Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

RISIKO BUNUH DIRI

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Jiwa


Dosen Pembimbing : Insyiyah, MN.

Disusun oleh :

1. BINTANG YUDHA PERWIRA (P27220018096)


2. DYAH PUTRI AZHARI (P27220018103)
3. EMILIA BENAZIR ANJANI (P27220018123)
4. FADILAH NUR RAHMAWATI (P27220018108)
5. FITRIYANTI DEWI SETYOWATI (P27220018112)
6. MOCAFIANI SINAR RIZKI (P27220018123)
7. PUTRI DELLAVIA ANANDA (P27220018128)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN PROFESI NERS


POLTEKKES KEMENKES SURAKARTA
2020
RISIKO BUNUH DIRI

A. PENGERTIAN BUNUH DIRI


Bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar dilakukan oleh pasien
untuk mengakhiri kehidupannya. Secara umum, bunuh diri berasal dari
bahasa Latin “suicidium”, dengan “sui” yang berarti sendiri, dan “cidium”
yang berarti pembunuhan. Schneidman mendefinisikan bunuh diri sebagai
sebuah perilaku pemusnahan secara sadar yang ditujukan pada diri sendiri
oleh seorang individu yang memandang bunuh diri sebagai solusi terbaik dari
sebuah isu. Dia mendeskripsikan bahwa keadaan mental individu yang
cenderung melakukan bunuh diri telah mengalami rasa sakit psikologis dan
perasaan frustasi yang bertahan lama sehingga individu melihat bunuh diri
sebagai satu-satunya penyelesaian untuk masalah yang dihadapi yang bisa
menghentikan rasa sakit yang dirasakan (dalam Maris dkk., 2000).
Menurut Maris (2007) bunuh diri merupakan tindakan yang secara sadar
dilakukan oleh pasien untuk mengakhiri kehidupannya. Tanda dan gejalanya
meliputi sedih, marah, putus asa, tidak berdaya, dan memberikan isyarat
verbal maupun nonverbal.
Dari aliran eksistensial, Baechler mengatakan bahwa bunuh diri mencakup
semua perilaku yang mencari penyelesaian atas suatu masalah eksistensial
dengan melakukan percobaan terhadap hidup subjek (dalam Maris dkk.,
2000).
Menurut Corr, Nabe, dan Corr (2003), agar sebuah kematian bisa disebut
bunuh diri, maka harus disertai adanya intensi untuk mati. Meskipun
demikian, intensi bukanlah hal yang mudah ditentukan, karena intensi sangat
variatif dan bisa mendahului, misalnya untuk mendapatkan perhatian,
membalas dendam, mengakhiri sesuatu yang dipersepsikan sebagai
penderitaan, atau mengakhiri hidup.
Menurut Maris, Berman, Silverman, dan Bongar (2000), bunuh diri
memiliki 4 pengertian, antara lain:
1. Bunuh diri adalah membunuh diri sendiri secara intensional
2. Bunuh diri dilakukan dengan intensi
3. Bunuh diri dilakukan oleh diri sendiri kepada diri sendiri
4. Bunuh diri bisa terjadi secara tidak langsung (aktif) atau tidak langsung
(pasif), misalnya: tidak meminum obat yang sesuai dosis yang
dianjurkan dokter, sengaja berada di rel kereta api, dll.

B. ETIOLOGI BUNUH DIRI


Menurut Dalami (2009:101-102), etiologi bunuh diri digolongkan atas
berbagai unsur, antara lain:
1. Bunuh Diri pada Anak
Penyebabnya: pelarian dari penganiayaan atau pemerkosaan, situasi
keluarga yang kacau, perasaan tidak disayang, selalu dikritik, gagal
sekolah, takut atau dihina di sekolah, kehilangan orang yang dicintai,
dihukum orang lain.
2. Bunuh Diri pada Remaja
Penyebabnya: hubungan interpersonal yang tidak bermakna, sulit
mempertahankan hubungan interpersonal, pelarian dari penganiayaan
fisik atau pemerkosaan, perasaan tidak mengerti orang lain, kehilangan
orang yang dicintai, keadaan fisik, masalah dengan orang tua, masalah
seksual, depresi.
3. Bunuh Diri pada Mahasiswa
Penyebabnya: self ideal yang terlalu tinggi, cemas akan tugas akademik
yang banyak, kegagalan akademi berarti kehilangan penghargaan dan
kasih sayang orang tua, kompetisi untuk sukses.
4. Bunuh Diri pada Usia Lanjut
Penyebabnya: perubahan status dari mandiri ketergantungan penyakit
yang menurunkan kemampuan berfungsi, perasaan tidak berarti di
masyarakat, kesepian dan isolasi social, kehilangan ganda (seperti :
pekerjaan kesehatan pasangan, sumber hidup berkurang. Beberapa faktor
determinan pada perilaku bunuh diri, antara lain: kebudayaan, jenis
kelamin, umur, status social, status perkawinan, gangguan jiwa (Dalami,
2009:102-103).
Mann dari bidang psikiatri mengatakan bahwa penyebab bunuh diri
berada di otak, akibat kurangnya tingkat 5-HIAA, reseptor post-sinapsis,
dan pertanda biologis lainnya (dalam Maris dkk., 2000).
Berikut beberapa faktor penyebab bunuh diri yang didasarkan pada
kasus bunuh diri yang berbeda-beda tetapi memiliki efek interaksi di
antaranya (dalam Maris dkk.,2000; Meichenbaum, 2008):
a. Major-depressive illness, affective disorder.
b. Penyalahgunaan obat-obatan (sebanyak 50% korban percobaan bunuh
memiliki level alkohol dalam darah yang positif).
c. Memiliki pikiran bunuh diri, berbicara dan mempersiapkan bunuh diri.
d. Sejarah percobaan bunuh diri.
e. Sejarah bunuh diri dalam keluarga.
f. Isolasi, hidup sendiri, kehilangan dukungan, penolakan.
g. Hopelessness dan cognitive rigidity.
h. Stresor atau kejadian hidup yang negatif (masalah pekerjaan,
pernikahan, seksual, patologi keluarga, konflik interpersonal,
kehilangan, berhubungan dengan kelompok teman yang suicidal). 
i. Kemarahan, agresi, dan impulsivitas.
j. Rendahnya tingkat 5-HIAA.
k. Key symptoms (anhedonia, impulsivitas, kecemasan / panik, insomnia
global, halusinasi perintah).
l. Suicidality (frekuensi, intensitas, durasi, rencana dan perilaku
persiapan bunuh diri).
m. Akses pada media untuk melukai diri sendiri.
n. Penyakit fisik dan komplikasinya.
o. Repetisi dan komorbid antara faktor-faktor di atas.
C. RENTANG RESPON BERHUBUNGAN DENGAN BUNUH DIRI
Dalam kehidupan, individu selalu menghadapi masalah atau stress.
Respon individu terhadap stressor tergantung pada kemampuan masalah yang
dimiliki serta tingkat stress yang dialami. Individu yang sehat senantiasa
berespon secara adaptif dan jika gagal ia berespon secara maladaptive dengan
menggunakan koping bunuh diri (Dalami, 2009:104).
1. Rentang sehat sakit dapat dipakai untuk mengabarkan respon adaptif
sampai respon maladaptive pada bunuh diri.
2. Respon adaptif menghargai diri.
3. Respon maladaptive menghargai diri.
4. Merusak diri sendiri secara langsung.
5. Berani mengambil resiko dalam mengembangkan diri.

D. MEKANISME KOPING BUNUH DIRI


Mekanisme koping adalah usaha yang diarahkan untuk menanggulangi
stress.Usaha ini dapat berorientasi pada tugas dan meliputi usaha pemecahan
masalah langsung.Dari sudut kedokteran dapat dikemukakan bahwa setidak-
tidaknya orang yang hendak melakukan bunuh diri egoistic atau anomik
berada dalam keadaan patologis.Mereka semua sedang mengalami gagguan
fungsi mental yang bervariasi dari yang ringan sampai yang berat karena itu
perlu ditolong.Pencegahan bunuh diri altruistic boleh dikatakan tidak
mungkin kecuali bila kebudayaan dan norma-norma masyarakat diubah
(Dalami, 2009:104).

E. METODE BUNUH DIRI


Richman menyatakan ada dua fungsi dari metode bunuh diri (dalam
Maris dkk., 2000). Fungsi pertama adalah sebagai sebuah cara untuk
melaksanakan intensi mati. Sedangkan, pada fungsi yang kedua, Richman
percaya bahwa metode memiliki makna khusus atau simbolisasi dari individu.
Secara umum, metode bunuh diri terdiri dari 6 kategori utama yaitu:
1. Obat (memakan padatan, cairan, gas, atau uap)
2. Menggantung diri (mencekik dan menyesakkan nafas)
3. Senjata api dan peledak
4. Menenggelamkan diri
5. Melompat
6. Memotong (menyayat dan menusuk).

F. TANDA DAN GEJALA BUNUH DIRI


1. Sedih
2. Marah
3. Putus asa
4. Tidak berdaya
5. Memberikan isyarat verbal maupun non verbal

G. PENATALAKSANAAN RISIKO BUNUH DIRI


Semua kasus percobaan bunuh diri harus mendapat perhatian sungguh-
sungguh.Pertolongan pertama bisanya dilakukan secara darurat atau dikamar
pertolongan darurat di rumah sakit, dibagian penyakit dalam atau bagian
bedah.Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan,
kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan
medis.Penentuan perawatan tidak bergantung pada factor social, tetapi
berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan
bunuh diri.
Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat dilakukan evaluasi
psikiatri.Tidak ada hubungan beratnya gangguan badanlah dengan gangguan
psikologik.Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga
gangguan mentalnya.Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi
elektrokonvulsi, obat-obat terutama berupa anti depresan dan psikoterapi
(Dalami, 2009:105).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Asuhan keperawatan tingkah laku bunuh diri difokuskan pada pencegahan
bunuh diri. Pencegahan dapat dicapai karena semua individu ambivalen
terhadap hidup dan tidak ada yang 100% ingin meninggal.
Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat
menentukan tingkat risiko dari tingkah laku bunuh diri (Dalami, 2009:105).
Menurut Dalami (2009) ada tiga macam perilaku bunuh diri, antara lain:
1. Isyarat Bunuh Diri
Isyarat bunuh diri ditujukan dengan berperilaku secara tidak langsung
ingin bunuh diri, misalnya dengan mengatakan “segala sesuatu akan lebih
baik tanpa saya”. Pada kondisi ini sudah memiliki ide untuk mengakhiri
hidupny. Namun, tidak disertai dengan ancaman dan percobaan bunuh diri.
Pasien umumnya mengungkapkan perasaan, seperti: rasa bersalah, sedih,
marah, putus asa, dan tidak berdaya. Pasien juga mengungkapkan hal-hal
negatif tentang diri sendiri yang menggambarkan harga diri rendah.
2. Ancaman Bunuh Diri
Ancaman bunuh diri umumnya diucapkan oleh pasien, berisi keinginan
untuk mati disertai dengan rencana untuk mengakhiri kehidupan dan
persiapan alat untuk melaksanakan rencana tersebut. Secara aktif telah
memikirkan rencana bunuh diri. Namun, tidak disertai dengan percobaan
bunuh diri. Walaupun dalam kondisi ini pasien belum pernah mencoba
bunh diri, pengawasan ketat harus dilakukan, kesempatan sedikit saja
dapat dimanfaatkan klien untuk melaksanakan rencana bunuh diri.
3. Percobaan Bunuh Diri
Percobaan bunuh diri adalah tindakan pasien mencederai atau melukai diri
untuk menyakiti hidupnya. Pada kondisi ini pasien aktif mencoba bunuh
diri dengan cara gantung diri, minum racun, memotong urat nadi, atau
menjatuhkan diri dari tempat yang tinggi (Dalami, 2009:110-111).
Faktor-Faktor dalam Pengkajian Pasien Destruktif Diri
1. Pengkajian Lingkungan Upaya Bunuh Diri
a. Presipitasi peristiwa kehidupan yang menghina/menyakitkan.
b. Tindakan persiapan-metoda yang dibutuhkan, mengatur
rencana, membicarakan tentang bunh diri, memberikan milik
berharga sebagai hadiah, catatan untuk bunuh diri.
c. Pengguanaan cara kekerasan atau obat/racun yang lebih
mematikan.
d. Pemahaman letalitas dari metode yang dipilih.
e. Kewaspadaan yang dilakukan agar tidak diketahui.
2. Petunjuk Gejala
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap diri sendiri, perasaan gagal dan tidak berharga
c. Alam perasaan depresi
d. Agitasi dan gelisah
e. Insomnia yang menetap
f. Penurunan berat badan
g. Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan
sosial.
3. Penyakit Psikiatrik
a. Upata bunuh diri sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan/atau penyalahgunaan obat
d. Kelainan tindakan dan depresi pada remaja
e. Demensia dini dan status kekacauan mental pada lansia
f. Kombinasi dari kondisi di atas
4. Riwayat Psikososial
a. Baru berpisah, bercerai, atau kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja, perubahan atau kehilangan pekerjaan yang baru
dialami
d. Stress kehidupan multiple (pindah, kehilangan, putus
hubungan yang berarti, masalah sekolah, ancaman terhadap
krisis disiplin)
e. Penyakit medic kronik
f. Minum yang berlebihan dan penyalahgunaan zat
5. Faktor-Faktor Kepribadian
a. Impulsive, agresif, rasa bermusuhan
b. Kekakuan kognitif dan negative
c. Keputusasaan
d. Harga diri rendah
e. Batasan atau gangguan kepribadian antisosial
6. Riwayat Keluarga
a. Riwayat keluarga berperilaku bunuh diri
b. Riwayat keluarga gangguan afektif, alkoholisme, atau
keduannya

B. POHON MASALAH

Resiko Bunuh diri

Resiko Mencederai diri,


Orang lain, lingkungan.

Perilaku kekerasan

Halusinasi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

C. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Menurut NANDA 2018, diagnosa yang berhubungan dengan:
1. Respons Perlindungan Diri
a. Penyesuaian, kerusakan
b. Ansietas
c. Gangguan citra tubuh
d. Koping komunitas, inefektif
e. Koping, keluarga inefektif, perlemahan
f. Koping, individu inefektif
g. Menyangkal, inefektif
h. Deficit volume cairan, risiko terhadap
i. Kesepian, risiko terhadap
2. Ketidakpatuhan
a. Nutrisi, perubahan: kurang dari kebutuhan tubuh
b. Nutrisi, perubahan: lebih dari kebutuhan tubuh
c. Gangguan harga diri
3. Mutilasi diri, risiko terhadap
a. Distress spiritual
4. Amuk, risiko terhadap: diarahkan-pada diri

D. RENCANA KEPERAWATAN
Respon Protektif-Diri Maladaptif
Diagnosis keperawatan: potensial untuk melakukan tindak kekerasan terhadap
diri sendiri. Hasil yang diharapkan: pasien tidak akan membahayakan dirinya
sendiri secara fisik.

Tujuan jangka-pendek Intervensi Rasional


Pasien tidak akan      Observasi dengan ketat       Prioritas tertinggi
melakukan aktivitas yang diberikan pada aktivitas
     Pindahkan benda yang
mencederakan dirinya. penyelamatan hidup pasien.
berbahaya
      Perilaku pasien harus
     Siapkan lingkungan yang
diawasi sampai kendali diri
aman
     Berikan kebutuhan memadai untuk keamanan.
fisiologik dasar

     Kontrak untuk keamanan


jika tepat

     Pantau pengobatan
Pasien akan     Identifikasi kekuatan-      Perilaku destruktif-
mengidentifikasi aspek- kekuatan pasien dirimencerminkan depresi
aspek positif yang ada     Ajak pasien untuk berperan yang mendasar dan terkait
pada dirinya. serta dalam aktivitas yang dengan harga diri rendah serta
disukai dan dapat kemarahan terhadap diri
dilakukannya sendiri.
     Dukung keberhasilan diri
dan keinginan untuk berhias
     Tingkatkan hubungan
interpersonal yang sehat
Pasien akan     Permudah kesadaran,      Mekanisme koping
mengimplementasikan penamaan dan ekspresi maladaptive harus diganti
dua respons protektif diri perasaan dengan yang sehat untuk
yang adaptif.      Bantu pasien mengenal mengatasi stress dan ansietas.
mekanisme koping yang tidak
sehat
     Identifikasi alternative cara
koping
     Beri imbalan untuk perilaku
koping yang sehat
Pasien akan     Bantu orang terdekat untuk      Isolasi social
mengidentifikasi dua berkomunikasi secara menyebabkab harga diri
sumber dukungan social konstruktif dengan pasien rendah dan depresi,
yang bermanfaat.      Tingkatkan hubungan mencetuskan perilaku
keluarga yang sehat destruktif terhadap diri
     Identifikasi sumber sendiri.
komunitas yang relevan
     Prakarsai rujukan untuk
menggunakan sumber
komunitas
Pasien akan mampu     Libatkan pasien dan orang      Pemahaman dan peran
menguraikan rencana terdekat dalam perencanaan serta dalam perencanaan
pengobatan dan asuhan pelayanan kesehatan
rasionalnya.      Jelaskan karakteristik dari meningkatkan kepatuhan.
kebutuhan pelayanan
kesehatan yang telah
diidentifikasi, diagnosis
medic, dan rekomendasi
tindakan dan medikasi
     Dapatkan respons terhadap
rencana asuhan keperawatan
     Modifikasi rencana
berdasarkan umpan balik
pasien

DAFTAR PUSTAKA
Dalami, E. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa dengan Masalah Psikososial.
Jakarta: TIM

Maris, R et all. 2007. Comprehensive Textbook of suicidology, Guilford Press


Carpenito, Belmont.

Stuart, G. W. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai