Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN REMATHOID ARTHRITIS ( RA )

MATA KULIAH : KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

DOSEN PENGAMPU : NS. THOMAS ARI WIBOWO M,KEP

Nama Kelompok 2 :

1. Arfino Qurnia Rachmadhani 10. Nabila Putri Azhari


2. Dea Irma Kurniawati 11. Nur Amalia
3. Dendi Kuswanto 12. Nurma Juniati
4. Fitri Yuliani 13. Nursalita Anggraini
5. Harfika 14. Risqy Eka Sukmawati
6. Herawati Mahrulia 15. Sherina Eka Agustin
7. Isna Nurvita Sary 16. Ucok Irawan
8. Lidia Puspita Sari 17. Viola Larasati Sukma
9. Melanie Saputri

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR


SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Kuasa karena
berkat dan petunjuknya kami dapat menyusun Makalah dengan judul ‘ASUHAN
KEPERAWATAN REMATHOID ARTHRITIS ( RA ) “ untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah 2 .
Semoga makalah ini bisa bermanfaat untuk penyusun maupun yang
membacanya.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada orang-orang yamg telibat
dalam penyusunan makalah ini
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada
kekurangan dan kelemahan, oleh sebab itu kritik dan saran yang membangun,
sangat saya harapkan untuk memperbaiki penulisan berikutnya.

Samarinda , Maret 2020

Penyusun

Daftar isi
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perubahan – perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan
dengan meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan
hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan
demikian itu tampak pula pada semua sistem tubuh termasuk sistem
muskuloskeletal. Salah satu golongan penyakit yang sering menyertai usia
lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah
reumatoid artritis. Kejadian penyakit tersebut akan makin meningkat
sejalan dengan meningkatnya usia manusia.
Menguntip pendapat Sjamsuhidajat (2002), artritis reumatoid
merupakan penyakit autoimun dari jaringan ikat terutama sinovial dan
kausanya multifaktor. Penyakit ini ditemukan pada semua sendi dan
sarung sendi tendon, tetapi paling sering di tangan. Selain menyerang
sendi tangan, dapat pula menyerang sendi siku, kaki, pergelangan kaki dan
lutut. Artritis kronik yang terjadi pada anak yang menyerang satu sendi
atau lebih, dikenal dengan artitis reumatoid juvenil.
Biasanya reumatoid artritis timbul secara sistemik. Gejala yang
timbul berupa nodul subkutan yang terlihat pada 30% penderita. Nodul
sering terdapat di ekstremitas atas dan tampak sebagai vaskulitis
reumatoid, yang merupakan manisfestasi ekstraartikuler. Bila penyakit ini
terjadi bukan pada sendi, seperti bursa, sarung tendon, dan lokasi lainnya
dinamakan reumatoid ektraarikuler. Reumatik bukan merupakan suatu
penyakit, tapi merupakan suatu sindrom dan golongan penyakit yang
menampilkan perwujudan sindroma reumatik cukup banyak, namun
semuanya menunjukkan adanya persamaan ciri. Menurut kesepakatan para
ahli di bidang rematologi, reumatik dapat terungkap sebagai keluhan atau
tanda.
Dari kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada sistem
muskuloskeletal yaitu: nyeri, kekakuan dan kelemahan, serta adanya tiga
tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan gangguan
gerak. (Soenarto, 2000). Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari
kanak – kanak sampai usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia
lanjut. Pucak dari reumatoid artritis terjadi pada umur dekade keempat,
dan penyakit ini terdapat pada wanita 3 kali lebih sering dari pada laki-
laki.
Pengetahuan tentang asuhan keperawatan muskuloskeletal
mengenai reumatoid artritis sangat dibutuhkan mahasiswa keperawatan
ataupun seorang perawat dalam memberikan asuhan keperawatan secara
kompherensif. Oleh Karena itu kami akan membahas lebih lanjut tentang
asuhan keperawatan reumatoid artritis.

2. Tujuan Penulis
a. Tujuan Umum
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dasar reumatoid
artritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan reumatoid
artritis.
b. Tujuan Khusus
1) Mahasiswa Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
reumatoid artritis.
2) Mahasiswa mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada
klien dengan reumatoid artritis.
3) Mahasiswa Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan reumatoid artritis.
4) Mahasiawa Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada
klien dengan reumatoid artritis.
5) Mahasiswa mampu Melaksanakan evaluasi keperawatan pada
klien dengan reumatoid artritis.

3. Manfaat Penulisan
Dengan makalah ini diharapkan agar para pembaca bisa memahami
konsep dasar reumatoid artritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan
reumatoid artritis.
BAB II

PENDAHULUAN

1. DEFINISI

Kata arthritis berasal dari kata Yunani. Pertama, arthron, yang


berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
berarti radang sendi. Sedangkan rheumatoid arthritis adalah suatu penyakit
autoimun dimana persendian (sendi tangan dan kaki) mengalami
peradangan, sehingga terjadi pembengkakan, nyeri dan seringkali akhirnya
menyebabkan kerusakan bagian dalam sendi (Gordon, 2002).
Reumatoid Artritis (RA) adalah suatu penyakit inflamasi kronis
yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan
penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah
membran sinovial, yang melapisi sendi. Pada RA, inflamasi tidak
berkurang dan menyebar ke struktur sendi disekitarnya, termasuk kartilago
artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligamen dan tendon
mengalami. Inflamasi ditandai oleh akumulasi sel darah putih, aktivasi
komplemen, fagositosis ekstensif, dan pembentukan jaringan parut. Pada
inflamasi kronis, membran sinovial mengalami hipertropi dan menebal
sehingga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis
sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal menjadi ditutup oleh
jaringan granular inflamasi yang disebut panus. Panus dapat menyebar ke
seluruh sendi sehingga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan
parut lebih lanjut. Sehingga merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat
serta deformitas. (Corwin, 2009).

Gambar 2.1 Reumatoid Artritis


2. Klasifikasi Artritis Reumatoid
a. Buffer (2010) mengklasifikasikan reumatoid arthritis menjadi 4 tipe :
1) Reumatoid Arthritis Klasik
Pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
2) Reumatoid Arthritis Defisit
Pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
3) Probable Reumatoid Arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 3 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 6 minggu.
4) Possible Reumatoid arthritis
Pada tipe ini harus terdapat 2 kriteria tanda dan gejala sendi
yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit dalam
waktu 3 bulan.

b. Jika ditinjau dari stadium penyakit, terdapat tiga stadium yaitu :


1) Stadium sinovitis
Pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan sinovial
yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
bergerak maupun istirahat, bengkak dan kekakuan.
2) Stadium destruksi
Pada stadium ini selain terjadi kerusakan pada jaringan sinovial
terjadi juga pada jaringan sekitarnya yang ditandai adanya
kontraksi tendon.
3) Stadium deformitas
Pada stadium ini terjadi perubahan secara progresif dan
berulang kali, deformitas dan gangguan fungsi secara menetap.
3. ETIOLOGI

Penyebab pasti rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti,


diperkirakan merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan,
hormonal dan faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar
adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikoplasma dan virus. Menurut
Smith dan Haynes (2002), ada beberapa faktor risiko yang dapat
menyebabkan seseorang menderita rheumatoid arthritis yaitu :
a. Faktor genetik
Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan terjadinya
rheumatoid arthritis sangat terkait dengan faktor genetik. Delapan
puluh persen orang kulit putih yang menderita rheumatoid arthritis
mengekspresikan HLA-DR1 atau HLA-DR4 pada MHC yang
terdapat di permukaan sel T. Pasien yang mengekspresikan antigen
HLA-DR4 3,5 kali lebih rentan terhadap rheumatoid arthritis.
b. Mekanisme IMUN ( Antigen-Antibody) seperti interaksi antara
IGC dan faktor Reumatoid
c. Usia dan jenis kelamin
Insidensi rheumatoid arthritis lebih banyak dialami oleh wanita
daripada laki-laki dengan rasio 2:1 hingga 3:1. Perbedaan ini
diasumsikan karena pengaruh dari hormon. Wanita memiliki
hormon estrogen sehingga dapat memicu sistem imun. Onset
rheumatoid arthritis terjadi pada usia sekitar 50 tahun.
d. Infeksi
Infeksi dapat memicu rheumatoid arthritis pada host yang mudah
terinfeksi secara genetik. Virus merupakan agen yang potensial
memicu rheumatoid arthritis seperti parvovirus, rubella, EBV,
borellia burgdorferi.
e. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan
psikososial), mekanisme imunitas (antigen-antibodi), faktor
metabolik (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah, 2008).

4. MANIFESTASI KLINIK

a. Pada Tahap Awal Klien Dengan Rheumatoid Arthritis Akan


Menunjukan Tanda Dan Gejala Seperti :
1) Nyeri persendian
2) Bengkak (Reumatoid nodule)
3) Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi
hari
4) Terbatasnya pergerakan
5) Sendi-sendi terasa panas
6) Demam (pireksia)
7) Anemi
8) Berat badan menurun
9) Kekuatan berkurang
10) Tampak warna kemerahan di sekitar sendi
11) Perubahan ukuran pada sendi dari ukuran normal
     
b. Pada Tahap Yang Lanjut Akan Ditemukan Tanda Dan Gejala
Seperti :
1) Gerakan menjadi terbatas
2) Adanya nyeri tekan
3) Deformitas bertambah pembengkakan
4) Kelemahan
5) Depresi

c. Gejala Extraartikular :
1) Pada jantung : Reumatoid heard diseasure,  Valvula lesion
(gangguan katub), Pericarditis, Myocarditis
2) Pada mata : Keratokonjungtivitis, Scleritis
3) Pada lympa : Lhymphadenopathy
4) Pada thyroid : Lyphocytic thyroiditis
5) Pada otot : Mycsitis

Ada beberapa gambaran klinis yang ditemukan pada penderita


artritis reumatoid. Gambaran klinis ini tidak harus timbul sekaligus pada
saat yang bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinis
yang sangat bervariasi.
a. Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, anoreksia, berat badan
menurun dan demam.
b. Poliartritis simetris terutama pada sendi perifer, termasuk sendi-
sendi di tangan, namun biasanya tidak melibatkan sendi-sendi
interfalangs distal. Hampir semua sendi diartrodial dapat terserang.
c. Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam: dapat bersifat
generalisata tatapi terutama menyerang sendi-sendi.
d. Artritis erosif merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan erosi di
tepi tulang dan ini dapat dilihat pada radiogram.
e. Deformitas: kerusakan dari struktur-struktur penunjang sendi
dengan perjalanan penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari,
subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas boutonniere
adalah beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada
penderita. Pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal. Sendi-sendi besar
juga dapat terserang dan mengalami pengurangan kemampuan
bergerak terutama dalam melakukan gerak ekstensi.
f. Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan
pada sekitar sepertiga orang dewasa penderita arthritis Reumatoid.
Lokasi yang paling sering dari deformitas ini adalah sendi siku
g. Manifestasi ekstra-artikular: artritis reumatoid juga dapat
menyerang organ-organ lain di luar sendi. Jantung (perikarditis),
paru-paru (pleuritis), mata, dan pembuluh darah dapat rusak.

5. PATOFISIOLOGI

Pada Reumatoid arthritis, reaksi autoimun (yang dijelaskan


sebelumnya) terutama terjadi dalam jaringan sinovial. Proses fagositosis
menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-enzim tersebut akan
memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi membran sinovial
dan akhirnya pembentukan pannus. Pannus akan menghancurkan tulang
rawan dan menimbulkan erosi tulang. Akibatnya adalah menghilangnya
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan degeneratif dengan
menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot (Smeltzer &
Bare, 2002).
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus,
atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan
gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis. 
6. Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. 
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 
Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi
lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. 
Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
7. Lamanya Reumatoid arthritis berbeda pada setiap orang ditandai dengan
adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat ditandai
dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis yang
difus (Long, 1996).

6. PATHWAY
7. KOMPLIKASI

Secara umum rheumatoid arthritis bersifat progresif dan tidak


dapat disembuhkan, tetapi pada beberapa pasien penyakit ini secara
bertahap menjadi kurang agresif dan gejala bahkan dapat membaik.
Bagaimanapun, jika terjadi kerusakan tulang dan ligamen serta terjadi
perubahan bentuk, efeknya akan menjadi permanen. Kecacatan dan nyeri
sendi dalam kehidupan sehari-hari adalah hal yang umum.
Rheumatoid arthritis adalah penyakit sistemik yang dapat
mempengaruhi bagian lain dari tubuh selain sendi. Efek ini meliputi :
a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya
prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Sistem Muskuloskeletal : Pada otot dapat terjadi myosis karena
proses granulasi jaringan otot dan Osteoporosis
c. Sistem Pembulu Darah : Tromboemboli adalah adanya sumbatan
pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang
membeku.
d. Splenomegali : Slenomegali merupakan pembesaran limfa, jika
limfa membesar kemampuannya untuk menangkap dan
menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
e. Sistem Pencernaan : Pada sistem pencernaan yang sering dijumpai
adalah gastritis dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama
penggunaan obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) yang menjadi
faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada arthritis
reumatoid.
f. Komlikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas sehingga
sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
g. Infeksi : Pasien dengan RA memiliki risiko lebih besar untuk
infeksi. Obat imunosupresif akan lebih meningkatkan risiko.
h. Penyakit Paru-Paru : Sebuah studi kecil menemukan prevalensi
tinggi peradangan paru dan fibrosis pada pasien yang baru
didiagnosis RA, namun temuan ini dapat dikaitkan dengan
merokok.
i. Sindrom Felty : Kondisi ini ditandai dengan splenomegali,
leukopenia dan infeksi bakteri berulang. Ini mungkin merupakan
respon disease-modifying antirheumatic drugs (DMARDs).
j. Limfoma dan kanker lainnya : RA terkait perubahan sistem
kekebalan tubuh. (Shiel, 2011)

B. ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KLIEN REUMATOID


ARTRITIS
1. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan
organ-organ lainya (misalnya mata,jantung,paru-paru dan ginjal).
a. Aktivitas / istirahat
Gejala Nyeri sendi karena gerakan,nyeri tekan,memburuk
dengan stres pada sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dan simetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktu senggang,pekerjaan,keletihan.
Tanda Malaise,keterbatasan rentang gerak,atrofi
otot,kulit,kontraktor / kelainan pada sendi
b. Kardiovaskuler
Gejala Fenomena raynaud jari tangan/kaki (misalnya :
pucat,sianosis,kemudian kemerahan pada jari sebelum
warna kembali normal )
c. Integritas Ego
Gejala Faktor-faktor stress akut/kronis misalnya; finansial,
pekerjaan,ketidakmampuan , faktor-faktor hubngan,
keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi
ketidakmampuan). Ancaman pada konsep diri, citra tubuh,
identitas pribadi ( misalnya ketergantungan pada
orang lain)
d. Hygiene
Gejala Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan
pribadi ketergantungan.
e. Makanan/cairan
Gejala Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/cairan adekuat; mual, anoreksia, kesulitan untuk
mengunyah.
Tanda Penurunan berat badan,kekeringan pada membran mukosa.
f. Neurosensori
Gejala Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi p
ada jari tangan.
Tanda Pembengkakan sensi simetris
g. Nyeri / kenyamanan
Gejala Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi)
h. Keaman
Gejala Kulit mengkilat,tegang,nodrul subkutan, lesi kulit, ulkus
kaki, kesulitan dalan ringan dalam menangani tugas /
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap
kekeringan pada mata dan membran mukosa.
i. Interaksi sosial
Gejala Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain;
perubahan peran ; isolasi.

PENGKAJIAN POLA GORDON


a. Pola Persepsi Kesehatan Pemeliharaan Kesehatan
1. Apakah pernah mengalami sakiy pada sendi - sendi ?
2. Riwayat penyakit yang pernah diderita sebelumnya?
3. Riwayat keluarga dengan RA?
4. Riwayat keluarga dengan penyakit autoimun
5. Riwayat infeksi virus,bakteri parasit ?

b. Pola Nutrisi Metabolik


1. Jenis,frekuensi,jumlah makanan yang dikonsumsi (makananan yang
banyak mengandung vitamin,protein)
2. Riwayat gangguan metabolik
c. Pola Elminasi
Adakah gangguan pada saat BAB dan BAK ?
d. Pola Aktivitas dan Latihan
1. Kebiasaan aktivitas sehari -hari sebelum dan sesudah sakit
2. Rasa sakit / nyeri pada saat melakukan aktivitas
3. Tidak mampu melakukan aktivitas berat
e. Pola Istirahat dan Tidur
1. Apakah ada gannguan sebelum tidur?
2. Aktivitas yang dilakukan sebelum tidur?
3. Terjadi kekakuan selama 1/2 - 1 jam setelah bangun tidur?
4. Adakah rasa nyeri pada saat istirahat dan tidur?
f. Pola Persepsi Kognitif
Adakah nyeri sendi saat digerakan atau istirahat?
g. Pola Persepsi dan Konsep Diri
1. Adakah perubaahn pada bentuk tubuh (defomitas/kaku sendi)
2. Apakah pasien merasa malu dan minder dengan penyakitnya?
h. Pola Peran dan Hubungan dengan Sesama
1. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
2. Apakah ada perubahan peran pada klien?
i. Pola Reproduksi seksualitas
Adakah gangguan seksualotas?
j. Pola Mekanisme Koping dan Toleransi terhadap Stress
Adakah perasaan takut,cemas akan penyakit yang diderita?
k. Pola Sistem Kepercayaan
1. apakah agama klien?
2. Adakah gannguan beribadah?
3. Apakah klien menyerahkan sepenuhnya penyakitnya kepada tuhan?
Diagnosa
No. Analisa Data Etiologi Problem
1. Ds :
Do:
2. Ds :
Do :
3. Ds :
Do :
4. Ds :
Do :
Intervensi
No SDKI SLKI SIKI
Gangguan mobilitas Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi:
fisik b/d nyeri, keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi adanya nyeri
gangguan jam diharapkan mobilitas atau keluhan fisik lainnya
muskuloskeletal, meningkat dengan KH: 2. Identifikasi toleransi fisik
penurunan kekuatan 1. Rentang gerak (ROM) melakukan pergerakan
otot d/d skala 1-5 (meningkat) 3. Libatkan keluarga untuk
Gejala & tanda 2. Pergerakan ektermitas membantu pasien dalam
mayor skala 1-5 (meningkat) meningkatkan pergerakan
Subjektif: 3. Kekuatan otot skala 1-5 4. Jelaskan tujuan dan
1. Mengeluh sulit (meningkat) prosedur mobiliasi
menggerakkan 4. Nyeri skala 1-5
ekstermitas (menurun). Intervensi tambahan
Objektif: Teknik latihan penguatan otot:
1. Kekuatan otot 1. Lakukan latihan sesuai
menurun program yang ditentukan
2. Rentang gerak 2. Kolaborasi dengan tim
(ROM) menurun. kesehatan lain (mis. Terapis
Gejala & tanda aktivitas, ahli fisiologi
minor olahraga, terapis okupasi,
Subjektif: terapis rekreasi, terapis fisik)
1. Nyeri saat dalam perencanaan,
bergerak pengajaran, dan memonitor
2. Enggan program latihan otot.
melakukan
pergerakan
3. Merasa cemas
aat bergerak
Objektif:
1. Sendi kaku
2. Gerakan tidak
terkoordinasi
3. Gerakan terbatas
4. Fisik lemah
Risiko cedera d/d Setelah dilakukan tindakan Pencegahan cedera:
perubahan fungsi keperawatan selama 3x24 1. Identifikasi area lingkungan
psikomotor jam diharapkan Risiko cedera yang berpotensi
menurun dengan KH : menyebabkan cedera.
1. Kejadian cedera 1-5 2. Diskusikan bersama anggota
(menurun) keluarga yang dapat
2. Gangguan mobilitas 1-5 mendampingi pasien.
(menurun) Manajemen Keselamatan
Lingkungan:
1. Identifikasi kebutuhan
keselamatan ( mis. Kondisi
fisik, fungsi kognitif dan
riwayat penyakit).
2. Hilangkan bahaya
keselamatan lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai