Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang
Kondisi fisik lingkungan tempat kerja memiliki risiko langsung maupun tidak
langsung bagi keselamatan dan kesehatan pekerja (Septiana, 2017). Pekerja industri
merupakan populasi yang sering melakukan aktivitas fisik di lingkungan kerja panas
dalam waktu yang lama yang dapat menyebabkan pengeluaran cairan berlebih dan
peningkatan respirasi sehingga hal ini dapat mempengaruhi status hidrasi pekerja dan
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan, salah satunya adalah dehidrasi namun masalah
ini sering diabaikan (Andayani, 2013). Beban kerja yang dilakukan pekerja berkontribusi
pada peningkatan kasus tentang dehidrasi karena pemakaian energi berlebih dengan
tingkat pembebanan yang tinggi akan memunculkan overstress dan panas metabolisme
tubuh sehingga pekerja akan mengalami tekanan panas (heat stress) dan pengeluaran
keringat berlebih yang dapat menyebabkan tubuh kekurangan cairan (Soeripto, 2008).
Kegiatan yang melibatkan suhu udara tinggi, kontak fisik langsung dengan benda panas,
atau kegiatan fisik yang berat memiliki potensi tinggi untuk menginduksi tekanan panas
pada pekerja salah satunya pada industri pengecoran logam (Kuswana, 2017).
Memastikan bahwa pekerja dalam lingkungan panas cukup terhidrasi dengan baik
adalah salah satu cara yang paling efektif untuk melindungi kesehatan dan keselamatan
kerja, serta meningkatkan produktivitas. Pemenuhan cairan melalui asupan sangatlah
penting. Kebutuhan air pada pekerja dalam lingkungan panas adalah sebesar 6 liter,
sedangkan pekerja yang sangat aktif butuh lebih dari 6 liter. Beberapa penelitian
membuktikan bahwa konsumsi cairan pada pekerja masih kurang memenuhi kebutuhan.
Penelitian pada pekerja hutan menunjukkan bahwa konsumsi cairan kurang dari yang
seharusnya. Penelitian di Semarang pada pekerja laundry dengan paparan panas suhu
30,1-33,30C menunjukkan bahwa konsumsi cairan pekerja terbanyak selama 8 jam
bekerja hanya 601-800 ml, sedangkan rerata konsumsi air minum di rumah 1002,85 ml.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Andayani (2013) tentang hubungan antara
konsumsi cairan dengan status hidrasi pada pekerja laki-laki di PT. Komatsu Indonesia
Jakarta mengatakan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi cairan dengan status
hidrasi dengan p-value < 0,05 dan r = -0,319. Penelitian yang dilakukan oleh Puspita
(2015) tentang iklim kerja dan beban kerja terhadap tingkat dehidrasi pekerja shift pagi
bagian injection moulding 1 PT. X Sidoarjo mengatakan bahwa terdapat hubungan antara
beban kerja dengan tingkat dehidrasi (r=0,121) memiliki hubungan bermakna dengan
arah hubungan lemah. Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2017) tentang iklim kerja
panas dan konsumsi air minum saat kerja terhadap dehidrasi pada pekerja PT. Candi
Mekar Pemalang bagian weaving mengatakan bahwa terdapat hubungan antara iklim
kerja panas dengan dehidrasi (p=0,00) dan terdapat hubungan antara konsumsi air minum
dengan dehidrasi (p=0,001).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai
konsumsi cairan dan status hidrasi pada motivasi kerja para pekerja dalam lingkungan
panas.

Anda mungkin juga menyukai