Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHLUAN

1. Latar Belakang

Kompetensi berasal dari bahasa inggris competence yang mempunyai arti

kemampuan atau kecakapan. Kompetensi dalam sebuah cakupan yang luas dapat juga

dideskripsikan sebagai suatu karakteristik yang mendasari individu yang berkaitan

erat dengan sebuah kinerja seseorang dalam melakukan pekerjaannya dimana

didalamnya mencakup motivasi, sifat dan sikap, konsep diri, pengetahuan dan

perilaku atau keterampilan (Taylor, Ian., 2012).

Menurut (Roe, 2015) menyatakan bahwa kompetensi itu adalah kemampuan

untuk melaksanakan satu tugas atau peran, kemampuan mengintegrasikan

pengetahuan, keterampilan-keterampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan

kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada

pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

Kemampuan pemasangan infus merupakan kompetensi dan tanggung jawab

perawat. Kompetensi perawat yang diharapkan adalah memilih tempat vena yang

sesuai, jenis kanula yang paling sesuai untuk pasien tertentu, mahir dalam teknik

aseptik, dan teknik penusukan vena. Kemampuan pemasangan infus merupakan

kompetensi dan tanggung jawab perawat (Smeltzer & Bare, 2012).

Kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang yang dapat

terobservasi mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam

menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas dengan standar kinerja (performance) yang

ditetapkan. Standar kompetensi perawat merefleksikan atas kompetensi yang


diharapkan dimiliki oleh individu yang akan bekerja di bidang pelayanan keperawatan

(PPNI Indonesia, 2015).

UU RI No 38 Tahun 2014 pasal 1, pasal 2, dan pasal 3 yang mengatur tentang hak

dan tanggung jawab dalam keperawatan. Sedangkan menurut (UU RI No 14 Tahun 2014)

di jelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku

yang harus di miliki, di hayati dan di kuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan

tugas professional.

Kompetensi perawat Gawat darurat adalah kemampuan yang harusdimiliki

oleh seorang perawat gawat darurat untuk melakukan tindakandengan didasaran

pengkajian secara komprehensif dan perencanaan yangtepat dan lengkap, kompotensi

ini bukan prosedur tindakan terapikompetensi perawat harus diikuti dan dilaksanakan

sesuai standaroperathing Prosedur (SOP) yang baku.

Berdasarkan peran dan fungsi tersebut diatas, maka perawat yangberkerja

dirumah sakit harus memiliki kompetensi khusus, yang diperolehmelalui basic

pelatihan keperawatan gawat darurat basic 2 atau advance.Sedangkan perawat bekerja

di puskesmas minimal kompetensi keperawatangawat darurat basic 1.

Kompetensi tersebut meliputi pengetahuan, sikap dan keterampilanyang harus

ditingkatkan atau dikembangkan dan dipelihara sehingga menjamin perawat dapat

melaksanakan peran dan fungsinya secaraprofesional (Smeltzer, 2012).

Perawat yang kompeten, dapat dilihat dari perawat yang menunjukkan

kompetensi professionalnya, termasuk kemampuan menerima informasi secara

baik dan terdidik secara optimal. Kompetensi interpersonal mencakup kemampuan

untuk berhubungan secara baik dengan orang lain, termasuk pasien, rekan kerja,

teman sebaya atau pihak yang berwenang. Kompetensi intraprofesional dan

interprofesional yang mencakup kemampuan untuk berhubungan baik dengan perawat


lain dan dengan profesi lain. Kompetensi multicultural yang mencakup sensitivitas

terhadap berbagai kelompok yang beraneka ragam, dan mencakup kesadaran terhadap

pengaruh budaya dan perilaku seseorang, dan kesulitan yang mungkin timbul

ketika berhadapan dengan orang lain (Potter & Perry, 2015).

Proses perawatan pasien merupakan suatu proses yang kompleks.

Perhatian yang lebih sering berfokus pada tugas, fungsi dan struktur yang terlibat

dalam perawatan pasien telah menciptakan berbagai pelayanan yang tidak efisien.

Fokus perawatan seharusnya lebih ditekankan pada kebutuhan pasien. Pada model

perawatan yang berfokus pada pasien, perawat harus menjadi pemain kunci untuk

melakukan koordinasi perawatan pasien. Perawat mempunyai kemungkinan yang

lebih besar untuk melakukan aktivitas keperawatan professional, misalnya,

melakukan pengkajian klinik atau pendidikan kesehatan terhadap pasien maupun

keluarganya (Potter & Perry, 2015).

Proses keperawatan lebih lanjut menekankan pada pentingnya komunikasi.

Pengkajian dan evaluasi bersandar pada komunikasi yang menyangkut pengalaman

dan kebutuhan pasien. Perencanaan bersama tergantung pada komunikasi

yang rinci untuk mencapai pemahaman bersama dan komitmen antara perawat dengan

pasien. Interpretasi dan perasaan pasien dihargai sebagai faktor-faktor yang

mungkin berpengaruh pada masalah-masalah yang muncul dan juga pada

penyelesaian masalahnya. Model keperawatan seperti dalam model sistemnya.

Neuman (1982), model adaptasi Roy (1984) dan model keperawatan perawatan

diri Orem (1985) meletakkan dasar bagi komunikasi terbuka antara perawat dan

pasien dalam keterlibatan perawat yang efektif. (Potter & Perry, 2015).

Anda mungkin juga menyukai