CAD
(Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah I)
Dosen Pengampu: Vina Vitniawati, M.Kep
Oleh
SABILLAH AZZAHARA
191FK01106
Tingkat 2B
1. PENGERTIAN
Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh
akan nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010).
2. ETIOLOGI
Sebab-sebab gagal pompa jantung secara menyeluruh:
Kelainan mekanis
a. Peningkatan beban tekanan
1) Sentral (stenosis aorta dsb)
2) Periper (hipertensi sistemik)
a. Peningkatan beban volume (regurgitasi katup, peningkatan beban
awal, dsb)
b. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitral atau
trikuspidalis)
c. Tamponade pericardium
d. Restriksi endokardium atau miokardium
e. Aneurisma ventrikel
f. Dis-sinergi ventrikel
Kelainan Miokardium
a. Primer
1) Kardiomiopati
2) Miokarditis
3) Kelainan metabolik
4) Toksisitas (alkohol dsb)
5) Presbikardia
b. Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis)
1. Kekurangan oksigen (penyakit jantung koroner)
2. Kelainan metabolik
3. Inflamasi
4. Penyakit sistemik
5. Penyakit PPOM
Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi
a. Henti jantung
b. Fibrilasi
c. Takhikardi atau bradikardi yang berat
d. Gangguan konduksi
3. MANIFESTASI
Tanda dominan : Meningkatnya volume intravaskuler Kongestif
jaringan akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat penurunan curah
jantung. Manifestasi kongesti dapat berbeda tergantung pada kegagalan
ventrikel mana yang terjadi.
Decompensasi cordis kiri :
Kongesti paru menonjol pada gagal ventrikel kiri karena ventrikel kiri tak
mampu memompa darah yang datang dari paru, tanda dan gejala yang terjadi
yaitu :
a. Dispnoe
Terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli dan
mengganggu pertukaran gas. Dapat terjadi ortopnu. Beberapa pasien
dapat mengalami ortopnu pada malam hari yang dinamakan
Paroksimal Nokturnal Dispnea ( PND)
b. Mudah lelah
Terjadi karena curah jantung yang kurang yang menghambat
jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme, juga terjadi karena meningkatnya
energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi
karena distress pernafasan dan batuk.
c. Kegelisahan dan kecemasan
Terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stress akibat
kesakitan bernafas dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi
dengan baik.
e. Batuk
4. PATHWAY
5. PENATALAKSAAN
Dasar pengobatan dekompensasi kordis dapat dibagi menjadi :
1. Non medikamentosa.
Dalam pengobatan non medikamentosa yang ditekankan adalah
istirahat, dimana kerja jantung dalam keadaan dekompensasi harus dikurangi
benar–benar dengan tirah baring (bed rest) mengingat konsumsi oksigen yang
relatif meningkat. Sering tampak gejala–gejala jantung jauh berkurang hanya
dengan istirahat saja. Diet umumnya berupa makanan lunak dengan rendah
garam. Jumlah kalori sesuai dengan kebutuhan. Penderita dengan gizi kurang
diberi makanan tinggi kalori dan tinggi protein. Cairan diberikan sebanyak
80–100 ml/kgbb/hari dengan maksimal 1500 ml/hari.
2. Medikamentosa
Pengobatan dengan cara medikamentosa masih digunakan diuretik oral
maupun parenteral yang masih merupakan ujung tombak pengobatan gagal
jantung, sampai edema atau asites hilang (tercapai euvolemik). ACE-inhibitor
atau Angiotensin Receptor Blocker (ARB) dosis kecil dapat dimulai setelah
euvolemik sampai dosis optimal. Penyekat beta dosis kecil sampai optimal
dapat dimulai setelah diuretik dan ACE-inhibitor tersebut diberikan.
Digitalis diberikan bila ada aritmia supra-ventrikular (fibrilasi atrium
atau SVT lainnya) dimana digitalis memiliki mamfaat utama dalam
menambah kekuatan dan kecepatan kontraksi otot. Jika ketiga obat diatas
belum memberikan hasil yang memuaskan. Aldosteron antagonis dipakai
untuk memperkuat efek diuretik atau pada pasien dengan hipokalemia, dan
ada beberapa studi yang menunjukkan penurunan mortalitas dengan
pemberian jenis obat ini. Pemakaian obat dengan efek diuretik-vasodilatasi
seperti Brain Natriuretic Peptide (Nesiritide) masih dalam penelitian.
Pemakaian alat Bantu seperti Cardiac Resychronization Theraphy (CRT)
maupun pembedahan, pemasangan ICD (Intra-Cardiac Defibrillator) sebagai
alat pencegah mati mendadak pada gagal jantung akibat iskemia maupun non-
iskemia dapat memperbaiki status fungsional dan kualitas hidup, namun
mahal. Transplantasi sel dan stimulasi regenerasi miokard, masih terkendala
dengan masih minimalnya jumlah miokard yang dapat ditumbuhkan untuk
mengganti miokard yang rusak dan masih memerlukan penelitian lanjut.
3.Operatif
Pemakaian Alat dan Tindakan Bedah antara lain :
a. Revaskularisasi (perkutan, bedah)
b. Operasi katup mitral
c. Aneurismektomi
d. Kardiomioplasti
e. External cardiac support
f. Pacu jantung, konvensional, resinkronisasi pacu jantung biventricular
g. Implantable cardioverter defibrillators (ICD)
h. Heart transplantation, ventricular assist devices, artificial heart
i. Ultrafiltrasi, hemodialysis
6. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan kontraktilitas miokardial atau
perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik,
perubahan struktural
2. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antar suplai oksigen, kelemahan
umum, tirah baring lama atau immobilisasi.
3. Kelebihan volume cairan b.d menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium.
7. INTERVENSI
2. ETIOLOGI
a. Merokok
b. Tingginya kadar lemak dan kolesterol tertentu dalam darah
c. Tekanan darah tinggi
d. Kadar gula yang tinggi dalam darah karena resistensi insulin atau diabetes
e. Peradangan pembuluh darah
f. Penyempitan lumen progresif akibat pembesaran plak.
g. Perdarahan pada plak atheroma
h. Pembentukan trombus yang diawali agregrasi trombosit
i. Embolisasi trombus / fragmen plak
j. Spasme arteria koronaria
3. MANIFESTASI
1. Nyeri
Nyeri dada yang tiba-tiba dan berlangsung terus menerus, terletak
dibagian bawah sternum dan perut atas, adalah gejala utama yang biasanya
muncul. Nyeri akan terasa semakin berat sampai tidak tertahankan. Rasa nyeri
yang tajam dan berat, biasa menyebar kebahu dan lengan biasanya lengan kiri.
Tidak seperti nyeri angina, nyeri ini muncul secara spontan (bukan setelah
kerja berat atau gangguan emosi) dan menetap selama beberapa jam sampai
beberapa hari dan tidak akan hilang dengan istirahat maupun nitrogliserin.
Pada beberapa kasus nyeri bisa menjalar ke dagu dan leher.
Killip II : Ditemukan ronkhi pada kurang dari setengah lapang paru, dengan
atau tanpa S3
Kllip III : Ronkhi pada lebih dari setengah lapang paru, biasanya dengan
oedema paru
Metabolisme anaerob
Perubahan hemodynamic
Gangguan rasa nyaman
(TD & Nadi meningkat ringan) nyeri
MRS
Sesak napas
Kurang pengetahuan
ANSIETAS
5. PENATALAKSANAAN
1. Istirahat total dalam waktu 24 jam pertama atau masih ada keluhan
nyeri atau keluhan lainnya. Hal ini berguna untuk mengurangi beban kerja
jantung dan membantu membatasi luas permukaan infark.
2. Oksigen 2-4 liter/menit, untuk meningkatkan oksigenasi darah
sehingga beban kerja jantung berkurang dan perfusi sistematik meningkat.
3. IVFD Dextrose 5% atau NaCL 0,9% untuk persiapan pemberian obat
intravena.
4. Pemberian morfin 2,5-5 mg IV atau petidin 25-50 mg IV, untuk
menghilangkan rasa nyeri . Bila dengan pemberian ISDN nyeri tidak
berkurang atau tidak hilang.
5. Sedatif seperti Diazepam 3-4x, 2 mg per oral.
6. Diet
Diet yang diberikan adalah diet jantung I-IV sesuai dengan keadaan klien.
Tupen : 2. Atur posisi klien head up 30o. 2. Meminimalkan arus balik vena
3. Lakukan palpasi fremitus
Setelah dilakukan tindakan
3. Penurunan getaran vibrasi diduga ada
keperawatan klien
pengumpulan cairan atau udara terjebak
menunjukan perbaikan 4. Awasi tingkat kesadaran atau
ventilasi dan oksigenasi status mental klien 4. Gelisah dan ansietas adalah manifestasi
jaringan adekuat dengan umum pada hipoksia. AGD memburuk
AGD dalam rentang normal disertai bingung atau somnolen
dan bebas dari gejala menunjukan disfungsi cerebral yang
distress pernapasan 5. Evaluasi tingkat toleransi berhubungan dengan hipoksemia
aktivitas, berikan lingkungan 5. Selama distress pernapasan berat atau akut
tenang dan nyaman. Batasi pasien secara total tidak mampu
aktivitas pasien, dorong melakukan aktivitas sehari-hari karena
untuk istirahat atau tidur. hipoksemia dan dispnea. Istirahat diselingi
Mungkinkan pasien aktivitas perawatan masih penting dari
melakukan aktivitas secara program pengobatan, namun program
bertahap dan tingkatkan pelatihan ditunjukan untuk meningkatkan
sesuai toleransi individu ketahanan dan kekuatan tanpa
6. Awasi TTV dan irama menyebabkan dispnea berat dan dapat
jantung meningkatkan kesehatan
6. Takikardia, disritmia dan perubahan tanda
7. Kolaborasi pemeriksaaan vital dapat menunjukkan efek hipoksemia
AGD sistem pada fungsi jantung
7. Pa CO2 biasanya meningkat dan Pa O2
biasanya menurun sehingga hipoksia
terjadi dengan derajat lebih kecil atau lebih
besar. Pa CO2 normal atau meningkat
menandakan kegagalan pernafasan
8. Berikan O2 tambahan yang 8. Dapat memperbaiki atau mencegah
sesuai dengan hasil AGD hipoksia
3. Intoleransi aktivitas Tupan : 1. Observasi ulang tingkat 1. Sebagai data dasar untuk mengembangkan
berhubungan dengan kelelahan dan kelemahan rencana pada klien.
Kebutuhan aktivitas
ketidakseimbangan klien terhadap aktivitas.
terpenuhi setelah dilakukan
suplai oksigen 2. Anjurkan klien untuk
tindakan keperawatan 2. Mengurangi beban jantung klien
miokard dengan mempertahankan bedrest.
selama 4 x 24 jam
kebutuhan
Tupen : 3. Bantu kebutuhan klien yang 3. Memaksimalkan istirahat akan mengurangi
tidak boleh dilakukan, pengunaan energi.
Setalah dilakukan tindakan
melatih aktivitas yang dapat
keperawatan :
dilakukan seperti makan,
- Kelemahan umum (-) minum.
- Tanda-tanda vital dalam 4. Monitoring TTV dan warna 4. Mengevaluasi respon terhadap aktivitas
batas normal kulit tiap jam. dan mengatur kebutuhannya.
TD:110-120/60-80 5. Berikan O2 atau tingkatkan 5. Meningkatkan O2 atau tingkatan O2 selama
mmHg O2 selama aktivitas aktivitas.
HR: 60-80 x / menit 6. Buat rencana aktivitas secara 6. Meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
bertahap sesuai dengan dimana dengan cepat meningkatkan beban
RR: 16-20 x/menit
kemampuan klien. jantung.
S : 36,5 –37,5 0C 7. Monitor takikardi, 7. Indikator dari penurunan suplay O2
disritmia, diaporesis atau dikardium seperti takikardi, disritmia,
- Tidak terjadi perubahan
pucat setelah melakukan diaporesis, membutuhkan penurunan
warna kulit atau
aktivitas. aktivitas.
kelembaban
8. Mengurangi pemakaian energi dan O2
klien.
8. Bantu klien dalam melakukan
9. Mengedan pada saat defekasi akan
aktivitas
meningkatkan tekanan intra torakal yang
9. Kolaborasi dalam
dapat meningkatkan tekanan arteri koroner
pemberian laxadine
sehingga dapat menyebabkan angina dan
aritmia.
4. Gangguan rasa aman : Tupen : 1. Berikan penjelasan tentang 1. Dengan mengetahui faktor resiko, klien
faktor-faktor resiko timbulnya dan keluarga dapat mencegah dan
cemas berhubungan Setelah dilakukan tindakan
CAD : merokok, diit tinggi memodifikasi gaya hidup yang lebih
dengan kurangnya keperawatan selama 2x24
kolesterol, DM, Hipertensi, sehat.
pengtehuan tentang jam klien menunjukkan :
Stress,
penyakitnya.
- Klien maupun keluarga 2. Berikan dukungan emosional: 2. Klien akan merasa dihargai
tenang sikap hangat dan empati
- Klien dan keluarga dapat 3. Jelaskan setiap prosedur yang
3. Dengan mengetahui prosedur klien dan
mengetahui dan akan dilakukan pada klien dan
keluarga akan berpartisipasi dalam
menyebutkan kembali keluarga.
melakukan tindakan disamping itu juga
tentang penyakit yang
dapat menurunkan tingkat cemas klien.
dialami klien serta cara 4. Berikan penjelasan tentang
4. Meningkatkan pengetahuan klien dan
pencegahan dan perawatan klien di rumah :
keluarga sehingga keluarga dapat
perawatannya. - Pengaruh CAD
mengantisipasi serangan ulang
- Proses penyembuhan
- Jenis-jenis pengobatan
- Pengaruh obat-obatan
- Pembatasan diit : rendah
kolesterol
- Olahraga 3 x / minggu :
joging, aerobik
- Merokok stop
- Manajemen stress
- Saat BAB tidak mengedan
5. Untuk mengetahui dan mengevaluasi
5. Kaji ulang tingkat cemas
tingkat keberhasilan dari intervensi yang
telah dilakukan
5. Resiko terjadinya Tupen : 1. Pertahankan tirah baring 1. Posisi terlentang meningkatkan filtrasi
gangguan perfusi selama fase akut ginjal dan menurunkan produksi ADH
Setelah dilakukan tindakan
jaringan berhubungan sehingga meningkatkan dieresis
keperawatan selama 2x24
dengan penurunan 2. Pada GJK dini, sedang atau kronis TD
jam, curah jantung 2. Laporkan adanya tanda –
curah jantung dapat meningkatkan sehubungan dengan
membaik/stabil, dengan tanda penurunan TD
SVR. Pada HCF lanjut tubuh tidak
kriteria :
mampu lagi mengkompensasi tidak dapat
- Tidak ada edema normal lagi.
- Jumlah urine normal 3. Oliguria menunjukkan adanya penurunan
3. Monitor haluaran urin.
- TTV dalam batas normal CO. Kelebihan cairan dapat menimbulkan
Catat intake output. Laporkan
- Tidak ada disritmia edema.
adanya edema
4. Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan
4. Pantau TTV tiap jam
aktifitas karena efek obat (vasodilasi),
perpindahan secara diuretic atau pengaruh
5. Berikan oksigen sesuai fungsi jantung
kebutuhan 5. Meningkatkan jumlah oksigen yang ada
untuk pemakaian miokardia dan juga
mengurangi ketidaknyamanan sehubungan
dengan iskemia jaringan.
6. Mengetahui aktivitas listrik jantung, dan
6. Pantau EKG tiap hari
penunjang thd terapi yang akan diberikan
bila ditemukan kelainan-kelainan pada
gambaran EKG
7. Aspilet adalah obat untuk mencegah
7. Pertahankan cairan
platelet, captopril sebagai ace-inhibitor
parenteral dan obat-obatan
yang mencegah angiotensin I berubah
sesuai advis (Aspilet,
menjadi angiotensin II yang menyebabkan
Captopril)
TD meningkat
8. Valsasa manuver dan defekasi dapat
8. Hindari valsava manuver merangsang saraf simpatis yang akan
dan defekasi (gunakan menyebabkan bradikardi
Laxadine)
DAFTAR PUSTAKA
http://mahasiswakeperawatan1.blogspot.com/2019/12/laporan-pendahuluan-
decomp-cordis.html (diakses pada tanggal 08 November 2020 pukul 17.28)
https://www.academia.edu/12922335/decompensasi_cordis (diakses pada
tanggal 09 November 2020 pukul 10.11)
https://www.scribd.com/doc/92207872/LP-CAD (diakses pada tanggal 09
November 2020 pukul 13.21)
https://www.neliti.com/id/publications/290986/analisis-asuhan-keperawatan-
pasien-coronary-artery-disease-pre-coronary-artery-b (diakses pada tanggal
09 November 2020 pukul 15.04)
http://eprints.ums.ac.id/16540/3/Bab_I.pdf (diakses pada tanggal 09
November 2020 pukul 16.20)