ini disebut sebagai prinsip hidup atau prinsip pembinaan atau proses
pendidikan akhlak yang dikemukakan oleh Said Nursi dapat dirumuskan
menjadi 9 (sembilan) prinsip, sebagai berikut:
a. Menguatkan Keimanan
Menurut Said Nursi hakekat keimanan terdapat dalam kalimat La Ilaha
Illah yang merupakan mengakui secara totalitas kekuasaan Allah. Mengenai ini
Said Nursi menganggap bahwa “segala sesuatu selain Allah tidaklah berasal dari
sesuatu itu sendiri tetapi berasal dari Allah Yang Maha Kuasa. Menganggap
alam semesta berasal dari alam semesta itu sendiri atau kuasa-kuasa
material itu adalah suatu kesalahan. Segala sesuatu mempunyai dua
aspek: aspek pertamamengacu kepada Pencipta sedangkan aspek yang
kedua mengacu kepada ciptaan”.1
Tujuan ciptaan yang paling murni dan fitrah manusia yang paling
tinggi ialah iman kepada Allah. Jika ditinjau dari aspek pengamalan agama,
tawaran-tawaran Said Nursi adalah penguatan keimanan melalui ruh ketauhidan
masuk dalam kehidupan manusia sampai ke relung batin. Tauhid adalah dasar
utama dalam menyatakan keimanan secara sempurna. Hakekat keimanan secara
menyeluruh dapat dipahami melalui rukun iman.2
Said Nursi dalam kitab tafsir Risale-i Nur menafsirkan Laa ilaaha illa
Allah dan membongkar mitos kausalitas ini dan menunjukkan bahwa
mereka yang mengikuti keyakinan ini sebenarnya tidak melihat dunia
sebagaimana mestinya, atau bagaimana dunia itu tampak, tetapi bagaimana dunia
itu menurut pikiran mereka. Said Nursi justru melalui Risale-i Nur menunjukkan
hakikat kejadian alam, manusia, dan peristiwa-peristiwa lainnya yang berada di
bawah kendali Zat Yang Maha Mengendalikan, Zat Yang Berkuasa atas
segala sesuatu.3
Penjelasan di atas menegaskan setiap orang yang benar-benar ingin
memahami dunia ciptaan ini sebagaimana mestinya, dan bukan atas
kehendak imajinasinya, pasti akhirnya sampai pada kesimpulan Laa ilaaha
illah Allah. Dia akan melihat keteraturan dan harmoni, keindahan dan
1
Said Nursi, Alegori Kebenaran Ilahi, (diterjemahkan oleh Sugeng Hariyanto), (Jakarta: Prenada Media, 2003),
hlm. 93
2
Said Nursi Alegori Kebenaran Ilahi, 2003b , h1m. 465-466
3
Said Nursi Alegori Kebenaran Ilahi
kesimbangan, keadilan dan kemurahan, ketuhanan, keberlangsungan dan
keagungan dan sekaligus dia akan menyadari bahwa semua atribut tersebut
mengarah kepada benda-benda ciptaan itu melainkan pada realita di mana semua
atribut tersebut ada dalam kesempurnaan dan keabsolutan. Dia akan melihat
bahwa dunia ciptaan ini adalah buku berisikan nama-nama, suatu indeks
yang ingin menceritakan Pemiliknya.4
terhadap Tuhan”.5 Jadi, al-Qur’an pada awalnya kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi-nabi yang kemudian disusun menjadi sebuah kitab ketika masa
khalifa’urrasyiddin.6
Dalam al-Qur’an penuh dengan pengetahuan dan kebenaran yang
mutlak sebagaimana menurut Said Nursi sebagai berikut: Sesungguhnya, al-
Qur'an, alam semesta dan manusia adalah tiga jenis manipestasi dari satu
kebenaran. Al-Qur'an, yang berasal dari sifat firman Ilahiah, bisa dianggap
4
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Sinar yang Mengungkap Sang Cahaya;
Epitomes Of Light). (Jakarta: Murai Kencana, 2003), hlm. xxvii
5
Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan. (Jakarta: Universitas Indonesia
Press, 2002), hlm. 81
6
Al -Brayary, Pengenalan Sejarah Al-Qur’an. RajaGrafindo persada, Jakarta, 1988, hlm 44
sebagai alam semesta, yang berasal dari sifat kuasa dan kehendak Ilahiah, bisa
dianggap sebagai al-Qur'an yang diciptakan. Jadi, dari sudut pandang ini, alam
semesta adalah pasangan dari al-Qur'an, yang tidak akan bertentangan dengan
Islam. Oleh karena itu, sekarang, saat sains berjaya, dan juga kelak, yang akan
menjadi zaman pengetahuan, keimanan yang sejati harus didasarkan pada
argumen dan penyelidikan, juga pada pemikiran yang terus menerus terhadap
tanda-tanda Allah di alam semesta, pada fenomena, “alam”, sosial, historis dan
psikologis. Keimanan bukanlah sesuatu yang didasarkan pada taglid yang
membuta. Keimanan harus terjadi atas intelektualitas atau nalar dan kalbu,
keimanan menggabungkan penerimaan dan penegasan nalar dan pengalaman
serta penyerahan kalbu.7
Kutipan di atas menjelaskan bahwa keimanan merupakan keyakinan awal
bagi manusia memahami kehidupan. Pandangan yang menganggap al-Qur’an
adalah sebagai sumber segala pengetahuan itu bukanlah hal yang baru. Imam
al-Ghazali misalnya dalam buku Ihya ‘Ulum Al-Din, beliau mengutip kata-kata
Ibnu Mas’ud: “Jika modern, selayaknya dia merenungkan al-Qur’an”.
Selanjutnya beliau menambahkan: “Ringkasnya, seluruh ilmu tercakup di dalam
kaya-kaya dan sifat-sifat Allah, dan Al-Qur’an adalah penjelas esensi, sifat-sifat,
clan perbuatan-Nya”.8
Secara umum bahwa akhlak tidak berbeda dengan istilah-istilah etika,
moral ataupun budi pekerti karena semua membahas tentang perilaku
manusia. Namun yang menjadi perbedaan selain yang tersebutkan diatas adalah
bahwa akhlak merupakan perbuatan atau perilaku yang timbul berdasarkan
sifat yang ada dalam jiwa seseorang dan telah menjadi kepribadiannya, dan yang
menjadi dasar dan tolak ukurnya adalah berdasarkan Al Qur’an dan Hadits.
Dan untuk memberikan batasan serta mempermudah pemahaman, maka
pembahasan akan difokuskan pada aspek akhlak dan mengenai konsep
pendidikan akhlak.
7
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Sinar yang Mengungkap Sang Cahaya;
Epitomes Of Light). (Jakarta: Murai Kencana, 2003), hlm. xx
8
Mahdi Ghulsyani, Mahdi, Sains Menurut Al-Quran (diterjemahkan oleh Agus Efendi), (Jakarta: Mizan, 2001),
hlm. 137
Menurut Said Nursi Memahami hakekat penciptaan manusia harus
diiringi dengan iman. Iman adalah kunci keyakinan mendalam terhadap
penciptaan manusia dan alam semesta. Keyakinan ini ditimbulkan melalui akal
atau penalaran dan hati nurani yang menyumbangkan peranan penting terhadap
pemahaman manusia. Baik mengenai manusia sebagai mikrokosmos maupun
alam sebagai makrokosmos.
Said Nursi secara implisit menyatakan bahwa manusia tersusun
dalam dua unsur pokok yakni jasad sebagai material dan jiwa sebagai spritual.
Intinya, Said Nursi juga berpendapat bahwa manusia itu memiliki unsur “ruhani
dan jasad”.
dari alam materi. 10 Pernyataan Said Nursi mengenai manusia terdiri dari 2
(dua) unsur yakni: Jiwa yang terobesesi dengan penampilan meratap dengan
putus asa ketika menyaksikan rusaknya sesuatu yang dipuja-puja ketika terjadi
bencana alam, sedangkan ruh yang mencari sebuah cinta abadi juga meratap dan
berkata “Aku tidak menyukai sesuatu yang seperti itu. Aku tidak menginginkan,
aku tidak menghendaki, perpisahan dan aku tidak dapat menjalaninya”... Apabila
kalian menginginkan kekekalan di dunia fana ini, kekekalan lahir dari kefanaan.
Hancurkan dari dalam diri kalian tanpa harus menghancurkan jasmani kalian,
jiwa yang diperintahkan setan, sehingga kalian dapat mencapai kekekalan...
Bebaskan diri kalian dari moral-moral yang buruk, yang merupakan dasar
pemujaan duniawi, dan wujudkan penghancuran hal-hal buruk dalam diri.
Korbankan harta benda dan kekayaan kalian di jalan Allah. Lihat akhir suatu
wujud, yang menandai kepunahan. Jalan setapak dari dunia ini menuju kekekalan
melintas melalui kehancuran-diri.11
Penyataan di atas memberikan gambaran bahwa Said Nursi menyakini
bahwa manusia itu memiliki unsur jasad dan unsur ruhani, maka dapat dikatakan
9
Tahzib al-akhlaq wa Tharir dalam artikelnya yang bejudul Fi al-'aql wa al-Ma'qul, diedit oleh Muhammad Arkoun dalam
Arabica XI (1964), hlm. 85-87
10
Ibnu M i s k a wa i h , T a h z i b a l - A k h la q . H a s a n T a m i r n (E d ), ( B a ir u t, M a n s y u r a t Dar
Maktabat al-Hayat, 1979), hlm. 327
11
Said Nursi, Risalah An-Nur; Said Nursi: Pemikir dan Sufi Besar Abad 20 (Menjawab yang Tak Terjawab,
Menjelaskan yang Tak Terjelaskan. (Jakarta: Murai Kencana, 2003), hlm. 105
bahwa manusia jasad 2 terdiri dari jiwa dan jad manusia adalah “small
creation” atau sebagai “microcosmos”.12 Jasad adalah sebuah alat ruh yang
memerintah dan mengendalikan semua anggota sel dan partikel-partikel
kecilnya.13 Jasad akan berinteraksi dengan ruh karena manusia sebagai bentuk
makhluk ciptaan yang bisa dipahami melalui gerak fisik. Namun, sebenarnya
di dunia ini, ruh dibatasi di dalam “penjara” jasad. Apabila nafsu dan
keinginan duniawi mendominasinya, maka ruh tersebut pasti tidak berharga dan
orang tersebut binasa. Apabila ruh dapat mengendalikan nafsu melalui iman,
ibadah, dan perbuatan baik serta membebaskan dirinya sendiri dari perbudakan
keinginan duniawi, maka ruh tersebut menjadi murni dan mencapai kesucian dan
kemuliaan. Ini akan membawa kebahagiaan baginya di dalam dua dunia.14
d. Pemahaman Alam Semesta
Said Nursi sangat yakin bahwa penciptaan alam semesta adalah
bukti keesaan, kebesaran asma Allah. Menurutnya ada 3 (tiga) ungkapan yang
mengkhawatirkan bagi kaum beriman: Pertama, ungkapan terwujud oleh
sebab, “karena sebab itulah yang menjadikan entitas tertentu itu ada”. Kedua,
terbentuk dengan sendirinya, sesuatu terbentuk dengan sendirinya serta
mewujudkan dirinya sendiri, sehingga menjadi seperti apa adanya. Ketiga,
tuntutan alam yakni sesuatu yang bersifat alami. Alamlah yang
mewujudkan dan menentukan keberadaanya.15
Ketiga pendapat di atas adalah refleksi dari kesimpulan pandangan yang
selama ini masih bergulat. Dalam menyikapi pandangan di atas Said Nursi
mengatakan “Jika secara tegas terbukti bahwa tiga jalan yang pertama
mustahil, batil dan tidak mungkin, maka dengan sangat nyata dan gamblang,
jalan keempatlah yang benar. Jalan tersebut adalah jalan menuju keesaan Sang
17
Said Nursi, Alegori Kebenaran Ilahi, (diterjemahkan oleh Sugeng Hariyanto),(Jakarta: Prenada Media, 2003),
hlm. 52
18
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan Pemikiran, (Malaysia, Selangor
Darul Ehsan: Malita Jaya Publisher, 2001), hlm. 39-53
melakukan perbuatan yang diridhoi olehNya. Sementara itu, ridhonya yang
paling utama tampak pada pribadi Muhammad Saw".19
19
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan Pemikiran, hlm. 117
20
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan Pemikiran, hlm. 117-118
21
Mohammad Zaidin, Bediuzzaman Said Nursi: Sejarah Perjuangan dan Pemikiran...