Anda di halaman 1dari 8

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Holistik merupakan suatu yang mendasari tindakan keperawatan seperti


dimensi fisiologis, psikologis, sosiokultural, dan spiritual. Dimensi ini merupakan
suatu kesatuan yang utuh. Holistik terkait dengan kesejahteraan terdapat dimensi yang
saling mempengaruhi seperti fisik, emosional, intelektual, sosial dan spiritual.
Pelayanan keperawatan holistik memberikan pelayanan kesehatan dengan lebih
memperhatikan keutuhan aspek kehidupan  sebagai manusia yang meliputi kehidupan
jasmani, mental, sosial dan spiritual yang saling mempengaruhi.
Pengobatan Holistic adalah, Pengobatan dengan menggunakan Konsep
Menyeluruh, yaitu keterpaduan antara Jiwa dan raga, dengan method Alamiah yang
ilmiah, serta ilahia yang mana Tubuh manusia merupakan keterpaduan system yang
sangat Kompleks, dan saling berinteraksi satu sama lainnya dengan sangat kompak dan
otomatis terganggunya satu fungsi/ elemen / unsure tubuh manusia dapat mempengauhi
fungsi yang lainya. Keterkaitan antara jiwa dan raga tidak terpisahkan, sebagaimana
dikenal bahwa : Didalam raga yang sehat terdapat jiwa yang sehat, dan juga sebaliknya
jiwa yang sehat dapat membentuk raga yang sehat.

B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui terapi dan Standar Operasional Prosedur terapi holostik
2. Tujuan khusus
1.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keperawatan holistik sebagai pendekatan asuhan keperawatan


Keperawatan holistik mengacu pada keseimbangan antara seni dan sains
dalam keseimbangannya yang menekankan pada keterampilan analitik dan intuitif,
keterampilan perawatan diri, dan kemampuan untuk merawat pasien dengan
menggunakan keterkaitan tubuh, pikiran, dan jiwa (Dossey, 2009). Selain itu,
keperawatan memang bersifat holistik, karena profesi keperawatan sangat
memperhatikan martabat pribadi secara keseluruhan (McEvoy & Duffy, 2008). Jadi,
kunci harmoni yang ada antara perawat dan pasiennya adalah inti dari keperawatan
holistik.
Perawatan holistik mengakui bahwa kesehatan dihasilkan dari
keseimbangan antara kebutuhan biologis, psikologis, sosial, dan spiritual sebagai
keutuhan manusia. Keutuhannya tergantung pada hubungan kita satu sama lain,
lingkungan kita, dan apa yang memberi makna pada hidup kita. Filosofi dan tujuan
keperawatan holistik adalah meningkatkan seni mengasuh dan merawat secara utuh
(Potter & Frisch, 2007). Perawat memiliki kemampuan unik untuk mempromosikan
keseimbangan harmonis sistem energi manusia (American Holistic Nurses
'Association, 2005). Hati holistik membantu memberdayakan pasien untuk
memanfaatkan sumber daya batin mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka
dan beradaptasi dengan perubahan yang disebabkan oleh lintasan penyakit.
Model pendekatan holistik Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi tubuh,
pikiran, dan jiwa. Ini mendukung keterlibatan keluarga dan teman yang memberikan
perawatan dan memberdayakan individu dengan memberikan informasi dan
pendidikan. Pendekatan perawatan holistik mendorong penyembuhan di semua
dimensi (mental, emosional, spiritual, sosial dan fisik). Terapi komplementer
terintegrasi dengan pengobatan medis konvensional. Alam, seni, musik, dan ruang
untuk meditasi dan doa digabungkan ke dalam lingkungan ini (Joynt & Kimball,
2008; Planetree, 2009).
Karena keperawatan menjadi lebih teknis dan tuntutan kekurangan staf,
tingkat pergantian pasien yang tinggi, dan perawatan kesehatan yang didorong pasar
menciptakan demoralisasi di antara perawat, pencarian hubungan pasien / perawat
yang lebih bermakna telah dimulai. Perawat harus didorong untuk menjadi lebih
holistik, di sisi lain, kondisi tempat kita bekerja berbeda dengan menerapkan prinsip-
prinsip holistik ke dalam praktik. Bangunan-bangunan dari struktur manajemen
nonmedis / keperawatan, kemajuan teknologi dan pelatihan perawat semuanya
tampak bertambah jumlahnya tetapi menjadi kurang dapat dikelola dalam istilah
manusia. Perawat yang tidak bahagia dan stres mampu mengubah kinerja tugas
dalam proses penyembuhan pasien. Para perawat mulai memperluas wawasan
mereka dalam upaya untuk kembali ke manusia, beralih ke terapi komplementer
untuk memperkaya dan memperdalam kontak mereka dengan pasien.
Di rumah sakit dan komunitas, perawat Indonesia melakukan intervensi
rutin konservatif sepuluh tahun lalu. Baru-baru ini, mereka mulai menggunakan
terapi komplementer sebagai intervensi keperawatan independen. Mereka
menerapkan musik, intervensi spiritual, dan pengobatan herbal. Sayangnya,
kelemahan ilmu keperawatan di Indonesia adalah kurangnya penelitian dan bukti
yang mendukung pengembangan topik keperawatan holistik. Bidang penelitian di
Indonesia masih terbatas pada publikasi bidang keperawatan holistik. Beberapa topik
penelitian keperawatan holistik mungkin belum dapat diekspos, oleh karena itu bukti
dalam isu holistik juga adanya privation. Pada kenyataannya kondisi lingkungan
klinik di Indonesia tersebut masih sulit untuk menerima praktek terapi komplementer
tersebut.

B. Kerangka Konseptual Asuhan Keperawatan Holistik


1. penerapan asuhan keperawatan holistik dalam prakteknya
Teori keperawatan dan model keperawatan menjadi pedoman dalam
penerapan asuhan keperawatan holistik dalam prakteknya sebagai berikut:
a. Model Planetree Patient-Centered Care (PPCC)
Model tersebut dikembangkan di Rumah Sakit Griffin. Model PPCC
menggunakan model perawatan holistik yang mendorong penyembuhan di
semua dimensi (mental, emosional, spiritual, sosial dan fisik). PPC
mengintegrasikan terapi gratis dengan perawatan medis konvensional. Tim
Planetree telah melakukan studi yang menggunakan model PPCC ini dalam
mengembangkan Patient-and Family-Centered Care Strategy (PFCC)
(Planetree- & Picker Institute, 2008). Studi ini akan mengadopsi konsep
PFCC dan merumuskannya ke dalam peta.
b. Model Bio-Psiko-Sosial-Spiritual.
Dalam model holistik ini, semua penyakit memiliki komponen
psikosomatis, serta faktor biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang
selalu berkontribusi terhadap gejala, penyakit, atau penyakit pasien.
Dimensi spiritual dalam Model Bio-Psiko-Sosial-Spiritual memasukkan
spiritualitas dalam konteks yang luas: nilai, makna, dan tujuan hidup. Ini
mencerminkan sifat manusia yang penuh perhatian, cinta, kejujuran,
kebijaksanaan, dan imajinasi. Konsep ruh menyiratkan kualitas
transendensi, kekuatan penuntun, atau sesuatu di luar diri dan di luar
perawat atau klien individu. Ini mungkin mencerminkan keyakinan akan
keberadaan kekuatan yang lebih tinggi atau roh penuntun.
c. Ilmu Teori Manusia Kesatuan
Teori ini dikembangkan oleh Martha Rogers dan lebih akrab dengan teori
Rogers. Menurut teori tersebut, keperawatan adalah ilmu humanistik yang
didedikasikan untuk kepedulian penuh kasih dalam menjaga dan
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, dan merawat serta
merehabilitasi orang yang sakit dan cacat. Dalam teori ini, Keperawatan
adalah studi ilmiah bidang energi manusia dan lingkungan. Orang adalah
satu kesatuan yang utuh, yang didefinisikan sebagai medan energi manusia;
manusia berkembang secara ireversibel dan searah dalam ruang dan waktu.
Kesehatan dipahami dalam istilah budaya dan, menurut Rogers, secara
individual ditentukan oleh nilai-nilai subjektif setiap orang. Lingkungan
adalah medan energi lingkungan yang selalu berinteraksi dengan medan
energi manusia (Frisch, 2005).

2. Merawat sebagai Tindakan dalam Asuhan Keperawatan Holistik


Dalam ilmu keperawatan, caring adalah seni, ilmu, dan filosofi. Caring
sering digambarkan sebagai inti dari keperawatan (Watson, 2008) dan
direkomendasikan untuk melengkapi konsep metaparadigma keperawatan.
Peduli adalah cara menjadi (ontologi), tubuh pengetahuan dan cara mengetahui
(epistemologi), ide moral (etika), seni praktik (estetika) dan fenomena sosial
budaya (Ray, 2010). Peduli bisa menjadi cara untuk mendefinisikan praktik
perawat sebagai kepedulian memiliki bahan (Mayeroff, 1971). Unsur penting
dari kepedulian adalah mengenal pasien, ritme yang bergantian, kesabaran,
kejujuran, kepercayaan, kerendahan hati, harapan dan keberanian. Atribut ini
adalah sebagai landasan bagi perawat untuk menerapkan kepedulian terhadap
pasien (Mayerof, 1971). Peduli harus menjadi tanggung jawab moral (Schaefer,
2002). Locsin (2005) melihat perawatan dalam kompetensi teknologi
keperawatan.
Ilmu peduli berkembang lebih saat ini. Dari sudut pandang
pengembangan pengetahuan, teori pengetahuan caring dan caring berada dalam
ilmu keperawatan. Ilmu keperawatan muncul sebagai bidang studi keperawatan
yang berbeda (Cossette, Pepin, Cote, & de Courval, 2008). Akibatnya,
pengetahuan dan praktik perawatan berdampak pada kesehatan manusia (pasien
dan keluarga) dan praktisi perawatan kesehatan (perawat). Scotto (2003)
melakukan tinjauan pustaka untuk definisi baru caring. Scotto menulis bahwa
kepedulian harus didefinisikan sebagai persembahan diri. Artinya persembahan
adalah aspek intelektual, psikis, spiritual, dan fisik yang dimiliki sebagai
manusia untuk mencapai suatu tujuan. Dalam keperawatan, tujuan ini adalah
untuk memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan pasien untuk melakukan dan
memutuskan sendiri. Namun, kepedulian tidak selalu menyenangkan; kadang-
kadang membuat frustrasi dan jarang mudah (Mayeroff, 1971).
Tujuan dari perawatan dalam konteks keperawatan holistik adalah
penyembuhan. Healing adalah munculnya hubungan yang benar antara perawat
dan pasien (Lincoln & Johnson, 2009). Hubungan yang tepat antara perawat dan
pasien dalam caring akan meningkatkan koherensi seluruh tubuh-pikiran-jiwa,
mengurangi gangguan, dan memaksimalkan energi bebas di seluruh tubuh-
pikiran-jiwa, memaksimalkan kebebasan, kemandirian, dan meningkatkan
kapasitas berkreasi. terungkapnya seluruh tubuh-pikiran-jiwa (Quinn, 2009).

3. Harmoni adalah hasil kepedulian dalam proses kepedulian secara holistik.

Perawat mempromosikan keutuhan melalui perawatan menggunakan


pendekatan holistik. Dossey, Keegan, dan Guzetta (2005) mendefinisikan
holistik sebagai "perhatian dengan hubungan antar tubuh, pikiran, dan jiwa
dalam lingkungan yang selalu berubah". Sedangkan The American Holistic
Nurses Association (n. D.) Mendefinisikan wellness (kesehatan) sebagai
"keadaan harmoni antara tubuh, pikiran, dan jiwa". Oleh karena itu, jika perawat
membantu pasien untuk mencapai kesejahteraan utuh, perawat perlu
memberikan perawatan di setiap area tersebut. Dalam memberikan asuhan,
kepedulian sangat penting dalam keperawatan, dan tindakan kepedulian perawat
akan meningkatkan keselarasan tubuh, pikiran, dan jiwa pasien. Easley (2007)
menggambarkan keharmonisan sebagai hubungan antara fenomena, seperti
intervensi keperawatan, atau dimensi spiritual yang selaras dengan alam
semesta. Harmoni biasanya terkait dengan musik, dan digunakan dalam berbagai
indera termasuk lingkungan, dan terhubung dengan tubuh, pikiran, dan jiwa.
Selain itu, harmoni merupakan bagian integral dari komunikasi yang efektif dan
hubungan yang positif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
keharmonisan adalah hubungan tubuh, pikiran, dan jiwa dengan lingkungan
yang menggunakan komunikasi dan hubungan antara petugas kesehatan, pasien
dan keluarga.
Atribut harmoni adalah keseimbangan, kedamaian, dan ritme.
Penyembuhan terjadi ketika klien dan perawat sama-sama mengakui proses
hidup mereka dan menggunakannya untuk bergerak menuju keseimbangan dan
harmoni (Dossey et al., 2005). Asuhan keperawatan diberikan kepada pasien
dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui kehadiran, rasa
hormat, kepercayaan, dan kemitraan. Akibatnya hal ini akan menjaga
keseimbangan dan keharmonisan pasien (Lowe, 2002). Dalam studi Cumbie
(2001), keseimbangan dalam diri sendiri maupun dengan dunia akan
menghasilkan harmoni. Harmoni dengan lingkungan, dan keseimbangan tubuh,
pikiran, dan jiwa juga terdapat pada orang dewasa penyandang disabilitas
(Atkin, 2000). Selain itu, ajaran dan praktik Islam telah memungkinkan produksi
kerangka holistik dalam memenuhi kebutuhan fisik, spiritual, psikososial, dan
lingkungan individu dan komunitas (Ohm, 2003; Rassool, 2000).
Harmoni dalam asuhan keperawatan memanifestasikan hubungan
pribadi, hubungan kerja, dan hubungan perawat-pasien sebagai aspek utama dari
harmoni (Easley, 2007). Hubungan pribadi berarti hubungan antar pribadi.
Hubungan kerja mengacu pada kegiatan yang begitu intens sehingga penting
untuk memiliki tim yang bersatu, harmonis, dan berkomitmen yang menawarkan
perawatan berkualitas, dan harus ada dasar yang kokoh untuk komunikasi yang
konstruktif, persahabatan, dan saling menghormati (Martins & Robazzi, 2009) .
Hubungan perawat-pasien, yang pada dasarnya bersifat terapeutik dalam
interaksi, membutuhkan komunikasi terapeutik menjadi yang terpenting dan
merupakan bagian integral dari perawatan holistik (Wilkin & Slevin, 2004).
Terakhir, hubungan harmonis antara individu (pasien, perawat) dan lingkungan
akan menghadirkan momen yang menyenangkan, kepuasan perawat dan pasien,
serta intervensi keperawatan yang efektif. Dengan demikian, harmoni berpotensi
relevan dengan asuhan sebagai salah satu hasil keperawatan.
Harmoni secara rutin ditemukan dalam penelitian keperawatan,
misalnya, mendamaikan dengan keharmonisan adalah salah satu strategi koping
yang digunakan oleh pengasuh keluarga Cina dari kerabat lansia yang
mengalami gangguan stroke (Lee & Mok, 2011), menjadi selaras dengan diri
sendiri adalah cara untuk menerima penyakit kronis (Delmar et al., 2005) dan
jam kunjungan terbuka dalam perawatan kritis akan meningkatkan
keharmonisan tubuh, pikiran, jiwa pasien (Whitton & Pittiglio, 2011). Semua
penelitian ini menemukan bahwa keharmonisan tubuh, pikiran, dan jiwa
membantu pasien dan keluarganya dalam menyesuaikan diri dengan penyakit
dan lingkungannya. Dengan demikian, untuk mencapai harmoni, perawat harus
memelihara lingkungan yang menyenangkan, perasaan puas, konsep diri yang
positif, dan program intervensi keperawatan yang efektif untuk pasien.
Disarankan bahwa perawat harus mampu meningkatkan keharmonisan dalam
asuhan keperawatan agar bermanfaat bagi pasien.

Anda mungkin juga menyukai