Fullpapers Falakhul Firda
Fullpapers Falakhul Firda
Administrative Responsibility
Studi Deskriptif tentang Perilaku Kerja Pegawai pada Pelayanan Publik dalam
Perspektif Administrative Responsibility
di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya
Falakhul Firda1
Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga
Abstrak
Pelayanan publik merupakan kewajiban pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Pelayanan tersebut
diselenggarakan melalui dinas-dinas yang ditunjuk oleh pemerintah. Dinas sebagai instansi pelayanan tidak terlepas dari
keluhan masyarakat, maka dari itu diperlukan perbaikan terhadap setiap pelayanan yang diberikan kepada masyarakat,
yaitu melalui tanggung jawab administratif pegawai. Tanggung jawab administratif (administrative responsibility)
merupakan sebuah perspektif untuk melihat apakah suatu instansi pelayanan telah memberikan pelayanan yang
bertanggung jawab, dalam hal ini yaitu bagaimana bentuk perilaku kerja pegawai Dinas kependudukan dan Catatan
Sipil dilihat dari perspektif administrative responsibility dalam pelayanannya.
Kata Kunci : Etika Pelayanan Publik, Perilaku Kerja Pegawai, Tanggung Jawab Administratif
36
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
Sumber: http://dispendukcapil.surabaya.go.id/index.php
Grafik I.3 menunjukkan bahwa pelayanan
publik oleh Dispenduk Capil Kota Surabaya dianggap
memuaskan oleh masyarakat tetapi kepuasan tersebut
berbeda tipis dengan jumlah masyarakat yang kurang
puas atas pelayanan yang diberikan. Sebanyak 43%
yang menyatakan puas dan sebanyak 40% yang
menyatakan kurang puas atas pelayanan Dispenduk
Capil Kota Surabaya. Salah satu penyebab
Sumber: laporan kinerja KPP Jatim tahun 2010 ketidakpuasan masyarakat atas pelayanan Dispenduk
Pengaduan masyarakat atas bidang layanan Capil Kota Surabaya adalah masih adanya diskriminasi
yang diselenggarakan oleh pemerintah merupakan dalam pemberian layanan dan kesulitan dalam
indikasi bahwa masih banyak instansi di Jawa Timur pengurusan KTP dan KK dan diskriminasi merupakan
yang pelayanan publiknya masih belum memuaskan salah satu bentuk pelanggaran dari etika birokrasi.
masyarakat. Dari bidang layanan tersebut yang paling Saat ini isu mengenai etika terus mendapat
banyak mendapat pengaduan adalah layanan sorotan dalam beberapa literatur administrasi publik.
pertanahan sebanyak 17 pengaduan dan pada urutan Isu etika menjadi sangat vital dalam administrasi
kedua adalah layanan kependudukan sebanyak 5 publik utamanya dalam penyelenggaraan pelayanan
pengaduan. sebagai inti dari administrasi publik. Rohr (1989:60
Sebagai ibukota Jawa Timur, Surabaya dalam Keban 2008:166) menyatakan bahwa diskresi
menyediakan banyak pelayanan untuk warga Surabaya administrasi menjadi starting point bagi masalah moral
dan tidak jarang pelayanan tersebut juga masih atau etika dalam dunia administrasi publik. Etika
dikeluhkan karena belum sesuai dengan harapan pelayanan publik di Indonesia belum begitu
masyarakat. Berdasarkan hasil survei Komisi diperhatikan. Kode etik di Indonesia masih terbatas
Pemberantasan Korupsi (KPK), kota Surabaya pada beberapa kalangan seperti ahli hukum dan
merupakan kota terbaik dalam sektor pelayanan publik kedokteran (Keban, 2008:176).
dari 22 kota se-Indonesia. Hal tersebut juga diiringi Kajian mengenai etika birokrasi dalam
dengan peningkatan pelayanan oleh beberapa instansi pelayanan publik oleh Mustafa Hasbar dalam Jurnal
di Surabaya, salah satunya yaitu Dinas Kependudukan Lipi (http://isjd.pdii.lipi.go.id). Fokus penelitian ini
dan Catatan Sipil (Dispenduk Capil) Kota Surabaya yaitu pada bagaimana aplikasi etika birokrasi dalam
(www.bisnis.com, diakses tanggal 15 Oktober 2011). pelayanan publik dalam pengurusan SIM di Satlantas
Dispenduk Capil Kota Surabaya merupakan salah satu Polres Khususnya Kabupaten Barru. Hasil yang
dinas yang pelayanan publiknya masih mendapatkan diperoleh dari penelitian ini yaitu pelayanan yang
pengaduan dari masyarakat. Baik itu dalam pengurusan diselenggarakan di tempat tersebut tidak memenuhi
kartu tanda penduduk (KTP), kartu keluarga (KK), akta etika dan prosedur dalam menjalankan pelayanan, ada
lahir maupun jenis-jenis surat yang lainnya. Dalam kecenderungan sebagian masyarakat yag memiliki
pengaduan, masyarakat banyak mengeluhkan tindakan uang yang cukup sengaja memanfaatkan kesempatan
diskriminatif instansi pelayanan publik. Misalnya, ini karena tidak ingin dipusingkan dengan urusan yang
kesulitan mengurus KTP dan kartu keluarga berbelit-belit, tidak adanya tindakan hukum atau sanksi
(www.harianbhirawa.co.id, diakses tanggal 19 Oktober terhadap pelanggaran yang telah dilakukan secara turun
2011). temurun sehingga terkesan cenderung menjadi suatu
budaya.
Berdasarkan hal tersebut menurut peneliti
sangatlah penting untuk melakukan penelitian
mengenai administrative responsibility sebagai kontrol
37
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
internal dari birokrasi dikarenakan kontrol formal • Strategic vision. Para pemimpin dan publik harus
dianggap tidak lagi memenuhi fungsi kontrol atas mempunyai prespektif good governance dan
perilaku kerja pegawai. Penelitian ini mempunyai pengembangan manusia yang luas dan jauh ke
fokus pada bagaimana bentuk perilaku kerja pegawai depan sejalan dengan apa yang diperlukan untuk
dalam perspektif administrative responsibility dan pembangunan.
faktor-faktor yang mendorong munculnya perilaku
kerja pegawai tersebut. Selain itu, penelitian ini Etika Birokrasi
penting untuk dilakukan agar permasalahan pelayanan Etika birokrasi merupakan etika profesi yang
publik yang berkaitan dengan etika bisa segera berisi norma-norma yang harus menjadi pegangan bagi
terselesaikan, etika bisa menjadi pegangan bagi aparat birokrasi dalam menjalankan tugas dan
pemerintah dalam menyelenggarakan pelayanan kewajibannya sebagai pelayan kepentingan
publik, dan pelayanan publik menjadi semakin baik. masyarakat. Etika birokrasi digambarkan sebagai suatu
panduan norma bagi aparat birokrasi dalam
1. Bagaimanakah bentuk perilaku kerja pegawai menjalankan tugas pelayanan kepada masyarakat. Etika
Dispenduk Capil Kota Surabaya dalam perspektif birokrasi harus menempatkan kepentingan publik di
administrative responsibility? atas kepentingan pribadi, kelompok, dan organisasinya
2. Faktor-faktor apakah yang mendorong munculnya (Dwiyanto, 2008:192).
perilaku kerja pegawai Dispenduk Capil Kota Dalam etika birokrasi yang mempunyai fungsi
Surabaya dalam perspektif administrative pelayanan kepada masyarakat, maka dalam etika
responsibility? birokrasi juga mencakup etika pelayanan publik. Etika
pelayanan publik dapat diibaratkan sebagai sensor
Good Governance dalam administrasi publik yaitu pada penyelenggaraan
Governance menurut Rochman (dalam pelayanan publik. Etika pelayanan publik adalah suatu
Widodo 2011:107), adalah mekanisme pengelolaan panduan atau pegangan yang harus dipatuhi oleh para
sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan pelayan publik atau birokrat untuk menyelenggarakan
pengaruh sektor negara dan sektor non pemerintah pelayanan yang baik untuk publik. (Keban, 2008:166).
dalam suatu kegiatan kolektif. Sementara itu, Lembaga Etika mempersoalkan baik atau buruk dan
Administrasi Negara (LAN) menyebutkan bahwa bukan benar atau salah tentang sikap, tindakan, dan
governance adalah proses penyelenggaraan kekuasaan perilaku manusia dalam berhubungan dengan
negara dalam melaksanakan penyediaan public goods sesamanya, baik dalam masyarakat mapun organisasi
and services, dan praktik terbaiknya disebut good publik atau bisnis, maka etika mempunyai peran
governance. UNDP mengajukan beberapa prinsip good penting dalam administrasi negara/birokrasi publik
governance, antara lain: (Widodo, 2011:52). Administrasi negara (birokrasi
• Participation. Setiap warga negara mempunyai publik) memiliki kewenangan dalam menjalankan
suara dalam pembuatan keputusan, baik secara kebijakan politik yang secara umum disebut dengan
langsung mapun melalui intermediasi yang discretionary power, yakni keleluasaan untuk
mewakili kepentingannya. menafsirkan suatu kebijakan politik dalam bentuk
• Rule of law. Kerangka hukum harus adil dan program atau proyek. Untuk menjamin bahwa
dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum kewenangan itu digunakan secara benar dan tidak
untuk hak asasi manusia. secara salah maka diperlukan etika dalam administrasi
• Transparancy. Proses-proses, lembaga-lembaga negara (Widodo, 2011:53).
dan informasi secara langsung dapat diterima oleh Terdapat seperangkat nilai dalam birokrasi
mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat publik yang dapat digunakan sebagai acuan, referensi,
dipahami dan dapat dipantau. penuntun, bagi birokrasi publik dalam menjalankan
• Responsiveness. Lembaga-lembaga atau proses- tugas dan kewenangannya. Nilai-nilai tersebut antara
proses harus mencoba untuk melayani setiap lain, efisiensi, membedakan milik pribadi dengan milik
stakeholders. kantor, impersonal, merytal system, responsible,
• Consensus orientation. Good governance menjadi accountable, dan responsiveness (Widodo, 2011:63).
perantara kepentingan yang berbeda untuk • Nilai efisiensi artinya tidak boros. Mereka akan
memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang menggunakan dana publik (risorsis publik) secara
lebih luas, baik dalam hal kebijakan maupun berhati-hati agar memberikan hasil yang sebesar-
prosedur. besarnya bagi publik.
• Effectiveness and efficiency. Proses dan lembaga • Nilai membedakan milik pribadi dengan milik
menghasilkan sesuai dengan apa yang telah kantor. Mereka tidak akan menggunakan milik
digariskan dengan menggunakan sumber yang kantor untuk kepentingan pribadi.
tersedia sebaik mungkin. • Impersonal, maksudnya dalam melaksanakan
• Accountability. Para pembuat keputusan dalam hubungan kerjasama antara orang yang satu
pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat dengan lainnya secara kolektif diwadahi oleh
bertanggung jawab kepada publik dan lembaga organisasi, dilakukan secara formal.
stakeholders.
38
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
• Merytal system, dalam penerimaan pegawai atau Administrative responsibility menuntut lebih
promosi pegawai tidak di dasarkan atas dari sekedar kepatuhan terhadap peraturan dan
kekerabatan, namun berdasarkan pengetahuan wewenang/kekuasaan. Administrative responsibility
(knowledge), keterampilan (skill), sikap (attitude), mewajibkan seseorang untuk merefleksikan
kemampuan (capable), dan pengalaman kewenangan yang mereka miliki untuk menghasilkan
(experience). tindakan yang bertanggung jawab. Responsibilitas
• Responsible berkaitan dengan pertanggung menjadi aktif dimana seseorang menyatukan dua hal
jawaban birokrasi publik dalam menjalankan tugas yakni peraturan, kekuasaan/kewenangan dan
dan kewenangannya. pengalaman untuk menentukan tindakan yang tepat
• Accountable. Menurut Herman Finer (1941 dalam (Alexander, 1997:354).
Widodo 2011:67), akuntabilitas merupakan konsep Alexander (1997) mengemukakan terdapat
yang berkenaan dengan standar eksternal yang tiga konsepsi yang berbeda dari administrative
menentukan kebenaran suatu tindakan oleh responsibility. Berikut klasifikasinya sebagai ahli
birokrasi publik. yang netral, utusan, dan wali yang mengetahui
• Responsiveness, Mereka cepat memahami apa kebenaran.
yang menjadi tuntutan publik, dan berusaha a. Administrator yang bertanggung jawab sebagai
semaksimal mungkin untuk memenuhinya. ahli yang netral.
Konsepsi ini mengasumsikan bahwa untuk
Administrative Responsibility mencapai perilaku bertanggung jawab dalam
Administrative responsibility telah dipelajari administrasi publik dapat dicapai dengan
sejak studi administrasi publik dimulai. Gibson ketaatan terhadap prosedur dan peraturan
Winter (1966 dalam Cooper 2006) menyatakan organisasi.
bahwa responsibility merupakan istilah yang relatif b. Administrator yang bertanggung jawab sebagai
baru dalam etika. Menurut Lenvine (dalam Dwiyanto utusan.
2008:51), responsibilitas menjelaskan apakah Dalam konsepsi ini Friedrich (dalam Alexander
pelaksanaan kegiatan organisasi publik sesuai dengan 1997) menyebutkan bagaimana administrator
prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai memenuhi tugas sebagai perwakilan. Menurut
dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit Friedrich, bahwa otoritas legal formal dapat
maupun implisit. Sementara itu, responsibility terdistorsi oleh keinginan seseorang, dan
menurut Carl J. Friedrich (dalam Widodo 2011) administrator untuk memenuhi tanggng jawab
merupakan konsep yang berkenaan dengan standar mereka harus menjalankan posisinya sesuai
profesional dan kompetensi teknis yang dimiliki dengan jalur yang telah ditentukan. Karena itu,
administrator dalam menjalankan tugasnya. administrative responsibility menuntut tindakan
Administrator dinilai responsibel jika pelakunya administrator sebagai delegasi yang informatif
memiliki standar profesionalisme atau kompetensi untuk masyarakat.
teknis yang tinggi. c. Administrator yang bertanggung jawab sebagai
Administrative responsibility disebut juga wali
subjective responsibility. Berbeda dengan objective Dalam perspektif ini, administrator yang
responsibility/akuntabilitas yang tanggung jawabnya bertanggung jawab tidak lagi sebagai kekuatan
dimulai oleh orang atau institusi yang berada diluar yang netral dan delegasi, tetapi sebagai seorang
dirinya atau dikatakan akuntabel jika dinilai secara enlightened trustee/guardian yang mencari
objektif oleh orang dapat mempertanggungjawabkan keseimbangan antara customary morality dan
perbuatannya. Subjective responsibility sebagaimana tujuan dari negara. Cooper’s (1990 dalam
dinyatakan oleh Widodo (2011), berarti mempunyai Alexander 1997), menyatakan mengenai salah
rasa tanggung jawab (sense of responsibility) dan satu versi dari etika demokrasi, bahwa
dapat pula berarti memiliki kemampuan dan administrator mengkombinasikan keahlian
kecakapan (capable to do atau professionality) yang teknis dengan nilai-nilai “New Public
memadai dalam menjalankan tugas, fungsi, dan Administration”, seperti keadilan sosial,
tanggung jawab yang diberikan kepadanya. partisipasi masyarakat, dan kepentingan publik
Administrative responsibility merupakan untuk dapat mencapai perilaku bertanggung
bagian utama dari penegakan etika birokrasi. Menurut jawab.
Plumlee, administrative responsibility melibatkan dua Menurut Dotson (1957) terdapat beberapa
hal yaitu perilaku administrator dan harapan dari pendekatan dasar administrative responsibility.
masyarakat. Jika perilaku administrator dekat dengan Pendekatan tersebut merupakan penjelasan
harapan masyarakat dapat dikatakan bahwa bagaimana administrative responsibility muncul.
administrator telah responsibel sedangkan jika a. The conservative reaction (reaksi tradisional)
perilaku administrator menyimpang dari yang Pendekatan ini menyatakan bahwa
diharapkan oleh masyarakat maka administrator administrative responsibility muncul karena
dikatakan tidak responsibel. konspirasi pegawai administratif untuk
mengambil kekuasaan legislatif dan degenerasi
39
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
40
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
Sementara itu, Pasolong (2010) menyatakan maupun dari luar (eksternal), faktor-faktor tersebut
bahwa tanggung jawab merupakan hal yang menjadi yaitu bakat bawaan, motivasi kerja yang tinggi, sikap,
keharusan pemegang jawaban untuk: motif dan cara pandang, pengetahuan yang dimiliki,
• Menerima diri sebagai penyebab utama keterampilan atau keahlian yang dimiliki, dan
mengenai suatu kejadian, baik atau buruk, benar lingkungan hidup dari kehidupan mereka sehari-hari
atau salah. (Moeheriono, 2009:17).
• Menerima diri untuk dibenarkan atau disalahkan Ketiga, responsivitas pegawai. Menurut
mengenai suatu kejadian. Dwiyanto (2008:62) responsivitas adalah kemampuan
• Menerima hukuman jika salah melakukan untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun
sesuatu. agenda dan prioritas pelayanan, serta
• Memberi jawaban dan penjelasan dalam hal mengembangkan program-program pelayanan sesuai
tertentu. dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
Masalah tanggung jawab timbul apabila ada Responsivitas yang dimaksud di sini adalah perilaku /
keinginan dan dirasakan perlu untuk memaksakan tindakan pegawai untuk merespon harapan, keinginan
adanya penyesuaian si individu dengan rencana dan aspirasi serta tuntutan masyarakat. Sementara itu,
kelompok. Sanksi memainkan bagian yang penting Zeithmal, Parasuraman, dan Berry (dalam Pasolong
didalam fungsi memaksakan tanggung jawab 2010) menyatakan bahwa responsivitas adalah
wewenang, dibanding dengan dimainkannya didalam kerelaan untuk menolong pengguna layanan dan
kegunaan-kegunaan lainnya (Simon, 2007:228). menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas atau bisa
Kedua, perilaku yang berdasarkan atas juga dikatakan sebagai keinginan staf untuk
kemampuan dan kecakapan teknis atau kompetensi membantu para pelanggan dan memberikan
teknis pegawai dalam melaksanakan tugasnya pelayanan dengan tanggap. Unsur-unsur dalam
(capable to do or professionality). Kemampuan responsivitas pegawai yakni:
tersebut merupakan kemampuan dan kecakapan • Terdapat tidaknya keluhan dari pengguna jasa
teknis yang memadai dalam menjalankan tugas, baik • Sikap aparat birokrasi dalam merespon keluhan
yang bersifat administratif maupun fungsional yang dari pengguna jasa
diberikan kepadanya. • Penggunaan keluhan dari pengguna jasa sebagai
Menurut Covey, Roger dan Rebecca Merril referensi perbaikan penyelenggaraan pelayanan
(dalam Mangkunegara 2010), kompetensi mencakup: pada masa datang
a. Kompetensi teknis: pengetahuan dan keahlian • Berbagai tindakan aparat birokrasi untuk
untuk mencapai hasil-hasil yang telah memberikan kepuasan pelayanan kepada
disepakati, kemampuan untuk memikirkan pengguna jasa.
persoalan dan mencari alternatif-alternatif baru. Keempat, kejujuran pegawai. Jujur
b. Kompetensi aktual: kemampuan untuk melihat merupakan tindakan pengakuan, perkataan atau
gambar besar,untuk menguji berbagai pemberian suatu informasi yang sesuai kenyataan dan
pengandaian dan pengubah perspektif. kebenaran. Dalam praktiknya, secara hukum tingkat
c. Kompetensi untuk hidup dalam saling kejujuran seseorang biasanya dinilai dari ketepatan
ketergantungan kemampuan secara efektif pengakuan atau apa yang dibicarakan seseorang
dengan orang lain, termasuk kemampuan untuk dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi.
mendengar, berkomunikasi. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pegawai
Sementara itu, menurut Moeheriono dalam bertindak jujur yaitu karakter, pendidikan,
(2009:15), terdapat lima dimensi kompetensi, yaitu: lingkungan.
• Task skills, yaitu keterampilan untuk
melaksanakan tugas-tugas rutin sesuai dengan Metode Penelitian
standar di tempat kerja. Penelitian ini mkenggunakan metode
• Task management skils, yaitu keterampilan penelitian kualitatif, tipe penelitian deskripstif yakni
untuk mengelola serangkaian tugas yang mendeskripsikan suatu fenomena sosial, Teknik
berbeda yang muncul dalam pekerjaan. penentuan informan : Purposive Sampling dilanjutkan
• Contingency management skills, yaitu dengan Snowball Sampling pada pegawai Dispnduk
keterampilan mengambil tindakan yang cepat Capil Kota Surabaya dengan 12 orang informan.
dan tepat bila timbul suatu masalah dalam Teknik pengumpulan data melalui wawancara dan
pekerjaan. dokumentasi. Teknik analisis data digunakan dengan
• Job role environment skill, yaitu keterampilan pengolahan reduksi data, penyajian data dan penarikan
untuk bekerja sama serta memelihara kesimpulan. Teknik pemeriksaan keabsahan data
kenyamanan lingkungan kerja. dengan membandingkan hasil wawancara dengan isi
• Transfer skills, yaitu keterampilan untuk dokumen, membandingkan pendapat satu orang dengan
beradaptasi dengan lingkungan kerja baru. orang lain.
Kompetensi seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik dari dalam (internal)
41
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
42
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
teknis atau kompetensi teknis pegawai dalam tataran pegawai tidak mempunyai banyak
melaksanakan tugasnya (capable to do or kewenangan dalam menyelesaikan masalah yag ada.
professionality). Kemampuan tersebut merupakan Dalam melaksanakan pekerjaan tentunya
kemampuan dan kecakapan teknis yang memadai dibutuhkan kerjasama dengan pegawai lain.
dalam menjalankan tugas, baik yang bersifat Moeheriono (2009) menyatakan bahwa kompetensi
administratif maupun fungsional yang diberikan pegawai meliputi Job role environment skill yaitu
kepadanya. keterampilan untuk bekerja sama serta memelihara
Sesuai dengan uraian sebelumnya bahwa kenyamanan lingkungan kerja. Kemampuan pegawai
dalam melaksanakan tugas pegawai dituntut untuk dalam hal ini dilihat dari sikap mereka dalam bekerja
berkompeten dibidangnya. Pegawai Dispenduk Capil sama untuk menyelesaikan tugas yang ada. Sesuai
Kota Surabaya telah mempunyai kompetensi teknis dengan pernyataan Moeheriono bahwa pegawai
untuk dapat melaksanakan tugas dan fungsi yang Dispenduk Capil Kota Surabaya mempunyai
telah diberikan kepadanya dan kemampuan teknis kerjasama yang baik antar pegawai yang pada
tersebut telah sesuai dengan tupoksinya. akhirnya menimbulkan lingkungan kerja yang
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Covey, Roger, nyaman. Kerjasama antar pegawai secara sederhana
and Merril, kemampuan teknis yaitu pengetahuan terlihat petugas front office dan back office. Selain
dan keahlian untuk mencapai hasil-hasil yang telah itu kerjasama juga terlihat pada digantikannya
disepakati, kemampuan untuk memikirkan persoalan petugas front office oleh back office apabila petugas
dan mencari alternatif-alternatif baru. Kebanyakan tersebut tidak masuk, peng-handle-an tugas seorang
pekerjaan yang terdapat di Dispenduk Capil Kota pegawai apabila pegawai tersebut harus keluar
Surabaya adalah menulis, maka kemampuan yang kantor untuk tugas dinas. Sehingga mudah tercipta
dibutuhkan adalah kecermatan dan ketelitian dari lingkungan kerja yang nyaman bagi pegawai.
pegawai. Dispenduk Capil Kota Surabaya sebagai
instansi pelayanan juga membutuhkan kesabaran dan Responsivitas
keramahan dalam melayani dan menghadapi Zeithmal, Parasuraman, dan Berry
masyarakat yang heterogen, serta membutuhkan menyatakan bahwa responsivitas adalah kerelaan
penguasaan dalam permasalahan untuk dapat untuk menolong pengguna layanan dan
memberikan informasi yang baik, benar dan mudah menyelenggarakan pelayanan secara ikhlas atau bisa
dipahami oleh masyarakat. juga dikatakan sebagai keinginan staf untuk
Kemampuan teknis pegawai Dispenduk Capil membantu para pelanggan dan memberikan
Kota Surabaya dalam melaksanakan tugas telah pelayanan dengan tanggap. Dispenduk Capil Kota
terpenuhi. Meskipun begitu, pegawai tetap harus Surabaya sebagai instansi yang melayani masyarakat
terus belajar mengenai peraturan yang ada karena secara otomatis membawa pegawainya pada mindset
kemampuan pegawai dalam pemahaman mengenai melayani. Dalam pelayanan yang dilakukan pegawai
perkembangan peraturan dinilai masih kurang dan berusaha untuk menyelenggarakan pelayanan yang
tugas dan fungsi yang ada harus diimbangi dengan baik, sebagaimana SOP yang telah ditetapkan dan
perkembangan peraturan. standar yang telah ditentukan. Pegawai harus
Dalam melaksanakan tugas tidak jarang memenuhi standar pelayanan yang menuntut mereka
pegawai menemui permasalahan yang menjadi untuk ramah, cepat tanggap, dan transparan dalam
kendala dalam menyelesaikan tugas. Dalam hal ini hal biaya dan waktu penyelesaian. Dalam pelayanan,
seperti yang diungkapkan oleh Moeheriono (2009) pegawai menghadapi masyarakat dengan bertutur
bahwa kompetensi pegawai juga meliputi kata yang baik dan memberikan penjelasan yang
contingency management skills, yaitu keterampilan baik dan benar. Pegawai melayani masyarakat
mengambil tindakan yang cepat dan tepat bila timbul dengan penuh kesabaran dan keramahan serta
suatu masalah dalam pekerjaan. Pegawai Dispenduk dengan menguasai permasalahan yang ada agar dapat
Capil Kota Surabaya yang terkadang juga menemui memberikan penjelasan sedetail mungkin untuk
kendala dalam pekerjaannya, mengambil tindakan masyarakat pemohon.
untuk berkonsultasi dengan atasan untuk Sebagai instansi pelayanan Dispenduk Capil
memperoleh solusi dari permasalahan atau kendala Kota Surabaya tidak lepas dari keluhan masyarakat.
yang dihadapi. Jika permasalahan tersebut cukup Dispenduk Capil Kota Surabaya yang sampai saat ini
rumit, maka atasan akan turun secara langsung untuk masih menerima keluhan dari masyarakat menjadi
menyelesaikannya. Namun adakalanya permasalahan indikator bahwa pelayanan yang ada membutuhkan
yang ada masih dapat diselesaikan sendiri oleh perbaikan secara terus menerus. Untuk menyatakan
pegawai, maka mereka cukup bertanya kepada rekan responsivitas pegawai menurut Dwiyanto dilihat dari
kerjanya. Temuan data di lapangan menggambarkan sikap aparat birokrasi dalam merespons keluhan dari
bahwa sikap pegawai jika menemui permasalahn masyarakat. Keluhan terhadap Dispenduk Capil Kota
dalam pekerjaannya adalah berkonsultasi dengan Surabaya didengarkan dan direkam oleh pegawai,
atasan/pimpinan. Hal ini kurang sesuai dengan yang masyarakat yang mengajukan keluhan diberikan
diungkapkan oleh Moeheriono dikarenakan dalam informasi yang mudah dipahami oleh masyarakat
dimana penjelasan tersebut tidak menyinggung
43
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
masyarakat yang mengadukan keluhan dan tidak mempengaruhi rasa tanggung jawab seseorang yaitu
merendahkan dinas. Selanjutnya pemohon dapat faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu
mengajukan keberatan mengenai apa yang menjadi adanya kesadaran atas segala perbuatan dan
keluhannya. akibatnya dan faktor eksternal yaitu adanya sanksi
Dwiyanto menyatakan, untuk menunjukkan yang berasal dari peraturan atau hukum tertentu yang
responsivitas keluhan yang ada harus digunakan memaksa seseorang untuk bertanggung jawab atas
sebagai referensi perbaikan untuk pelayanan yang segala tindakannya.
akan datang. Sesuai dengan pernyataan tersebut Sebagaimana faktor-faktor yang terdapat
bahwa keluhan terhadap Dispenduk Capil Kota pada Dispenduk Capil Kota Surabaya, secara umum
Surabaya telah menjadi bahan pertimbangan untuk terdapat faktor internal dan eksternal yang
perbaikan pelayanan. mendorong pegawai untuk menunjukkan perilaku
bertanggung jawab. Faktor pertama yang mendorong
Kejujuran pegawai untuk menunjukkan perilaku berdasarkan
Jujur merupakan tindakan pengakuan, administrative responsibility adalah untuk menjaga
perkataan atau pemberian suatu informasi yang integritasnya yaitu menjaga kepercayaan orang lain
sesuai dengan kenyataan dan kebenaran. Dalam atas dirinya. Dispenduk Capil Kota Surabaya yang
praktiknya, tingkat kejujuran seseorang biasanya merupakan instansi pelayanan, membawa pengaruh
dinilai dari ketepatan pengakuan atau apa yang tersendiri bagi pegawai yang ada di dalamnya.
dibicarakan seseorang dengan kebenaran dan Pegawai akan terbawa instansi mempunyai mindset
kenyataan yang terjadi. Kejujuran dalam hal ini pelayanan untuk menghadapi masyarakat dan
kejujuran pegawai dalam melaksankan tugas yaitu mungkin berbeda jika dibandingkan dengan instansi
seberapa tepat pengakuan yang dibicarakan pegawai yang bukan pelayanan. Pegawai Dispenduk Capil
dengan kebenaran dan kenyataan yang terjadi. Kota Surabaya yang telah memiliki tugas dan fungsi
Berkley and Rouse menyatakan bahwa kejujuran masing-masing menyadari akan tugas dan fungsinya
merupakan kombinasi fokus individu pada proses tersebut. Mereka secara sadar dan mengerti untuk
yang seharusnya/hak dengan maksud keadilan dan apa mereka berada di dinas tersebut. Dengan kata
didesain untuk melindungi individu dari lain bahwa kesadaran pegawai akan fungsinya di
kesewenang-wenangan dan keputusan yang berubah- dinas menjadi dorongan tersendiri bagi mereka untuk
ubah. bekerja dengan penuh tanggung jawab.
Kejujuran pegawai sering dikaitkan dengan Motivasi utama bagi pegawai bukanlah uang
uang. Beberapa pelayanan Dispenduk Capil Kota tetapi hal ersebut menjadi beban moral tersendiri
Surabaya menjadi salah satu hal yang mudah untuk bagi mereka. Kesejahteraan pegawai yang telah
dijadikan ukuran kejujuran pegawai karena dengan diperhatikan dengan baik sudah sepatutnya diiringi
pelayanan yang gratis tidak ada yang dapat mereka dengan kinerja yang lebih baik dan lebih
ambil untuk memperoleh keuntungan pribadi. bertanggung jawab. Selain itu, peran pemimpin juga
Kejujuran pegawai juga terlihat pada dipegang penting dalam mendorong pegawai untuk bekerja
teguhnya peraturan yang ada, sebagaimana yang dengan penuh tanggung jawab. Sebagai instansi yang
tercantum dalam surat edaran disiplin maupun pakta bekerja secara tim dibutuhkan dukungan dari
integritas pegawai. Dalam peraturan disebutkan pimpinan kepada pegawai agar pegawai mampu
bahwa pegawai dilarang untuk menjadi perantara bekerja sesuai dengan yang diharapan. Peran tersebut
untuk mendapatkan keuntungan pribadi atau orang dapat diwujudkan melalui kebijakan yang dibuat
lain dan dalam pakta integritas disebutkan bahwa oleh pimpinan. Di Dispenduk Capil Kota Surabaya
pegawai tidak boleh menerima uang tip, uang suap diwujudkan dalam surat edaran mengenai disiplin
atau gratifikasi dalam bentuk apapun. Kerawanan pegawai, yaitu kewajiban dan larangan yang harus
pada kejujuran pegawai terletak pada peluang ketika dipatuhi. Tidak hanya itu peran pimpinan juga
masyarakat pemohon mengajukan berkas-berkas dijadikan sebagai panutan pegawai untuk
surat yang kurang lengkap. Ketidaklengkapan menunjukkan perilaku bertanggung jawab.
tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan salah Berdasarkan gambaran yang telah diuraikan,
satu syarat misalnya pengantar RT. dapat dinyatakan secara sederhana bahwa temuan
data di lapangan sesuai dengan pernyatan Simon
Faktor-faktor yang Mendorong Munculnya bahwa terdapat dua faktor yang mempengaruhi rasa
Perilaku Kerja Pegawai Dispenduk Capil Kota tanggung jawab seseorang yaitu faktor internal dan
Surabaya dalam Perspektif Administrative eksternal. Begitu juga pada Dispenduk Capil Kota
Responsibility Surabaya terdapat faktor internal dan eksternal yang
Perilaku berdasarkan administrative mempengaruhi munculnya perilaku kerja pegawai
responsibility yang ditunjukkan oleh pegawai berdasarkan administrative responsibility. Faktor
Dispenduk Capil Kota Surabaya juga internal yang mempengaruhi perilaku kerja pegawai
dilatarbelakangi oleh suatu hal yang mendorong yaitu kesadaran pegawai akan tugas dan fungsinya,
pegawai untuk menunjukkan perilaku tersebut. usaha pegawai untuk menjaga integritasnya, dan
Menurut Simon (2007) terdapat dua faktor yang mindset pegawai untuk melayani. Sementara faktor
44
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
eksternal yang mempengaruhi pegawai adalah Dalam melaksanakan tugas yang ada terdapat
adanya kebijakan atau peraturan yang harus dipatuhi sarana untuk menunjang pekerjaan pegawai.
oleh pegawai, kesejahteraan pegawai yang telah baik Penggunaan dan pemeliharaan sarana tersebut juga
dan peran pemimpin dalam mendorong pegawai membutuhkan tanggung jawab dari pegawai. Pegawai
untuk menunjukkan perilaku kerja berdasarkan dalam menggunakan sarana yang ada telah disesuaikan
administrative responsibility. Peraturan, dengan tupoksi masing-masing. Meskipun telah
kesejahteraan dan peran pimpinan merupakan hal disediakan anggaran pemeliharaan dari kantor tetapi
diluar diri pegawai yang mendorong mereka untuk pegawai tetap ikut menjaga dengan memakai
bekerja dengan penuh tanggung jawab. Adanya seperlunya dan memperbaiki peralatan jika ada yang
peraturan selalu diikuti dengan sanksi yang siap rusak agar pelayanan bisa tetap berjalan.
diberikan kepada pegawai apabila mereka tidak Kedua, kompetensi pegawai. Kompetensi ini
bekerja dengan baik serta kesejahteraan dan meliputi kemampuan teknis pegawai, kemampuan
dorongan dari pemimpinan yang secara tidak pegawai untuk mengatasi masalah yang muncul dan
langsung menjadi motivasi mereka. kemampuan untuk bekerja sama. Pegawai Dispenduk
Capil Kota Surabaya memiliki kemampuan untuk
Kesimpulan cermat dan teliti sesuai dengan pekerjaan yang
1. Bentuk Perilaku Kerja Pegawai Dispenduk Capil kebanyakan dilakukan di Dispenduk Capil Kota
Kota Surabaya dalam Perspektif Administrative Surabaya, yaitu menulis. Pegawai juga memiliki
Responsibility kesabaran, keramahan, penguasaan masalah agar dapat
Bentuk perilaku kerja pegawai berdasarkan memberikan penjelasan yang baik, benar, dan detail
administrative responsibility terlihat pada rasa dalam melayani masyarakat. Dalam melaksanakan
tanggung jawab, kompetensi, responsivitas dan tugas tersebut terkadang terdapat masalah yang
kejujuran pegawai dalam melaksanakan tupoksinya muncul. Untuk menyelesaikan masalah yang ada
masing-masing. Pertama, rasa tanggung jawab pegawai berkoordinasi dengan atasan apabila pegawai
pegawai. Rasa tanggung jawab pegawai dalam tidak mampu menyelesaikan maka atasan lah yang
melaksanakan tugas sehari-hari terlihat pada sikap akan langsung turun menangani masalah yang ada.
pegawai untuk menyelesaikan tugas, usaha untuk Sementara itu, kemampuan pegawai untuk bekerja
selalu berada di tempat kerja, sikap untuk sama dalam melaksanakan tugas dilakukan dengan
mendahulukan kepentingan dinas daripada kepentingan baik.
pribadi atau golongan, sikap dalam menghadapi Ketiga, responsivitas pegawai. Responsivitas
kesalahan yang dilakukan, dan sikap pegawai dalam pegawai terlihat pada sikap pegawai terhadap
menggunakan serta memelihara sarana yang terdapat di masyarakat yang dilayani dan sikap pegawai terhadap
kantor. keluhan yang ada. Dalam melayani masyarakat
Usaha pegawai dalam menyelesaikan tugas pegawai menunjukkan sikap yang ramah, bertutur kata
dilakukan dengan baik dan cepat. Pegawai tidak yang baik, menunjukkan rasa empati dengan
menunda pekerjaan dan tugas yang dilaksanakan oleh memberikan penjelasan yang baik, benar, dan mudah
pegawai telah sesuai dengan tupoksi masing-masing. dipahami oleh masyarakat. Jika terdapat keluhan dari
Pegawai tidak pernah keluar kantor kecuali untuk masyarakat pegawai mendengarkan dan merekam apa
keperluan dinas. Kegiatan yang dilakukan oleh yang menjadi keluhan. Kemudian masyarakat yang
pegawai jika luang yaitu membantu tugas teman yang mengeluh akan diberikan penjelasan yang tidak
membutuhkan bantuan, menunggu perintah atasan menyinggung mereka dan merendahkan dinas. Apa
untuk tugas selanjutnya, dan browsing hal-hal yang yang menjadi keluhan akan diperbaiki sampai
bermanfaat untuk menambah pengetahuan. pemohon merasa puas dan keluhan tersebut akan
Secara umum pegawai Dispenduk Capil Kota dijadikan sebagai referensi diwaktu mendatang.
Surabaya memang lebih memilih mengutamakan Keempat, kejujuran pegawai. Kejujuran
kepentingan dinas daripada kepentingan pribadi atau pegawai dalam pelayanan ditunjukkan dengan tetap
golongan. Tetapi hal tersebut tidak dilaksanakan secara dipegang teguhnya peraturan yang ada. Sesuai dengan
kaku dikarenakan pegawai sebagai individu/pribadi teori bahwa kejujuran pegawai dilihat dari seberapa
juga memiliki kepentingan yang terkadang sangat tepat yang diungkapkan oleh pegawai dengan yang
mendesak. Selain itu, terdapat toleransi antar pegawai sebenarnya. Kejujuran pegawai Dispenduk Capil Kota
yang apabila seorang pegawai berhalangan untuk Surabaya dalam pelayanan ditunjukkan dengan tetap
masuk kantor maka pegawai lain masih bisa dipegang teguhnya peraturan yang ada. Persyaratan
memaklumi dan membantu meng-handle pekerjaan untuk mengurus sebuah berkas harus dipenuhi sesuai
yang ditinggalkan. dengan peraturan yang ada. Pegawai Dispenduk Capil
Dalam melaksanakan tugas sesekali pegawai Kota Surabaya tidak bersedia menerima uang suap
melakukan kesalahan. Pegawai yang bertanggung maupun hadiah dari seseorang untuk mempermudah
jawab tidak akan melempar kesalahan pada orang lain. urusan orang tresebut.
Sikap pegawai Dispenduk Capil Kota Surabaya dalam
menyikapi kesalahan yaitu bersedia mengakui,
memperbaiki, dan siap menerima sanksi yang ada.
45
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
46
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 1, Nomor 1, Januari 2013
47