Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh diotak, meningen dan tengkorak (Sylvia.A.
1995:1030). Tumor otaak dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu herediter, sisa sisa
sel embrional, radiasi, virus, substansi-substansi karsinogenik. Tumor otak menyebabkan
gangguan neurologis progresif. Gangguan neurologis ini disebabkan oleh adanya
gangguan fokal oleh tumor dan peningkatan tekanan intracranial. Gangguan fokal terjadi
bila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi atau invasi langsung pada
parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Tumor otak merupakan penyebab kematian yang kedua dari semua kasus kanker
yang terjadi pada pria berusia 20-39 tahun. Selama periode 2009-2013 terdapat 173 kasus.
Dari 173 kasus secara keseluruhan diketahui bahwa wanita lebih banyak terkena tumor
otak dibanding pria dengan perbandingan 1,8:1. Selain itu diketahui bahwa meningioma
merupakan tumor terbanyak dengan 100 kasus dari 173 kasus(57,8%) diikuti oleh
astrositoma dengan 50 kasus (28,9%) dengan lokasi tumor terbanyak pada frontal
(30,1%).
Penatalaksanaan tumor otak dapat melalui terapi operasi jika obat-obatan
antiedema otak tidak dapat diberikan secara terus menerus, terapi konservatif yang
meliputi radioterapi, kemoterapi dan imunoterapi. Radioterapi dilakukan untuk
menghancurkan tumor dengan dosis yang masih dapat diteleransi oleh jaringan normal
yang ditembusnya. Kemoterapi digunakan untuk tumor otak astrositoma, glioblastoma
dan astrositoma anaplastik beserta variannya. Imunoterapi diguanakan jika terdapat
gangguan fungsi imunologi tubuh.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari tumor otak?
2. Bagaimana etiologi dari tumor otak?
3. Bagaimana patofisiologi dari tumor otak?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari tumor otak?
5. Bagaimana penatalaksanaan dari tumor otak?
6. Pemeriksaan penunjang apa yang bisa digunakan untuk pasien dengan tumor otak?

1
7. Bagaimana tentang trend dan issue tumor otak?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor otak.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mengetahui definisi tumor otak
2. Mahasiswa mampu memahami apa saja penyebab dan patofisiologi yang
menyebabkan tumor otak
3. Mahasiswa memahami manifestasi klinis tumor otak
4. Mahasiswa mampu mengerti dan memahami penatalaksanaan tumor otak
5. Mahasiswa mengetahui pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk
pasien dengan tumor otak
6. Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pasien dengan tumor otak

1.4 Manfaat
Mahasiswa mampu memberikan pelayanan kesehatan terutama perawatan pada pasien
dengan tumor otak.Mahasiswa juga dapat melatih softskill dalam komunikasi pemberian
edukasi tentang penyakit hingga sebagai konselor perawatan pasien dengan tepat.

2
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tumor Otak

Gambar 1.Tumor Otak


Tumor Otak adalah tumbuhnya sel abnormal pada otak. Banyak jenis tumor yang
berbeda-beda. Beberapa tumor otak bukan merupakan kanker (jinak) dan beberapa tumor
otak lainnya adalah kanker (ganas). Tumor otak dapat berasal dari otak (tumor otak
primer) atau kanker yang berasal dari bagian tubuh lain dan merambat ke otak (tumor
otak sekunder / metastatik).
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang
baik jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (Sylvia.A,
1995: 1030). Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna)
ataupun ganas (maligna) membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial)
atau di sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan
selaputnya dapat berupa tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal
dari jaringan otak itu sendiri disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ
lain (metastase) seperti kanker paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut
tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).
Central Brain Tumor Registry for the United States (CBTRUS) memperkirakan
bahwa akan terdapat 190.600 tumor otak yang akan terdiagnosis pada 2005. Dari jumlah
tersebut 43.800 diperkirakan adalah tumor otak primer dan sisanya adalah sekunder atau
metastasis. Insiden umum untuk tumor otak primer dan CNS adalah 14 kasus per 100.000
orang/tahun. Insiden tumor otak tampaknya makin meningkat, tetapi ini mungkin
mencerminkan diagnosis yang lebih cepat dan lebih akurat. CBTRUS mencatat bahwa,
pada tahun 2000, sekitar 359.00 orang di Amerika Serikat hidup dengan tumor otak
primer dengan 75% memiliki tumor jinak dan 23% memiliki tumor ganas.

3
2.2 Etiologi Tumor Otak
Tidak ada faktor etiologi jelas yang telah ditemukan untuk tumor otak primer.
Walaupun tipe sel yang berkembang menjadi tumor sering kali dapat diidentifikasi,
mekanisme yang menyebabkan sel bertindak abnormal tetap belum diketahui.
Kecenderungan keluarga, imunosupresi, dan faktor-faktor lingkungan sedang diteliti.
Waktu puncak untuk kejadian tumor otak adalah decade kelima dan ketujuh. Selain itu,
pria terkena lebih sering dari pada wanita.
Penyebab tumor hingga saat ini masih belum diketahui secara pasti. Adapun
faktor-faktor yang perlu ditinjau, yaitu :
a. Herediter
Riwayat tumor otak dalam satu anggota keluarga jarang ditemukan kecuali
pada meningioma, astrositoma dan neurofibroma dapat dijumpai pada anggota-
anggota sekeluarga. Dibawah 5% penderita glioma mempunyai sejarah keluarga
yang menderita brain tumor. Sklerosis tuberose atau penyakit Sturge-Weber yang
dapat dianggap sebagai manifestasi pertumbuhan baru, memperlihatkan faktor
familial yang jelas. Selain jenis-jenis neoplasma tersebut tidak ada bukti-bukti yang
kuat untuk memikirkan adanya faktor-faktor hereditas yang kuat pada neoplasma.
b. Sisa-Sisa Sel Embrional (Embryonic Cell Rest)
Bangunan-bangunan embrional berkembang menjadi bangunan-bangunan
yang mempunyai morfologi dan fungsi yang terintegrasi dalam tubuh. Tetapi ada
kalanya sebagian dari bangunan embrional tertinggal dalam tubuh, menjadi ganas
dan merusak bangunan di sekitarnya. Perkembangan abnormal itu dapat terjadi pada
kraniofaringioma, teratoma intrakranial dan kordoma.
c. Radiasi
Jaringan dalam sistem saraf pusat peka terhadap radiasi dan dapat mengalami
perubahan degenerasi, namun belum ada bukti radiasi dapat memicu terjadinya
suatu glioma. Pernah dilaporkan bahwa meningioma terjadi setelah timbulnya suatu
radiasi.
d. Virus
Banyak penelitian tentang inokulasi virus pada binatang kecil dan besar yang
dilakukan dengan maksud untuk mengetahui peran infeksi virus dalam proses
terjadinya neoplasma, tetapi hingga saat ini belum ditemukan hubungan antara
infeksi virus dengan perkembangan tumor pada sistem saraf pusat.

4
e. Substansi-substansi Karsinogenik
Penyelidikan tentang substansi karsinogen sudah lama dan luas dilakukan.
Kini telah diakui bahwa ada substansi yang karsinogenik seperti
methylcholanthrone, nitroso-ethyl-urea. Ini berdasarkan percobaan yang dilakukan
pada hewan.
f. Trauma kepala
Trauma kepala yang dapat menyebabkan hematoma sehingga mendesak massa
otak akhirnya terjadi tumor otak.

2.3 Patofisiologi Tumor Otak


Tumor otak menyebabkan gangguan neurologis progresif yang disebabkan oleh
dua faktor yaitu gangguan fokal oleh tumor dan kenaikan tekanan intracranial
(TIK).Gangguan fokal terjadi apabila terdapat penekanan pada jaringan otak dan infiltrasi
atau invasi langsung pada parenkim otak dengan kerusakan jaringan neuron.
Perubahan suplai darah akibat tekanan yang ditimbulkan tumor yang tumbuh
menyebabkan nekrosis jaringan otak.Akibatnya terjadi kehilangan fungsi secara akut dan
dapat dikacaukan dengan gangguan serebrovaskular primer.
Serangan kejang sebagai manifestasi perubahan kepekaan neuron akibat kompresi,
invasi, dan perubahan suplai darah ke dalam jaringan otak.
Peningkatan TIK dapat diakibatkan oleh beberapa faktor seperti bertambahnya
massa dalam tengkorak, edema sekitar tumor, dan perubahan sirkulasi CSS. Tumor ganas
menyebabkan edema dalam jaringan otak yang diduga disebabkan oleh perbedaan
tekanan osmosis yang menyebabkan penyerapan cairan tumor.Obstruksi vena dan edema
yang disebabkan oleh kerusakan sawar di otak, menimbulkan peningkatan volume
intracranial dan meningkatkan TIK.
Peningkatan TIK membahayakan jiwa jika terjadi dengan cepat.Mekanisme
kompensasi memerlukan waktu berhari-hari atau berbulan-bulan untuk menjadi efektif
dan oleh karena itu tidak berguna apabila tekanan intracranial timbul cepat.Mekanisme
kompensasi ini meliputi volume darah intrakranial, volum CSS, kandungan cairan
intrasel, dan mengurangi sel-sel parenkim otak. Kenaikan tekanan yang tidak diatasi akan
mengakibatkan herniasi untuk serebellum.
Herniasi unkus timbul jika girus medialis lobus temporalis bergeser ke inferior
melalui insisura tentorial karena adanya massa dalam hemisfer otak. Herniasi menekan
mesensefalon, menyebabkan hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ke-3. Pada
5
herniasi serebellum, tonsil serebellum tergeser ke bawah melalui foramen magnum oleh
suatu massa posterior.
Kompresi medulla oblongata dan terhentinya pernapasan terjadi dengan cepat.
Perubahan fisiologis lain yang terjadi akibat peningkatan intrakranial yang cepat adalah
bradikardia progresif, hipertensi sistemik, dan gangguan pernapasan.

PATHWAY

2.4 Klasifikasi Tumor Otak


1. Berdasarkan jenis tumor
1) Jinak
- Acoustic neuroma
- Meningioma
- Pituitary adenoma
- Astrocytoma (grade I)
2) Malignant
- Astrocytoma (grade 2,3,4)
6
- Oligodendroglioma
- Apendymoma
2. Berdasarkan lokasi
1) Tumor intradural
a. Ekstramedular
- Cleurofibroma
- Meningioma
b. Intramedular
- Apendymoma
- Astrocytoma
- Oligodendroglioma
- Hemangioblastoma
3. Tumor ekstradural
Merupakan metastase dari lesi primer, biasanya pada payudara, prostal, tiroid, paru–paru,
ginjal dan lambung.
2.5 Manifestasi Tumor Otak
Manifestasi secara umum :
1. Nyeri kepala
2. Perubahan Status Mental
3. Seizure
4. Edema Papil
5. Muntah
6. Vertigo
7. Kejang
 Gejala spesifik tumor otak yang berhubungan dengan lokasi:
1.      Lobus frontal
 Menimbulkan gejala perubahan kepribadian
 Bila tumor menekan jaras motorik menimbulkan hemiparese kontra lateral,
kejang fokal
 Bila menekan permukaan media dapat menyebabkan inkontinentia
 Bila tumor terletak pada basis frontal menimbulkan sindrom foster kennedy
 Pada lobus dominan menimbulkan gejala afasia
2.       Lobus parietal

7
 Dapat menimbulkan gejala modalitas sensori kortikal hemianopsi homonym
 Bila terletak dekat area motorik dapat timbul kejang fokal dan pada girus
angularis menimbulkan gejala sindrom gerstmann’s
3.      Lobus temporal
Akan menimbulkan gejala hemianopsi, bangkitan psikomotor, yang didahului
dengan aura atau halusinasi. Bila letak tumor lebih dalam menimbulkan gejala afasia
dan hemiparese. Pada tumor yang terletak sekitar basal ganglia dapat diketemukan
gejala choreoathetosis, parkinsonism
4.         Lobus oksipital
 Menimbulkan bangkitan kejang yang dahului dengan gangguan penglihatan
 Gangguan penglihatan yang permulaan bersifat quadranopia berkembang menjadi
hemianopsia, objeckagnosia
5.         Tumor di ventrikel ke III
Tumor biasanya bertangkai sehingga pada pergerakan kepala menimbulkan
obstruksi dari cairan serebrospinal dan terjadi peninggian tekanan intrakranial
mendadak, pasen tiba-tiba nyeri kepala, penglihatan kabur, dan penurunan kesadaran
6.       Tumor di cerebello pontin angie
 Tersering berasal dari N VIII yaitu acustic neurinoma
 Dapat dibedakan dengan tumor jenis lain karena gejala awalnya berupa gangguan
fungsi pendengaran
 Gejala lain timbul bila tumor telah membesar dan keluar dari daerah pontin angel
7.      Tumor Hipotalamus
 Menyebabkan gejala TTIK akibat oklusi dari foramen Monroe
 Gangguan fungsi hipotalamus menyebabkan gejala: gangguan perkembangan seksuil
pada anak-anak, amenorrhoe,dwarfism, gangguan cairan dan elektrolit, bangkitan.
8.      Tumor di cerebelum
 Umumnya didapat gangguan berjalan dan gejala TTIK akan cepat erjadi disertai
dengan papil udem
 Nyeri kepala khas didaerah oksipital yang menjalar keleher dan spasme dari otot-
otot servikal
9.      Tumor fosa posterior
Diketemukan gangguan berjalan, nyeri kepala dan muntah disertai dengan nystacmus,
biasanya merupakan gejala awal dari medulloblastoma.

8
2.6 Pencegahan
Berikut cara mencegah tumor otak secara alami:
 Rutin melakukan cek kesehatan.
 Hentikan kebiasaan merokok.
 Menerapkan pola hidup sehat.
 Hindari paparan sinar radiasi.
 Hindari mengonsumsi makanan berpengawet dan mengandung pemanis buatan.

2.7 Penatalaksanaan Tumor Otak


Faktor –faktor prognostik sebagai pertimbangan penatalaksanaan:
1. Usia
2. General Health
3. Ukuran Tumor
4. Lokasi Tumor
5. Jenis Tumor
Langkah pertama pada pengobatan tumor otak ialah pemberian kortikostreoid
yang bertujuan untuk memberantas edema otak. Pengaruh kortikostreoid terutama dapat
dilihat pada keadaan-keadaan seperti nyeri kepala yang hebat, deficit motorik, afasia dan
kesadaran yang menurun. Beberapa hipotesis yang dikemukakan: meningkatkan
transportasi dan reasirbsi cairan serta memperbaiki permeabilitas pembuluh darah. Jenis
kortikostreoid yang dipilih yaitu glukokortikoid; yang paling banyak dipakai ialah
deksametason, selain itu dapat diberikan prednisone atau prednisolon. Dosis
deksametason biasa diberikan 4-20 mg intravena setiap 6 jam untuk mengatasi edema
vasogenik (akibat tumor) yang menyebabkan tekanan tinggi intracranial (Greenberg et al.,
1999). Selain itu terapi suportif yang dapat dilakukan yaitu IVFD RL XX tetes/menit
(makro), ceftriaxon vial 1 gram/12 jam, ranitidine ampul 1 gram/12 jam, dexamethason 1
ampul/6 jam.

2.8 Pemeriksaan Penunjang Tumor Otak


1. CT Scan dan MRI
Memperlihatkan semua tumor intrakranial dan menjadi prosedur investigasi
awal ketika penderita menunjukkan gejala yang progresif atau tanda-tanda penyakit

9
otak yang difus atau fokal, atau salah satu tanda spesifik dari sindrom atau gejala-
gejala tumor. Kadang sulit membedakan tumor dari abses ataupun proses lainnya.
2. Foto Polos Dada
Dilakukan untuk mengetahui apakah tumornya berasal dari suatu metastasis
yang akan memberikan gambaran nodul tunggal ataupun multiple pada otak.
3. Pemeriksaan cairan serebrospinal
Dilakukan untuk melihat adanya sel-sel tumor dan juga marker tumor. Tetapi
pemeriksaan ini tidak rutin dilakukan terutama pada pasien dengan massa di otak
yang besar. Umumnya diagnosis histologik ditegakkan melalui pemeriksaan patologi
anatomi, sebagai cara yang tepat untuk membedakan tumor dengan proses-proses
infeksi (abses cerebri).
4. Biopsi Stereostatik
Dapat digunakan untuk mendiagnosis kedudukan tumor yang dalam dan untuk
memberikan dasar-dasar pengobatan dan informasi prognosis.
5. Angiografi Serebral
Memberikan gambaran pembuluh darah serebral dan letak tumor serebral.
6. Elektroensefalogram (EEG)
Mendeteksi gelombang otak abnormal pada daerah yang ditempati tumor dan
dapat memungkinkan untuk mengevaluasi lobus temporal pada waktu kejang.

2.9 Trend dan issue


Trend : Pemeriksaan Dengan CT Scan Untuk MenetukanLokasi TumorDengan Varieabel
Berupa Umur Jenis Kelamin, Tanda Gejala dan Modalitas terapi
Issue : Identifikasi Tumor Otak Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagsi Balik
Pada citra CT-Scan Otak.

2.10 Komplikasi Tumor Otak


Menurut beberapa sumber salah satunya menurut Ginsberg(2008) komplikasi
yang dapat terjadi pada tumor otak antara lain:
1. Peningkatan Tekanan Intrakraial
Peningkatan tekanana intrakranial terjadi saat salah satu maupun semua faktor yang
terdiri dari massa otak, aliran darah ke otak serta jumlah cairan serebrospinal
mengalami peningkatan. Peningkatan dari salah satu faktor diatas akan memicu:
a. Edema Serebral
10
Peningkatan cairan otak yang berlebih terakumulasi disekitar lesi sehingga
menambah efek masa yang mendesak.
b. Hidrosefalus
Hidrosefalus terjadi akibat peningkatan produksi CSS ataupun karena adanya
gangguan sirkulasi dan absorbsi CSS. Pada tumor otak, massa tumor akan
mengobstruksi aliran dan absorbsi CSS sehingga memicu terjadinya hidrosefalus.
c. Herniasi Otak
Peningkatan tekanan intracranial dapat mengakibatkan herniasi sentra, unkus, dan
singuli. Herniasi serebellum akan menekan mesensefalon sehingga menyebabkan
hilangnya kesadaran dan menekan saraf otak ketiga (okulomotor) (Fransisca,
2008).
2. Epilepsi
Epilepsi diakibatkan oleh adanya perangsangan atau gangguan di dalam selaput otak
(serebral cortex) yang disebabkan oleh adanya massa tumor (Yustinus, 2006).
3. Berkurangnya fungsi neurologis
Gejala berkurangnya fungsi neurologis karena hilangnya jaringan otak adalah khas
bagi suatu tumor ganas (Wim, 2002). Penurunan fungsi neurologis ini tergantung
pada bagian otak yang terkena tumor.
4. Ensefalopati radiasi
5. Metastase ke tempat lain 
6. Kematian

11
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Tangggal masuk : 09 Agustus 2020


Tanggal pengkajian : 10 Agustus 2020

A. PENGKAJIAN
a.Pengumpulan Data
1. Identitas klien
Nama : Ny.A
Umur : 31 tahun
Agama : islam
Jenis Kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Alamat : seumalaga bireuen
2.Penanggung jawab :
Nama : Tn:K
Umur : 36 tahun
Jenis kelamin : laki laki
Hub. Dgn keluarga : suami

b.Riwayat Kesehatan
1.Riwayat Kesehatan Sekarang
a)Alasan Masuk Rumah Sakit
3 hari sebelum masuk rumah sakit,klien mengeluh sering nyeri dikepala,kemudian
keluarga langsung membawa klien ke rumah sakit dan dokter menyarankan klien untuk di
rawat.
b)Keluhan Utama
Klien mengeluh penglihatan kabur
c)Klien Saat DiData
Klien Pada Saat didata klien mengeluh sering nyeri di bagian kepala,dan kulit terasa
panas.
2.Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Klien mengatakan belum pernah mengalami penyakit yang di deritanya
12
3.Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarganya tidaka ada yang memiliki penyakit
seperti klien.

2. ANALISA DATA

No. Data Fokus Problem Etiologi


1. Ds : Keluhan penglihatan kabur di Semakin lama Gangguan
kedua matanya sejak 1 tahun penglihatan pasien rasa nyaman
yang lalu makin kabur. Saat ini dan
Do : Kecemasan dan Rasa tidak pasien hanya bisa kecemasan
percaya diri melihat bayangan
orang yang lewat.
Sejak
2. Ds : Keluarga klien mengatakan Kecemasan Rasa takut
klien sering nyeri di bagian akan
kepala kematian
Do : Klien tampak sedih dan
merasa putus asa
3. Ds : Klien mengeluh kulit terasa Rasa tidak nyaman Kerusakan
panas integritas
Do : Kulit pasien mulai kulit
mengalami kerusakan kulit
(selulitis)

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Gangguan indra penglihatan berhubungan dengan perubahan strukturpenglihatan dan
fungsi tubuh.
b. Antisipasi berkabung berhubungan dengan penerimaan kemungkinan kematian
pasien.
c. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek kemoterapi dan terapi radiasi.

4. INTERVENSI KEPERAWATAN

13
Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan
Intervensi Rasional
kriteria hasil
DX 1 Klien 1.Kaji reaksi pasien Menentukan reaksi pasien
Gangguan indra mengekspresikan terhadap perubahan terhadap perubahan
penglihatan gambaran diri yang penglihatan penglihatan nya
berhubungan positif dengan 2. Observasi interaksi Withdrawl social bisaa
dengan kriteria pasien social pasien. terjadi karena penolakan.
perubahan menerima 3. Pertahankan hubungan Memfasilitasi suatu
struktur perubahan pada terapeutik dengan pasien. hubungan terapeutik yang
penglihatan penglihatan nya 4. Anjurkan pasien untuk terbuka
danfungsi tubuh. berkomunikasi terbuka Ekspresi ketakutan secara
dengan petugas terbuka dapat mengurangi
kesehatan atau orang kecemasan
penting lainnya.
5. Bantu pasien Membantu pasien
menemukan koping yang menemukan strategi
efektif tentang koping yang dapat
penglihatan mengurangi kecemasan
dan ketakutan
DX 2 Antisipasi Pasien dan keluarga 1. Kaji reaksi pasien dan Menentukan proses
berkabung mampu ekspresikan keluarga terhadap berkabung dan strategi
berhubungan rasa berkabungnya diagnosis. koping yang digunakan.
dengan dengan criteria 2. Anjurkan pasien untuk Mengurangi kecemasan
penerimaan perasaan pasien dan ekspresi perasaan secara dan ketakutan.
kemungkinan keluarga tentang terbuka. Perasaan bimbang (tak
kematian pasien. rasa berkabungnya 3. Antisipasi perasaan menentu) bisa muncul
diekspresikan pasien akan kemarahan setelah shock akan
dengan tepat. dan ketakutannya. diagnosis
4. Bantu pasien Membantu pasien
mereview pengalaman menemukan koping
masa lalu mekanisem
5. Anjurkan pasien untuk Mengurangi perasaan
berpartisipasi dalam ketidakberdayaan.

14
ADL Kelompok penduduk
6. Rujuk pasien dan dapat membantu dalam
keluarga kepada hal support emosional
kelompok pendukung.
DX 3 Integritas kulit 1. Kaji integritas kulit Merah, kering, dan luka
Kerusakan pasien tiap 4 jam dapat terjadi pada daerah
integritas kulit dipertahankan 2. Pertahankan kulit radiasi, kemoterapi bias
berhubungan dengan criteria kulit bersih dan kering, menyebabkan rash,
dengan efek tetap intak, tidak ada gunakan sabun dan air hiperpigmentasi dan
kemoterapi dan kemerahan atau untuk memandikan kehilangan rambut.
terapi radiasi. kerusakan. pasien Mencegah kerusakan
3. Reposisi pasien setiap kulit
2 jam Meningkatkan sirkulasi
4. Anjurkan untuk intake dan mencegah luka tekan
cairan dan nutrisi yang Dehidrasi dan malnutrisi
adekuat. dapat meningkatkan
resiko berkembangnya
luka tekan.
5. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No
Tanggal/jam Implementasi Respon hasil
.
1. DX 1 1.Mengkaji reaksi klien  Klien mulai menerima
Gangguan indra terhadap perubahan keadaan
penglihatan tubuhnya.  Klien sudah
berhubungan 2. Mengobservasi interaksi berinteraksi kembali
dengan perubahan social klien  Klien mulai
struktur 3. Mempertahankan mempercayai dengan
penglihatan dan hubungan terapeutik dengan perawat
fungsi tubuh klien.  Klien sudah mulai
4. menganjurkan klien untuk terbuka dan terbiasa
09-08-2020 berkomunikasi terbuka dengan pasien
9:00 dengan petugas kesehatan  Klien mulai menerima
atau orang penting lainnya. baik masalah dengan
5. Membantu klien penglihatannya

15
menemukan koping yang
efektif tentang
penglihatannya
DX 2 Antisipasi 1. Mengkaji reaksi klien dan  klien bersama keluarga
berkabung keluarga terhadap diagnosis. mulai mencoba mampu
berhubungan 2. Menganjurkan klien untuk menghadapi segala
dengan ekspresi perasaan secara keajadian yang
penerimaan terbuka. mungkin terjadi
kemungkinan 3. Mengantisipasi perasaan  klien mulai menahan
kematian pasien. klien akan kemarahan dan kecemasan dan
ketakutannya. berusaha agar tetap
09-08-2020 4. membantu klien mereview tabah
11:00 pengalaman masa lalu  klien dan keluarga
5. Menganjurkan klien untuk berkecimpung dengan
berpartisipasi dalam ADL bagian tim kanker dan
6. Merujuk klien dan tumor
keluarga kepada kelompok
pendukung.

DX 3 1. Mengkaji integritas kulit  Kulit klien membaik


Kerusakan setiap 4 jam sekali dan tidak adanya gejala
integritas kulit 2. Mempertahankan kulit memburuk
berhubungan bersih dan kering, gunakan  Kulit tampak bersih
dengan efek sabun dan air untuk dan terus membaik
kemoterapi dan memandikan pasien  Klien mulai merasakan
terapi radiasi 3. Mereposisi klien setiap 2 nyaman
jam
09-08-2020 4. Menganjurkan untuk
14:20 intake cairan dan nutrisi
yang adekuat.

6. EVALUASI KEPERAWATAN
Hr/tgl/jam No. Evaluasi keperawatan

16
Selasa, 30-08- 1. S : klien mengatakan sudah mulai membaik
2020 O : Skala nyeri : 4 Klien masih lemah
12:40 A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
Jum`at, 31-09- S : keluarga klien mengatakan aktivitas klien masih di bantu
2020 oleh keluarga
09:00 O : klien masih tampak di bantu oleh keluarga dalam
beraktivitas
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

BAB 4
PENUTUPAN

17
A. KESIMPULAN
Tumor otak adalah terdapatnya lesi yang ditimbulkan karena ada desakan ruang baik
jinak maupun ganas yang tumbuh di otak, meningen, dan tengkorak. (Sylvia.A, 1995: 1030).
Tumor otak adalah suatu lesi ekspansif yang bersifat jinak (benigna) ataupun ganas (maligna)
membentuk massa dalam ruang tengkorak kepala (intra cranial) atau di sumsum tulang
belakang (medulla spinalis). Neoplasma pada jaringan otak dan selaputnya dapat berupa
tumor primer maupun metastase. Apabila sel-sel tumor berasal dari jaringan otak itu sendiri
disebut tumor otak primer dan bila berasal dari organ-organ lain (metastase) seperti kanker
paru, payudara, prostate, ginjal, dan lain-lain disebut tumor otak sekunder. (Mayer. SA,2002).

B. SARAN
1. Perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan
tumor otak secara holistik didasari dengan pengetahuan yang mendalam mengenai
penyakit tersebut.
2. Klien dan keluarganya hendaknya ikut berpartisipasi dalampenatalaksaan serta
meningkatkan pengetahuan tentang tumor otak yang dideritanya.

DAFTAR PUSTAKA

Ginsberg,Lionel.2005. Lecture Notes: Neurologi. Jakarta: Erlangga

18
Baughman, Diace C dan Joann C. Hackley. 2000. Buku Saku Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC

Price, Sylvia A dan Lorrane M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit Vol 2. Jakarta: EGC

Tarwoto, Watonah, dan Eros Siti Suryati. 2007. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: CV Sagung Seto

Batticaca, Fransisca B. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem
Persarafan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds.). (2014). NANDA International Nursing Diagnoses:
Definitions & Classification, 2015-2017, Tenth Edition. Oxford: Wiley Blackwell

Bulechek, Gloria M., [et al.]. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC), Sixth
Edition. United States of America: Mosby Elsevier

Moorhead, Sue., [et al.]. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC): measurement of
health outcomes, Fifth Edition. United States of America: Mosby Elsevier

19

Anda mungkin juga menyukai