Anda di halaman 1dari 3

Psikologi Sosial

Perkuliahan ke : XI

Hari/tanggal : 16 Januari 2021

Agresi (.......lanjutan)

Hal yang perlu diingat bahwa,kondisi sesaat yang merupakan perwujudan dari afeksi,kognisi
dan keterangsangan memberikan kesempatan bagi individu untuk memutuskan melakukan tindakan
agresi atau tidak.Kemudian perwujudan dari setiap keputusan berbeda penerapannya dalam
interaksi sosial.Dan ini merupakan bagian yang penting.Kesalahan dalam mengambil keputusan akan
menimbulkan aksi yang dapat memicu siklus dari agresi yang berkepanjangan.

KDRT (Kekerasan dalam Rumah Tangga)

Pada umumnya istri dan anak-anak menjadi korban KDRT,salah satu contoh KDRT yang
pernah menggemparkan adalah kasus kekerasan terhadap anak laki-laki bernama Ari Hangara.

Anak-anak menjadi rentan terhadap kekerasan karena posisi sosialnya dalam masyarakat.Mereka
amat tergantung pada perlindungan orang tua,tidak heran jika kasus-kasus kekerasan terhadap anak
justru dilakukan oleh kerabat dekatnya.Temuan Freyd dkk (2005 dalam Matlin, 2008).

Kekerasan seksual terhadap anak-anak umumnya dilakukan oleh saudara-saudaranya,tetangga atau


pengasuhnya.Dalam kasus berlatar belakang kemiskinan anak juga menjadi korban,mereka
dieksploatasi untuk menjadi sumber ekonomi keluarga.Karena itu pemerintah membuat berbagai
program bantuan baik aspek hukum,sarana pendidikan (pembebasan uang sekolah),rumah-rumah
singgah untuk anak jalanan dsb. (Fahrurazi,2006).Bahkan di Indonesia telah berdiri Lembaga
Perlindungan anak (Komisi Perlindungan Anak Indonesia /KPAI) dan Komnas Anak.

Sementara itu kekerasan terhadap perempuan,setidaknya dibagi menjadi 3 (tiga) golongan


(Margaret W Matlin,2008) yaitu ; pelecehan seksual,kekerasan seksual dan pemerkosaan (lebih
lanjut lihat Matlin,2008).Kasus kekerasan terhadap perempuan secara masif yang tercatat dalam
sejarah antara lain ; jugun Ianfu (perempuan-perempuan Asia Tenggara termasuk dari Indonesia
yang dikirim untuk menghibur tentara Jepang)Rusia,kasus Bosnia Herzegovina (Leksono,1999
dalam Irianto 1999) dan Kasus Daerah Operasi Militer (DOM) di NAD serta tragedi Mei 1998
(Irianto,1999).

Penelitian-penelitian tentang KDRT di Indonesia menemukan hasil yang memprihatinkan


karena jumlahnya yang tinggi,data terungkap dari berbagai institusi seperti, Pengadilan
Negeri,Pengadilan Agama,Ruang Pelayanan Khusus Kepolisian,rumah sakit dan Kejaksaan Tinggi
(Yayasan Mitra Inti,2005).

Secara khusus dampak kekerasan pada istri telah diteliti lebih lanjut Suminar 2004) yang
melakukan penelitiannya terhadap enam orang istri korban KDRT menemukan beberapa aspek dan
bentuk KDRT, yaitu aspek fisik,psikologi,sosial,dan ekonomi.

Pertama, aspek fisik,para istri memar,gatal-gatal,kulit panas,terjadi perubahan siklus haid,dan


enggan melakukan hubungan intim.

Aspek psikologis berupa berupa perasaan ketakutan,muncul gejala depresi (harga diri
rendah),mereka tidak berdaya dan kehilangan harapan untuk mempertahankan
pernikahannya,penurunan nafsu makan,kurang tidur,sedih,menurunnya gairah untuk menjalani
kehidupan sehari-hari,putus asa dan bahkan muncul keinginan untuk mengakhiri hidup.
Aspek sosial,timbul perasaan malu terhadap orang lain dan terbatasnya interaksi dengan
orang lain

Keempat,aspek ekonomi,adalah korban harus mengeluarkan biaya untuk pengobatan fisik


dan kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup dikarenakan suami jarang memberikan nafkah.Tak
jarang korban harus meminta bantuan ekonomi dari keluarga khususnya orang tua.

Menariknya hasil penelitian Suminar didukung oleh temuan Gomes (2004) yang meneliti para
pelaku KDRT,yakni para suami,ternyata para suami memang membuat istri tak berdaya dalam
banyak kehidupan.

Untuk melindungi para korban KDRT khususnya perempuan,perlu dibuat perangkat


perlindungan yang jelas; tak hanya sekedar jelas,tetapi diterapkan dalam kerangka pikir hukum dan
kebudayaan (Irianto,1999,Ribka,1996) Hal ini dapat dilihat dengan lemahnya posisi hukum jika
sebatas pada kekerasan itu sendiri tanpa memperhatikan kondisi perempuan atau anak sebagai
korban.

Mengatasi Agresi

Dari pembahasan tentang Agresi ini,terlihat betapa rumitnya faktor-faktor


penyebabnya.Akan tetapi sebagai manusia,peluang untuk mengendalikan agresi tetaplah ada.Hal ini
mungkin karena manusia mamiliki fungsi-fungsi kognisi yang lebih baik dari khewan ( yang ternyata
dalam batas-batas tertentu juga bisa mengendalikan agresivitasnya).

Beberapa cara mengatasi Agresi aantara lain :

 Pengamatan Tingkah Laku yang Baik

Karena sudah jelas pengaruh media Televisi terhadap kekerasan,melalui tayangan-tayangan


kekerasan,maka acara televisi harus lebih banyak memberikan gambaran kegiatan
nonagresi.Seperti acara-acara yang bisa memotivasi semangat menolong.

 Hukuman

Sejarah manusia mencatat lebih banyak menerapkan hukuman sebagai cara penanganan atas
agresivitas.Hal ini bisa dilihat mulai dari agresivitas yang dilakukan individu hingga yang
dilakukan institusi atau bahkan negara.Para individu,para pelaku kekerasan seperti pemerkosa
dan pembunuh akan dihukum penjara atau hukuman mati.Negara agresor,seperti Jepang saat
menganeksasi Cina tahun 1930 an diberi sanksi oleh Liga Bangsa-bangsa,namun tetap saja
agresivitas muncul.Hal yang paling penting dalam penggunaan hukuman adalah hukuman harus
jelas dan sesegera mungkin mengikuti agresivitas yang dilakukan,kedua hukuman harus sangat
keras sehingga mampu meniadakan kemungkinan pengulangan oleh pelaku.

 Katarsis

Seseorang perlu mereduksi dorongan agresinya,ibarat ketel uap yang sangat panas,maka
diperlukan saluran untuk mendinginkan ketel tadi.

Freud menyebutnya sebagai ‘katarsis’ (Taylor,Peplau, dan Sears,2009) juga disebut sebagai
‘hipotesis katarsis’ (Dollard,dkk,1939 dalam Baron and Byrne,1994),yakni upaya untuk
menurunkan rasa marah dan kebenciannya dengan cara yang lebih aman sehingga mengurangi
bentuk agresivitas yang sekiranya akan muncul.
Umumnya katarsis berupa kegiatan phisik yang menguras tenaga ; ketika phisik lelah
diperkirakan tingkah laku agresif akan turun.

Beberapa aktivitas itu antara lain,olah raga atau menonton film-film laga.Hal yang menarik
adalah munculnya pesimisme atas langkah ini.Hal itu disebabkan karena walaupun katarsis
menurunkan rasa marah,agresivitas bisa muncul lagi ketika seseorang kembali terprovokasi
(Taylor,Peplau,dan Sears,2009).

 Kognitif

Bisa dibayangkan ketika seseorang berbuat kesalahan pada orang lain,maka tak ayal lagi orang
yang dizalimi tadi ternyata memaafkan si pembuat kesalahan ? hal ini menjadi mungkin ketika
kognisi orang yang dizalimi tadi diisi dengan informasi tentang perlunya memaafkan orang yang
menzalimi,memaafkan tentunya dengan rasa tulus dan ikhlas bahwa ‘dirinya tidak merugi’.Hal
ini bisa mengurangi agresivitas,setidaknya agresivitas yang tampak.

Anda mungkin juga menyukai