Anda di halaman 1dari 63

KEBIJAKAN PAJAK DAERAH

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN


DASAR HUKUM
1. Undang-undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah;
2. Peraturan Pemerintah Nomor 91 Tahun 2010 tentang Jenis
Pajak Daerah yang dipungut Berdasarkan Penetapan Kepala
Daerah atau Dibayar Sendiri oleh Wajib Pajak
3. Peraturan Daerah Kabupaten Lamongan Nomor 12 Tahun
2010 tentang Pajak Daerah; beserta perubahannya tahun
2016
4. Keputusan Bupati Lamongan Nomor
188/373/KEP/413,013/2015 Tentang Klasifikasi dan Besarnya
Nilai Jual Obyek Pajak Bumi dan Bangunan untuk
Kabupaten Lamongan
5. Peraturan Bupati Nomor 45 Tahun 2015 Perubahan Atas
Peraturan Bupati Nomor 15 Tahun 2015 Tentang Tata Cara
Pengalokasian Dan Penyaluran Dana Bagi Hasil Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah
JENIS PAJAK DAERAH
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
7. Pajak Air Tanah
8. Pajak Sarang Burung Walet
9. Pajak Minerar Bukan Logam Dan Batuan
10.Pajak Bumi dan Bangunan
11. Pajak BPHTB
I. PAJAK HOTEL
BERDASARKAN PERDA NOMOR 12 TAHUN 2010
TENTANG PAJAK DAERAH

Pajak hotel adalah Pajak atas pelayanan


yang disediahkan oleh hotel sedangkan Hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/
peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran yang mencakup
Motel, Losmen, Gubuk Wisata, Wisma
Pariwisata, Pesanggrahan, Rumah Penginapan
dan Sejenisnya serta Rumah Kos dengan
jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh) kamar.
Pasal 4
ayat (1) Obyek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan
hotel dengan pembayaran termasuk :
A. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek
B. Fasilitas penunjang sebagai kelengkapan fasilitas
penginapan atau tinggal jangka pendek yang sifatnya
memberikan kemudahan dan kenyamanan
C. Fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus
oleh tamu hotel
D. Jasa persewaan ruang untuk kegiatan acara atau
pertemuan dihotel
E. Rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh)
Pasal 5
Ayat (1) Subyek Pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan
yang melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan
yang mengusahakan hotel.
Ayat (2) Wajib Pajak Hotel adalah orang pribadi atau
badan yang mengusahakan hotel
Pasal 6
Dasar pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau
yang seharusnya dibayar kepada hotel.
Pasal 7
Ayat (1) Tarif pajak hotel ditetapkan 10 % (sepuluh persen)
Ayat (2) Tarif pajak rumah kost ditetapkan 5 % (lima persen)
Pasal 10
Ayat (1) Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu yang lamanya 1
(satu) bulan kalender,
Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi pada saat
pembayaran kepada hotel atau sejak diterbitkan SPTPD.
II. PAJAK RESTORAN
OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK

Pajak Restoran adalah Pajak atas


pelayanan yang disediahkan oleh
Restoran. Sedangkan Restoran adalah
fasilitas penyedia makanan dan/atau
minuman dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga rumah makan, kafetaria,
kantin, warung, kedai dan sejenisnya
termasuk jasa boga/ katering.
• Pasal 16
Ayat (1) Obyek Pajak Restoran adalah pelayanan yang
disediakan oleh restoran.
Ayat (2) Pelayanan yang disediakan restoran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan penjualan
makanan dan/atau minuman yang dikonsumsi oleh pembeli,
baik dikonsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat
lain.
Ayat (4) Tidak termasuk obyek Pajak Restoran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) adalah pelayanan yang disediakan
oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi dari
Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah) per hari.
• Pasal 17
Ayat (1) Subjek pajak restoran adalah orang pribadi atau
badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari
Restoran.
Ayat (2) Wajib pajak restoran adalah orang pribadi atau
badan yang mengusahakan Restoran.
DASAR PENGENAAN TARIF DAN MASA PAJAK

Pasal 19 Tarif pajak ditetapkan sebesar 10%


(sepuluh persen).
Pasal 22 Ayat (1) Masa Pajak Restoran adalah
jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan
kalender. Ayat (2) Pajak terutang dalam
masa pajak terjadi pada saat pembayaran
kepada restoran atau sejak diterbitkan
SPTPD.
III. PAJAK HIBURAN
OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK

Pajak Hiburan adalah Pajak atas


penyelenggaraan hiburan sedangkan
hiburan adalah semua jenis tontonan,
pertunjukan, permainan, dan/atau
keramaian yang dinikmati dengan dipungut
bayaran.
Pasal 28
Ayat (1) Obyek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan
hiburan dengan dipungut bayaran.
Pasal 28
Ayat (1) Obyek Pajak Hiburan adalah jasa penyelenggaraan
hiburan dengan dipungut bayaran.
Ayat (2) Hiburan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
– Tontonan film ;
– Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/ atau busana ;
– Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya;
– Pameran ;
– Sirkus, akrobat dan sulap ;
– Permainan bowling;
– Pacuan Kuda, Kendaraan bermotor, dan permainan
ketangkasan;
– Panti Pijat, Refleksi, mandi uap dan/atau spa, pusat
kebugaran ( fitness center), dan sport center;
– Pertandingan olah raga; dan
– Wisata alam dan wisata buatan.
Pasal 29
Ayat (1) Subyek Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau
badan yang menikmati hiburan.
Ayat (2) Wajib Pajak Hiburan adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan hiburan
Pasal 30
Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Hiburan adalah jumlah
uang yang diterima atau yang seharusnya diterima oleh
penyelenggara hiburan.
Ayat (2) Jumlah uang yang seharusnya diterima
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan
harga dan tiket cuma-cuma yang diberikan kepada
penerima jasa hiburan.
Pasal 31 Besarnya tarif pajak untuk setiap jenis hiburan
adalah :
a. Tontonan film di bioskop ditetapkan :
- Bioskop permanen di dalam gedung sebesar 25 % ;
- Bioskop permanen di luar gedung sebesar 20 % ;
b. Pagelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana ditetapkan :
- Pagelaran kesenian tradisional 5 % ;
- Pagelaran musik 10 % ;
- Pagelaran Busana 10 %.
c. Kontes kecantikan, binaraga dan sejenisnya 25 %;
d. Pameran ditetapkan 20 %;
e. Sirkus, akrobat dan sulap ditetapkan 20 %;
f. Permainan bowling ditetapkan 10 %;
g. Pacuan kuda, kendaraan bermotor dan atau permainan
ketangkasan ditetapkan 10 %;
h. Panti pijat, refleksi, mandi uap dan atau Spa dan pusat
kebugaran (fitnes center) ditetapkan sebesar 30 %;
i. Pertandingan olah raga ditetapkan sebesar 10 %;
j. Taman wisata alam, buatan dan sejenisnya 10%.
Masa Pajak dan Saat Pajak Hiburan Terutang
Pasal 34
Ayat (1) Masa Pajak Hiburan adalah jangka waktu yang
lamanya 1 (satu) bulan kalender.
Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak pada saat
pembayaran kepada penyelenggaraan hiburan atau sejak
diterbitkan SPTPD atau dokumen lain yang dipersamakan.
IV. PAJAK REKLAME
OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK

Pajak Reklame adalah Pajak atas Penyelenggara


Reklame , sedangkan reklame adalah benda, alat
perbuatan atau media yang menurut bentuk, dan
corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial,
dipergunakan untuk memperkenalkan,
menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa,
atau seseorang ataupun untuk menarik perhatian
umum kepada suatu barang, jasa, atau orang yang
ditempatkan atau dilihat atau dibacadan atau
didengar dirasakan dan/ atau dinikmati umum
Pasal 40
(1) Objek Pajak Reklame adalah semua penyelenggaraan
Reklame.
(2) Objek Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :
– Reklame papan/billboard/videotron/megatron dan/atau
sejenisnya;
– Reklame kain;
– Reklame melekat, stiker;
– Reklame selebaran;
– Reklame berjalan, termasuk pada kendaraan;
– Reklame udara;
– Reklame apung;
– Reklame suara;
– Reklame film/slide;
– Reklame peragaan.
Pasal 41
Ayat (1) Subjek Pajak Reklame adalah orang pribadi atau
Badan yang menggunakan Reklame.
Ayat (2)Wajib Pajak Reklame adalah orang pribadi atau
Badan yang menyelenggarakan Reklame.

Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak


Pasal 42
Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Reklame adalah Nilai Sewa
Reklame.
Ayat (2) Dalam hal Reklame diselenggarakan oleh pihak
ketiga, Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan berdasarkan nilai kontrak Reklame.
Ayat (3) Dalam hal Reklame diselenggarakan sendiri,
Nilai Sewa Reklame sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dihitung dengan memperhatikan faktor jenis, bahan yang
digunakan, lokasi penempatan, waktu, jangka waktu
penyelenggaraan, jumlah, dan ukuran media Reklame.
Ayat (4) Dalam hal Nilai Sewa Reklame sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) tidak diketahui dan/atau dianggap
tidak wajar, Nilai Sewa Reklame ditetapkan dengan
menggunakan faktor-faktor sebagaimana dimaksud pada
ayat (3).
Pasal 43

Tarif Pajak Reklame ditetapkan sebesar 25 % (dua puluh


lima persen).
Masa Pajak dan Saat Pajak Terutang
Pasal 46 Ayat (1) Masa Pajak Reklame
insidentil adalah jangka waktu yang lamanya
sama dengan jangka waktu penyelenggaraan
reklame. Ayat (2) Masa pajak reklame
permanen dan atau reklame tetap adalah satu
tahun. Ayat (3) Masa pajak reklame insidentil
dan atau tidak tetap, adalah harian –
mingguan dan bulanan. Ayat (4) Pajak terutang
dalam masa pajak terjadi pada saat
pembayaran kepada penyelenggaraan reklame
atau sejak diterbitkan SKPD.
V. PAJAK PENERANGAN JALAN
OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas
penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan
sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.
• Pasal 51
Ayat (1) Objek Pajak Penerangan Jalan adalah penggunaan
tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun yang
diperoleh dari sumber lain.
• Pasal 52
Ayat (1) Subjek Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi
atau Badan yang dapat menggunakan tenaga listrik. Ayat (2)
Wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau Badan
yang menggunakan tenaga listrik.
• Pasal 53
Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Penerangan Jalan adalah Nilai Jual
Tenaga Listrik.

• Pasal 54
Ayat (1) Penggunaan tenaga listrik dari sumber lain oleh industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam, tarif Pajak Penerangan
Jalan ditetapkan sebesar 3% (tiga persen).
Ayat (2) Tarif Pajak Penerangan Jalan selain sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen).

Ayat (3) Penggunaan tenaga listrik yang dihasilkan sendiri, tarif


Pajak Penerangan Jalan ditetapkan sebesar 1,5% (satu koma lima
persen).
MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG

• Pasal 57
Ayat (1) Masa Pajak Penerangan Jalan adalah
jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan
kalender.
Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak
terjadi pada saat pembayaran kepada
penyelenggaraan penerangan jalan atau sejak
diterbitkan SPTPD dan rekening listrik.
VI. PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK

PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN ADALAH PAJAK


ATAS KEGIATAN PENGAMBILAN MINERAL BUKAN LOGAM DAN
BATUAN, BAIK DARI SUMBER ALAM DIDALAM DAN/ATAU
PERMUKAAN BUMI UNTUK DIMANFAATKAN.

Pasal 63
Ayat (1) Objek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah
kegiatan pengambilan Mineral Bukan Logam dan Batuan yang
meliputi:
 asbes; batu tulis; batu setengah permata; batu kapur; batu
apung; batu permata; bentonit; dolomit; feldspar; garam batu
(halite); grafit; granit/andesit; gips; kalsit; kaolin; leusit;
magnesit; mika; marmer; nitrat; opsidien; oker; pasir dan
kerikil; pasir kuarsa; perlit; phospat; aa. talk; tanah serap
(fullers earth); cc. tanah diatome; tanah liat; tawas (alum);
tras; yarosif; zeolit; basal; trakkit.
Pasal 64
Ayat (1) Subjek Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah orang pribadi atau Badan yang dapat mengambil
Mineral Bukan Logam dan Batuan.
Ayat (2) Wajib Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah orang pribadi atau Badan yang mengambil Mineral
Bukan Logam dan Batuan.

Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak


• Pasal 65
Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
adalah Nilai Jual Hasil Pengambilan Mineral Bukan Logam dan
Batuan.
Ayat (2) Nilai jual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung
dengan mengalikan volume/tonase hasil pengambilan dengan
nilai pasar atau harga standar masing-masing jenis Mineral Bukan
Logam dan Batuan.
Ayat (3) Nilai pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) adalah
harga rata-rata yang berlaku di lokasi setempat di wilayah daerah,
pada masing-masing jenis Mineral Bukan Logam dan Batuan yang
ditetapkan setiap 1 (satu) tahun sekali oleh Kepala Daerah sesuai
dengan harga rata-rata yang berlaku di lokasi setempat.
•Pasal 66
Tarif Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan ditetapkan
sebesar 25% (dua puluh lima persen).

MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG


Pasal 69
Ayat (1) Masa Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan adalah jangka waktu yang
lamanya 1 (satu) bulan kalender.
Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak
terjadi pada saat pembayaran kepada
penyelenggaraan Mineral Bukan Logam dan
Batuan atau sejak diterbitkan SPTPD.
VII. PAJAK PARKIR
OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK
PAJAK PARKIR ADALAH PAJAK ATAS PENYELENGGARAAN
TEMPAT PARKIR DILUAR BADAN JALAN, BAIK YANG
DISEDIAKAN BERKAITAN DENGAN POKOK USAHA MAUPUN
YANG DISEDIAKAN SEBAGAI SUATU USAHA, TERMASUK
PENYEIAAN TEMPAT PENITIPAN KENDARAAN BERMOTOR

• Pasal 75
Ayat (1) Objek Pajak Parkir adalah penyelenggaraan tempat Parkir
di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk
penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
Ayat (2) Tidak termasuk objek pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) adalah penyelenggaraan tempat Parkir oleh Pemerintah,
Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Daerah.
Pasal 76
Ayat (1) Subjek Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan
yang melakukan parkir kendaraan bermotor.
Ayat (2) Wajib Pajak Parkir adalah orang pribadi atau Badan
yang menyelenggarakan tempat Parkir.

Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak


Pasal 77
Ayat (1) Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran
atau yang seharusnya dibayar kepada penyelenggaraan tempat
parkir. Ayat (2) Jumlah yang seharusnya dibayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) termasuk potongan harga Parkir dan
Parkir cuma-cuma yang diberikan kepada penerima jasa Parkir.
Pasal 78
Besarnya tarif Pajak Parkir ditetapkan sebesar 20 % (dua puluh
persen).
MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK
TERUTANG

Pasal 81
Ayat (1) Masa Pajak Parkir adalah jangka
waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak
terjadi pada saat pembayaran kepada
penyelenggaraan parkir atau sejak
diterbitkan SPTPD
VIII. PAJAK AIR TANAH
OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK

PAJAK AIR TANAH ADALAH PAJAK ATAS PENGAMBILAN


DAN/ATAU PEMANFAATAN AIR

• Pasal 87
Ayat (1) Objek Pajak Air Tanah adalah pengambilan dan
atau pemanfaatan Air Tanah.
Ayat (2) Dikecualikan dari objek Pajak Air Tanah
sebagaimana dimaksud ayat (1) adalah :
– pengambilan dan atau pemanfaatan Air Tanah untuk
keperluan dasar rumah tangga, pengairan pertanian
dan perikanan rakyat, serta peribadatan.
– pengambilan dan atau pemanfaatan Air Tanah oleh
Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan
Pemerintah Daerah.
•Pasal 88
Ayat (1) Subjek Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan
Air Tanah.
Ayat (2) Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi atau
Badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan
Air Tanah.
Dasar Pengenaan Tarif dan Cara Penghitungan Pajak
• Pasal 89
Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Air Tanah adalah Nilai Perolehan
Air Tanah.
Ayat (2) Nilai Perolehan Air Tanah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dinyatakan dalam rupiah yang dihitung dengan
mempertimbangkan sebagian atau seluruh faktor-faktor berikut:
jenis sumber air; lokasi sumber air; tujuan pengambilan
dan/atau pemanfaatan air; volume air yang diambil dan/atau
dimanfaatkan; kualitas air; dan tingkat kerusakan lingkungan
yang diakibatkan oleh pengambilan dan atau pemanfaatan air.
Pasal 90 Besarnya Tarif Pajak Air Tanah ditetapkan sebesar
20 % (dua puluh persen).

MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG


Pasal 93
Ayat (1) Masa Pajak Air Tanah adalah jangka
waktu yang lamanya 1 (satu) bulan kalender.
Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak terjadi
pada saat pengambilan air tanah atau sejak
diterbitkan SKPD.
IX. PAJAK SARANG BURUNG WALET
OBYEK, SUBYEK DAN WAJIB PAJAK
PAJAK SARANG BURUNG WALET ADALAH PAJAK ATAS
KEGIATAN PENGAMBILAN DAN/ATAU PENGUSAHAAN
SARANG BURUNG WALET

• Pasal 98 Ayat (1) Objek Pajak Sarang Burung Walet adalah


pengambilan Sarang Burung Walet.

• Pasal 99
Ayat (1) Subjek Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi
atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
mengusahakan Sarang Burung Walet di daerah.
Ayat (2) Wajib Pajak Sarang Burung Walet adalah orang pribadi
atau Badan yang melakukan pengambilan dan/atau
mengusahakan Sarang Burung Walet .
Dasar Pengenaan Tarif dan Cara
Penghitungan Pajak
• Pasal 100
Ayat (1) Dasar pengenaan Pajak Sarang Burung Walet
adalah Nilai Jual Sarang Burung Walet.
Ayat (2) Nilai Jual Sarang Burung Walet sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dihitung berdasarkan perkalian
antara harga pasaran secara bruto Sarang Burung yang
berlaku di daerah yang bersangkutan dengan volume
Sarang Burung.

• Pasal 101 Besarnya Tarif Pajak Sarang Burung ditetapkan


sebesar 10 % (sepuluh persen).
MASA PAJAK DAN SAAT PAJAK TERUTANG

• Pasal 104
Ayat (1) Masa Sarang Burung Walet adalah
jangka waktu yang lamanya 3 (tiga) bulan
kalender.
Ayat (2) Pajak terutang dalam masa pajak
terjadi pada saat pembayaran kepada
pengambilan Sarang Burung Walet atau sejak
diterbitkan SPTPD.
PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
PERDESAAN DANPERKOTAAN
(PBB-P2)

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN


PERKOTAAN (PBB-P2) ADALAH PAJAK ATAS BUMI
DAN/ATAU BANGUNAN YANG DIMILIKI, DIKUASAI,
DAN/ATAU DIMANFAATKAN OLEH ORANG PRIBADI
ATAU BADAN, KECUALI KAWASAN YANG DIGUNAKAN
UNTUK KEGIATAN USAHA PERKEBUNAN,
PERHUTANAN DAN PERTAMBANGAN
TARIF DAN MASA PAJAK PBB-P2
Pasal 80 UU NO. 28 TAHUN 2009
(1) Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan ditetapkan paling tinggi sebesar
0,3% (nol koma tiga persen).
(2) Tarif pajak bumi dan bangunan perdesaan dan
perkotaan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 82
(1) Tahun Pajak adalah jangka waktu 1 (satu)
tahun kalender.
PERDA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK DAERAH
PENGERTIAN PBB-P2

• Pasal 109
Dengan nama PBB-P2 dipungut pajak atas bumi dan/ bangunan
• Pasal 110
(1) Objek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah
Bumi dan/atau Bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau
dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang
digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan.
(2) Termasuk dalam pengertian Bangunan adalah:
jalan lingkungan yang terletak dalam satu kompleks bangunan
seperti hotel, pabrik, dan emplasemennya, yang merupakan
suatu kesatuan dengan kompleks Bangunan tersebut; kolam
renang; pagar mewah; tempat olahraga; galangan kapal,
dermaga; taman mewah; tempat penampungan/kilang minyak,
air dan gas, pipa minyak; dan menara.
OBYEK PBB-P2
Pasal 110
(3) Objek Pajak yang tidak dikenakan PBB-P2 adalah yang :
a. Digunakan oleh Pemerintah, Pemerintah Provinsi Jawa Timur
dan Pemerintah Daerah untuk penyelenggara Pemerintah
b. Digunakan semata-mata untuk kepentingan umum dibidang
ibadah, sosial, kesehatan, pendidikan dan kebudayaan nasional
tidak dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan.
c. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau yang
sejenis itu.
d. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata
taman nasional, tanah penggembalaan yang dikuasai desa, dan
tanah negara yang belum dibebani suatu hak.
(4) Besarnya nilai jual obyek pajak tidak kena pajak ditetapkan sebesar
Rp. 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah ) untuk setiap wajib pajak.
SUBYEK DAN WAJIB PAJAK PBB-P2
Pasal 111
(1)Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas Bangunan.
(2)Wajib Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah orang pribadi atau Badan yang
secara nyata mempunyai suatu hak atas Bumi
dan/atau memperoleh manfaat atas Bumi,
dan/atau memiliki, menguasai, dan/atau
memperoleh manfaat atas Bangunan.
Dasar Pengenaan Tarif dan
Perhitungan Kenaikan PBB-P2
Pasal 112
(1) Dasar pengenaan pajak bumi dan bangunan
perdesaan dan perkotaan adalah Nilai Jual
Obyek Pajak (NJOP) bumi dan atau bangunan.
(2) Besarnya NJOP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditetapkan setiap 3 (tiga) tahun, kecuali
untuk objek pajak tertentu dapat ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan perkembangan
wilayahnya.
(3) Penetapan besarnya NJOP sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dilakukan oleh Kepala
Daerah.
BESARAN TARIF PBB-P2
BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2009
PASAL 80
Ayat 1 Tarif PBB-P2 ditetapkan paling tinggi sebesar 0,3%
(nol koma tiga persen)
Ayat 2 Tarif PBB-P2 ditetapkan dengan peraturan daerah

Pasal 113 Perda No 12 Th. 2010 TTG Pajak Daerah :


a. NJOP bumi dan bangunan sampai dengan
Rp.1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah) ditetapkan
sebesar 0,1% (nol koma satu persen) ;
b. NJOP bumi dan bangunan diatas Rp. 1.000.000.000,00
(satu milyar rupiah) ditetapkan sebesar 0,2% (nol koma
dua persen).
Masa Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan
Pasal 118
(1) Tahun Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan adalah jangka waktu yang lamanya 1
(satu) tahun kalender.
(2) Saat yang menentukan Pajak Bumi dan
Bangunan Perdesaan dan Perkotaan yang
terutang adalah menurut keadaan objek pajak
pada tanggal 1 Januari.
(3) Masa Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan dimulai pada tanggal 1 Januari dan
berakhir pada tanggal 31 Desember tahun
berkenan.
TATA CARA PEMBAYARAN DAN SANKSI
DENDA PBB-P2
Pasal 120
(1) Pembayaran pajak yang terutang harus dilakukan
sekaligus atau lunas.
(2) Pembayaran pajak yang terutang dilakukan di Kas Daerah
atau tempat lain yang ditunjuk oleh Kepala Daerah.
(3) Kepala Daerah atas permohonan Wajib Pajak setelah
memenuhi persyaratan yang ditentukan dapat
memberikan persetujuan kepada Wajib Pajak untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak, dengan
dikenakan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan.
(4) Apabila SPPT sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
atau kurang dibayar setelah lewat waktu paling lama 30
(tiga puluh) hari sejak SPPT diterima, dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
setiap bulan akan ditagih dengan menerbitkan STPD.
DASAR PENGENAAN TARIF DAN CARA
PERHITUNGAN PBB-P2
PASAL 112 ( Perda No.12 Tahun 2010)
• Dasar pengenaan tarif PBB-P2 adalah Nilai Jual Obyek
Pajak (NJOP) Bumi dan atau Bangunan
• Besarnya NJOP ditetapkan setiap 3 Tahun kecuali untuk
obyek pajak tertentu dapat ditetapkan setiap tahun
dengan perkembangan wilayahnya
• Penetapan besarnya NJOP ditetapkan oleh Kepala
Daerah melalui Keputusan Bupati.
NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar, dan bilamana tidak
terdapat transaksi jual beli, njop ditentukan melalui
perbandingan harga dengan obyek pajak lain yang sejenis,
atau nilai perolehan baru, atau njop pengganti
SISTEM PEMBAYARAN/ PEMUNGUTAN PBB-P2

1. Guna intensifikasi pelunasan PBB-P2 maka di bentuk


Tim Penyisiran Pajak Bumi dan Bangunan PBB-P2
tingkat Kecamatan maupun Desa/Kelurahan
(berdasarkan surat edaran Sekda Nomor
973/698/413,115/2016 Tentang Distribusi dan
Penyisiran/Pemungut PBB-P2 Tahun 2016; dengan
jumlah 3,322 orang)
2. Pemungutan pembayaran PBB-P2 dilaksanakan oleh
Petugas Pemungut masing- masing Desa/Kelurahan
3. Pembayaran PBB-P2 juga bisa langsung melalui Bank
Jatim, Bank Daerah dan/atau melalui petugas
pelayanan Dipenda
Perbandingan Target dan Realisasi PBB-P2 2014
s/d 2017
Perbup Nomor 45 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas
Perbup Nomor 15 Tahun 2015 tentang
Tata Cara Pengalokasian dan Penyaluran Dana Bagian Hasil
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Pasal 7
Ayat 1 Pencairan dana bagi hasil pajak dan retribusi
oleh Pemerintah Desa dilakukan melalui 2 (dua)
tahap, yaitu :
a. Tahap pertama sebesar 60% (enam puluh
perseratus) dilakukan pada semester 1 (Januari
sampai dengan Juni);
b. Tahap kedua sebejsar 40% (empat puluh
perseratus) dilakukan pada semester II (Juli sampai
dengan Desember)
Ayat 3
untuk dapat mengajukan pencairan dana bagi
hasil pajak dan retribusi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, Pemerintah Desa
berkewajiban untuk melunasi Pajak Bumi Dan
Bangunan Perdesaan Dan Perkotaan (PBB-P2)
desa masing-masing tahun berjalan, jika tahun
berjalan tidak lunas, maka penerimaan tahap
kedua 40% (empat puluh perseratus) dilakukan
pada tahap berikutnya dengan perhitungan sisa
tahap kedua yang tidak diterimakan akan
ditambahkan pada perhitungan tahun depannya.
SOLUSI PENANGANAN PERMASALAHAN PBB – P2

Pendataan - Akan diadakan pendataan pendataan


ulang/sismiop agar data lebih akurat
- Tahun 2017 dianggarkan untuk 20,000 Wajib pajak
Pendaftara Kerjasama dengan notaris dan BPN dengan MOU
n dalam proses peralihan hak
Penetapan Sering komunikasi dengan penyedia jaringan
Pembayar Sosialisasi kepada masyarakat dan perangkat desa
an untuk pembayaran sesuai NOP (Nomor Obyek Pajak)
Pencatata Dilakukan pembayaran sesuai NOP (Nomor Obyek
n Piutang Pajak)
Penagihan Pendataan Ulang
Pelaporan Konsolidasi dengan Bank Persepsi 1 Minggu sekali
PAJAK BPHTB
PAJAK BEA PEROLEHAN HAK ATAS
TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB)
ADALAH PAJAK ATAS PEROLEHAN
HAK ATAS TANAH DAN/ATAU
BANGUNAN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah Dan
Retribusi Daerah Pasal 87 dan PERDA Kabupaten Lamongan Nomor 12 Tahun 2010
Tentang Pajak Daerah Pasal 125, masing-masing mengatur dan menetapkan :

Ayat (1) Dasar Pengenaan Bea Perolehan hak atas tanah dan bangunan
adalah Nilai Perolehan Obyek Pajak (NPOP);
Ayat (2) Nilai Perolehan obyek pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam hal:
a. Jual beli adalah HARGA TRANSAKSI;
b. Tukar menukar adalah NILAI PASAR;
TARIF BPHTB
c. Hibah adalah NILAI PASAR;
d. Hibah wasiat adalah NILAI PASAR; 5% X NPOP
e. Waris adalah NILAI PASAR;
f. Pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnya adalah NILAI PASAR;
g. Pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan adalah NILAI PASAR;

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN


Lanjutan....

h. Peralihan hak karena pelaksanaan putusan hakim yang mempunyai kekuatan


hukum tetap adalah NILAI PASAR;
i. Pemberian hak baru atas tanah sebagai kelanjutan dari pelepasan hak adalah
NILAI PASAR;
j. Pemberian hak baru atas tanah diluar pelepasan hak adalah NILAI PASAR;
k. Penggabungan usaha adalah NILAI PASAR;
l. Peleburan usaha adalah NILAI PASAR;
m. Pemekaran usaha adalah NILAI PASAR;
n. Hadiah adalah NILAI PASAR; dan/atau
o. Penunjukan pembeli dalam lelang adalah HARGA TRANSAKSI YANG
TERCANTUM DALAM RISALAH LELANG.

ANDA MEMPUNYAI ASET USAHA ? BERSYUKURLAH !!!


INILAH KESEMPATAN ANDA MENSYUKURI ATAS KARUNIA ILAHI DENGAN MEMBAYAR PAJAK
SEBAGAI IURAN WAJIB UNTUK AMALKAN “HUBBUL WATHON MINAL IMAN
IMAN”.
”.
CINTA TANAH AIR ADALAH SEBAGIAN DARI IMAN !!

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN


1. Perolehan Hak karena jual beli adalah menggunakan HARGA
TRANSAKSI;
2. Tiga belas proses/penyebab peralihan hak atas tanah mulai huruf b
sampai dengan huruf n tersebut diatas adalah menggunakan NILAI
PASAR sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Bupati Lamongan
Tentang Zona Dan Nilai Pasar Tanah sebagai dasar pengenaan
pajak BPHTB di Kabupaten Lamongan; Selanjutnya dirubah
menjadi Keputusan Bupati Lamongan Tentang Nilai Pasar Tanah
Sebagai Dasar Pengenaan Pajak BPHTB Di Kabupaten Lamongan.
3. Peralihan hak karena penunjukan pembeli dalam lelang adalah
menggunakan HARGA TRANSAKSI YANG TERCANTUM DALAM
RISALAH LELANG.

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN


1. Sanksi Perdata Berdasarkan UU No. 28 Tahun
2009 Pasal 97
Ayat 1 huruf a jika wajib pajak tidak mengisi dan menyampaikan
SPTPD kepada Kepala Daerah dalam jangka waktu
tertentu maka pajak yang terutang akan dihitung dan
ditetapkan secara jabatan (oleh Kepala Dipenda)
ayat 3 Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam SKPDKBT
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan
sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 100% dari
jumlah kekurangan pajak tersebut;
Ayat 4 Kenaikan sebagaimana dimaksud ayat (3) tidak dikenakan
jika wajib pajak melaporkan sendiri sebelum dilakukan
tindakan pemeriksaan tersebut;
Ayat 5 Jumlah pajak yang terutang dalam SKPDKB sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf a angka 3) dikenakan sanksi
administratif berupa kenaikan sebesar 25% dari pokok pajak
ditambah sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat
dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 bulan dihitung
sejak saat terutangnya pajak.

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN


2. Sanksi Pidana Berdasarkan Undang –
undang nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah pasal 174 dan Peraturan Daerah
Kabupaten Lamongan Nomor 12 Tahun 2010
tentang Pajak Daerah Bab XXI Pasal 152
sebagai berikut :
1) Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan SPTPD
atau mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau
melampirkan keterangan yang tidak benar sehingga merugikan
keuangan Daerah dapat dipidana dengan pidana kurungan paling
lama 1 (satu) tahun atau pidana denda paling banyak 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar.

1) Wajib Pajak yang dengan sengaja tidak menyampaikan SPTPD atau


mengisi dengan tidak benar atau tidak lengkap atau melampirkan
keterangan yang tidak benar sehingga merugikan keuangan Daerah
dapat dipidana dengan pidana penjara paling lama (dua) tahun atau
pidana denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang bayar.

DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN


FOTO & PRODUCT INOVASI
UNGGULAN
REKAPITULASI BAKU DAN REALISASI PBB - P2 PER KECAMATAN
DATA BERDASARKAN BANK DAERAH LAMONGAN DAN BANK JATIM
S/D 25 NOPEMBER TAHUN 2016

TERIMA JUMLAH
NO KECAMATAN BAKU REALISASI SISA % RANK TANGGAL LUNAS
SPPT WP - SPPT
1 GLAGAH 790.443.487 789.168.487 (1.275.000) 99,84 1 11-Feb-16 16 Mei 2016 20.706
2 KARANGBINANGUN 895.496.075 895.496.075 - 100,00 2 11-Feb-16 23 Mei 2016 22.750
3 TURI 844.851.907 844.985.467 133.560 100,02 3 04-Feb-16 23 Mei 2016 27.835
4 SAMBENG 877.383.185 876.341.621 (1.041.564) 99,88 3 28-Jan-16 16 Mei 2016 35.407
5 BLULUK 513.189.458 512.093.258 (1.096.200) 99,79 4 27-Jan-16 26 Juli 2016 16.600
6 MANTUP 1.013.749.820 1.012.656.880 (1.092.940) 99,89 5 28-Jan-16 9 Agustus 2016 33.728
7 DEKET 978.343.398 977.924.132 (419.266) 99,96 6 15-Feb-16 30 Agustus 2016 20.193
8 KALITENGAH 540.077.058 540.077.058 - 100,00 7 09-Feb-16 29 Agustus 2016 18.748
9 SOLOKURO 971.506.793 971.835.331 328.538 100,03 8 03-Feb-16 30 Agustus 2016 35.536
10 KEDUNGPRING 1.381.581.416 1.380.108.862 (1.472.554) 99,89 9 01-Feb-16 30 Agustus 2016 39.380
11 SUKORAME 441.447.806 441.447.806 - 100,00 10 27-Jan-16 10 Oktober 2016 13.048
12 SEKARAN 855.951.506 856.201.706 250.200 100,03 11 02-Feb-16 17 Oktober 2016 27.835
13 KARANGGENENG 764.749.695 765.374.210 624.515 100,08 12 03-Feb-16 17 Oktober 2016 26.085
14 MADURAN 568.854.841 568.489.441 (365.400) 99,94 13 03-Feb-16 8 Nopember 2016 31.886
15 PACIRAN 1.924.108.753 1.920.494.883 (3.613.870) 99,81 14 04-Feb-16 8 Nopember 2016 35.298
16 KEMBANGBAHU 1.135.526.956 1.135.526.956 - 100,00 15 28-Jan-16 Nopember 2016 36.883
17 SUKODADI 1.027.715.393 1.024.545.291 (3.170.102) 99,69 16 01-Feb-16 24 Nopember 2016 45.862
18 SUGIO 1.326.699.900 1.326.111.282 (588.618) 99,96 17 27-Jan-16 24 Nopember 2016 30.212
19 BRONDONG 1.329.630.488 1.329.380.288 (250.200) 99,98 18 29-Jan-16 25 Nopember 2016 29.519
20 PUCUK 873.555.530 872.689.730 (865.800) 99,90 19 04-Feb-16 25 Nopember 2016 30.217
21 TIKUNG 940.982.700 918.132.998 (22.849.702) 97,57 10-Feb-16 32.478
22 NGIMBANG 1.279.767.117 1.212.144.206 (67.622.911) 94,72 02-Feb-16 21.281
23 MODO 1.127.214.947 1.066.397.536 (60.817.411) 94,60 29-Jan-16 36.657
24 SARIREJO 739.499.167 662.438.635 (77.060.532) 89,58 10-Feb-16 21.207
26 LAREN 838.148.471 742.134.975 (96.013.496) 88,54 02-Feb-16 32.758
25 LAMONGAN 2.377.040.553 1.951.215.725 (425.824.828) 82,09 09-Feb-16 28.893
27 BABAT 1.860.178.190 1.138.529.677 (721.648.513) 61,21 23-Feb-16 44.438
JUMLAH TOTAL 28.217.694.610 26.731.942.516 (1.485.752.094) 94,73 795.440
KALENDER 2016
DOKUMENTASI PENERIMA HADIAH PELUNASAN PBB-P2 TAHUN 2015

Desa Karangcangkring Kecamatan


Kedungpring Desa Kediren Kecamatan Kalitengah

Desa Sidobangun Kecamatan


Kedungpring Desa Mojosari Kecamatan Mantup
KALENDER 2017

Desa Sumberagung Kecamatan Mantup Desa Deketwetan Kecamatan Deket

Desa Kuluran Kecamatan Kalitengah Desa Bluluk Kecamatan Bluluk


DOKUMENTASI 2017
DOKUMENTASI PERCEPATAN PBB-P2 TAHUN 2016
KECAMATAN BERPRESTASI TERCEPAT
DALAM PELUNASAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB-P2)
SEBELUM TANGGAL JATUH TEMPO TAHUN 2016

No. Kecamatan Baku Tanggal Hadiah Piagam


KATEGORI I BAKU diatas 1 Milyard
1.013.749.82 9 Agustus Sepeda
1. Mantup Piagam
0 2016 Motor
1.381.581.41 30 Agustus Televisi 42
2. Kedungpring Piagam
6 2016 Inch
KATEGORI II BAKU 500 Juta s/d 1 Milyard
Sepeda
1. Glagah 790.443.487 16 Mei 2016 Piagam
Motor
Karangbinan Televisi 42
2. 895.496.075 23 Mei 2016 Piagam
gun Inch
Televisi 32
3. Sambeng 877.383.185 16 Mei 2016 Piagam
Inch
Televisi 32
3. Turi 844.985.467 23 Mei 2016 Piagam
Inch
KATEGORI III 0 s/d 500 Juta
1.
DESA BERPRESTASI TERCEPAT
PELUNASAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN (PBB-P2 SEBELUM TANGGAL JATUH
TEMPO TAHUN 2016
No. Desa Baku Tanggal Keterangan Piagam
KATEGORI I BAKU > 60 Juta
Kandangrejo
1. 62.194.089 1 Maret 2016 Sepeda Motor Piagam
Kec. Kedungpring
Pendowolimo
2. 70.115.340 16 Mei 2016 Televisi 32 inc Piagam
Kec. Karangbinangun
Balun
3. 106.931.040 16 Mei 2016 Televisi 32 inc Piagam
Kec. Turi
KATEGORI II BAKU 40 Juta s/d 60 Juta
Sumberagung
1. 41.456.223 1 Februari 2016 Sepeda Motor Piagam
Kec. Mantup
Dinoyo
2. 52.473.075 29 Februari 2016 Televisi 32 inc Piagam
Kec. Deket
Laladan
3. 49.906.702 29 Februari 2016 Televisi 24 inc Piagam
Kec. Deket
KATEGORI III BAKU 20 Juta s/d 40 Juta
Bapuhbandung
1. 25.631.583 4 Maret 2016 Televisi 40 Inch Piagam
Kec. Glagah
Kedungbembem
2. 39.386.630 15 Maret 2016 Televisi 32 Inch Piagam
Kec. Mantup
Wonorejo
3. 31.262.136 16 Mei 2016 Televisi 24 Inch Piagam
Kec. Sambeng
KATEGORI IV BAKU 0 s/d 20 Juta
Sidobangun
1. 7.784.750 1 Februari 2016 Televisi 32 Inch Piagam
Kec. Kedungpring
Karanggayam
2. 19.581.925 10 Maret 2016 Televisi 24 Inch Piagam
Kec. Karangbinangun
Kediren
3. 19.123.092 30 Maret 2016 Televisi 24 Inch Piagam
Kec. Kalitengah

Anda mungkin juga menyukai