A. Pendidikan Akhlak
1. Pengertian Akhlak
jamak dari khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah
lahiriah manusia. Seperti raut wajah, gerak anggota badan dan seluruh
1
tubuh.
b. Imam Al Ghazali mengatakan akhlak ialah sifat yang tertanam dalam jiwa
1
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif Al Qur’an, Cet. Ke-1 (Jakarta:
Amzah, 2007), hlm. 2-3
127
pada pemilihan pihak yang benar (akhlak baik) atau pihak yang jahat
(akhlak buruk).
melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa melalui
2
proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).
e. Ahmad Amin berpendapat bahwa budi adalah suatu sifat jiwa yang tidak
muamalah. Namun perbuatan yang hanya dilakukan satu atau dua kali
3
tidak menunjukkan akhlak.
4
terdapat teori “perkembangan moralitas” (akhlak). Dengan demikian,
adalah pasti jika dikatakan bahwa akhlak baik tidak dapat terbentuk
2
Ibid., hlm. 3-4
3
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), terj., Farid Ma’ruf. Cet., Ke- 6 (Jakarta: Bulan
Bintang, 1991), hlm. 63
4
Ali Al-Jumbulati, Perbandingan Pendidikan Islam, Judul Asli, "Dirâsah Muqâranah fi
al-Tarbiyyah al-Islâmiyyah, Terjemahan M. Arifin, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1994), cet. ke-1,
hlm. 158
128
suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi
5
sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai moral dan nilai-nilai norma agama.
secara totalitas.
ﺎﺸﺣﺎﻓ َﻻو- ﻰﻠﺻ ﷲ ﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو- لﺎﻗ ﻢﻟ ﻦﻜﯾ ﻰﺒﻨﻟا- ﻰﺿر ﷲ ﺎﻤﮭﻨﻋ- ﻦﻋ ﺪﺒﻋ ﷲ ﻦﺑ وﺮﻤﻋ
ﻮﻘﯾ « نإ ﻦﻣ ﻢﻛرﺎﯿﺧ ﻢﻜﻨﺴﺣأ ﺎﻗﻼﺧأgﺎﺸﺤﻔﺘﻣ نﺎﻛو ل.
“Abdullah bin Amr RA, berkata, “Nabi SAW bukan seorang yang keji dan
bukan pula bersikap keji. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya yang terbaik di
6
antara kamu adalah yang paling baik akhlaknya’.”
sifat yang baik dan memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang
yang berakhlak mulia. Itu berarti bahwa akhlak mulia adalah suatu hal
5
Asmaran As, op. cit., hlm. 5
6
Al-Bukhari, Op.cit., Juz 2, hlm. 1398
129
yang perlu dimiliki oleh umatnya. Agar setiap muslim dapat memiliki
muslim.
« ﻦﻋ ﻰﺑأ ةﺮﯾﺮھ لﺎﻗ ﻞﺌﺳ لﻮﺳر ﷲ ﻰﻠﺻ ﷲ ﮫﯿﻠﻋ ﻢﻠﺳو ﻦﻋ ﺮﺜﻛأ ﺎﻣ ﻞﺧﺪﯾ سﺎﻨﻟا ﺔﻨﺠﻟا لﺎﻘﻓ
« ﻢﻔﻟا ج'ﺮﻔﻟاو ( هاورg ﻞﺌﺳو ﻦﻋ ﺮﺜﻛأ ﺎﻣ ﻞﺧﺪﯾ س''ﺎﻨﻟا رﺎﻨﻟا لﺎﻘﻓ.» ىﻮﻘﺗ ﷲ ﻦﺴﺣو ﻖﻠﺨﻟا
)ىﺬﻣﺮﺘﻟا
dan fitrah yang dapat diterima oleh semua pihak. Beberapa akhlak yang
7
Al-Tirmiziy, Op.cit., Juz 3, hlm. 245
130
kasih sayang, tidak kikir dan keluh kesah, tidak hasud, menahan diri dan
8
dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua mempunyai kewajiban untuk
akhlakul karimah sangat penting untuk diberikan oleh orang tua kepada
9
anak-anaknya dalam keluarga.
pekerti sering disinonimkan antar istilah yang satu dengan yang lainnya,
10
memberi orientasi sebagai petunjuk kehidupan manusia. Beberapa point
istilah tersebut.
a. Moral
bentuk jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Sedangkan secara
8
493 Irwan Prayitno, Anakku Penyejuk Hatiku, (Bekasi: Tarbiyatuna, 2004), cet.ke-2, hlm.
9
Khalil Al-Musawi, Bagaimana Membangun Kepribadian Anda. (Jakarta: Lentera,
1999), hlm. 21
10
Ahmad Syukri, Dialog Islam & Barat: Aktualisasi Pemikiran Etika Sutan Takdir
Alisjahbana (Jakarta: Gaung Persada Press, 2007), hlm. 112
131
perbuatan yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik, buruk.
Dan yang dimaksud orang yang bermoral adalah yang dalam tingkah
lakunya selalu baik dan benar. Tolak ukur moral adalah norma- norma
11
yang tumbuh dan berkembang didalam masyarakat. Moral juga
diterima tentang tindakan manusia yang baik dan wajar dan diterima
12
oleh kesatuan atau lingkungan tertentu.
bagaimana perilaku sesuai dengan dengan norma atau nilai yang diakui
13
oleh individu atau kelompok. Nilai-nilai tersebut diyakini oleh
14
moral.
b. Etika
11
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar, Akhlak Tasawuf: Manusia, Etika, dan Makna
Hidup (Bandung: Nuansa, 2005), hlm. 29-30
12
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, Pengantar Study Akhlak (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2004), hlm. 46
13
Amril M, Etika Islam Telaah Pemikiran Filsafat Moral Raghib Al Isfahani (Yojakarta:
Pustaka Pelajar, 2002), hlm. 18-19
14
Ibid, hlm. 95-96
132
15
pikiran manusia, atau rasio. Dalam arti yang luas etika adalah suatu
16
menjalankan hidupnya mengenai suatu cara yang rasional.
manusia. Selain itu etika bersifat relatif yang dapat berubah-ubah sesuai
17
dengan tuntutan zaman.
c. Budi Pekerti
menentukan mana yang baik dan buruk, budi adalah hal yang
15
4-8 Yatimin Abdulllah, Pengantar Studi Etika (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.
16
Ahmad Syukri, op. cit., 113
17
Ibid, hlm. 91-92
133
manusia yang terlihat karena terdorong oleh perasaan hati atau disebut
18
juga dengan behavior.
yang mana secara hakiki adalah perilaku, dan budi pekerti berisi
19
sopan santun, norma budaya dan adat istiadat masyarakat.
hukum atau nilai dari suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia dari
aspek baik dan buruknya, benar dan salahnya, yang sama-sama bertujuan
dan batin.
budi pekerti dapat dilihat dari sifat dan spektrum pembahasannya, yang
secara umum, sedangkan moral dan budi pekerti bersifat praktis yang
Al Qur’an dan Hadits, etika berdasarkan akal pikiran atau rasio, sedangkan
18
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar, op. cit., hlm. 18
19
Nurul Zuriah, op. cit., hlm. 17
134
moral dan budi pekerti berdasarkan pada kebiasaan yang berlaku pada
masyarakat.
akhlak dengan etika, moral dan budi pekerti mempunyai nuansa perbedaan
dan titik mula yang beragam yaitu wahyu, akal, dan adat istiadat atau
20
kebiasaan.
dalam hal ini disebut sebagai prinsip hidup atau prinsip pembinaan
a. M
enguatkan Keimanan
selain Allah tidaklah berasal dari sesuatu itu sendiri tetapi berasal dari
Allah Yang Maha Kuasa. Menganggap alam semesta berasal dari alam
20
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar, op. cit., hlm. 31
135
paling tinggi ialah iman kepada Allah. Jika ditinjau dari aspek
tampak, tetapi bagaimana dunia itu menurut pikiran mereka. Said Nursi
21
Said Nursi, Alegori Kebenaran Ilahi, (diterjemahkan oleh Sugeng Hariyanto),
(Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 93
22
Rukun iman terdiri dari iman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, hari kiamat, dan qadha dan qadhar. Rukun iman ini adalah akidah atau
keimanan yang sudah panjang diperdebatkan. Bagi Ahlussunnah Wal-Jama’ah akidah adalah suatu
hal yang asasi sekali dalam kehidupan seorang muslim. Karena akidahlah yang mendasari sikap,
tingkah laku dan segala yang dikerjakannya. Bagi Ahlussunnah Wal-Jama’ah sangat mendukung
doktrin rukun iman ini. (Syaikh Muhammad Shaleh al-‘Utsaimin, Aqidah Ahulus sunah wal
Jama’ah, Yayasan al-Sofwa, Jakarta, 1995, hlm. 7-12). Namur, Said Nursi menekankan bahwa
pernyataan tauhid Laa ilaaha Ilaallaahu tidak dipisahkan terhadap pengakuan Muhammaddur
Rasulullah (Muhammad Rasul Allah) yang merupakan satu kesatuan tauhid, juga dalam
realisasi amaliah kehidupan. Argumentasi Said Nursi menyatakan bahwa “Siapapun yang
menyangkal Nabi Muhammad Saw yang merupakan kebanggaan semua makhluk dan kehormatan
umat manusia karena mu’jizat-mu’jizatnya dan prestasi-prestasinya pasti tidak mungkin dapat
menerima, Nur (cahaya) atau pasti tidak benar-benar mengenali Allah” (Said Nursi 2003b), Op.
Cit. h1m. 465-466
136
23
sesuatu.
Laa ilaaha illah Allah. Dia akan melihat keteraturan dan harmoni,
b. B
23
ibid
24
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Sinar yang
Mengungkap Sang Cahaya; Epitomes Of Light). (Jakarta: Murai Kencana, 2003), hlm. xxvii
137
tanpa ada al-Qur’an maka manusia tidak akan mengenal Allah sebagai
Penciptanya.
merupakan wahyu Allah yang agung dan bacaan mulia serta dapat
26
khalifa’urrasyiddin.
25
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan.
(Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2002), hlm. 81
26
Ketika Abu Bakar memimpin beliau menghadapi orang-orang yang enggan
membayar zakat, karena itu beliau menyiapkan pasukan dan mengirimkanya untuk
memerangi orang-orang yang murtad. Peperangan itu dikenal dengan perang Yamamah,
perang itu terjadi pada tahun 12 Hijriyah. Dalam peperangan tersebut sekitar 70 orang
penghafal at-Qur’an gugur. Umar bin Khatab merasa khawatir dengan kondisi ini lalu beliau
mengusulkan kepada Abu Bakar untuk membukukan al-Qur’an dalam sebuah Mushaf, semula
Abu Bakar merasa ragu-ragu namun akhirnya menerima usulan dari Umar bin Khatab. Abu Bakar
memerintahkan kepada Zaid bin Tsabit untuk segera mengumpulkan al-Qur’an dalam sebuah
Mushaf, ciri penulisan al-Qur’an pada masa Abu Bakar seluruh ayat Al-Qur’an dikumpulkan
dan ditulis didalam sebuah Mushaf Lalu dilanjutkan penyusunannya oleh Umar bin Khatab
menggantikannya. Pada masa Umar mushaf itu diperintahkan untuk disalin ke dalam lembaran
(shafiafah) dan tidak menggandakannya, setelah selesai dari penulisannya naskah itu
diserahkan kepada Habsah istri Nabi Muhammad Saw yang pandai membaca dan menulis.
Pada masa Khalifah Usman bin Affan al-Qur’an disalin ke beberapa naskah dan dibukukuan atas
usulan Khuzaifah, kemudian Usman meminta kepada Habsah untuk meminjam mushaf Abu Bakar
yang ada padanya. Untuk melakukan tugas pembukuan ini Usman membentuk tim empat yang
terdiri dari : Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin al-Ash, dan Abdul al-Rahman bin
138
Ihya
28
clan perbuatan-Nya”.
Harits. (Al -Brayary, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an. RajaGrafindo persada, Jakarta, 1988, hlm
44)
27
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Sinar
yang
Mengungkap Sang Cahaya; Epitomes Of Light). (Jakarta: Murai Kencana, 2003), hlm. xx
28
Mahdi Ghulsyani, Mahdi, Sains Menurut Al-Quran (diterjemahkan oleh Agus
Efendi), (Jakarta: Mizan, 2001), hlm. 137
139
timbul berdasarkan sifat yang ada dalam jiwa seseorang dan telah menjadi
Dalam hal ini ruang lingkup akhlak Islami tidak berbeda dengan
29
dengan Tuhan, sesama makhluk dan juga alam semesta. Sebagaimana
30
kepada Tuhan sebagai Kholik.
29
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar, op. cit., hlm. 97-98. Lihat Nurul Zuriah, Pendidikan
Moral Dan Budi Pekerti Dalam Perspektif Perubahan, op. cit., hlm. 27-33
30
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 147
140
1) Ibadah umum adalah segala sesuatu yang dicintai oleh Allah dan
adalah sikap atau perbuatan manusia yang satu terhadap yang lain.
31
tidak melakukan hal-hal yang dilarang atau yang tidak disukainya.
mengenai hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-
tanpa alasan yang benar, melakukan juga sampai kepada menyakiti hati
aib itu benar atau salah, walaupun sambil memberikan materi kepada
tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang
dikeluarkan adalah ucapan yang baik. Setiap ucapan yang baik adalah
31
Hamzah Yacob, Etika Islam (Jakarta: CV. Publicita, 1978), hlm. 19
32
Ibid., hlm. 23
142
33
maupun benda-benda tak bernyawa.
sedang berjalan dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang
3. Aspek-Aspek Akhlak
yaitu akhlak yang terpuji (akhlak mahmudah) dan akhlak tercela (akhlak
(perwira, kesatria), dan iffah (menjaga diri dari perbuatan dosa dan
maksiat). Hal ini semua berinduk pada sifat adil, yaitu sikap pertengahan
33
Ibid., hlm. 210
34
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf , op., cit. hlm 158-166
143
35
terdapat dalam diri yaitu akal, amarah, dan nafsu.
ada empat: hikmah (yaitu situasi psikis yang dapat membedakan antara
bimbingan akal dan syari’at) dan keadilan (situasi psikis yang mengatur
tingkat emosi dan selera sesuai kebutuhan hikmah disaat melepas atau
tersebut. Namun tidak ada seseorang yang bisa mencapai keempat kualitas
hanya dalam taraf mendekati atau masih jauh dari kesempurnaan dan
36
dalam tingkat yang berbeda-beda.
37
dibidang akhlak pada pendapat mereka tentang keutamaan, atau yang
35
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar, op. cit., hlm. 96
36
Ali Abdul Halim Mahmud, op. cit., hlm. 36
37
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar, op. cit., hlm. 19
144
adat istiadat atau kebiasaan atau perasaan (bahwa hal yang dilakukan
adalah baik)
38
berarti menghilangkan hawa nafsu karena termasuk pokok manusia.
keutamaan adalah suatu hal yang bersifat baik yang timbul dari dalam diri
manusia yang telah melalui berbagai macam proses yang dilaluinya dalam
kehidupan.
38
Ahmad Amin, op. cit., hlm. 207-212
145
4. Manfaat Akhlak
manfaat yang didapat dari akhlak yang mulia, salah satunya adalah Q. S.
39
An Nahl 97, menyebutkan:
40
dari akhlak, diantaranya adalah:
c. Menghilangkan kesulitan
disebutkan diatas karena tentunya masih banyak manfaat yang didapat dari
39
Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, op., cit. hlm. 172
40
Ibid., hlm. 173-176
146
perilaku yang baik atau akhlak yang terpuji, yang utama adalah akan
41
diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
urgensi akhlak bagi kehidupan manusia itu sendiri, akhlak tidak saja
terjauh dari akhlak yang baik maka kehidupan akan menjadi kacau,
tercela.
41
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar, op. cit., hlm. 101
42
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, op., cit. hlm. 14
147
44
tingkah lakunya. Semua tingkah laku manusia berasal dari jiwa. Dan
45
mengetahui sebab-sebab ia bertingkah laku baik ataupun sebaliknya.
43
Chabib Thoha, dkk, Metodologi Pengajaran Agama (Yogjakarta: Fak. Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang dengan Pustaka Pelajar, 2004), hlm. 114-117
44
Yatimin Abdullah, op. cit., hlm. 75
45
Ahmad Amin, op. cit., hlm.12-13
148
46
kehendak (konasi), dan perasaan (emosi).
sebagai berikut:
47
makan (nutritive instinct), seksual (sexual instinct), keibubapakan
48
Tuhan.
2) Insting mati, disebut juga insting merusak. Fungsi insting ini tidak
49
yang terpenting dari insting mati adalah agresif.
Dalam hal ini mengutip pendapat Abu Bakar Zikri bahwa ”Perbuatan
46
Yatimin Abdullah, op. cit., hlm.76
47
Ibid., hlm. 77
48
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, op. cit., hlm. 93-94
49
Yatimin Abdullah, op. cit., hlm. 79
149
50
mudah melakukannya, itu dinamakan adat kebiasaan” dengan kata
51
perbuatannya. Jadi pada dasarnya faktor kebiasaan mempunyai
52
dikembangkan.
adalah apa yang ada disekililingnya yang dapat berwujud benda seperti
53
lingkungan pergaulan. Lingkungan ini akan dapat mengubah
50
Zahruddin AR dan Hasanuddin Sinaga, op. cit., hlm.95
51
Yatimin Abdullah, op. cit., hlm. 86
52
M. Sholihin dan M. Rosyid Anwar, op. cit., hlm. 117
53
Zahruddin AR dan Hasanudin Sinaga, op. cit., hlm.99-100
150
54
umum dan bebas.
kemanusiaan, suku atau bangsa, khusus dari orang tua. Adapun sifat
orang tua yang akan diturunkan kepada anaknya bukanlah sifat yang
55
seseorang terhadap keturunannya.
yang kuat. Yaitu suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu yang
54
Yatimin Abdullah, op. cit., hlm. 90-91
55
Zahruddin Ar dan Hasanuddin Sinaga, op. cit., hlm. 96-98
151
negatif yaitu tujuan yang menjauhi atau menghindari sesuatu yang tidak
diinginkan.
jiwa, suatu peraturan tertentu yang telah ditentukan oleh Allah baik
aspek struktural maupun fungsional untuk segala yang ada dalam alam
56
semesta.
pelajaran apa saja yang harus disajikan dalam proses kependidikan Islam
56
Yatimin Abdullah, op. cit., hlm.92-94
152
informal. Oleh karena itu materi pendidikan bersumber dari Al-Quran, yang
makrokosmos.
tersusun dalam dua unsur pokok yakni jasad sebagai material dan jiwa
sebagai spritual. Intinya, Said Nursi juga berpendapat bahwa manusia itu
memiliki unsur “ruhani dan jasad”. Pendapat ini sama seperti pendapat
57
Ibn Miskawaih bahwa hakekat manusia memiliki dua unsur yakni jiwa
57
Ibn Miskawaih lahir di Rayy dan meninggal di Isfahan. Tahun kelahirannya
diperkirakan 320H/932M dan wafat 9 Shafar 421716 Februari 1030. Ibn Miskawaih
sepenuhnya hid up pada masa pemerintahan dinasti Buwaih (320 -450H/ 1932-1062M) yang
para pemukanya berpaham Syi’ah. Ia belajar sejarah dari Abu bakr Ahmad ibn Kamil al-Qadi.
153
yang diketahui sebagai wawasan spiritual berasal dari Allah, dan jasad
58
sebagai wawasan materialnya bermula dari alam materi. Pernyataan
menyakini bahwa manusia itu memiliki unsur jasad dan unsur ruhani,
maka dapat dikatakan bahwa manusia jasad 2 terdiri dari jiwa dan jad
60
manusia adalah “small creation” atau sebagai “microcosmos”. Jasad
Pelajaran filsafat dari Ibn al-Khammar dan kimia dari Abu Thayyib. Ibn Misakwaih juga banyak
bergaul dengan para ilmuwan seperti Abu Hayyan al Tauhidi, Yahya ibn Adi dan Ibn Sina.
Pekerjaan utamanya adalah bendaharawan, sekretaris, pustakawan, pendidik anak para pemuka
dinasti Buwaih. Dan ia juga dikenal sebagai dokter, penyair dan ahli bahasa. Menulis buku dan
artikel sebanyak 41 buah. (Lihat antara lain Hasan Tamim, al-Muqaddimah dalam Tahzib al-
akhlaq wa Tharir dalam artikelnya yang bejudul Fi al-'aql wa al-Ma'qul, diedit oleh Muhammad
Arkoun dalam Arabica XI (1964), hlm. 85-87
58
Ibnu M i s k a wa i h , T a h z i b a l - A k h la q . H a s a n T a m i r n (E d
), ( B a ir u t, M a n s y u r a t Dar Maktabat al-Hayat, 1979), hlm. 327
59
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20
(Menjawab yang Tak Terjawab, Menjelaskan yang Tak Terjelaskan. (Jakarta: Murai
Kencana, 2003),
hlm. 105
60
Perlu ditegaskan disini bahwa istilah jiwa akan disamakan dengan istilah ruh,
karena jiwa dalam bahasa al-Qur’an adalah ruh. Dalam pembahasan ini tidak diselidiki lebih
jauh mengenai penghubung antara ruh dan jasad yang berupa akal menurut istilah lbn
Miskawaih dan hayat menurut istilah Harun Nasution. Tapi, dalam pembabasan penulis akan
digunakan akal sebagai petunjuk perannya sebagai penggerak otak yang bekerja di pusat
kepala.
154
61
anggota sel dan partikel-partikel kecilnya. Jasad akan berinteraksi
dengan ruh karena manusia sebagai bentuk makhluk ciptaan yang bisa
62
baginya di dalam dua dunia.
menjadi seperti apa adanya. Ketiga, tuntutan alam yakni sesuatu yang
61
M. Ali, Studi Islam: Al-Qur’an dan As-Sunnah. (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2000), hlm. 188
62
Ibid, hlm. 193
155
63
keberadaanya.
di atas Said Nursi mengatakan “Jika secara tegas terbukti bahwa tiga
jalan yang pertama mustahil, batil dan tidak mungkin, maka dengan
sangat nyata dan gamblang, jalan keempatlah yang benar. Jalan tersebut
adalah jalan menuju keesaan Sang Pencipta yang bersifat pasti tanpa ada
64
keraguan di dalamnya“. Ditegaskan Said Nursi bahwa kekuasaan Sang
menciptakannya.
Said Nursi. Karena itu, hari kiamat menjadi prinsip yang dapat
manusia.
untuk tinggal di sini, kita kalah bersaing dengan burung pipit yang paling
lemah. Tetapi dalam hal ilmu, memahami kebutuhan kita, dan memohon
63
Lihat tesis Afriantoni. “Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut
Bediuzzaman Said Nursi” , (Tesis, S2 Program Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2007)
64
Ibid
156
akhirat, kita adalah raja dan komandan dari semua makhluk hidup. Lanjut
Said Nursi:
Hai jiwaku! Jika engkau menganggap dunia ini adalah tujuan utama
kehidupanmu dan engkau bekerja dan senantiasa bekeda untuk
kepentingan dunia, engkau akan menjadi seperti burung pipit yang paling
lemah. Tetapi jika engkau menganggap akhirat adalah tujuan akhirmu,
dan menganggap dunia ini sebagai ladang tempat menaburkan benih,
sebuah persiapan bagi akhirat, dan bertindak dengan semestinya, engkau
menjadi penguasa agung kerajaan binatang, hamba yang memohon
kepada Allah Yang Maha Perkasa, dan menjadi tamu-Nya yang
terhormat dan disayangi di dunia ini. Engkau bisa memilih salah satu
pilihan itu. Jadi mintalah petunjuk dan keberhasilan dari jalan-Nya dari
65
Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
sangat yakin akan adanya hari kiamat yang dunia ini bukan tujuan akhir.
Perjalanan manusia akan diteruskan ketika hari kiamat tiba dan membuka
Karena itu, Said Nursi sangat menekankan agar manusia meyakini secara
Saw, hendaknya ia harus mengikuti cara atau metode dan jalan hidup
yang telah dibuat oleh Nabi Muhammad Saw bersama para sahabatnya
66
dalam seluruh aspek kehidupan.
65
Said Nursi, Alegori Kebenaran Ilahi, (diterjemahkan oleh Sugeng
Hariyanto),
(Jakarta: Prenada Media, 2003), hlm. 52
66
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan
Pemikiran, (Malaysia, Selangor Darul Ehsan: Malita Jaya Publisher, 2001), hlm. 39-53
157
tidak ada satu pun seorang manusia di muka bumi yang diikuti
mengikuti Sunnah Nabi Muhammad Saw. Sebab dalam doktrin ini Said
67
Ibid, hlm. 117
158
Said Nursi meneladani pribadi beliau yang penuh berkah itu bisa
agar manusia bisa mendapatkan kebaikan ilahi. Karena itu, beliau layak
68
dicintai karena Allah ta'ala.
perhatian pada sosok yang kita cintai kekasih Allah haruslah berupaya
68
Ibid, hlm. 117-118
69
Ibid...
159
pendidikan budi pekerti dan akhlak adalah jiwa dan tujuan pendidikan
70
Islam.
Muslim, yaitu untuk menjadi hamba Allah yakni hamba yang percaya dan
menyerahkan diri kepada-Nya dengan memeluk Islam dan hal inilah yang
71
pendidikan Islam.
jalan yang lurus untuk terwujudnya kebahagiaan dunia dan akhirat. Dari
sekian banyak tujuan pendidikan akhlak Ali Abdul Halim dalam Kitabnya
seseorang yang siap menjalankan dakwah Ilahi, amar ma’ruf nahi munkar.
70
M. Athiyah al-Abrasyi, op. cit., hlm. 1
71
Ahmad D Marimba, op. cit., hlm. 46-49
160
tugas keumatan.
73
hubungan antar sesama anggota masyarakat yang kokoh.
akhlak adalah:
72
Ali Abdul Halim Mahmud, op. cit., hlm. 150-152
73
Ibid., hlm. 99
161
74
merealisasikan kepentingan individu dan masyarakat secara keseluruhan.
75
ketaqwaan sehingga timbul keutamaan dalam masyarakat. Jadi dapat
76
penyucian jiwa.
77
berperilaku secara jujur dan ikhlas.
74
Ibid., hlm. 135-136
75
Fatkhiyah Hasan Sulaiman, op. cit., hlm. 19
76
Ibid., hlm. 78
77
M. Athiyah al-Abrasyi, op., cit. hlm. 1
162
78
kecakapan hidup, dan juga kepribadian.
79
seseorang yang disebut dengan istilah ta’dib, yang bisa didefinisikan
80
kualitas kebaikan yang ia terima.
maupun terhadap orang lain. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa
78
Ibid., hlm. 4
79
Wan Mohd Wan Daud, Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam Syed M. Naquib al Attas,
terj., Hamid Fahmi dkk (Bandung: Mizan, 2003), hlm. 172-174
80
Ibid., hlm. 174
163
secara positif yang melahirkan sikap hidup mulia dengan akhlak karimah.
81
interpretasinya tentang manusia, alam semesta dan Allah.
81
Said Nursi, Da r i C er m in K eku a sa a n A ll a h (d it er j e ma h k a n o le h
S u ge n g
Har i ya n to ), (J a k ar t a: Prenada Media, 2003), hlm. 39