Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lanjut usia adalah suatu keadaan dimana tubuh mengalami penurunan


sistem. Lanjut usia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan
biologis, fisik, kejiwaan, dan sosial (Fatimah; 2010; 03). Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang
menunjukan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah
disebut lanjut usia. WHO menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu : usia
pertengahan (middle age) 45-49 tahun, lanjut usia (elderly) 60-74 tahun, lanjut
usia tua (old) 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun
(madnur; 2017; 06).

Peningkatan jumlah lansia memerlukan perhatian dalam perawatan karena


lansia telah mengalami perubahan dan penurunan sistem tubuh. Perubahan yang
terjadi menyebabkan penurunan fungsi tubuh untuk melakukan aktivitas. Seiring
dengan peningkatan persentase lansia terjadi juga peningkatan jumlah dan
tingkat kejadian penyakit kronis yang disebabkan oleh penurunan kemampuan
tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan serta kelemahan pada lansia.
(Efendi & Makhfudli; 2009 dalam Sitinjak, dkk ;2016; 140). Tujuh golongan
penyakit yang banyak dilaporkan terjadi pada lansia adalah Arthritis, Hipertensi,
gangguan pendengaran, kelainan jantung, sinusitis kronik, penurunan visus, dan
gangguan pada tulang (Stanley; 2007 dalam Sitinjak, dkk; 2016; 140).

Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukan sekitar


1,13 miliar orang di dunia menyandang Hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di
dunia terdiagnosis Hipertensi. Jumlah penyandang Hipertensi terus meningkat
setiap tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 miliar orang yang
terkena Hipertensi dan diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal
akibat Hipertensi dan komplikasinya (Departemen Kesehatan; 2019).

1
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014,
Hipertensi dengan komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5
pada semua umur. Berdarkan Riskesdas tahun 2018 prevalensi Hipertensi
berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia diatas 18 tahun sebesar
34,1%, tertinggi di Kalimantan Selatan (44,1%), sedangkan terendah di Papua
sebesar (22,2%). Hipertensi terjadi ada kelompok umur 31-44 tahun (31,6%),
umur 45-54 tahun (45,3%), umur 55-64 tahun (55,2%). Dari prevalensi
Hipertensi sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% terdiagnosis Hipertensi
dan 13,3% orang yang terdiagnosis Hipertensi tidak minum obat serta 32,3%
tidak rutin minum obat. Hal ini menunjukan bahwa sebagian penderita
Hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya Hipertensi sehingga tidak
mendapatkan pengobatan (Departemen Kesehatan; 2019).

Pengukuran tekanan darah penderita Hipertensi menurut jenis kelamin,


Kecamatan Puskesmas Kabupaten/Kota Pekanbaru tahun 2017, laki-laki 4,999
(8,82%) dan perempuan 7,392 (8,93%) (Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru).
Berdasarkan survey awal didapat data kesakitan kasus Hipertensi pada bulan
Desember 2019 di Puskesmas Payung Sekaki Pekanbaru berdasarkan umur 45-
64 tahun, laki-laki 50 orang dan perempuan 66 orang.

Hipertensi merupakan penyakit yang banyak diderita oleh lansia. Hipertensi


dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya
diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg. Hipertensi merupakan
risiko morbiditas dan mortalitas premature, yang meningkat sesuai dengan
peningkatan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi disebut sebagai pembunuh
diam-diam karena orang dengan Hipertensi sering tidak menampakkan gejala
(Brunner & Suddarth; 2013; 896).

Individu lansia dengan tekanan darah kurang dari 140/90 mmHg akan hidup
lebih lama daripada lansia dengan tekanan darah yang lebih tinggi (Brunner &
Suddarth; 2013). Faktor resiko Hipertensi berupa gangguan emosi, obesitas,
konsumsi alkohol dan rangsangan kopi yang berlebihan, tembakau, obat-obat
dan sangat dipengaruhi faktor keturunan (Brunner & Suddarth; 2013; 897).

1
Jika Hipertensi pada lansia tidak diobati dengan baik, bisa timbul gejala
seperti sakit kepala, kelelahan, mual, muntah, sesak napas, gelisah, pandangan
menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal. Kadang penderita Hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran
dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
Ensefalopi Hipertensif, yang memerlukan penanganan segera (Manuntung;
2018; 07).

Peran Perawat terhadap perawatan dan pengobatan lansia dengan Hipertensi


dibutuhkan tidak hanya dengan pengobatan farmakologi tapi juga dengan
pengobatan non farmakologi. Pengobatan dengan farmakologi dapat dilakukan
dengan memberikan obat anti Hipertensi dan pengobatan non farmakologi dapat
dilakukan oleh lansia dengan melakukan terapi relaksasi, yaitu terapi relaksasi
otot progresif.

Terapi relaksasi otot progresif adalah terapi yang terpusat pada suatu
aktivitas otot untuk menurunkan ketegangan pada otot dengan melakukan teknik
relaksasi agar rileks (Purwanto, 2013). Menurut Maryam (2010), terapi relaksasi
otot progresif ini termasuk metode terapi relaksasi yang termurah, mudah
dilakukan, tidak terdapat efek samping, dapat membuat pikiran terasa tenang dan
tubuh menjadi rileks.

Terapi relaksasi otot progresif merupakan salah satu teknik pengelolaan diri
yang didasarkan pada cara kerja sistem saraf simpatis dan parasimpatis
(Ramdhani et al., 2009). Efek dari terapi relaksasi otot progresif adalah dapat
menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi dan tanpa adanya efek
samping (Alimansur et al., 2013). Terapi relaksasi otot progresif dapat
meningkatkan relaksasi dengan menurunkan aktivitas saraf simpatis dan
meningkatkan aktivitas saraf parasimpatis sehingga terjadi vasodilatasi diameter
arteriol. Saraf parasimpatis akan melepaskan asetilkolin untuk menghambat
aktivitas saraf simpatis dengan menurunkan kontraktilitas otot jantung,
vasodilatasi arteriol dan vena (Muttaqin, 2009). Menurut Aaronson et al. (2010),
asetilkolin yang dibebaskan ke dinding pembuluh darah akan merangsang sel-sel

1
endothelium pada pembuluh darah untuk mensintesis dan membebaskan nitrit
oksida (NO), NO akan memberikan sinyal kepada sel-sel otot polos di sekitarnya
untuk berelaksasi.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Valentine et al. (2014), terbukti bahwa
terapi relaksasi otot progresif dapat menurukan tekanan darah pada hipertensi
primer. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan di Posyandu Lansia
Peduli Insani Mendungan Surakarta, terdapat 78 orang yang terdiri dari 64
perempuan dan 14 laki-laki yang hadir pada kegiatan posyandu bulan November
2016. Dari 64 perempuan, terdapat 22 orang yang termasuk lanjut usia dan
terdiagnosa hipertensi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rosalina (2013) dengan judul pengaruh


teknik relaksasi otot progresif terhadap tekanan darah pada lansia dengan
hipertensi di Kelurahan Pringapus Kecamatan Pringapus Semarang, menunjukan
bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi otot progresif teradap tekanan darah
pada lansia

Pelayanan kesehatan pada penyakit hipertensi di tingkat gerontik


dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Asuhan
keperawatan yang diberikan kepada keluarga meliputi pengkajian, perumusan
diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi keperawatan
yang bertujuan agar pelayanan kesehatan yang dilaksanakan bisa efektif dan
komprehensif. (Koes Irianto, 2014 dalam Parwati, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Laporan ini bertujuan untuk mengetahui asuhan keperawatan gerontik pada keluarga
dengan Hipertensi di Kecamatan Rumbai Pesisir Pekanbaru.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian masalah keperawatan gerontik pada keluarga
dengan hipertensi

1
b. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan gerontik pada keluarga dengan
hipertensi.
c. Mampu menyusun rencana asuhan keperawatan gerontik pada keluarga dengan
hipertensi dalam bentuk intervensi standar intervensi yang telah ditetapkan
d. Mampu mengimplementasikan tindakan keperawatan gerontik dengan keluarga
dengan hipertensi berbasis bukti ilmiah terkini dan pemanfaat teknologi informasi
e. Mampu memberikan pendidikan kesehatan menggunakan media bebasis
elektronik dan bukti ilmiah terkini
f. Mampu memberikan terapi komplementer gerontik berdasarkan bukti ilmiah
terkini
g. Mampu mengevaluasi tindakan keperawatan gerontik dan menyusun rencana
tindak lanjut
h. Mampu melakukan dokumentasi asuhan keperawatan gerontik

C. Manfaat
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut ini:
1. Bagi Keluarga
a. Dapat meningkatkan pemahaman mengenai masalah kesehatan gerontik yang
dihadapi
b. Dapat mengevaluasi asuhan keperawatan pada anggota keluarga khususnya lansia
yang menderita hipertensi.
2. Bagi Institusi Pendidikan
a. Dapat menjadi bahan informasi bagi institusi mengenai asuhan keperawatan
gerontik pada lansia dengan hipertensi
b. Menambah pengetahuan dan pengalaman secara langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan gerontik khususnya pada lansia dengan hipertensi
3. Petugas Kesehatan
a. Dapat menjadi masukan bagi petugas kesehatan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada lansia dengan hipertensi
b. Dapat menambah wawasan dalam memberikan asuhan keperawatan pada lanisa
dengan hipertensi

Anda mungkin juga menyukai