Anda di halaman 1dari 9

Adapun berdasarkan data yang ada, komitmen dasar yang dalam hal

ini disebut sebagai prinsip hidup atau prinsip pembinaan atau proses
pendidikan akhlak yang dikemukakan oleh Said Nursi dapat dirumuskan
menjadi 9 (sembilan) prinsip, sebagai berikut:
a. Menguatkan Keimanan
Menurut Said Nursi hakekat keimanan terdapat dalam kalimat La Ilaha
Illah yang merupakan mengakui secara totalitas kekuasaan Allah. Mengenai ini
Said Nursi menganggap bahwa “segala sesuatu selain Allah tidaklah berasal dari
sesuatu itu sendiri tetapi berasal dari Allah Yang Maha Kuasa. Menganggap
alam semesta berasal dari alam semesta itu sendiri atau kuasa-kuasa
material itu adalah suatu kesalahan. Segala sesuatu mempunyai dua
aspek: aspek pertamamengacu kepada Pencipta sedangkan aspek yang
kedua mengacu kepada ciptaan”.1
Tujuan ciptaan yang paling murni dan fitrah manusia yang paling
tinggi ialah iman kepada Allah. Jika ditinjau dari aspek pengamalan agama,
tawaran-tawaran Said Nursi adalah penguatan keimanan melalui ruh ketauhidan
masuk dalam kehidupan manusia sampai ke relung batin. Tauhid adalah dasar
utama dalam menyatakan keimanan secara sempurna. Hakekat keimanan secara
menyeluruh dapat dipahami melalui rukun iman.2
Said Nursi dalam kitab tafsir Risale-i Nur menafsirkan Laa ilaaha illa
Allah dan membongkar mitos kausalitas ini dan menunjukkan bahwa
mereka yang mengikuti keyakinan ini sebenarnya tidak melihat dunia
sebagaimana mestinya, atau bagaimana dunia itu tampak, tetapi bagaimana dunia
itu menurut pikiran mereka. Said Nursi justru melalui Risale-i Nur menunjukkan
hakikat kejadian alam, manusia, dan peristiwa-peristiwa lainnya yang berada di
bawah kendali Zat Yang Maha Mengendalikan, Zat Yang Berkuasa atas
segala sesuatu.3
Penjelasan di atas menegaskan setiap orang yang benar-benar ingin
memahami dunia ciptaan ini sebagaimana mestinya, dan bukan atas
kehendak imajinasinya, pasti akhirnya sampai pada kesimpulan Laa ilaaha
illah Allah. Dia akan melihat keteraturan dan harmoni, keindahan dan
1
Said Nursi, Alegori Kebenaran Ilahi, (diterjemahkan oleh Sugeng Hariyanto), (Jakarta: Prenada Media, 2003),
hlm. 93
2
Said Nursi Alegori Kebenaran Ilahi, 2003b , h1m. 465-466
3
Said Nursi Alegori Kebenaran Ilahi
kesimbangan, keadilan dan kemurahan, ketuhanan, keberlangsungan dan
keagungan dan sekaligus dia akan menyadari bahwa semua atribut tersebut
mengarah kepada benda-benda ciptaan itu melainkan pada realita di mana semua
atribut tersebut ada dalam kesempurnaan dan keabsolutan. Dia akan melihat
bahwa dunia ciptaan ini adalah buku berisikan nama-nama, suatu indeks
yang ingin menceritakan Pemiliknya.4

b. Berpegang Teguh pada Al-Qur’an


Al-Qur'an berperan sebagai pedoman dan petunjuk menuju kebenaran
Allah Swt. Prinsip berpegang teguh pada al-Qur'an menjadi komitmen dasar
bagi Said Nursi. Berpegang teguh pada al-Qur'an berarti manusia dituntut
untuk mencapai kesempurnaan menuju Allah Swt. Sedikitnya ada 3 (tiga)
pertanyaan untuk memperkuat argument ini: Apa sebenarnya al-Qur’an?
Mengapa al-Qur’an menjadi pedoman? Mengapa al- Qur’an menjadi sangat
penting dalam mengenal Allahh? Ketiga pertanyaan ini sangat penting
dijawab, karena secara faktual tanpa ada al-Qur’an maka manusia tidak akan
mengenal Allah sebagai Penciptanya.
Al-Qur’an adalah wahyu Allah atau kalam Allah. Al-Qur’an merupakan
wahyu Allah yang agung dan bacaan mulia serta dapat dituntut kebenarannya
oleh siapa saja, sekalipun akan menghadapi tantangan kemajuan ilmu
pengetahuan yang semakin canggih. Menurut Harun Nasution “wahyu berfungsi
sebagai pengkhabaran dari alam metafisika turun kepada manusia dengan
keterangan-keterangan tentang Tuhan dan kewajiban-kewajiban manusia

terhadap Tuhan”.5 Jadi, al-Qur’an pada awalnya kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi-nabi yang kemudian disusun menjadi sebuah kitab ketika masa
khalifa’urrasyiddin.6
Dalam al-Qur’an penuh dengan pengetahuan dan kebenaran yang
mutlak sebagaimana menurut Said Nursi sebagai berikut: Sesungguhnya, al-
Qur'an, alam semesta dan manusia adalah tiga jenis manipestasi dari satu
kebenaran. Al-Qur'an, yang berasal dari sifat firman Ilahiah, bisa dianggap
4
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Sinar yang Mengungkap Sang Cahaya;
Epitomes Of Light). (Jakarta: Murai Kencana, 2003), hlm. xxvii
5
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 2002), hlm. 81
6
Al -Brayary, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an. RajaGrafindo persada, Jakarta, 1988, hlm 44
sebagai alam semesta, yang berasal dari sifat kuasa dan kehendak Ilahiah, bisa
dianggap sebagai al-Qur'an yang diciptakan. Jadi, dari sudut pandang ini, alam
semesta adalah pasangan dari al-Qur'an, yang tidak akan bertentangan dengan
Islam. Oleh karena itu, sekarang, saat sains berjaya, dan juga kelak, yang akan
menjadi zaman pengetahuan, keimanan yang sejati harus didasarkan pada
argumen dan penyelidikan, juga pada pemikiran yang terus menerus terhadap
tanda-tanda Allah di alam semesta, pada fenomena, “alam”, sosial, historis dan
psikologis. Keimanan bukanlah sesuatu yang didasarkan pada taglid yang
membuta. Keimanan harus terjadi atas intelektualitas atau nalar dan kalbu,
keimanan menggabungkan penerimaan dan penegasan nalar dan pengalaman
serta penyerahan kalbu.7
Kutipan di atas menjelaskan bahwa keimanan merupakan keyakinan awal
bagi manusia memahami kehidupan. Pandangan yang menganggap al-Qur’an
adalah sebagai sumber segala pengetahuan itu bukanlah hal yang baru. Imam
al-Ghazali misalnya dalam buku Ihya ‘Ulum Al-Din, beliau mengutip kata-kata
Ibnu Mas’ud: “Jika modern, selayaknya dia merenungkan al-Qur’an”.
Selanjutnya beliau menambahkan: “Ringkasnya, seluruh ilmu tercakup di dalam
kaya-kaya dan sifat-sifat Allah, dan Al-Qur’an adalah penjelas esensi, sifat-sifat,
clan perbuatan-Nya”.8
Secara umum bahwa akhlak tidak berbeda dengan istilah-istilah etika,
moral ataupun budi pekerti karena semua membahas tentang perilaku
manusia. Namun yang menjadi perbedaan selain yang tersebutkan diatas adalah
bahwa akhlak merupakan perbuatan atau perilaku yang timbul berdasarkan
sifat yang ada dalam jiwa seseorang dan telah menjadi kepribadiannya, dan yang
menjadi dasar dan tolak ukurnya adalah berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.
Dan untuk memberikan batasan serta mempermudah pemahaman, maka
pembahasan akan difokuskan pada aspek akhlak dan mengenai konsep
pendidikan akhlak.

c. Hakikat Proses Penciptaan Manusia

7
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Sinar yang Mengungkap Sang Cahaya;
Epitomes Of Light). (Jakarta: Murai Kencana, 2003), hlm. xx
8
Mahdi Ghulsyani, Mahdi, Sains Menurut Al-Quran (diterjemahkan oleh Agus Efendi), (Jakarta: Mizan, 2001),
hlm. 137
Menurut Said Nursi Memahami hakekat penciptaan manusia harus
diiringi dengan iman. Iman adalah kunci keyakinan mendalam terhadap
penciptaan manusia dan alam semesta. Keyakinan ini ditimbulkan melalui akal
atau penalaran dan hati nurani yang menyumbangkan peranan penting terhadap
pemahaman manusia. Baik mengenai manusia sebagai mikrokosmos maupun
alam sebagai makrokosmos.
Said Nursi secara implisit menyatakan bahwa manusia tersusun
dalam dua unsur pokok yakni jasad sebagai material dan jiwa sebagai spritual.
Intinya, Said Nursi juga berpendapat bahwa manusia itu memiliki unsur “ruhani
dan jasad”.

Pendapat ini sama seperti pendapat Ibn Miskawaih9 bahwa hakekat


manusia memiliki dua unsur yakni jiwa yang diketahui sebagai wawasan
spiritual berasal dari Allah, dan jasad sebagai wawasan materialnya bermula

dari alam materi. 10 Pernyataan Said Nursi mengenai manusia terdiri dari 2
(dua) unsur yakni: Jiwa yang terobesesi dengan penampilan meratap dengan
putus asa ketika menyaksikan rusaknya sesuatu yang dipuja-puja ketika terjadi
bencana alam, sedangkan ruh yang mencari sebuah cinta abadi juga meratap dan
berkata “Aku tidak menyukai sesuatu yang seperti itu. Aku tidak menginginkan,
aku tidak menghendaki, perpisahan dan aku tidak dapat menjalaninya”... Apabila
kalian menginginkan kekekalan di dunia fana ini, kekekalan lahir dari kefanaan.
Hancurkan dari dalam diri kalian tanpa harus menghancurkan jasmani kalian,
jiwa yang diperintahkan setan, sehingga kalian dapat mencapai kekekalan...
Bebaskan diri kalian dari moral-moral yang buruk, yang merupakan dasar
pemujaan duniawi, dan wujudkan penghancuran hal-hal buruk dalam diri.
Korbankan harta benda dan kekayaan kalian di jalan Allah. Lihat akhir suatu
wujud, yang menandai kepunahan. Jalan setapak dari dunia ini menuju kekekalan
melintas melalui kehancuran-diri.11
Penyataan di atas memberikan gambaran bahwa Said Nursi menyakini
bahwa manusia itu memiliki unsur jasad dan unsur ruhani, maka dapat dikatakan

9
Tahzib al-akhlaq wa Tharir dalam artikelnya yang bejudul Fi al-'aql wa al-Ma'qul, diedit oleh Muhammad Arkoun dalam
Arabica XI (1964), hlm. 85-87
10
Ibnu M i s k a wa i h , T a h z i b a l - A k h la q . H a s a n T a m i r n (E d ), ( B a ir u t, M a n s y u r a t Dar
Maktabat al-Hayat, 1979), hlm. 327
11
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Menjawab yang Tak Terjawab,
Menjelaskan yang Tak Terjelaskan. (Jakarta: Murai Kencana, 2003), hlm. 105
bahwa manusia jasad 2 terdiri dari jiwa dan jad manusia adalah “small

creation” atau sebagai “microcosmos”.12 Jasad adalah sebuah alat ruh yang
memerintah dan mengendalikan semua anggota sel dan partikel-partikel

kecilnya.13 Jasad akan berinteraksi dengan ruh karena manusia sebagai bentuk
makhluk ciptaan yang bisa dipahami melalui gerak fisik. Namun, sebenarnya
di dunia ini, ruh dibatasi di dalam “penjara” jasad. Apabila nafsu dan
keinginan duniawi mendominasinya, maka ruh tersebut pasti tidak berharga dan
orang tersebut binasa. Apabila ruh dapat mengendalikan nafsu melalui iman,
ibadah, dan perbuatan baik serta membebaskan dirinya sendiri dari perbudakan
keinginan duniawi, maka ruh tersebut menjadi murni dan mencapai kesucian dan
kemuliaan. Ini akan membawa kebahagiaan baginya di dalam dua dunia.14
d. Pemahaman Alam Semesta
Said Nursi sangat yakin bahwa penciptaan alam semesta adalah

bukti keesaan, kebesaran asma Allah. Menurutnya ada 3 (tiga) ungkapan yang
mengkhawatirkan bagi kaum beriman: Pertama, ungkapan terwujud oleh
sebab, “karena sebab itulah yang menjadikan entitas tertentu itu ada”. Kedua,
terbentuk dengan sendirinya, sesuatu terbentuk dengan sendirinya serta
mewujudkan dirinya sendiri, sehingga menjadi seperti apa adanya. Ketiga,
tuntutan alam yakni sesuatu yang bersifat alami. Alamlah yang
mewujudkan dan menentukan keberadaanya.15
Ketiga pendapat di atas adalah refleksi dari kesimpulan pandangan yang
selama ini masih bergulat. Dalam menyikapi pandangan di atas Said Nursi
mengatakan “Jika secara tegas terbukti bahwa tiga jalan yang pertama
mustahil, batil dan tidak mungkin, maka dengan sangat nyata dan gamblang,
jalan keempatlah yang benar. Jalan tersebut adalah jalan menuju keesaan Sang

Pencipta yang bersifat pasti tanpa ada keraguan di dalamnya“.16 Ditegaskan


12
Perlu ditegaskan disini bahwa istilah jiwa akan disamakan dengan istilah ruh, karena jiwa dalam bahasa al-
Qur’an adalah ruh. Dalam pembahasan ini tidak diselidiki lebih jauh mengenai penghubung antara ruh dan jasad
yang berupa akal menurut istilah lbn Miskawaih dan hayat menurut istilah Harun Nasution. Tapi, dalam
pembabasan penulis akandigunakan akal sebagai petunjuk perannya sebagai penggerak otak yang bekerja di
pusat kepala
13
M. Ali, Studi Islam: Al-Qur’an dan As-Sunnah. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 188
14
M. Ali, Studi Islam: Al-Qur’an dan As-Sunnah, hlm. 193
15
Afriantoni. “Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut Bediuzzaman Said Nursi” , (Tesis, S2 Program
Pascasarjana IAIN Raden Fatah Palembang, 2007)
16
Afriantoni. “Prinsip-prinsip Pendidikan Akhlak Generasi Muda Menurut Bediuzzaman Said Nursi”
Said Nursi bahwa kekuasaan Sang Pencipta Yang Maha Kuasa dan
Agung itulah yang telah menciptakannya.

e. Pentingnya Memahami Asmaul Husna

Prinsip pentingnya memahami asma‟ al-husna menjadi komitmen


mendasar bagi Said Nursi karena, di kitab tafsir Risale-i Nur kalau dicermati
secara mendalam dibahas oleh Said Nursi hampir di semua kitabnya secara
terintegrasi. Tapi, secara khusus Said Nursi menjelaskan asma‟ al-husna dalam
kitab Lem'alar pada “Cahaya Ketiga Puluh berjudul Asma‟ al-husna”. Kita tahu
bahwa dalam, pandangan ulama asma' al-husna berjumlah 99 nama-nama
Allah. Namun, menurut Said Nursi dalam "Cahaya Ketiga Puluh" menjelaskan
bahwa Allah memiliki al-Ismu al-Azhom (nama-nama Allah yang paling agung).
Al-ismu al-A'zhom tidaklah sama dalam pandangan setiap orang.
Misalnya menurut Imam Ali ra. Ia terdiri 6 (enam) nama, keenam nama tersebut
adalah al-Quddus, al-Adl, al- Hakim, alFard, al-Hai, dan al-Qayyum. Adapun
menurut Abu Hanifah an-Nu‟man ra. Ia terdiri atas 2 (dua) nama yakni Hakam
dan Adl. Sedangkan menurut Syaikh Abdul Qadir al-Jilam ia hanya satu yakni :
Ya Hayyu. Menurut Imam Rabbani (Ahmed al-Faruq as-Sirhindi) ra. ia hanya
satu yakni alQayyum. Demikian seterusnya, para ulama besar dan istimewa
lainnya mengarah pada nama Tuhan yang berbeda. Begitu pula Said Nursi
menurutnya asma' al-husna yang dapat dikategorikan sebagai al-ismu al-azhom
dalam Risale-i Nur difokuskan kepada keenam nama tersebut adalah al-Quddus,
al-Adl, al-Hakam, al-Fard, al-Hay dan al-Qayyum
Dari keseluruhan mengenai prinsip asma' al-husna di atas dapat dipahami
bahwa asma' al-husna Said Nursi memiliki kecenderungan sama dengan ulama
masa lalu yang meyakini 99 nama-nama Allah, namun dari segi metode
penerapan pandangan terjadi perbedaan. Said Nursi cenderung memandang ada
6 (enam) nama-nama Allah yang dikategorisasikan sebagai asma'ul adzam
(Nama yang agung) dan Said Nursi yakin sifatsifat Allah adalah bentuk
manifestasi dari asma' al-husna. Manifestasi pemahaman asma' al-husna penting
dalam pembentukan manusia yang berakhlak dan asma' al-husna menjadi
landasan diri berkepribadian akhlak mulia.
f. Pentingnya Mengetahui tanda-tanda Akhir Zaman

Prinsip pentingnya mengetahui tanda-tanda akhir zaman menjadi bagian yang


mendorong peningkatan keimanan bagi Said Nursi, karena manusia sekarang
sudah memasuki fase penghabisan dari panjangannya zaman yang sudah lama
berlalu. Adapun tanda-tanda akhir zaman ini banyak sekali, namun pada
prinsipnya terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai tanda-tanda hari
kiamat yang patut diketahui oleh manusia.

g. Keyakinan Hari Kiamat


Hari kiamat menjadi landasan fundamental dalam pemikiran Said Nursi.
Karena itu, hari kiamat menjadi prinsip yang dapat mendorong
terciptanya akhlak mulia yang menekankan sisi-sisi kejiwaan manusia. Penekanan
sisi kejiwaan, menurut Said Nursi melalui sifat dan kemampuan jiwa kita
menunjukkan bahwa kita diciptakan untuk beribadah kepada Allah Swt. Mengenai
kekuatan dan kemampuan kita untuk tinggal di sini, kita kalah bersaing dengan
burung pipit yang paling lemah. Tetapi dalam hal ilmu, memahami kebutuhan
kita, dan memohon serta beribadah, yang diperlukan untuk kehidupan rohani dan
kehidupan akhirat, kita adalah raja dan komandan dari semua makhluk hidup.
Lanjut Said Nursi:
Hai jiwaku! Jika engkau menganggap dunia ini adalah tujuan utama kehidupanmu
dan engkau bekerja dan senantiasa bekeda untuk kepentingan dunia, engkau akan
menjadi seperti burung pipit yang paling lemah. Tetapi jika engkau menganggap
akhirat adalah tujuan akhirmu, dan menganggap dunia ini sebagai ladang tempat
menaburkan benih, sebuah persiapan bagi akhirat, dan bertindak dengan
semestinya, engkau menjadi penguasa agung kerajaan binatang, hamba yang
memohon kepada Allah Yang Maha Perkasa, dan menjadi tamu-Nya
yang terhormat dan disayangi di dunia ini. Engkau bisa memilih salah satu pilihan
itu. Jadi mintalah petunjuk dan keberhasilan dari jalan-Nya dari Yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang17

Kutipan di atas menggambarkan secara tegas bahwa Said Nursi sangat


yakin akan adanya hari kiamat yang dunia ini bukan tujuan akhir. Perjalanan
manusia akan diteruskan ketika hari kiamat tiba dan membuka ruang-ruang baru
bagi manusia yang baru dibangkitkan dari kubur. Karena itu, Said Nursi
sangat menekankan agar manusia meyakini secara mendalam mengenai hari
kiamat.

h. Meneladani Nabi Muhammad Saw.


Said Nursi hendak menegaskan bahwa bila seseorang yang telah
berikrar bahwa dirinya adalah pengikut Muhammad Rasul-Allah Saw, hendaknya
ia harus mengikuti cara atau metode dan jalan hidup yang telah dibuat oleh
Nabi Muhammad Saw bersama para sahabatnya dalam seluruh aspek kehidupan.18
Menerapakan atau meneladani Nabi Muhammad Saw menjadi kekuatan
amaliah ibadah secara aplikatif. Praktek amaliah ibadah dengan cara meneladani
nilai-nilai yang telah diterapkan oleh Nabi Muhammad Saw.
Perilaku Nabi Muhammad Saw disebut sunnah. Menurut Islam, sunnah
Nabi adalah sumber hukum kedua setelah Qur'an. Keseharian dan perilaku
Rasulullah, bahkan diakui oleh para sarjana Barat, merupakan gambaran
kesempurnaan utuh seorang manusia. Dan tidak ada satu pun seorang manusia di
muka bumi yang diikuti perilakunya oleh berjuta-juta orang hingga detik ini
dalam sejarah peradaban manusia. Akhlak Nabi Saw merupakan kesempurnaan
akhlak pada diri seseorang.
Untuk mencapai kepribadian mulia adalah dengan mengikuti orang yang
dikasihi Allah yakni Nabi Muhammad Saw dan mengaplikasikan sunnahnya yang
suci. Said Nursi mengatakan sesungguhnya kecintaan kepada Allah harus diikuti
dengan sikap mengikuti Sunnah Nabi Muhammad Saw. Sebab dalam doktrin ini
Said Nursi mengatakan bahwa "kecintaan kepada Allah baru terwujud dengan

17
Said Nursi, Alegori Kebenaran Ilahi, (diterjemahkan oleh Sugeng Hariyanto),(Jakarta: Prenada Media, 2003),
hlm. 52
18
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan Pemikiran, (Malaysia, Selangor
Darul Ehsan: Malita Jaya Publisher, 2001), hlm. 39-53
melakukan perbuatan yang diridhoi olehNya. Sementara itu, ridhonya yang
paling utama tampak pada pribadi Muhammad Saw".19

Penjelasan di atas mendorong pentingnya praktek keteladanan kepada


Nabi Muhammad Saw (Sunnatun Tsaniyah) dalam kehidupan seseorang untuk
membentuk kepribadian yang barakhlak mulia. Menurut Said Nursi meneladani
pribadi beliau yang penuh berkah itu bisa terwujud dengan 2 (dua) hal:
Pertama, mencintai Allah, mentaati segala perintah-Nya dan berbuat
sesuai dengan ridlio-Nya. Sikap semacam ini mengharuskan kita mengikuti Nabi
Muhammad Saw. Sebab pemimpin yang paling sempurna dengan teladan
yang paling utama dalam urusan tersebut adalah Nabi Muhammad Saw.
Kedua, mencintai pribadi Nabi Muhammad Saw. Sebab beliau merupakan
perantara yang paling utama agar manusia bisa mendapatkan kebaikan ilahi.
Karena itu, beliau layak dicintai karena Allah ta'ala.20
Said Nursi mengatakan secara fitrah ketika kita mengarahkan perhatian
pada sosok yang kita cintai kekasih Allah haruslah berupaya meneladani dan
mencontoh beliau dengan cara mengikuti semua sunnahnya yang mulia.
Dikatakannya pula, mengikuti sunnah rasul Muhammad Saw merupakan tujuan
termulia sekaligus merupakan tugas terpenting manusia.21

i. Menanamkan Ikhlas, Taqwa, dan Sedekah


Said Nursi sangat menekankan kepada murid-muridnya untuk senantiasa
ikhlas, takwa dan sedekah. Said Nursi sangat yakin keikhlasan, ketakwaan dan
sedekah dapat membentuk karakter pribadi manusia. Kajian berikut menjelaskan
secara mendalam bahwa ketiga hal ini menjadi dasar hidup dalam pembentukan
manusia ideal dalam pandangan Said Nursi yang diisyaratkan secara implisit
dalam Risale-i Nur untuk membentuk manusia ideal yang berakhlak mulia.

19
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan Pemikiran, hlm. 117
20
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan Pemikiran, hlm. 117-118
21
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan Pemikiran...

Anda mungkin juga menyukai