*
Menteri Perindustrian Republik Indonesia
PERATURAN
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 88/M-IND/PER/10/2014
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN
NOMOR 134/M-IND/PER/ 10/2009 TENTANG PETA PANDUAN
(ROAD MAP| PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI GARAM
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang :a. bahwa dalam rangka — pemenuhan —_kebutuhan,
penggunaan garam yang memenuhi persyaratan bagi
industri, perla mengubah ketentuan jenis garam dan
penggunaanya sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 134/M-
IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map)
Pengembangan Klaster Industri Garam;
b. bahwa berdasarkan —_pertimbangan _sebagaimana
dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan
Menteri Perindustrian tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 134/M-IND/PER/ 10/2009
tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan
Klaster Industri Garam;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang
Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
republik Indonesia Nomor 5492);
2. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang
Pembentukan Organisasi_ _ Kementerian Negara
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 13 Tahun 2014;
3. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara
serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon |
Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 14 Tahun 2014;
4. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Keputusan Presiden Nomor 41/P Tahun 2014;Menetapkan
Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 88/M-IND/PER/ 10/2014
5. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 134/M-
IND/PER/10/2009 tentang Peta Panduan (Road Map)
Pengembangan Klaster Industri Garam;
6. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 105/M-
IND/PER/10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Kementerian Perindustrian;
7. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 64/M-
IND/PER/7/2011 tentang Jenis-Jenis Industri Dalam
Pembinaan Direktorat Jenderal dan Badan di
Lingkungan Kementerian Perindustrian;
MEMUTUSKAN:
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI
PERINDUSTRIAN NOMOR — 134/M-IND/PER/ 10/2009
TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP, PENGEMBANGAN
KLASTER INDUSTRI GARAM.
Pasal I
Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri
Garam sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan
Menteri Perindustrian Nomor 134/M-IND/PER/10/2009
tentang Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster
Industri Garam diubah menjadi sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Peraturan Menteri ini.
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 17 Oktober 2014
MENTERI PERINDUSTRIAN
Salinan sesuai dengan aslinya REPUBLIK INDONESIA,
retariat Jenderal
Perindustrian ted.
m dan Organisasi
Y MOHAMAD S. HIDAYAT
SALINAN Peraturan Menteri ini disampaikan kepada:
Poet
Presiden RI;
Wakil Presiden RI;
Menteri Kabinet Indonesia Bersatu;
Gubernur seluruh Indonesia;
Bupati/Walikota seluruh Indonesia
Eselon I di lingkungan Kementerian Perindustrian,
2LAMPIRAN PERUBAHAN PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA
NOMOR_ : 88/M-IND/PER/10/2014
TANGGAL : 17 Oktober 2014
PETA PANDUAN
PENGEMBANGAN KLASTER INDUSTRI
GARAM
BABI PENDAHULUAN
BABII SASARAN
BAB III STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB IV PROGRAM / RENCANA AKSI
MENTERI PERINDUSTRIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
MOHAMAD S. HIDAYAT
Salinan sesuai dengan aslinya
Sekretariat Jenderal
ian Perindustrian
m dan OrganisasiLampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 8g /M-IND/PER/10/2014
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Ruang Lingkup Garam
Garam merupakan produk dari kelompok industri kimia dasar Chlor
Alkali yang terdiri dari garam konsumsi dan garam industri.
B. Pengelompokan Garam
st
B.1. GARAM KONSUMSI
Garam Konsumsi adalah garam yang digunakan untuk konsumsi atau
dapat diolah menjadi garam rumah tangga dan garam diet untuk konsumsi
masyarakat
B.1.1. Garam Rumah Tangga
Garam rumah tangga adalah garam konsumsi beryodium dengan
kandungan NaCl min. 94% atas dasar basis kering (adbk), air maks.
7%, bagian yang tidak larut dalam air maks. 0,5 mg/kg (adbk),
Kadmium (Cd) maks. 0,5 mg/kg, Timbal (Pb) maks. 10,0 mg/kg,
Raksa (Hg) maks. 0,1 mg/kg, dan cemaran Arsen (As) maks 0,1
mg/kg, serta Kalium lodate (KIO3) min. 30 mg/kg _yang berbentuk
padat dan dapat dikonsumsi langsung oleh masyarakat.
B.1.2. Garam Diet
Garam diet adalah garam konsumsi beryodium berbentuk
cairan/padat dengan kadar NaCl maks 60% (adbk) serta Kalium
lodate (KIOs) min. 30 mg/kg yang dapat dikonsumsi langsung oleh
masyarakat.
B.2. GARAM INDUSTRI
Garam industri adalah garam yang digunakan sebagai bahan
baku/penolong pada proses produksi.
Garam industri digunakan untuk :
1. Industri Kimia;
Industri Aneka Pangan;
Industri Pharmasi;
Industri Perminyakan; .
Industri Penyamakan Kulit;
Water Treatment.B.2.1
B.2.2.
B.2.3.
B.2.4.
B25.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor :88/M-IND/PER/ 10/2014
Garam Industri Kimia
Garam industri kimia adalah jenis garam yang digunakan untuk
memproduksi senyawa kimia antara lain Chlor Alkali Plant (CAP),
dengan standard High Grade, kadar NaCl min. 96 % atas dasar basis
kering (adbk), Kadar air (b/b) maks 2,5%, Calsium (Ca) maks 0,1%
atas dasar basis basah (adbb), Magnesium (Mg) maks 0,05% (adbb),
bagian yang tidak larut dalam air maks. 0,05%, Kadar sulfat (SO,)
0,2% (adbb). Hasil produk CAP digunakan, antara lain untuk
industri kertas, industri PVC, sabun/detergen, dan tekstil.
Garam Industri Aneka Pangan
Garam industri aneka pangan adalah garam yang beryodium
maupun tidak beryodium dan digunakan sebagai bahan
baku/penolong pada industri aneka pangan untuk memproduksi
makanan maupun minuman.
Spesifikasi garam industri aneka pangan adalah garam yang
beryodium maupun tidak beryodium dengan standard food grade
dan telah diolah dengan tingkat kehalusan tertentu dengan kadar
NaCl min. 97% atas dasar basis kering (adbk), Calsium (Ca) maks
0,06%, Magnesium (Mg) maks. 0,06%, Kadar air (b/b) maks. 0,5%,
bagian yang tidak larut dalam air maks. 0,5%, dan cemaran logam
Kadmium (Cd) maks. 0,5 mg/kg, Timbal (Pb) maks. 10 mg/kg, Raksa
(Hg) maks. 0,1 mg/kg dan Arsen (As) maks 0,1 mg/kg, untuk yang
beryodium min 30 mg/kg (adbk)
Garam jenis ini antara lain digunakan pada industri mie/noodle,
bumbu masak, biskuit, minuman, gula, kecap, mentega, dan
pengalengan ikan
Garam Industri Farmasi
Garam untuk industri farmasi adalah garam yang digunakan sebagai
bahan penolong pada industri farmasi.
Spesifikasi garam untuk industri farmasi adalah jenis garam dengan
kadar NaCl min, 99,8% (adbk), dengan kadar Impurieties mendekati
0 % . Garam jenis ini digunakan pada industri farmasi antara lain
pembuatan Cairan Infus, Cairan pembersih darah (Haemodialisa)
atau garam murni (pure analysis-p.a).
Garam Industri Perminyakan
Garam untuk industri perminyakan adalah garam yang digunakan
sebagai bahan penolong pada proses pengeboran minyak.
Spesifikasi Garam industri perminyakan yaitu garam yang
mempunyai kadar NaCl min, 95% (adbk), Sulfat (SOs) maks. 0,5%,
Calcium (Ca) maks. 0,2% dan Magnesium (Mg) maks. 0,3% dengan
kadar air 3% - 5%.
Garam Industri Penyamakan Kulit
Garam untuk industri penyamakan kulit adalah garam yang
digunakan sebagai bahan penolong pada proses penyamakan kulit.B.2.6.
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 88/M-IND/PER/10/2014
Spesifikasi Garam untuk industri penyamakan kulit adalah garam
yang peruntukannya sebagai bahan penolong dengan standard
kadar NaCl min. 85% atas dasar basis kering (adbk)
Garam Water Treatment
Garam untuk water treatment adalah garam yang digunakan sebagai
bahan penolong pada penjernihan air dan/atau pelunakkan air pada
boiler.
Spesifikasi garam untuk water treatment adalah garam dengan
tingkat kadar NaCl min 85% yang peruntukannya sebagai bahan
penolong untuk penjernihan air. Sedangkan, untuk pelunakkan air
pada boiler dibutuhkan spesifikasi garam dengan tingkat kadar NaCl
min 95%.Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor :88/M-IND/PER/ 10/2014
BABII
SASARAN
A. Jangka Menengah (2010 ~ 2014)
a, Intensifikasi lahan pegaraman, Peningkatan Produktivitas Lahan
Garam dan Kualitas Produk Garam.
Sasaran: peningkatan produktivitas lahan dari rata-rata 60 ton/ha
menjadi 80 ton/ha per musim, rata-rata kualitas garam mencapai 50
% K1, 30 % K2, dan sisanya 20 % K3.
b. Fasilitasi infrasruktur (saluran primer, sekunder & pintu air),
penerapan manajemen mutu lahan dan sistem panen untuk
meningkatkan produktivitas lahan pegaraman dan kualitas garam
rakyat.
c. Peningkatan produksi, distribusi dan konsumsi garam beryodium
untuk mencapai USI (Universal Salt Jodization), yaitu pemenuhan
garam beryodium yang memenuhi syarat pada 90% masyarakat di
Kabupaten /Kota.
d. Ekstensifikasi Lahan produksi garam
Sasaran: Pengembangan lahan di Madura-Sampang
2000 hektar, NTB Bima (500 ha), NTT Flores 2000 ha, persiapan
Kupang 6000 hektar.
B, Jangka Panjang (2010 ~ 2025)
1. Melanjutkan Intensifikasi industri garam untuk Peningkatan
Produktivitas Lahan Garam dan Kualitas Produk Garam.
Sasaran: Meningkatkan kapasitas dari rata-rata 80 ton/ha menjadi
100 ton/ha/tahun, rata-rata kualitas garam mencapai 65 % K1, 25 %
K2, dan sisanya 10 % K3.
2. Indonesia mampu swasembada garam konsumsi dan aneka
industri untuk garam dengan kadar NaCI 95% dan sebagian garam
industri telah mampu subtitusi impor 30%.
3. Melanjutkan Ekstensifikasi Lahan produksi garam
Sasaran: Melanjutkan pengembangan lahan di NTT Flores 2000 ha
dan pengembangan areal Kupang 6000 hektar.
4. Yodisasi garam
Sasaran: Produksi distribusi dan konsumsi garam beryodium untuk
semua (USI) telah tercapai dan berkesinambungan.Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 88/M-IND/PER/10/2014
BAB III
STRATEGI DAN KEBIJAKAN
A. Visi dan Arah Pembangunan Industri Garam
1. Memenuhi kebutuhan garam nasional dengan mengoptimalkan
produksi dalam negeri
2. Meningkatkan kesejahteraan petani garam sebagai penyedia bahan
baku
3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam pantai untuk
produksi garam
4. Pencapaian Konsumsi Garam Beryodium untuk Semua (KGBS) dengan
memenuhi kebutuhan sampai dengan pendistribusian garam
beryodium yang memenuhi persyaratan kadar yodium > 30 ppm.
B. Indikator Pencapaian
1. Terpenuhinya kebutuhan aneka industri dan konsumsi garam
nasional
2. Meningkatnya produksi garam nasional.
3. Menurunnya volume garam impor.
4. Terdistribusinya garam beryodium yang memenuhi persyaratan kadar
yodium (> 30 ppm) di seluruh Indonesia di atas 90% dari kebutuhan
masyarakat tiap kabupaten/kota
C. Tahapan Implementasi
1. Intensifikasi lahan produksi yang sudah ada (existing) di sentra
produksi garam Jawa Bagian Utara (Indramayu, Cirebon, Demak, Pati,
Rembang, Tuban, Gresik, Pasuruan dan Probolinggo), Madura
(Sampang, Pamekasan, Sumenep), NTB (Lombok, Sumbawa dan
Bima), NTT (Flores, Kupang), Sulawesi Selatan (Maros, Takalar dan
Jeneponto) serta Sulawesi Tengah (Palu, Parigi Moutong) guna me-
ningkatkan produktivitas lahan dan kualitas hasil produksi garam.
2. Peningkatan kemampuan industri pengolahan garam (pencucian,
pengeringan dan yodisasi) guna meningkatkan mutu produk garam
bahan baku pasca panen dalam rangka pemenuhan kebutuhan
garam yang memenuhi persyaratan bagi industri aneka maupun
konsumsi.
3. Pemenuhan garam industri Chlor Alkali dan Farmasi dari impor
secara selektif dan terkendali.
4. Ekstensifikasi lahan produksi garam dengan mendayagunakan
Jahan potensial dalam rangka perluasan areal produksi dan
pemerataan pembangunan industriLampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor : 88 /M- IND/PER/10/2014
5. Koordinasi instansi terkait dan Pemda dalam rangka pemenuhan
garam beryodium yang memenuhi persyaratan kadar yodium > 30
ppm melalui:
- Pemenuhan jumlah kebutuhan garam konsum beryodium (sektor
produksi); pendistribusian; pemenuhan landasasan hukum
(perda di tiap Provinsi/Kabupaten/Kota) serta penegakan
hukumnya (law enforcement).Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor $8 /M- IND/PER/ 10/2014
BAB IV
PROGRAM / RENCANA AKSI
A. Jangka Menengah (2010 - 2014)
1. Intensifikasi Jahan pegaraman dalam rangka _ peningkatan
Produktivitas Lahan Garam dan Kualitas Produk Garam.
Rencana Aksi:
a. Pemetaan Lahan Produksi garam
b. Pemetaan Kualitas Garam
c. Penataan struktur lahan (lay out), peningkatan teknologi
pembuatan garam, — penerapan manajemen mutu lahan garam
dan perbaikan sistem panen.
d. Peningkatan Kemampuan SDM pegaram.
2. Fasilitasi infrastruktur (saluran primer, sekunder & pintu air) untuk
meningkatkan produktivitas lahan pegaraman dan kualitas garam
rakyat.
Rencana Aksi:
a. Pembuatan studi tata ruang dan tata letak sentra produksi
garam sebagai implementasi dari pemetaan lahan garam.
b. Koordinasi instansi terkait (PU, Lembaga Keuangan dan Pemda)
dan rangka pengembangan infrastruktur sentra produksi garam.
3. Peningkatan produksi, distribusi dan konsumsi garam beryodium.
untuk mencapai USI (Universal Salt Iodization), yaitu pemenuhan
garam beryodium yang memenuhi syarat pada 90% masyarakat di
Kabupaten/ Kota.
Rencana Aksi:
a. Pemetaan kembali teknologi, produksi dan kualitas industri garam
olahan (non dan beryodium)
b. Pembinaan teknologi, sistim mutu dan pengawasan produksi
garam beryodium.
Pemenuhan perangkat hukum (perda di Provinsi/ Kabupaten/Kota)
dalam rangka pemenuhan garam beryodium yang memenuhi
persyaratan (produksi, distribusi, pengawasan, dan tindakan
hukumnya (law enforcement).
4. Ekstensifikasi Lahan
Pengembangan lahan di Madura-Sampang 2000 hektar, NTB Bima
(800 ha), NTT Flores 2000 ha, persiapan Kupang 6000 hektar.
Rencana Aksi
a. Identifikasi dan pemetaan potensi lahan yang prospektif dan
pembuatan Feasibility Study.
b. Fasilitasi infrastrukturLampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 38/M-IND/PER/10/2014
d. Promosi investasi
¢, Pelaksanaan proyek perluasan lahan
5. Pengembangan Kelembagaan
a. Pembinaan Asosiasi Produsen Garam Bahan Baku/ Produsen
Garam Rakyat dan Produsen Garam Beryodium secara
berkesinambungan.
b. Fasilitasi_berdirinya Unit Usaha Bersama/Koperasi produsen
Garam Bahan Baku/Produsen Garam Rakyat dan Produsen Garam
Beryodium di sentra produksi garam.
c. Fasilitasi berdirinya UPT garam bahan baku dan garam beryodium
di sentra produksi garam.
d. Koordinasi Instansi/Lembaga terkait di tingkat Pusat dan Daerah
dalam rangka pembinaan Industri garam meliputi:
- Iklim industri garam (pengarturan impor dan distribusi garam)
yang kondusif.
- Produksi dan distribusi garam beryodium yang memenuhi
persyaratan.
- Penegakan norma sosial (social enforcement) dan hukum (law
enforcement) garam beryodium
B. Jangka Panjang (2010 ~ 2025)
1
Indonesia mampu swasembada garam konsumsi dan aneka industri
untuk garam dengan kadar NaCl 95% dan sebagian garam industri
telah mampu subtitusi impor 30%.
. Melanjutkan intensifikasi lahan pegaraman dalam rangka peningkatan
Produktivitas Lahan Garam dan Kualitas Produk Garam
Rencana Aksi:
a. Melanjutkan penataan struktur lahan (lay out), peningkatan teknologi
pembuatan garam, penerapan manajemen mutu lahan garam dan
perbaikan sistem panen.
b. Peningkatan Kemampuan SDM pegaram.
Melanjutkan fasilitasi infrasruktur (saluran primer, sekunder & pintu air)
untuk meningkatkan produktivitas lahan pegaraman dan kualitas garam
rakyat.
Rencana Aksi:
a, Implementasi hasil studi tata ruang dan tata letak sentra produksi
garam.
b. Koordinasi instansi terkait (PU, Lembaga Keuangan dan Pemda) dan
rangka pengembangan infrastruktur sentra produksi garam.
Produksi, distribusi dan konsumsi garam beryodium dalam rangka USI
(Universal Salt _lodization) berkesinambungan dan dipertahankan
(sustainable).Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor :88/M- IND/PER/10/2014
Rencana Aksi:
a. Melanjutkan pembinaan teknologi, sistim mutu dan pengawasan
produksi garam beryodium.
b. Melengkapi pemenuhan —_perangkat + hukum = (perda__— di
Provinsi/Kabupaten/Kota) dalam rangka pemenuhan garam
beryodium yang memenuhi persyaratan (produksi, distribusi,
pengawasan dan tindakan hukumnya (law enforcement).
Ekstensifikasi Lahan
Melanjutkan ekstensifikasi dengan mengembangkan lahan di NTT Flores
2000 ha dan Kupang 6000 hektar.
Rencana Aksi.
Pembuatan Feasibility Study,
Fasilitasi infrastruktur
Promosi investasi
Pelaksanaan proyek perluasan lahan di NTT Flores 2000 ha dan
Kupang 6000 hektar.
6. Pengembangan Kelembagaan
a, Pembinaan Asosiasi Produsen Garam Bahan Baku/Produsen
Garam Rakyat dan Produsen Garam Beryodium secara
berkesinambungan
b. Fasilitasi berdirinya Unit Usaha Bersama/ Koperasi produsen Garam
Bahan Baku/ Garam Rakyat dan Produsen Garam Beryodium di
sentra produksi garam.
c. Fasilitasi berdirinya UPT garam bahan baku dan garam beryodium di
sentra produksi garam.
d. Koordinasi Instansi/Lembaga terkait di tingkat Pusat dan Daerah
dalam rangka pembinaan Industri garam meliputi :
- Iklim industri garam (pengarturan impor dan distribusi garam)
yang kondusit.
- Produksi dan distribusi garam beryodium yang memenuhi
persyaratan
- Penegakan norma sosial (social enforcement) dan hukum (law
enforcement) garam beryodium.
nose
9nda
lve garam ak ast can ga arson
egos
| ngustiPenduaung,
Indu gemeinn 6a Kalu at 03)
Gambar 1. Kerangka Pengembangan Industri Garam
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian Rl
Nomor 88/M-IND/PER/10/2014
nous Tena
Inout kemasan
SesranJngla enangah 010-015)
| Tepeninja abuhan gran
2. Teeapanya pga Uns Sat oaton
3. Tecapanya waserbace gam ut ane inst dengan hada NaCl 95%
‘Sate
Sekor_ eri penersngen SOM dam aga mengenbangkon usb br
¢.Margentenlan tlmbagion usta Asses, Kops)
nro
2 asia perwrapa tal bang an prcayasian tbl, seh, erga) pet
2. Fontes parbangunan na sua an banun sara pros,
10Pemeiatah Pusat
Mento perckonomion, dappenas,
Depkeu, Dep PU, Depdag xP, BSN,
Depkes, KoperasiRUKM, BPO,
‘Bahan Batu Garam Rakyat, Garam
PT, Garam, Garam por, Kalam
Mesin dan Peralta
pees Garam,
Unit Penucian,
Unit odie
Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian RI
Nomor 88/M-IND/PER/10/2014
emda:
Forum Koma
inasndaghop, Bappeds,Dinkes
working Group
Fasitator Klaster
aka BUMN, Pr
‘caram, dan
Swasta/makyat
‘nest Chor Aa,
Indust Fama,
Industri Pangan
Industri Anka
Perminyakkan,
Pakan Ternak
Pengasinan ikan,
Penyarnmakkan
A
UI [APROGAKOR, APGR
sass
Transportes Perbonkan
Gambar 2. Kerangka Keterkaitan Industri Garam,
aLampiran Peraturan Menteri Perindustrian Rt
Nomor :88/M=IND/PER/10/2014
Tabel 1. Peran Pemangku Kepentingan
fs Peneah Past Pana ‘rae B00 Ren TTS ra
eG
+ aagaaranberenan 7 of. aye 2 fefe °
randori
cm ada
”
peseoe
spa
sees
weep id
“
onsite
008
aio
sine
on
1s
xg
2 Preston ae else l=ecle igen 7 . ;
‘lst Gacden dae g
1: ea Pa poatn
ran gee ane o e}efofo fo of °
ar |
(5 Fasneciamvar gon . [|e e[ ie a
Penance rt |
va int grammars a jo] |
sms gran ens
(exert na won
seater o 8 ‘ sfoo fo ° ‘
sesasumasopertogan
‘ananaeea nt8 can
B Periaanesoy an peas ra |
seoohgeam ganacan senna 7 : tl oaks tlhe 7
aman cons) 5 ‘
1. Ponpan ope SOM |
"1 Pgeronoen Ratna |
2Lampiran Peraturan Menteri Perindustrian Rl
Nomor : 88/M-IND/PER/ 10/2014
Tabel 2. Program/Kegiatan Peran Pemangku Kepentingan
a =
GE
Progankepaan TEEGGRERRR LEER E EY
PERE R BEFEE® FE
Pore ean
hen Pep vf le . ve fe fe
2 Penta an promot ras stn
Fa at vf fe |
1. Sautan per dan sekundet | }
b pena
«psa
6 se Teer |
Penta abn Pgean Sens Bt of fy v fete | “
un Sa Poa vf fe vf fe fe fe fe
oan Se
» at ata |
eran rast Ora ng atc «|e vee
arn Aan a Px Pr, ns) vf fe vel ‘
Parana or Sora osha Aa ae) v| fe v fe fe fe ‘
a. Pompa Kine Aegin |
Peningkatan Kemampvan Sumber Daye Manusia (Penggaram) voviy wfw ly viv] vw fw .
1 sto peas goon ttn aaa a |
& Pegentn eigen beyasen |
bi tro |
Peningkatan Kualtas Garam Rakyat Mevjadi Bahan Baku ’ . vile fe fy fe fe ”
«4 Pencucian garam huaitas rendeh menjadi garam bahan beky | |
Bannan st ge perpen, on preterm a =
BLampiran Peraturan Menteri Perindustrian Ri
Nomor 88/M-IND/PER/10/2014
Pnopatan Prods! Garam Beye
«8 Peigttan Pras Garam Bayou sent garam aya
Barun pean
Penna, Pereaoa Sn UR
Barun pratan Kum at.
Pangurbgan Kebjptan da Kelondaguan
2 Penysunan dor Prep SN utuh masng meinen ust
bs Pengadan ema ssi dan kum
« Pengmaanen ern keegan ans pergpram den ani pergerbargan
-geemtenosum
Program Estnsias
1 Porat ha ergaraman it extras tuto awason
ur does NT
Fastaspronesiinesas ponbangutan nus gam
« Pembsrgnen nist gaan ut
Paneragan Masai Loang dan Perekayasnan dl ndot dang Garam
onitoing Garam Ralyatdan Garam Benyodiom
Koorsinas| Pengananan din Kessinbangen Hage Garam
4 Moning har gaamayat
' Moning hat geramimper
. Pendapan haa garam
‘Abeta PninglatanKonsumslPenegolian Norma Sosa dan Hukum
crs