BRIE
SHOAoath,ygRoEoV
,
LA
iirraattoorryy
PUTRI s .
-
ttntnattoommyykwwnnggcr -
Gross Anatomy
-
Costa verde →
hempel ke sternum lang sung via
cartilagonya ( I -7 )
Costa e spuriae →
cartilagonya berhubungan Sama
atasnya ( O -
lo )
'
Batas Posterior → VT I -
VT 12 Intervertebral disc
.
Batas Sampling → Costa e t -
12 Intercostal muscles
'
Batas Inferior →
Diaphragm
T H O R A C l C C A V l T Y
- . . . . .
' - . - . . . . . . . .
. -
Shape : Dome
'
Boundaries :
Anterior → Sternum
C)
\
Posterior → VT 9 -12 ,
Intervertebral disc
inferior abdominal ,s ,
o
→
Diaphragm cinuaginas ; , viscera cauum
a
-
Posterior → VT 1 -
Posterior → VT I
Lateral →
Cartilage a costal 1 -
lateral → Acromion
>
INFERIOR THORACIC APERTURE
. a
-
Posterior → VT 12 ↳ dari
ludofici antara -144-15
argues
-
.
Posterolateral → Costa e 11912 Anterior mediastinum
↳
segalasesuaty didepan pericardium
Superior →
Superior thoracic aperture
.
Posterior → Aorta thoracic a
Superior →
Superior mediastinum
Inferior →
Diaphragm
visceral pleura
pleural sac
( 310 bus →
Oblique e horizontal )
t
↳ Trachea berca bang pada left
carina
jadi e
right
bronchi
yang kemudianbercabang lagi jadi left -
segmental
3
right main steam , ,
lah
capillary e
Septa alveoli .
Jordi Kalo blood arrived
blood
set dan alveolar gas .
Oxygenated dibawa ke
'
"
↳
Esophagus selalu tertutup kecuali Saat mene Ian
,
dan
trachea sebaliknya .
Larynx / voice box terletak di
yg merupakan tissue
Glottis larynx
merupakan opening dari ygjuga berperan dim
Saara a non -
.
,
Bronchioles berisi
gapunya cartilage , dindingnya smooth
Udara
yg
melewati alveoli e atmosphere dipengaruhi oleh kontraksi
dari bronchioles .
"
↳
Respiration nge -
provide Oz ke
jaringan dan membuang CO2 .
4
major function dari respiration adalah :
Pulmonary ventilation Mashek dan keluarnya Udara dari atmosphere ( external ) dan lung alveoli
-
Transport Oz dan Coz di darrah seria body fluids darilke set - set
jaringan
-
set -
set
jaringan dgn Cara difusi ( cellular respiration)
tffiisgttofooggyy
1- RAKE A B R ON K U S
rawan -
'
'
benthic dindingnya
-
C Pada
Kat silia
(
"" d " " " d" tht " ""
"
"" " " " ° "" "" " ↳" "
"
t
""
"
-
Ada otot pokes pada torius
dindingnya
y
Oli
-
Ada otot
polos jelas
pada
-
otot
SAKUS ALVEOLAR IS
KAH
" "
↳
↳ Udara berpindah dari Kareena udara
pressure tinggi Ke
yang pressure bergerac menuruni pressure gradient ,
intra
ventilation :
sebaliknya pada ekspirasi .
Perubahan volume para
dpt
yg
-
-
.
pada , pressure yg
Intra -
alveolar
pressure →
pressure
di alveoli
,
dimaria berubah KEE AUKAN dari volume nya .
( pressure
-9
,
volumed )
PIV =
Pzvz
menuruni pressure gradient any
-
time intra -
alveolar pres
-
,
sure
nya berbeda dari pressure atmosphere .
Air -
flow
Intra pleural →
pressure di pleural lebih
pressure sac
<
sedikit dari
atmospheric pressure (t - 756
mmHg at rest )
"
↳ Intra pleural pressure * dak dipengaruhi oleh apapun
Karen 's
"
↳
Respiratory muscles
yg
membanty breathing berperan
Adak
secara
lang sung dalam perubahan volume ,
melainkan
cavity
Cara
volume pada
terjadinya yg menyebabkan perubahan
TT 1122 # 1*15 MM W R2 AA LL PPRREESS SS UU RREE lungs ( trans mural )
pressure gradient
"
↳ Thoracic
cavity Sitenya > un stretched lungs .
Tapi . pressure
A
↳ Intra alveolar
-
stretch .
"
↳ Karen a elastisitas dr
inward dari
thoracic
Pulling
wall setelah
Makan
ya di infinitesimal
ada vacum .
% INSPIRATION :
kontraksi dari
jg subatmospheric .
.
,
nerves .
"
↳ BEFORE INSPIRATION :
ketika membesar
lungs intra -
alveolar a
atmosfer Udara bs menuruni gradien
, pressure
en
-
, . , ,
pressure >
atmosfer
"
↳ EXPIRATION :
Relaxation dari inspiratory muscles ③ Pada akhir lnspirasieekspirasi ,
intra - alveolar pressure
=
dan Atmosfer Karen a alveoli atmosfer
menyebabkan lung recoil volumed ,
seria intra -
pressure
-
.
,
,
dr alveolar
Udara keluar lungs menuruni pressure gradient
sampan
'
en
yg
diaphragm Cnervenya dr (3-5) lebih beresiko menyebabkan menyebabkan lung selalu stretched even on expiration .
respiratory paralysis .
gradient
-
adalah
-
pressure trance airflow
R -
resistance
conducting airways . Tapi
"
↳
Adjustments dari
airway size diatur oleh Autonomic
Nervous
system .
Parasympathetic stimulation ygaktif
dalam low demand broncho
kondisi relax a
menyebabkan
constriction dan sebaliknya menyebabkan
, sympathetic
"
↳ FORCED EXPIRATION :
kontraksi dari expiratory muscles broncho dilatation ( Yo ,
norepinephrine )
9 ( relaxed
diaphragm keatas
positions
pressure dan mendorong
) .
Internal intercostal muscles contraction
jg
menarik
( '
000mL female
g g zoom , pema ,
# K WE ⑧ KH
t "
↳ TV ↳ Menurut Fick 's Law
jumlah volume udara masuklkeluar dalam Sema
- = -
yg para ,
IRV =
Volume tambahan hasil dr 's diffusion -9 -
diffusion rate T
insp
- -
yg merupakan , ra .
x
↳ Alveoli
maxima ) ( diatasnya TV ) ,
Max muscle contraction bersifat cluster
,
'
IC =
Volume udara bison di Kan ble di terminal bra
max
yg inspirasi sacs -
airways
-
yg .
"
( I 1000mL ) ↳ Alveolar
ekspirasi Max wall berisi
yg of
FRC =
volume udara di lungs pada akhir ekspirasi capillaries I lapisan aja dindingnya Interstitial
'
ygjuga .
space
pasif normal .
ERV -1 RV ( I 2200mL ) antara kapiler 4 alveoli Sangat tipis ,
Chema 0.5µm yg
dise -
VC IRVTTVTERV Barrier
volume
inspirasi alveolar capillary
=
ekspirasi but membrane
Max yg ak
a
-
tipis
-
yg ini
-
. .
( I 4500mL) an
facilitates gas exchange .
"
TLC =
volume udara total VCTRV ( 15700 mL ) ↳ Selain I
Max
Type alveolar 5% dipenuhi
-
, surface epithelium
FEU volume It
Type
=
Udara diekspirasikan setelah Oleh alveolar cells
pulmonary
'
bisa secrete
,
yg yang
second expiration ( ) Alveolar
First .
" '
↳
Lung volume bison diukur
macrophages menjaga alveoli di lumen dr
-
poke spirometer ,
dimaria air sacs -
of yg ada
yg menyebabkan
Spirogram .
tenting untuk
allowing Udara Segar utk masuk ke
darah
menuruni
gradi antara dan
-
en pressure en
-
, .
.
Iasi me -
refill alveolar Oz & remove CO2
sehingga
AFRRTTH AALL PP EESSSSVVRREESS grad
-
yg
"
↳ Udara di atmos fer ith
campuran dr
gas
( Nz
,
Oz , dr tubuh Poz = 40 mmHg e Pcoz -
-
46
mmHg . Karen a
160
mmHg ygdikeluarkanldiberikan dr Oz .
Individual blood sampai equal dah Sama
jaga pada CO2 .
"
↳
Perbedaan partial pressure antara kapiler darrah dan
alveolar
capillary )
e
air
pulmonary .
Udara atmos fer masuk dan exposed moist airway ③ Partial alveolar dan
Sama
pressure gradients antara air
udara
menyebabkan jadi saturate dgn H2O .
Pd body pulmonary capillary menyebabkan passive diffusion
temperature pressure H2O 47 mmHg Pada
,
vapors .
sampai pressure equal
Ptho 47 mmHg Pnz -563 dan ④ Blood POI dare Pco ad
mmHg lungs jadi
'
moist air
, ,
yg meninggalkan ,
Poz Sela in
=
150 mmHg ,
itu ,
alveolar
Poajg this dibawa ke tissues
lebih rendah dari Poz at karena inspired ⑤ Partial pressure Oz d dan PCO 29 pada Oz consume -
muster
coz cells
air old air ada di lungs producing tissue
-
Sama
nya Kecampur yg
.
ng ,
alveolar ⑥ kemudian
Sebagai brasil dari humidification dr air
,
, partial pressure gradient utk
gas ex -
alveolar Poa 100 mmHg Roz atmosfer 160 mmHg change passive movement
=
4 di jaringan menyebabkan
:
"
↳ Perubahan Por Pada lexpirasieinspirasi Adak terlalu Oz ke set utk
support kebutuhan metabolic
beda Karma sedikit dari total alveolar air ⑦ Pas udah equal blood dari tissue
cama Yg pressure nya , yg
P coat e Pond
,
alveolar
⑧ Kemba like
Sama volume retained yg tinggi a memiliki
lungs Lagi utk
exchange .
pe
'
di alveoli
ngegantiin Oz diffused ke darah
yg ,
I 90
value
nya mmHg
¥ # ETT ⑥ RRSS
"
↳ Thickness
gas exchange juga berpengaruh ,
Kalo
lebih ber
gas transfer jadi Turun Karen a
gas
Lama -
"
↳ Sela in itu , Diffusion constant juga mempergaruhi ,
dari
Sejajar Sama rate gas transfer . Difusi konstan
"
↳ Selain partial pressure gradient ,
surface area
juga
berpengaruh .
Rate
gas exchange sejajar sama surface
area .
Pada olahraga , surface area on biar
gas ex -
buka capillaries .
Ethlseeviolloggyy
# ⑧ RRMMAATT 1100 # LL ④ NN # LL AA R2 # NN XX
1133 UU ④ SS
% Pada bud
week 4
,
lung atau
yg
"
↳
Bag
-
. an
epitel dalam dari
larynx ,
Larynx berasal dari endoderm -
eras at laryngeal
dari endoderm ton dari mesenchyme cells menyebabkan orifices
semen tara cartilaginous mus -
shaped .
"
lung bud
↳ Setelah
connect sama
foregut ,
itu , laryngeal epithelium proliferates dgncepat
pas
.
-
,
,
divided dorsal
esophagus
jadi bagian ,
"
↳
Musculature dari larynx berasal dr mesenchyme 446 dan
week 5
,
buds ini membesar judi right e left bronchi i . terakhir dari
pre
-
u
rights 3 secondary bronchi natal life
-
bebe -
-
left → 2 Secondary bronchi
rapa taken setelahrya ,
)
Secondary bronchi → to
tertiary bronchi ( Kanan
jumlah terminal
°
↳
sacs -
Ada tambahan 6 division Saat postnatal . Mature alveoli tidal ada sebelum tahir . Selainitu ,
"
↳
branching di -
h
epithelial -
mesenchymal
interactions
endoderm
antara
buds
lung
.
,
"
terisi ↳
canals ) sempit dan Oleh
pleuro peritoneal Jumlah surfactant yg de produce type
It alveolar cell
-
Sama
real pericardial Si sa
canals dari peritoneal e cavities .
Antara tcrmasuk
prostaglannamanya
mesoderm layer jadi parietal kedua ith IL if Yg menyebabkan produksi
-
pleura .
pleural cavity .
dint → uterine contraction → lahiran -
Fetal breath -
pas
'
MATURATION OF LUNGS
"
↳ membelah
Samper bulan ke 7 bronchioles terns terusan
,
( canalicular
jadi canal ygcebih Kecil phase ) dam vascular
bronchioles membelah
jadi yg
alcan 3-6 alveolar
akhir bulan ke - 7 ,
mature alveolar sacs M dan Kapler
muncul utk
gas exchange jd premature infants big
survive .
"
↳
-ppnemammokoEAAE$
Merupakan keadaan dimaria terdapat Udara dalam
pleural cavity .
Bison terjadi secara
sporran atau
traumatic
( unknown
.
cause )
Pneumothorax
dan Sek
Spartan
under Cada
dibagijadi
history
primer
Saki't
para)
Merupakankeadaan dimana terdapa
.
non -
iatrogenic .
Pneumotorax lebih
seringa , prior Usia
30-45 tahan .
① Sporran gaada
→
penyebab
↳ primer
-
:
tampa riwayat penyakit
sekunder ada
AA TT @ ⑤ EE NNEESS 11$
riwayat seperti To ,ppok
-
:
,
4
↳ PNEVMOTORAKS ada
dll SPONTAN PRIMER ( PSP )
terjadi Karen a
:
asma , .
① Traumatic →
adanya trauma
yg bikini
pleural rupture robekan di
kantong udara defeat visceral pleura yg
Kalo
↳ .
non -
parunya direseksi ,
terdapat 112
racing udara berbentuk
, an Oleh
Oleh jar -
para emci -
. . a
, .
( 40 TB ) bleb bulla
sengajadilakukan Utk 4 masih unknown
,
tp banyak pendapat gara 2x
trauma jar .
lunak di subclavian kerusakan bag apex
. related to ischemia lpeningkatan
→ ( emfs -
sema subkutis )
distend Pd alveoli daerah apeks karena tekanannya
para
✓
trauma pada trachea
subkutis )
lemeisema mediastinum , ( ebih negate .
Lebih banyak dijumpai pd prior tinggi
trauma
pada bronkus
✓ Pecahnya alveoli
⇒
kurus reta
misalnya send rom
Marfan
-
Cemfi mediastinum ,
interstitials
Sema
) 's
Kecil
ted sama obstruksi check -
valve
pd saluran natas me -
÷::÷÷÷÷÷÷:÷:i
"
:::÷::÷:c::::n÷::::i::::::::::::::n
-
. .
Cpneumotorax )
aterm bison tekanan pleura -40 100cm H2O Kalo
trampling
-
robek
§ma
dari bullae bleb ,
( pneumotorax
spartan ) %
lebih alveoli bs pecan .
.
aspirasi mekonum .
"
ryepn.tn?seemaesomPehda.?ausp.num
↳ PNEUMOTORAKS SPONTAN SEKONDERCPSS ) Karens
and ,ng dada
:
terjadi
, pleura parietal , ,
"
↳ Berdasarkan FISTULA -
nya
:
daripada PSP .
① Tertutup ( simple ) di
→
pressure pleural cavity sedikit lebih
Tidak ada Iuka terbuka dari chest wall Tapi ada asymptomatic
.
juga yg
-0 Terbuka → ada Iuka terbuka di chest wall jd pas ins -
% Pemeriksaan Fi sik -
:
Saara natas nya melemah fremitus
,
inspirasi ,
melemah ,
perkusi hyper son or .
mediastinum normal tp pas ekspirasi ada sucking pneumothorax ukuran Kecil , adajg
wound .
tacky Cardi
aja . Pneumothorax tension
keluar pas ekspirasi sampe Lama lama pressure nya atom trachea .
pas ,
( decompress )
55mm Hg dan 1702760 mmHg dilakukandgn
'
Pada pasien PPOK lebih mudahtrjadinya melalui deriding dada sampe ke rongga pleura this
,
jarum
Pneumothorax primer bikini hubungan udara hear le wat saluran Kontos
pneumothorax spontan .
Sama
Pada
dan terpisah dari pleura parietal is .
normal (40% )
① I
' → bulla 72cm ( 1790)
VUKLVVRRAANN PPNNEEUUMMOOTTHHOORRAAXX
"
↳ CARA I
menggunakan
:
rasio .
3
Diameter rata - rata
para collapse
'
Diameter rata - rata hemitoraks
"
↳ CARA II
pleural
:
menjumlahkanjarak terjauh antar celah
vertical horizontal t
pd gun's tjarak terjauh
horizontal dibagi 3 dan Kali 10
jarak defeat trs
"
↳ TORAKOSKOPI dilakukan Kalo WSD
gagal fistula bronko
'
,
di
KK MMPPLLXKKAASSH
"
b Pneumotoraks dapat menyebabkan kegagalan respirator : akut .
Pio -
pneumotoraks , hidropneumotorakslhemo -
pneumotoraks ,
henti
TTAATTAALLAAKLSSAANNAA
"
↳ 08 SERVASI PEMBERI AN Oz
e : dilalculcan Kalo pneumothorax
< 1590 dari hemitoraks .
Kalo fistula dr alveoli ke pleura
ketutup ,
udara akan diresorbsi . Pemberton Oz alcan meaning -
Kattan (
aju resorbsi 02 .
Kato was
pneumotoraks Kecil
Blood yang sudah melakukan gas exchange dari pulmo membawa PO2 yang sama kaya PO2 di
↳
alveoli. Walaupun agak susah untuk measure tension O2 di alveolar gas, bisa dihitung dengan
formula alveolar gas quation : PA Oz = Fl Oz ( PB -
Puzo ) -
Pa Coz I R → PAO z =
150 -
1,20 x Pa CO2
disebabkan karena :
1. Small amount of CO yang bekerja sebagai shunt tanpa
melalui pulmonary capillary bed termasuk venous blood dari
bronchial circulation yg drains ke pulmo vein & coronary vein
Yg drains via thebesian veins ke left ventricle. Desaturated blood dari dua tempat itu
menyebabkan tension O2 di arterial blood lebih kecil
2. Ventilation perfusion gradient dari bagian atas dan bawah lungs menyebabkan adanya less
-
oxygenated blood dari base yang combined sama better oxygenated blood dari apices.
Ks
AaDO2 normalnya 15mmHg dan meningkat with age, dan diseases. Pertamanya, shunt may be present
pada desaturated blood combined sama fully saturated blood dan menurunkan PO2 di arterial blood.
Shunt Causes :
1. Intracardiac lesions dengan right to left shunt di atrial atau ventricle (VSD atau ASD). Ini
tidak berdampak ke AaDO2 / PaO2 tapi bikin oxygenated blood circulate ke pulmo bukan ke seluruh
tubuh,
2. Structural abnormalities dari pulmonary vasculature yang results in direct communication antara
pulmonary arterial dan venous system (pulmo arteriovenous malformations)
3. Pulmonary diseases yang menyebabkan alveolar spaces terisi fluid (edema) atau complete alveolar
collapse.
"
↳
Penyebab lainnya yang peningkatkan AaDO2 adalah ventilation perfusion mismatch. Walaupun dalam
keadaan total ventilation&perfusion ke paru normal, kalau ada area yang mendapatkan perfusi lebih
sedikit ventilasi dan more perfusion (high V/Q ratio) menyebabkan AaDO2 meningkat dan terjadi
hypoxemia. Area dengan V/Q ratio rendah provide desaturated blood dan darah dari region V/Q
tinggi gabisa compensate masalah itu karena Hb udah saturated dan gabisa naikin konten O2
dengan ventilasi. Selain itu, elevated AaDO2 terjadi pada keadaan tertentu seperti diffusion
block dimana PO2 di pulmo kapiler = alveolar gas. Kalo interface antara kapiler dan alveolar
menebal, O2 susah diffuse. Tapi gaterlalu jadi masalah asalkan erythrocytes transit time nya low.
"
↳
Peningkatan gradien antara PaO2 dan PAO2 bukan merupakan satusatunya mekanisme yang
menyebabkan hypoxemia. Alveolar PO2 (PAO2) yang menurun juga bisa menurunkan arterial PO2
(PaO2) dan AaDO2 tetap konstan. Apabila barometic/atmosfer pressure turun, misalnya pada saat
di altitudes yang tinggi dapat menurunkan PAO2, atau apabila PCO2 meningkat jg dapat
menyebabka hypoxemia. Apabila PCO2 meningkat dan AaDO2 normal, maka hypoventilation adalah
penyebab exclusive dari PO2 yang rendah. Kalau AaDO2 meningkat, antara V/Q mismatch atau
shunting yang menyebabkan hypoxemia.
ttrEkktHoosEf
Epidemiology pathogenesis
"
↳
Di Indonesia, TB merupakan penyakit penyebab
kematian kedua pada 1992 dan pertama pada Es
M.Tuberculosis masuk melalui saluran nafas
2001. 3/4 dari kasus TB berumur 15 49. Pada
-
mediastinum, infected macrophages bisa gain selanjutnya bisa muncuk TB post primer/
access ke thoracic duct dan masuk ke sekunder pada usia 15 40 tahun. TB post
bloodstream sehingga bs menyebar ke seluruh
-
tubuh. M. Tuberculosis berkembang baik dan primer dimulai dari sarang dini yang umumnya
cepat pada daerah yang kaya oksigen seperti terletak di segmen apikal dari lobus,
ginjal, long bone epiphyses, dan vertebral awalnya berbentuk suatu sarang pneumonik
bodies. Pada bagian apical lungs yang paling kecil. Prognosis :
sering infected karena kaya akan O2 tension 1. Diresopsi kembali dan sembuh total
dan menurunkan lymphatic flow. Walaupun 2. Sarang nya meluas tapi terjadi
infeksinya terkontrol, biasanya tidak penyembuhan dengan jaringan fibrosis dan
sepenuhnya hilang. kalsifikasi. Tapi, bisa aktif kembali.
3. Sarang pneumonik meluas, membentuk
MILIARY TB
-
1¥
jaringan kaseosa&menimbulkan kaviti ketika
"
↳
Pada individual tertentu, saat ter expose sama
V l ll l l l l l l l l l l l l l l
masuk kedalam jaringan&menelan mikroba yg c. Kalau blm periksa sputum tulis BTA blm
diperiksa
baru lepas. Jadi ada pertukaran sel fagosit "
↳ Berdasarkan tipe penderitanya :
mononukleus. Monocyte makin membesar dan 1. Kasus baru ; belum pernah mendapat pengobatan
OAT/pernah tapi gasampe sebulan
intinya jd eksentrikm sitoplasmanya makin 2. Relaps : pernah pengobatan dan telah sembuh, tapi
banyak dan pucat (epiteloid). Sel tersebut BTA/culture t lagi.
limfosit, sel plasma, kapiler dan fibroblas. Di jadi BTA f pada akhir bulan ket
-
2 pengobatan
bagian tengah mulai nekrosis dan jaringan 6. Kronik : pemeriksaan dahak BTA setelah selesai
pengobatan
t
sekitarnya mulai sembab & mikroba mulai 7. Bekas TB : BTA dan pd ragiologi lesi TB
-
berkurang. Granuloma kalo berkurang akan inaktif. Ada riwayat pengobatan. Pada pasien dgn
terbentuk simpai jaringan ikat yg mengelilingi gambar radiologi meragukan lesi TB aktif, tapi
setelah 2 bulan pengobatan gaada perubahan
daerah inflam. Lama kelamaan, ter kalsifikasi radiologis
dan kalo bentuknya konsentrik disebut
liesegang. Kalo mikroba virulen/resisten
terhadap jaringan rendah, granuloma membesar
sentrifugal dan kebentuk juga granuloma
satelit yg bisa gabung gabung jadi besar. Sel
epiteloid&makrofag menghasilkan protease dan
hidrolase yg dapat mencairkan bahan kaseosa.
Pd saat granuloma mencair, kuman tumbuh
cepat secara extracelluler dan bisa meluas.
TB EXTRA PAR V a. ELISA : mendeteksi respon humoral ebrupa proses
Eg TB yang menyerang organ lain selain lung misalnya antigen antibodi yg terjadi
pleura, selaput otak, pericardium, tulang, dll. Dibagi b. Mycodot : mendeteksi antibodi antimikobakterial
berdasarkan tingkat keparahan : dalam tubuh. Menggunakan antigen LAM yg
1. Ringan : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudativa ditekatkan ke suatu alat sepertu sisir plastik
unilateral, tulang, sendi dan kel. Adrenal yg dicelupkan ke serum penderita.
2. Berat : meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, c. PAP : mendeteksi reaksi serologi
pleuritis eksudativa bilateral, TB tulang belakang, d. ICT : uji serologi untuk mendeteksi antibodi
usus, saluran kencing&kelamin M.tuberculosis dalam serum. Merupakan uji
diagnostik TB menggunakan 5 antigen spesifik dr
sitoplasma M.tuberculosis diantaranya antigen
Diagnosis M.tb 38 kDa.
CLINICAL FEATURES 3. BACTEC = metode radiometik dengan dasar teknik
"
↳ Gejala respiratorik berupa batuk 3 minggu, hemoptisis, culture. Mendeteksi growth index dari CO2 yg
dyspnoe, chest pain. Gejala respiratoriknya bisa aja dihasilkan oleh metabolisme M.tuberculosis
asymptomatic. Batuk yg pertama terjadi itu karena 4. Pemeriksaan cairan pleura = dilakukan pd penderita
iritasi bronkus. Gejala sistemiknya seperti demam, efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis
diaphoresis malam hari, anoreksia, berat badannya menurun. 5. Histopatologi jaringan = melalui biopsi paru dengan
kg Pada pemeriksaan fisik umumnya menemukan kelainan di trans bronchial lung biopsy (TBLB), trans thoracal
lobus superior terutama daerah apex dan segmen biopsy (TTB), biopsi paru terbuka, biopsi pleura,dll.
posterior, serta daerah apex lobus inferior. Ada suara 6. Pemeriksaan darah = Tidak terlalu spesifik, tapi
napas bronkial, amforik, suara nafasnya melemah, ronki biasanya yg diliat laju endap darah, kadar limfosit.
basah, tanda tanda penarikan paru, diafragma & 7. Uji tuberkulin (Mantoux) = di Indonesia, kurang bisa
mediastinum. Pada pleuritis TB, bisa ada hypersonor. jadi alat bantu diagnostik. Akan mempunyai makna
apabila ada konversi dari uji yg dilakukan satu bulan
kg Pada pemeriksaan bakteriologik bisa berasal dari dahak, sebelumnya. Pada pleuritis tuberkulosa, uji tuberkulin
cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, kadang negatif terutama pd malnutrisi&HIV. Jika
bilasan lambung, bronchoalveolar lavage, urin, faeces, awalnya negatif, biasanya jd positif 1 bulan kemudian.
biopsi.
"
↳ Pada pemeriksaan radiologis, gambaran radiologik yg
dicurigai sebagai lesi TB aktif :
1. Ada bayangan berawan/nodular segmen
apikal&posterior lobus / paru dan segmen superior
lobus bawah
2. Kaviti, dikelilingin oleh bayangan opak berawan/
nodular
3. Bayangan bercak milier
4. Efusi unilateral/bilateral
Gambaran radiologik yg dicurigai lesi TB inaktif :
1. Fibrotik pada segmen apikal dan atau posterior
lobus atas
2. Kalsifikasi/Fibrotik
3. Kompleks ranke
4. Fibrotoraks/Fibrosis parenkim paru/penebalan pleura
Gambaran destroyed lungs terdiri dari atelektasis, multi
kaviti dan fibrosis parenkim paru tp sulit menilai
aktivitas lesi cm dari gambar ini.
kg Pemeriksaan penunjang bisa berupa :
1. PCR = mendeteksi DNA M.tuberculosis, namun masalah
dalam teknik ini adalah ada kemungkinan kontaminasi.
2. SEROLOGI = bisa ELISA, Mycodot, Peroksidase anti
peroksidase (PAP), dan ICT.
treatment
Ks Pengobatan TB itu ada 2 fase, intensif (2 3 bulan)
dan lanjutan (4 7 bulan)
OBAT ANTI TB
"
↳ Jenis obat utama yg digunakan itu rifampisin, INH, pira .
enthrall HEEttUviiwgg
Rythmic pattern dari breathing didapat dari cyclic neural
acttivity ke respiratory muscles. Pacemaker activity yang muscles (abdominal dan intercostal muscle). Selain itu,
menyebabkan terjadinya breathing di control oleh VRG inspiratory neuron ketika di stimulate sama DRG
respiratory control center di brain. Nerve supply jadi makin mengaktifkan inspiratory activity ketika
respiratory system penting untuk maintain level ventilation demands of ventilation nya tinggi.
untuk match kebutuan O2 uptake dan CO2 removal. " DRG gak generate basic rhythm of ventilatiom, tapi
↳
Respiratory activity bisa modified ketika berbicara. yg generate itu pre Botzinger complex yang ada di
' '
atau dengan meningkatkan arterial PCO2. Chemical menurut law of mass action pada reaction :
factor lainnya, H juga mempengaruhi level respiratory
+
( Oz 1-
H2O = Ht HC 05
activity.
Peningkatan konsentrasi H di brain ECF stimulates
+
A
↳ Arterial PO2 di monitor oleh peripheral chemoreceptors
yang ada di carotid dan aortic. Chemoreceptors ini
mendeteksi adanya perubahan chemical content dari
arterial blood. Ketika arterial PO2 60mmHg (40%
:
reduction), baru peripheral chemoreceptors baru bs nge
detect dan ngirim impulse ke medullary inspiratory neuron
sehingga ventilation meningkat. Direct depression dari
respiratory center ditandai oleh low arterial PO2 akan
menurunkan ventilation, yang menyebabkan arterial PO2
makin turun yang menekan respiratory center sampai
ventilation berhenti dan meninggal.
↳ PCO2 penting dalam
regulasi magnitude dr
ventilation dalam rest-
tidak terlalu berefek masuknya CO2. Jadi, major mechanism yang mengontrol
pada %Hb saturation ventilation dalam resting condition specifically aimed at
dan O2 availability ke regulating brain ECF H concentration yang directly
t
sebaliknya.
activity, level CO2 yang terlalu tinggi menekan seluruh
"
↳ Carotid dan aortic bodies berperan lemah dalam brain termasuk respiratory center yang juga rendah level
mendeteksi arterial PCO2 jadi reflexnya jg minor. O2nya.
Central chemoreceptors yang ada di medulla dekat
respiratory center sensitif terkadap perubahan pada
CO2 induced H concentration di brain ECF.
-
y
MAMANmyqy Alkema
Pleura merupakan layer tipis di luar lung. Antara
"
↳
visceral dan parietal pleura, ada serous fluid. Kalo
amount fluid di pleural space tinggi, visceral dan
parietal surface seperated dan space antara lung
dan chest wall jadi makin terlihat. Visceral pleura
juga seperates lobes yang ada di lung. Pada setiap
pleural surfaces merupakan thin membrane yang
terdiri dari specific lining cells (mesothelial cells).
Dibawah mesothelial cell layer merupakan connective
tissue. Blood vessels dan lymphatic velles ada di
connective tissue dan penting dalam liquid formation
dan resorption. Pada parietal, ada opening yg
disebut stomata yang terletak antara mesothelial
cells. Each stomata connects sama lymphatic channels yang menjadi passageway untuk liquid dari pleural space ke
lymphatic system. Sensory nerve endings di parietal dan diaphragmatic pleura responsible dalam karakteristik "pleuritic
chest pain" yang berasal dari pleura. Blood vessels yg supply parietal pleural surface yg originate dari systemic
arterial circulation terutama intercostal arteries. Venous blood dari parietal pleura drain ke systemic venous system.
The visceral pleura juga supplied by systemic arteries terutama branches of bronchial arterial circulation. Tapi, di
visceral pleura punya venous drainage ke pulmonary venous system. Depends sama lokasinya, lymphatic vessels yang drain
the pleural surface transport fluid content ke lymph nodes yg berbeda.
pphhyyggioeooggyy AHEM
"
↳ Normalnya, pleural space contains small quantity of liquid ( 10mL)
I
K = filtrasi coefficient (function of permeability dari pleural surface) ; P = hydrostatic pressure ; COP : colloid
osmotic pressure ; G- = measure of capillary permeability terhadap protein (reflection coefficient) ; c = capillary dan
pericapillary interstitial space. Pada kasus ini, pericapillary interstitial space sama kaya pleural space jadi p dan COP
refer to intrapleural pressure dan colloud osmotic pressure dari pleural fluid. Intrapleural pressure yg merupakan
hydrostatic pressure di pleural space negative refkects outward elastic recoil dari chest wall dan inward elastic
recoil of the lung. net pressure 9 cm H2O favors movement fluid dari parietal pleura ke pleural space. Critical factor
yang responsible for the forces favoring formation dari pleural fluis berbeda antara positive hydrostatic pressure di
pleural capillaries dan negative hydrostatic pressure di pleural space. Visceral pleural capillaries yang supplied by the
systemic arterial circulation but are drained ke pulmo vein circulation. Resorption of pleural fuid termasuk protein dan
cells di fluid occurs melalui stomata di mesothelial cells di parietal pleural surface. Fluid masuk ke lymphatic channels,
dan valves within channels itu ensure unidirectional flow. Movement fluis melalui valved lymphatics dibantu sama
respiratory motion. Saat pleural fluid formation meningkat pada keadaan patologis, parietal pleural lymphatics capable
utk meningkatkan flow untuk mengakomodasi excess fluid tersebut.
ppeeeeivwaeeeffwwsionr
"
↳ Pada normal individual, resorption pleural fluid maintain Leaks across visceral pleura ke pleural soace. Pulomary
homeostasisnya sama fluid formation jadi gak accumulate. venous hypertension bisa leads to naiknya hydrostatic
Tapi pada keadaan tertentu, fluid formation melebihi pressure di pulmonary capillaries yg appears to be a more
removal dan menyebabkan pleural effusion. important factor yg contribute to effusion daripada
systemic venous hypertension. Pleural effusion biasanya
I nical features
as Biasanya related sama HF. Elevation hydrostatic pressure Sering menyebabkan pleuritic chest pain, ciri cirinya
di pleural capillaries responsible terhadap naiknya fluc sharp pain yg makin parah pas respirasi. Kalo efusinya
fluid dari vessels ke pleural space. Source pada CHF banyak, bisa dyspnoe karena lungnya compressed.
muncul karena adanya leak dari pulmo capillaries yang Kadang fever. Pada PF, dull saat perkusi dan
accumulates di lung interstitium. Interstitial fluid kemudian breathing sound nya menurun krn fluid.
*oath Mcmahanigsmm
⇐ Batuk merupakan defence reflex mechanism yg ada 3 fase : (1) Inspiratory ; (2) Forced expiratory effort againts
glottis yg tertutup ; (3) opening dari glottis dengan subsequent rapid expiration yg generates characteristic dari
cough sound.
"
↳ Cough reflex bisa di trigger sama inflam atau nechanical
changes, arau dengan inhalation of chemical dan mechanical
irritants. Sensory nerve receptors merespond stinmuli tersebut
dengan conductive properties sebagai rapidly adapting
receptors (RARs), slowly adapting receptors (SARs) atau C
fibre receptors. RARs stimulated sama asap rokok, acidic dan
alkaline solutions, hypotonic dan hypertonic saline, mechanical
stimulation, pulmo congestion, atelectasis, bronchoconstriction
dan reduction lung compliance. C fibre receptors sensitif
terhadap chemicals seperti bradykinin (mediator yg released
saat inflam), capsaicin (a vanilloid extract of peppers) dan
hydrogen ions biasa disebut chemosensors. Receptors located
di epitheliat dan subepithelial layer dari mucosa dan interact
sama RARs dan C fibers untuk form complex melalui complex
of cough sensors di airways.
Cough receptors memiliki gated in channel mekanik seperti
sodium channels; acid stimuli bisa interact sama voltage
gated sodium channels which belongs to the acid sensing
ion channel family. Kationic ion channel, TRPV 1 channel
terlihat pada RARs dan C fibres yg merupakan receptor
dari capsaicin, activated by heat, acid, bradykinin,
arachidonic acid derivates dan adenosine triphosphate.
TRPV 1 channel sudah di localised to epithelial nerves
di human airways, expression nya meningkat pada chronic
cough. TRPV 1 inhibitor menekan tussive response yg
disebabkan oleh allergen challenge dalam sensitised
guineapig model, meningkatkan possibility yg bisa bekerja
sebagai antitussives. Bradykinin dan prostaglandin E2 dan
F2a meningkatkan tussive response to capsaicin dengan
cara bekerja di specific voltage gate sodium channel. Afferent fibers dari cough receprots di airways converge via
vagus nerves di brainte, tepatnya di nucleus tractus solitarius yg connected to respiratory related neuron di central
respiratory generator yg coordinate efferent cough response. Respiratory neuron ini biasa disebut cough centre.
Aktivasi V fiber interacts centrally dengan activation of RARs atau other afferent nerves seperti SARS untuk
promote batuk. Sensati dari cough reflex juga bisa ada di brainstem neurons. Cough bisa diatur via cortical centres
jadi kita bisa inhibit atau produce cough secara voluntarily. Profound effect dari placebo treatments dalam inhibiting
cough bisa related sama modulation of cortical control. Pada saat tidur, chronic suppressed to a large extent. Pada
functional MRI, keinginan utk abtuk evoked oleh inhalasi capsaicin jg berhubungan sama aktivasi area di cerebral
cortex termasuk insular cortex, anterior cingulate cortex, primary sensory cortex dan cerebellum. Cough hypersensitive
response bisa berasal dari increased sensitivity of cough receptors atau ada perubahan di central processing seperti
brainstem. Sensasinya jg beruba perubahan dr release of neurotransmitters atau neuromodulators. Kalo exposed sama
tobacco, bikin aktivitas neuron di nucleus tractus solitarius meningkat dan terjadi batuk dengan release of substance
P di brainstem. Pada kondisi normal, mechanical deformation dari cough receptors menyebabkan protective cough reflex
tapi irritation atau inflammation mnenyebabkan neuroplastic changes dan cough receptor bisa jadi lebih sensitif
terhadap stimuli dan tidak respond to/become hypersensitive to other tussive stimuli.
PETAWAWA
↳ Pertussis disebut juga whopping cough, disebabkan karena Bordetella pertussis dan Bordetella parapertussis yang
menyebar melalui airbone dan droplets, termasuk highly contagious.
pathophysiology
Ketika seseorang terpapar dengan droplets penderita, treatment
Oxygen, suctioning, hydration dan menghindari respiratory
bordetella akan masuk ke respiratory tract dan menempel irritants. Parenteral nutrition mungkin dibutuhkan karena
ke ciliated respiratory epitheliat cells. Local ada kemungkinan diseasenya jangka panjang.
inflammatory changes akan terjadi di mucosal lining dari Hospitalization kalo ada pasien dengan superimposed
respiratory tract dan me release toxins (pertussis pneumonia, hypoxia, CNS complications atau gabisa
toxins, dermonecrotic toxin, adenylate cyclase toxin dan tolerate nutrition dan hydration by mouth. Pasien
tracheal cytotoxin) yg bekerja locally dan systemically. dibawah 1 tahun harus dirawat, neonatal harus masuk
NICU dengan setting as life threatening as
"
Diagnosis cardiopulmonary complications dan arrest bisa terjadi
kapan saja.
↳ Incubation period nya adalah 1 3 minggu. Ada 3 fase
"
pertussis infection : b Main goal dari antibiotic adalah untuk menurunkan
1. Catarrhal phase : terjadinya demam, fatigue, carriage dan penyebaran dari disease :
rhinorrhea dan conjunctival injection yg berlangsung 1. Erythromycin (40 50 mg/Kg per hari max 2g per
selama 1 2 minggu. Pada fase ini, merupakan fase day dalam 2 to 3 divided doses) 1st line
-
(inspirasi setiap single cough) dan resolution of 3. Clarithromycin (15 mg/kg per hari di day 1 followed
fever, batuk yang berulang ulang diikuti dengan by 5 mg/kg per day in 2 divided doses)
forceful inspiration yg membuat karakteristik whoop. 4. Trimethroprim sulfamethoxazole (8mg/kg per hari of
Bisa ke trigger oleh cold atau noise, lebih sering trimethoprim) alternative in macrolide allergic
-
"
↳
€8FKAmma
Asma merupakan gangguan inflam kronik dari saluran
nafas yg melibatkan banyak sel dan elemen. Inflamasi
kronis menyebabkan adanya peningkatan hiperesponsif
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan
batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan
napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat
reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
pathogenesis mast a- us
IN FLA MASI AKUT Es Mast cells memiliki receptor IgE dgn afinitas yg
§ Yang mentrigger terjadinya asma itu biasanya alergen, tinggi. Cross linking receptor IgE dengan factors
virus, atau iritan yg bisa mentrigger respon inflamasi pd mast cells menyebabkan mast cells activated.
akut yg terdiri dari reaksi asma tipe cepat dan pd Terjadi degranulasi mast cells yg akan mengeluarkan
sejumlah kasus jg diikuti dengan asma tipe lambat preformed mediator seperti histamin dan protease
serta newly generated mediators seperti
INFLAMASI TIPE CEPA T
prostaglandin D2 dan leukotrin. Mast cells juga
"
↳
Alergen (yg ngetrigger alergi) akan bind sama IgE
mengeluarkan cytokines seperti TNF alfa, IL 3, IL
-
-
4, IL 5 dan GM CSF.
-
-
INFLAMASI KRONK
x
↳ Dalam inflam kronik, banyak sel yg terlibat dan
teraktivasi seperti T lymphocyte, macrophage, mast cells,
epithelial cells, fibroblast dan otot polos bronkus
Did LIMFOSIT T
jaringan injury dengan parenchymal cells yg sama dengan familinya (fibroblast growth factor, insulin growth
pergantian cell injury dengan scar tissue. Pada asthma, factor, endothelin 1, platelet derived growth
-
kedua proses tersebut berkontribusi dalam proses factor,dll) yg berdamppak pd remodelling. TGF B adalah
-
penyembuhan dan inflam yg kemudian akan merubah yg paling penting karena promote differentiation dari
struktur yg memiliki mekanisme sangat kompleks, dikenal fibroblas jadi miofibroblas yg kemudian secrete kolagen
dgn airway remodeling. Mekanisme nya heterogen dgn interstitial. Mediator/growth factor lainnya sebagai
proses dari diferensiasi migrasi maturasi gdediferensiasi sel
→ s
mitogen otot polos dan endotel. TGF f dan efeknya
-
Sebagaimana deposit jaringan penyambung dgn diikuti oleh pd fibroblas dan miofibroblas dimulai dr sel epitel dan
restitusi/pergantian/perubahan struktur dan fungsi yg diteruskan ke submukosa. Komunikasi antar sel epitel
disebut fibrotis dan peningkatan otot polos&kel. Mukus. dan sel mesenkim dikaitkan dgn perkembangan
Pada asma, proses inflam dan remodeling sangat embriogenik jalan napas mendatangkan pikiran adanya
berhubungan. Infiltrasi sel sel inflam terlibat dalam epithelial mesenchymal tropic unit (EMTU) yg ttp
proses remodeling, beserta komponen lainnya seperti aktif setelah lahir / reactivated pada asma dan
extracellular matrix, membran retikular basal, interstitial menyebabkan remodeling jalan nafas.
matrix, fibrogenic growth factor, protease dan
IITEORI TH 24 E- MTV
inhibitornya, blood vessels, smooth muscle dan kelenjar :
-
1. Hypertrophy dan Hyperplasia otot polos jalan napas 2. Tapi, cytokine yg merupakan sequence dari
2. Hypertrophy dan Hyperplasia kelenjar mukus aktifnya Th 2 (IL 13, IL 4) yg berperan penting
-
- -
3. Penebalan membran reticular basal dalam remodeling karena berinteraksi dgn sel epitel
4. Pembuluh darah meningkat mediatornya dalam mentrigger remodeling. Tapi,
5. Extracellular matrix fungsinya jd meningkat interaksinya dengan epithelial cells dan mediatornya
6. Perubakan struktur parenkim adalah mekanisme yg dapat menjelaskan terjadinya
7. Peningkatan fibrogenic growth factor airway remodeling pada asma, sehignga dirumuskan
suatu postulat bahwa kerusakan sel epitel dan
siitokin sitokin TH2 yg beraksi menimbulkan gangguan
fungsi EMTU yg menghasilkan aktivasi miofibroblas
dan mentrigger respon inflamasi dan remodeling sebagai
karakter asma kronik
falhtorresiko
"
aktif dengan mencetuskan serangan asma atau
menyebabkan menetapnya gejala.
↳ Resiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara
host factor dan faktor lingkungan. Host factor
termasuk genetikm alergi, hypereactivity bronkus, jenis
kelamin serta ras. Faktor lingkungan seperti alergen, asap
rokok, polusi udara, virus, diet, status sosioekonomi, dll.
HOST FACTOR
Es Asma merupakan penyakit yg diturunkan secara genetik.
Fenotip yang berkaitan dengan asma, dikaitkan dengan
ukuran subjektif (gejala) dan objektif (hipereaktiviti
bronkus, kadar IgE serum) dan atau keduanya. Banyak
gen terlibat dalam patogenesis asma, dan beberapa
kromosom telah diidentifikasi berpotensi menimbulkan asma,
antara`lain CD28, IGPB5, CCR4, CD22, IL9R,NOS1,
diagnosis
reseptor agonis beta2, GSTP1; dan gen gen yang
terlibat dalam menimbulkan asma dan atopi yaitu IRF2,
Ks Riwayat penyakit/gejala asma bersifat periodik, sering
IL 3, IL 4, IL 5, IL 13, IL 9, CSF2 GRL1, ADRB2,
-
-
- -
- -
pagi x 100%
faal paru sebagai penilaian tidak langsung hyperesponsive '
12 ( APE Malam t pagi )
jalan napas. Banyak metode yg bisa digunakan seperti 2. Metode lain untuk menetapkan variabiliti APE
spirometri dan arus puncak ekspirasi (APE) adalah nilai terendah APE pagi sebelum
SPIROMETRI
bronkodilator selama pengamatan 2 minggu,
Es Pengukuran volume ekspirasi paksa detik pertama
dinyatakan dengan persentase dari nilai
(VEP ) dan kapasiti vital paksa (KVP) dilakukan
q
terbaik (nilai tertinggi APE malam hari).
dengan manuver ekspirasi paksa melalui prosedur yang PEMERIKSAAN LAIN .
standar. Pemeriksaan itu sangat bergantung kepada § Pemeriksaan lain utk diagnosis yg bisa dilakukan adalah
kemampuan penderita sehingga dibutuhkan instruksi uji provokasi bronkus, dan pengukuran status alergi.
operator yang jelas dan kooperasi penderita. Untuk
FI UJI PROVOKASI BRONKVS
mendapatkan nilai yang akurat, diambil nilai tertinggi
Es Pada penderita dengan gejala asma dan faal paru
dari 2 3 nilai yg reproducible dan acceptable.
-
÷
juga variabiliti, menilai variasi diurnal APE yg dikenal
jantung kongestif, batuk kronik, disfungsi laring,
dengan variabiliti APE harian selama 1-2 minggu.
Obstruksi (tumor), emboli paru
Variabiliti juga dapat digunakan utk menilai derajat
Pada anak : benda asing di saluran nafas,
berat penyakit. Tapi, nilai APE gaselalu berhubungan
laringotrakeomalasia, pembesaran kel. Limfe, tumor,
dengan parameter pengukuran faal paru lain/derajat
stenosis trakea, bronkiolitis
berat obstruksi.
Klasifikasi treatment
kg Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat "
9 Goal dari management asthma adalah utk mengontrol
penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Pada symptoms dan menurunkan resiko mortality karena asma.
umumnya penderita sudah dalam pengobatan; dan
pengobatan yang telah berlangsung seringkali tidak cukup.
Pengobatan akan mengubah gambaran klinis bahkan faal
paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada penderita
dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan
pengobatan itu sendiri. Bila pengobatan yang sedang
dijalani sesuai dengan gambaran klinis yang ada, maka
derajat berat asma naik satu tingkat. Penderita yang
gambaran klinis menunjukkan asma persisten berat maka
jenis pengobatan apapun yang sedang dijalani tidak
mempengaruhi penilaian berat asma. Pada rata rata pasien, symptom control merupakan guide
yg tepat utk menurunkan resiko exarcebations. Ketika
inhaled corticosteroids (ICS) digunakan, terluhat
improvement dalam symptom control dan fungsi lungs serta
exacerbations & asthma relatet mortality menurun. Tapi
menggunakan terapi asma lainnya seperti ICS long acting
beta agonists (LABA) atau treatment lainnya seperti
ICS formoterol maintanance and reliever therapy dan
pada pasien dengan severe asthma bisa ditemukan
discordance antara respon symptoms dan exacerbations.
Pasien dengan mild asma atau dengan mild intermittent
symptoms resikonya lebih rendah kena severe
exacerbations.
↳ Alternative strategies lainnya bisa dengan :
"
÷
dose ICS plus as needed SABA OR as needed low
dose ICS formoterol
Resiko severe exacerbations, hospitalizations dan
mortality menurun dengan regular low dose ICS, serta
symptoms dan exercise induced bronchoconstriction jg
menurun. Low dose budesonide formoterol jg menurunkan
severe exacerbations dibandingkan dengan SABA only
treatment. Apabila ICS formoterol gaada, low dose
ICS digunakan setiap kali SABA digunakan. LTRA less
effective drpd ICS dan digunakan utk exacerbations.
Pada usia 6 11 tahun, diberikan regular low dose ICS
atau LTRA.
3It STEP 3 : Preferred controller options: Low dose
ICS LABA maintanence plus as needed SABA OR low
dose ICS formoterol maintenance and reliever
therapy;medium dose ICS plus as needed SABA OR
low dose combination ICS LABA plus as needed SABA
↳ Pada dewasa dan adolescents, bisa kombinasi low dose
"
formoterol as maintenance and reliever therapy OR ↳ Apabila symptoms asthma dapat terkontrol dalam 3
x
medium dose ICS LABA maintenance plus as needed bulan dan lung function sudah stabil, treatment
SABA bisa diturunkan untuk menemukan minimum effective
Pemilihan step 4 treatment tergantung sama pilihan di treatment dan utk encourage pasien utk
step 3 nya, liat ada kesalahan penggunaan inhaler gak, melanjutkan controller tratment. Sebelum stepping
poor adherence atau enviromental exposure,dll. Untuk downm harus perhatiin dulu risk factors dan
adult dan adolescent patients dengan 1 exacerbations current tratmentnya. Faktor faktor yg
di tahun sebelumnya, kombinasikan low dose ICS berhubungan sm meningkatnya resiko exacerbation
formoterol sebagai maintenance dan reliever treatment, setelah step down termasuk history dr
Selain itu kalo gacukup, bisa dinaikin ke medioum dose exacerbations dan atau seberapa sering pasien
ICS LABA. Tiotropium jg bisa digunakan pada pasien visit ke UGD karna asma talam waktu 12 bulan,
berumur 6 tahun keatas utk imrpove lung function dan serta tingkakt FEV1 yg rendah. Untuk stepping
menurunkan exacerbations. Untuk anak usia 6 11 tahun, down treatment gaboleh terlalu cepet soalnya
bisa dikontrol dengan low dose maintenance ICS LABA bisa meningkatkan resiko exacerbations.
dan as needed SABA.
5 STEP 5 : Preferred option: Refer for phenotypic
assessment and consideration of add on treatment
Pasien dengan persistent symptoms atau exacerbations
tanpa adanya kesalahan penggunaan inhaler dan good
adherence menggunakan step 4 treatment
TREATMENT ADJUSTMENTS
4
↳ Asma harus di review secara teratur utk memonitor
symptomnya, risk factors dan occurence of
exacerbations, serta response dr treatment yg dijalani.
Utk controller medications, improvement akan terlihat dr
pertama kali menggunakan treatment tp akan maksimal
pada 3 4 bulan stelahnya. Frequency of visits dr pasien
bergantung sama level of control dan gmn response nya
terhatap treadment, serta self managementnya. Idealnya,
pasien kontrol 1 3 bulan setelah memiulai treatment dan
tiap 3 12 bulan setelahnya. Setelah exacerbation, visit
harus dilakukan dalam jangka 1 minggu.
FI STEPPING UP ASTHMA TREATMENT
÷
Short term step up (1 2 week) = Dibutuhkan
misalnya apabila pasien sedang terkena viral
infections, atau terexpose sama seasonal allergen
↳ Day to day adjustment = Pasien yg diberikan
kombinasi budesonide formoterol atau beclometasone
formoterol utk maintenance dan reliever biasanya
membutuhkan day to day adjustment berdasarkan
symptomsnya
OTHER MEDICATIONS
1I Allergen Immunotherapy
Allergen specific immunotherapy bisa jd opsi treatment
kalo allergy jd penyebab asma. Ada 2 approaches,
subcutaneous immunotherapy (SCIT) dan sublingual
immunotherapy (SLIT). Allergen yg paling sering
incuded asma adalah dust mite dan grass pollens
2¥ Subcutaneous immunotherapy (SCIT)
SCIT termasuk dgn identifikasi dan pengunaan
relevant allergens, serta administrasi dari extratcs
dengan progressively higher doses utk induce
desensitization and or tolerance.
3ti Sublingual immunotherapy (SLIT)
.
1¥ EDU KASI
Etiology
kmmtggcah.com
SMOKING
Resiko terkena lung cancer lebih tinggi pada perokok yg
↳ Rokok merupakan salah satu risk factors yang paling
"
exposed to asbestos. Asbestos dapat meningkatan resiko
sering menyebabkan carcinoma di lungs. Durasi smoking,
lung cancer 2x sampai 5x sementara rokok 10x. Apabila
jumlah rokok perhari, depth of inhalation berhubungan
seseorang merokok dan juga terexpose asbestos, resiko
dengan resiko muncul nya lung cancer. Rokok mengantung
nya sampai 20 50x. Tumor akan berkembang setelah
gaseous phase dan particulate phase serta ditemukan
terexpose lebih dari 2 decades. Contoh pekerjaan yang
juga beberapa potential carginogen yang ada di kedua
terexposed adalah arsenic, halo ethers, polycyclic
fase tersebut yaitu nitrosamines sampai benzoapyrene
aromatic hydrocarbons.
serta polycyclic hydrocarbons lainnya. Marijuana dan
cocaine smoking juga berhubungan dengan precancerous GENETIC FACTORS
% Lung cancer bisa terjadi pada heavy smokers namun
histologic changes pada perokok dan merupakan risk
tidak semuanya itu asumsinya karena adanya genetic
factors dari lung cancer. Development lung cancer yang
factors yg memiliki resiko utk lung cancers setelah
disebabkan karena rokok membutuhkan waktu bertahun
exposed sama carcinogens tertentu. Genetic factors
tahun of exposure. Tapi, histologic abnormalities sebelum
tersebut termasuk specific enxyme dari cytochrome P450
munculnya carcinoma dapat terlihat di bronchial epithelium
system yang tugasnya memetabolismekan products of
dari perokok dengan exposure yg baru sebentar.
ciggarete smoke to potent carcinogens dan menentukan
Perubahannya adalah menurunnya bronchial cilia,
peningkatan activity atau expression enzyme yg
hyperplasia dari bronchial epithelial cells dan nuclear
berhubungan dengan meningkatnya development of lung
abnormalities. Apabila seseorang berhenti merokok,
cancer pada org yang terpapar asap rokok. Contoh
precancerous changes tersebut bisa reversible asalkan
enzyme nya adalah aryl hydrocarbon hydroxylase yang
belum terlalu lama sehingga bisa juga menurunkan resiko
bisa mengubah hydrocarbons menjadi carcinogenic
kanker paru walaupun tidak sepenuhnya. Resiko lung
metabolites, di trigger oleh rokkok. Enzyme lainnya bisa
cancer bukan hanya pada perokok aktif, tapi perokok
memetabolisme antihypertensice drug debrisoquine.
pasif yang sering terexpose juga bisa meningkatkan
resiko terkena lung cancer walaupun tidak setinggi PARENCHYMAL SCARRING
"
perokok aktif. ↳ Scar tissue di lungs bisa menyebabkan lung cacer yg
OCCUPATIONAL FACTORS disebut scar carcinoma. Scarring bisa karna localized
↳ Occupational exposure merupakan salah satu risk factors
" yg disebabkan oleh tuberculosis atau infection lainnya
dari lung cancer. Pekerjaan yang related sama atau diffuse misalnya dari pulmonary fibrosis.
carcinogens adalah asbestos yg merupakan fibrous Seringnya itu adenocarcinoma dengan specific subtype
sililcate yg digunakan secara luas karena fungsinya yg bronchioalveolar carcinoma. Adenocarcinoma jg bisa
fire resistance dan thermal insulation. Carcinoma di lungs muncul karena adanya tumor.
yg paling sering disebabkan dari asbestos exposure
walaupun jenis tumor lainnya terutama mesothelioma juga
berhubungan sama asbestos contact.
MISCELLANOVS FACTORS Pada beberapa kasus, carcinoma dapat terdeteksi pasa
Ks Faktor lainnya adalah terexpose sama carcinogen jenis gas in situ stage dengan cara recognition dr malignant
radium 226/uranium 238 yg udh decayed. Dietary factors cells di specimen sputum yang diambil untuk cytologic
juga bisa menyebabkan lung cance, dimana berhubungan examination atau dengan biopsy dari abnormal appearing
dengan low intake dan serum levels P carotene, bronchial mucosa saat bronchoscopic evaluation.
provitamin form of vitamin A yg meningkatkan resiko lung Specific histologic features dari squamous cell
cancer. HIV infection juga bisa meningkatkan resiko lung carcinoma adalah letaknya di proximal atau airway yg
cancer berhubungan sama radiation therapy pd thorax. besar terutama subsegmental, segmental atau lobar
level. Dengan pertumbuhan tumor jadi bronchial luumen,
pathogenesis menyebabkan airway jadi obstruksi. Lung distal to
% Cancer terjadi ketika sel normal mengalami proses the obstruction seringkali collapses dan
dedifferentiation dan unrestricted growth disebabkan postobstructive pneumonia biasanya terjadi. Kadang,
karena exposure of carcinogenic stimulus. Tapi, gasemua ada jg cavity pada tumor mass. Penyebaran squamous
cancer cell berasal dari undifferentiated precursor atau cell carcinoma ke airway biasanya aawlnya direct
stem cell. Perubahan atau kerusakan pada gen yang extension ke pulmonary parenchyma atau ke struktur
mencode proteins yg mengontrol cell growth juga bisa sekitarnya, bisa juga invasion ke lymphatic vessels yg
menyebabkan lung cancer. Ada 2 tipe oncogenes yang kemudian menyebar ke lymph nodes local di hilum atau
ditemukan yaitu proto oncogenes yang codes growth mediastinum. Prognosisnya lebih baik dibandingnkan jenis
promoting factors dan tumor suppressor genes yang lung cancer yg lain.
code negative regulatory effect pada cell proliferation.
Mutasi pada 1 atau lebih alleles dari proto oncogene
bisa menyebabkan produksi protein gengan growth
promoting effect. Specific alterations yg sering pada
proto oncogenes adalah mutasi dari ras, EGFR, HER2,
and BCL2 families of dominant oncogenes. Mutasi di
recessive tumor suppressor genes juga diidentifikasi
seperti retinoblastoma (rb) dan p53 genes. Delesi dari
genetic material pada chromosome 3p menyebabkan
menurunnya jumlah tumor suppressor gene yg
menyebabkan cancer/ Carcinogenic metabolite dari
benzoapyryne yg ditemukan di rokok mentrigger cancer
pada seseorang yg memiliki mutasi gen p53.
Pathology
% Bronchogenic carcinoma sering digunakan dalam lung
cancer yg artinya cacers tersebut muncul dari bronchi
atau bronchial structures. Umumnya lung cancers dibagi SMALL CELL CARCINOMA
menjadi 4 kategori berdasarkan histologinya : Es Ada beberapa subtype, yg paling penting adalah oat
1. Squamous cell carcinoma cell carcinoma. Seperti squamous cell, small cell
2. Small cell carcinoma carcinoma jg berasal dari bronchial wall terutama di
3. Adenocarcinoma bagian proximal. Originate nya masih diperdebatkan, ada
4. Large cell carcinoma yg bilang dari neurosecretory type of epithelial cell
Semua jenis lung cancers itu umumnya disebabkan oleh yg disebut K cell atau Kulchitsky cells dimana bekerja
rokok, namun yg paling umum adalah squamous cell utk polypeptide production dan dianggap sebagai APUD
carcinoma dan small cell carcinoma. cells yg capable of amine precusor uptake dan
SQUAMOUS CELL CARCINOMA
decarboxylation. Namun ada jg yang bilang kalo small
Es Berasal dari epithelial layer dari bronchial wall, yang
cell carcinoma berasal dari pluripotent stem cells. Pada
biasanya disebabkan oleh cigarette smoke induced injury.
small cell carcinoma, malignant cells nya kecil, darkly
Awalnya ada metaplasia dari normal bronchial columnar
stained dengan sparse cytoplasm. Local growth dari
epithelial cells yang berubah jadi squamous epithelial
tumor biasanya diikuti oleh submucosal pattern tapi
cells. Lama kelamaan squamous cells ini menjadi atypical
gampang menyebar ke lymphatics dan submucosal blood
sampai ada development dari well localized carcinoma
vessels. Hilar dan mediastinal nodes involved dan
(carcinoma in situ). Kemudian carcinoma extends
membesar pada awal disease. Rapid dissemination
sepanjang bronchial mucosa dan menjadi invasive. Setelah
menyebabkan mudah terjadi metastasis, bisa menyebar
tumor mencapai stage nya, baru symptom muncul.
ke brain, liver, bone, dan adrenal glands. Prognosis nya
paling buruk karena mudah terjadinya metastasis.