Ibu memberikan pemahaman tentang apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan dalam acara tersebut ?
5. Jika ternyata pada saat program acara Bukan Empat Mata tayang ternyata tidak
sesuai dengan sudut pandang KPI, langkah-langkah apa yang segera dilakukan
pihak Trans 7 ?
6. Sejauh mana kerjasama yang terjalin dengan KPI selama ini, adakah kendala
yang dialami, mohon Ibu dapat menjelaskan ?
7. Menurut Ibu apakah kebijakan KPI terhadap program Bukan Empat Mata
membatasi kinerja program tersebut ? Bagaimana ibu menyikapinya sehingga
tidak merugikan Tran 7.
84

PEDOMAN WAWANCARA

Ibu Nina Mutmainnah Anggota KPI Pusat bidang Isi Siaran

1. Bagaimana pendapat Ibu mengenai program acara Bukan Empat Mata di


Trans 7 ?
2. Pihak KPI pernah memberikan teguran bahkan menghentikan penayangan
Bukan Empat Mata, sejauhmana KPI melihat kasus yang terjadi sehingga
memberikan teguran dan menghentikan penayangan Bukan Empat Mata ?
3. Di era keterbukaan saat ini setiap media bebas berekspresi dalam membuat
program acara. Bagaimana Ibu mengendalikan media termasuk Trans 7 agar
tetap berjalan di atas rel yang telah ditentukan ?
4. Dengan adanya teguran dan penghentian program Bukan Empat Mata tentu
menjadi evaluasi bagi Trans 7. Langkah apa yang dilakukan pihak Trans 7
sehingga KPI mencabut kembali larangan tayang tersebut ?
5. Menurut pengamatan penulis program acara Bukan Empat Mata terkadang
masih menampilkan hal hal yang kurang mendidik. Bagaimana mana KPI
menyikapi masalah tersebut ?
85

PEDOMAN WAWANCARA

Toriq Akbar (Penonton)


Fransisca (Penonton)

1. Anda penggemar program acara Bukan Empat Mata. Bagaimana menurut Anda
tentang program acara Bukan Empat Mata ?
2. Program acara Bukan Empat Mata pernah mendapat teguran dari KPI dan
berhenti tayang. Bagaimana menurut Anda ?
3. Apakah menurut Anda tindakan KPI memberhentikan program Bukan Empat
Mata tepat ? berikan alasannya.
4. Menurut Anda apa yang membuat program Bukan Empat Mata dapat bertahan
hingga saat ini.
5. Menurut Anda manfaat apa yang dapat diambil dari masyarakat dengan
menonton program Bukan Empat Mata ?

Anda mungkin juga menyukai