Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH MANUSIA SEBAGAI

MAHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL &


MANUSIA SEBAGAI MAHLUK
PERADABAN

OLEH :

NATALIA BARASA

TAHUN AJARAN 2020/2021

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas pemeliharaannyalah sehingga sampai hari ini kita semua masih tetap berada
dalam keadaan sehat. Lebih dari itu, rasa syukur juga kami panjatkan karena dalam
keadaan terbatas kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah
ini diucapkan terima kasih.
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan,
namun kiranya dapat dimaklumi dan mendapat kritik dan saran yang dapat
membangun untuk selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

                                                                             Pematangsiantar, 03-02-2021

2
BAB I

PENDAHULUAN

Manusia dalam kehidupannya tidaklah bergantung pada diri sendiri. Setiap


tindakan yang akan di lakukan seorang manusia, pasti berhubungan dan
membutuhkan orang lain. manusia selain disebut sebagai makhluk individu, manusia
juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia dengan kodratnya sebagai makhluk
sosial, manusia tidak dapat hidup seorang diri. Manusia memiliki kebutuhan untuk
berinteraksi dengan manusia lainnya.

Manusia tidak akan bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya sendiri,


melainkan manusia butuh tenaga dari orang lain untuk memenuhi kebutuhan sehari-
harinya. Kita tidak bisa melakukan sesuatu seenaknya sendiri, karena di sekitar kita
juga ada orang lain yang pasti berhubungan dengan kita. Sering kita lihat dan kita
alami, bagaimana sulitnya kita menjalani hidup tanpa orang lain yang menemani,
anggap saja jika seseorang dikucilkan, maka ia akan terpuruk sendiri menyelesaikan
masalahnya tanpa ada yang membantu. Kemudian dapat berujung pada terganggunya
emosi dan psikisnya. Karena itu, betapa pentingnya peran orang lain di sekitar kita,
baik untuk fisik, rohani maupun psikis kita.

  Manusia, masyarakat,  kebudayaan, dan peradapan merupakan satu kesatuan


yang tidak dapat dipisahkan. Setiap kumpulan manusia atau biasa disebut masyarakat
pasti mempunyai kebudayaan dan peradaban sendiri yang membedakan dengan
perkumpulan orang yang lain.  
            Pada masa sekarang ini istilah kebudayaan dan peradaban tidak mempunyai
perbedaan atau batasan yang jelas. “Adab” adalah kata asal dari “peradaban” yang
artinya akhlak, kesopanan, moral, dan kehalusan budi, budi luhur, manusia beradap
yaitu manusia yang memiliki akhlak yang mulia yang berbudi pekerti luhur, memiliki
moral yang tinggi dan kebalikannya adalah manusia yang “biadab”. Manusia yang
tidak bermoral, kejam keji berperilaku kasar dan tidak berbudi pekerti, jahat.
“beradab” adalah merupakan konsep-konsep norma-norma tertentu berupa perilaku
wajar, diterima oleg masyarakat luas, yang dibutuhkan tata kehidupan yang aman
tentram dan damai.
Pemaksaan norma kepada bangsa lain, yang akhirnya berangsur-angsur
berubah, meskipun pemaksaan semacam ini masih tetap ada tetapi sangat kecil dan
halus. Beberapa pendapat tentang pengertian peradaban antara lain:
Menurut Huntington melihat peradaban (civilization) sebagai the highest
social grouping of people and the broades level of cultural identity people have short
of that distinguish humans from other species.

3
Ibnu Khaldun melihat peradaban (umran) sebagai organisasi social manusia,
kelanjutan dari proses tamaddun (semacam orbanisasi), lewat ashabiyah (group
feeling, espritde corp), peradaban di sini didefisinikan sebagai keseluruhan
kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi negara, ras, suku
atau agama, yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik dengan
sendirinya.
Peradaban menurut fairchild adalah perkembangan kebudayaan yang telah
mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan
yang telah mencapai tingkat tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan
sebagai beradab atau mencapai peradaban yang tinggi.
Peradaban (civilization), istilah yang digunakan para sejarawan, ahli antropologi dan
ilmuan social lainnya, tetapi tidak mempunyai satu pengertian menentu.
            Pengertian yang umum biasa dipakai yaitu bahwa peradaban merupakan
tahap-an tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang  telah mencapai
kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologidan seni
yang telah maju. suatu masyarakat yang telah mencapai tahapan peradaban tertentu,
berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai pada
tahapan tertentu yang diakui tingkat iptek dan unsur-unsur budaya lainnya. Dengan
demikian, masyarakat tersebut dapat dikatakan telah mengalami proses perubahan
sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Atau dengan kata
lain telah memasuki tahapan atau tingkatan peradaban tertentu.

4
BAB II

PEMBAHASAN

1. Manusia sebagai Makhluk Individu dan sebagai Anggota Masyarakat

a. Manusia sebagai Makhluk Individu

Dalam bahasa Latin individu berasal dari kata individuum, artinya tak terbagi.
Dalam bahasa Inggris Individu berasal dari kata in dan divided. Kata in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu
artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Namun individu bukan berarti manusia
sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan (Setiadi dkk, 2008).

Individu adalah manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia “perseorangan” atau “orang seorang” yang memiliki keunikan. Setiap
manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis
sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka tidak ada yang
memiliki ciri fisik dan psikis yang persis sama. Setiap anggota fisik manusia tidak
ada yang persis sama, meskipun sama-sama terlahir sebagai manusia kembar (Setiadi
dkk, 2008).

Setiap manusia memiliki ciri khas yang berbeda. Baik itu ciri fisik maupun
ciri psikisnya. Tidak mungkin seorang manusia memiliki ciri khas yang sama persis
dengan orang lain. bahkan seseorang yang di katakan kembar identik pun pasti
memiliki ciri khas yang berbeda, misal dari sidik jarinya. Keunikan dan ciri khas
masing-masing orang itulah yang dijadikan faktor pembeda antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain.

Walaupun secara umum manusia itu memiliki perangkat fisik yang sama,
tetapi kalau perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat
perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu terletak pada bentuk, ukuran, sifat, dan lain-
lainnya. Kita dapat membedakan seseorang dari orang lainnya berdasarkan
perbedaan-perbedaan yang ada, baik pada perbedaan fisik maupun psikis. Begitu pula
dalam kumpulan atau kerumunan ribuan atau jutaan manusia, kita tetap dapat
mengenali seseorang yang sudah kita kenal karena memiliki ciri fisik yang sudah kita
kenal. Seperti di tengah-tengah pasar yang penuh orang atau di lapangan di mana
berkumpul ribuan orang, kita akan dapat mengenali orang yang sudah kita kenal.
Sebaliknya, bila hal terjadi pada kumpulan atau kerumunan hewan atau binatang, sulit

5
bagi kita untuk mengenali satu hewan di tengah ribuan hewan yang sejenis (Suratman
dkk, 2013).

Ciri-ciri seseorang tidak hanya bisa dilihat melalui fisiknya saja, tetapi juga
dapat dilihat dari sifatnya dan karakter seseorang tersebut. Jika dilihat dari fisiknya,
seseorang dapat dibedakan menjadi orang yang gemuk, orang yang kurus, tinggi,
langsing, pendek, mancung, tidak mancung, bermata sipit, bermata bundar, berkulit
putih, hitam atau berkulit sawo matang. Jika dilihat dari sifatnya, seseorang dapat
dibedakan menjadi orang yang penyabar, pendiam, cerewet, sombong, pemalas, rajin
dan lainnya.

b. Manusia sebagai Anggota Masyarakat

Manusia saat dilahirkan seorang diri, tetapi manusia akhirnya harus


bermasyarakat. Manusia tidak sama seperti makhluk lainnya, misalnya hewan.
Hewan tidak membutuhkan pertolongan hewan lainnya untuk dapat hidup. Sejak
hewan masih kecil, ia sudah dapat mencari makanannya sendiri. Ia sudah dapat
berjalan sendiri, dan pergi kemanapun. Karena hewan dibekali naluri kehewanannya
dan alat-alat fisik yang dapat menunjang kemandiriannya untuk dapat memenuhi
kebutuhannya sendiri.

Tetapi manusia tidak demikian, saat manusia masih baru dilahirkan, ia tidak
dapat melakukan aktivitasnya seorang diri. Ia tidak dapat langsung berjalan sendiri
dan mencari makanannya sendiri. Harus ada peran orang lain yang membantunya
beraktivitas dan mencarikan makanan untuknya. Manusia tidak dibekali dengan alat-
alat fisik seperti pada hewan. Tetapi manusia dibekali fikiran dan akal yang jauh lebih
sempurna dibandingkan hewan. Dengan akal fikiran manusia bisa memanfaatkannya
untuk mencari alat-alat yang diperlukan untuk memenuhi kehidupannya. Jadi dengan
akal yang dimilikinya, manusia dapat menciptakan alat-alat yang suatu saat dapat
digunakan untuk kepentingan atau kelangsungan hidupnya.

Dalam kehidupan sehari-harinya, manusia tidak terlepas dari pengaruh orang


lain. dalam mencukupi kebutuhannya manusia membutuhkan orang lain. Dalam
lingkungan sosialnya misalnya dalam pergaulannya, manusia membutuhkan orang
lain. Dari sejak manusia terlahir ke muka bumi, manusia membutuhkan peran orang
lain. Seperti saat seorang wanita yang hendak melahirkan, ia butuh dokter atau bidan
untuk keperluan kelahirannya. Saat sang bayi telah terlahir, ia membutuhkan ibunya
untuk memberikannya makanan berupa ASI. Seseorang yang ingin mencari makanan
juga membutuhkan orang lain, seperti para pedagang. Para pedagang juga
membutuhkan orang lain untuk mencarikan bahan dagangannya, misalnya saja petani,
nelayan atau peternak. Semuanya saling berhubungan dan saling ketergantungan satu

6
dengan yang lain. Maka seseorang tentu tidak bisa melaksanakan aktivitasnya secara
total hanya seorang diri, melainkan membutuhkan tenaga orang lain.

Sebagai anggota masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain, dan oleh
karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain. perilaku manusia
dipengaruhi orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya,
seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat
respons positif dari orang lain (pujian) (Suratman dkk, 2013).

Karena manusia adalah makhluk sosial, mereka berinteraksi dengan yang


lain. tetapi tidak selamanya interaksi itu berjalan dengan baik, terkadang
menimbulkan hal-hal lain yang negatif. Dalam hubungan antar anggota dan kelompok
masyarakat, kita sering dihadapkan dengan perbedaan-perbedaan. Misalnya, orang
Jawa memiliki kebiasaan dan sifat-sifat yang khas, orang Sunda, Batak, Ambon,
Padang dan yang lainnya juga begitu. Terkadang ada sikap negatif yang diperlihatkan
oleh satu kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat lainnya. Sikap khas
yang sering ditampilkan itu disebut prasangka (Setiadi dkk, 2008).

Prasangka merupakan suatu istilah yang mempunyai berbagai makna. Namun


dalam kaitannya dengan hubungan antar kelompok, istilah ini mengacu pada sikap
permusuhan yang ditujukan terhadap suatu kelompok tertentu atas dasar dugaan
bahwa kelompok tersebut mempunyai ciri-ciri yang tidak menyenangkan. Sikap ini
dinamakan prasangka, sebab dugaan yang dianut orang yang berprasangka tidak
didasarkan pada pengetahuan, pengalaman ataupun bukti-bukti yang cukup memadai.
Orang yang berprasangka bersifat tidak rasional dan berada di bawah sadar sehingga
sukar diubah, meskipun orang yang berprasangka tersebut diberi penyuluhan,
pendidikan atau bukti-bukti yang menyangkal kebenaran prasangka yang dianut
(Suratman dkk, 2013).

2. Hakekat Masyarakat dan Makna Manusia sebagai Makhluk Sosial

Dalam bahasa Inggris kata masyarakat disebut society, asal katanya socius
yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu syirk,
artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan
hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh
unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan
(Soelaeman, 1989).

Dalam masyarakat manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Mereka hidup


berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi itulah manusia harusnya memiliki

7
suatu etika hidup bermasyarakat. Etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Nilai erat hubungannya dengan masyarakat, baik dalam bidang etika
yang mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai
makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai suatu yang objektif, apabila ia
memandang nilai itu ada tanpa ada yang menilainya, tetapi ada sebagian sesuatu yang
ada dan menuntun manusia dan kehidupannya. Jadi nilai memang tidak akan ada dan
tidak akan hadir tanpa hadirnya penilaian. Oleh karena itu nilai melekat dengan
subjek penilaian (Hartomo, 1997).

Unsur masyarakat yang melekat adalah kebudayaan. Dimana budaya yang


timbul dalam masyarakat dapat berupa tradisi, nilai, norma, upacara-upacara yang
sudah melekat dalam interaksi sosial warga masyarakat. Manusia sejak ia lahir selalu
terikat dengan masyarakat. Masyarakat di sini dapat dihitung dari konteks masalah
lingkungan. Sejak lahir manusia akan selalu berkaitan dengan lingkungan sekitarnya.
Setiap masyarakat akan menerima pengaruh dari lingkungan sosial yang disebut
masyarakat.

Penyebab manusia hidup bermasyarakat dan berinteraksi dengan orang lain


yaitu karena seseorang harus bergaul dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan itu
dapat terwujud manakala seorang individu berbicara, berinteraksi dan saling
berhubungan dengan masyarakat lain agar terciptanya lingkungan sosial atau interaksi
sosial dalam masyarakat.

Interaksi adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling


mempengaruhi dalam pikiran dan tindakan. Seperti kita ketahui, bahwa manusia
dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan satu dengan yang lain.
Unsur saling memerlukan muncul karena setiap manusia sebagai anggota masyarakat
tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhannya tanpa bantuan anggota lainnya. Jadi
ada saling ketergantungan untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikologisnya. Dan
disinilah sesungguhnya makna manusia sebagai makhluk sosial (Suratman dkk,
2013).

Faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial yaitu:

a) Faktor imitasi (peniruan)

Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain
melalui sikap, penampilan, gaya hidup atau apa saja yang dimiliki oleh orang lain
tersebut. Misalnya seorang anak meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya, baik cara
berbicara atau tutur kata, cara berjalan, cara berpakaian dan sebagainya. Proses
imitasi yang dilakukan oleh seseorang berkembang dari lingkup keluarga kepada
lingkup lingkungan yang lebih luas, seperti lingkungan tetangga, lingkungan sekolah

8
dan lingkungan kerja, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pergaulan
orang tersebut. ruang lingkup imitasi menjadi semakin luas seiring dengan
berkembangnya media massa terutama media audio-visual (Herimanto, 2011).

Proses imitasi dapat berlangsung terhadap hal-hal yang positif maupun


negatif, maka pengaruhnya terhadap interaksi sosial juga dapat positif maupun
negatif. Apabila imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang positif
maka akan menghasilkan interaksi sosial yang berlangsung dalam keteraturan,
sebaliknya apabila imitasi berlangsung terhadap cara-cara atau hal-hal yang negatif,
maka akan berperan besar terhadap munculnya proses-proses interaksi sosial yang
negatif (Herimanto, 2011).

b) Identifikasi (menyamakan ciri)

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok


orang untuk menjadi sama (identik) dengan seseorang atau sekelompok orang lain.
Identifikasi dapat dinyatakan sebagai proses yang lebih dalam atau lebih lanjut dari
imitasi. Apabila pada imitasi orang hanya meniru cara yang dilakukan oleh orang
lain, maka dalam identifikasi ini orang tidak hanya meniru tetapi mengidentikkan
dirinya dengan orang lain tersebut. dalam identifikasi yang terjadi tidak sekedar
peniruan pola atau cara, namun melibatkan proses kejiwaan yang dalam (Herimanto,
2011).

c) Sugesti (diterimanya suatu sikap atau tindakan secara emosional)

Sugesti adalah rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan oleh


seseorang kepada individu lain sehingga orang yang dipengaruhi tersebut menerima
pengaruh tersebut secara emosional, tanpa berfikir lagi secara kritis dan rasional.
Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada
individu ataupun kelompok terhadap kelompok. Wujud sugesti dapat bermacam-
macam, dapat berupa tindakan, sikap perilaku, pendapat, saran dan pemikiran
(Herimanto, 2011).

d). Simpati (kemampuan merasakan diri dalam keadaan orang lain)

Simpati adalah suatu proses ketika seorang individu atau sekelompok individu
tertarik kepada (merasakan diri) dalam keadaan orang atau kelompok orang lain
sedemikian rupa sehingga menyentuh jiwa dan perasaannya. Dinyatakan sedemikian
rupa karena dapat terjadi bagi jiwa dan perasaan orang lain, keadaan tersebut biasa-
biasa saja, artinya tidak menimbulkan simpati. Karena merupakan proses kejiwaan,
berlangsungnya tidak selalu mudah dipahami secara rasional (Herimanto, 2011).

3. Fungsi dan Tugas Manusia sebagai Makhluk Sosial

9
Manusia tidak hanya memiliki ciri khas, peranan khas tetapi juga memiliki
pola tingkah laku yang spesifik baik di lingkungan masyarakat atau di lingkungan
keluarga. Keluarga adalah wadah dimana seorang individu mempunyai suatu
hubungan sosial di dalamnya. Keluarga tersebut terdiri dari seorang suami, seorang
istri dan anak-anak mereka. Keluarga merupakan lembaga pertama yang menjadi
wadah utama dalam pembinaan seorang individu. Dimana pola perilaku seorang
individu akan tercermin dari perlakuan seorang individu bagaimana diperlakukan di
dalam keluarganya.

Menurut William J Goode (1983) dalam Munandar Soelaeman, secara umum


fungsi keluarga meliputi pengaturan seksual, reproduksi, sosialisasi, pemeliharaan,
penempatan anak dalam masyarakat, pemuas kebutuhan perseorangan dan sebagai
kontrol sosial (Soelaeman, 1989).

a) Pengaturan Seksual

Seperti yang dapat diketahui, kita dapat membayangkan bagaimana seorang


anak yang lahir ke dunia ini tanpa seorang ayah, maksudnya disini tanpa seorang
ayah yang sah. Tentu saja anak tersebut akan dipertanyakan dan pengalaman
sosialisasinya tidak lengkap. Maka dari itu, di dalam masyarakat tidak dibenarkan
adanya kelahiran di luar nikah. Oleh karena itu, maka akan menambah kerumitan
dalam masyarakat jika tidak ada pengaturan seksual yang berlaku.

b) Reproduksi

berkembangnya teknologi kedokteran, selain memberikan dampak positif bagi


program keluarga berencana, dapat pula menimbulkan masalah terpisahnya kepuasan
seksual dengan pembiakan. Pandangan terhadap jumlah punya anak bermacam-
macam, ada yang mengharapkan untuk jaminan bagi orang tua di masa depan, ada
yang bermotivasi agama, ada alasan kesehatan dan sebagainya. Yang jelas, di suatu
negara, bila alat kontraseptif mudah diperoleh dan banyak digunakan, ada
keengganan untuk mempunyai anak, dan angka senggama sebelum pernikahan
menjadi meningkat (Suratman dkk, 2013).

c) Sosialisasi

Masyarakat dan kebudayaan bergantung pada efektifnya sosialisasi di


dalamnya, bagaimana seorang anak mempelajari sikap dan tingkah lakunya,
bergantung juga pada kebudayaan di dalam keluarganya. Di dalam hubungan
sosialisasi anak dengan keluarganya, dari situlah anak memperoleh landasan untuk
membentuk kepribadian dan sikap serta perilaku sang anak tersebut. dan itu semua
juga berhubungan dengan kebudayaan yang di anut dan di lestarikan dalam suatu
keluarga dan masyarakat tersebut.

10
d) Pemeliharaan

seorang wanita yang sedang hamil butuh perhatian, perlindungan dan


pemeliharaan dalam rangka menjaga kondisinya agar siap untuk melahirkan seorang
anak ke dunia. Begitu pula seorang anak yang telah lahir, ia membutuhkan kasih
sayang dan pemeliharaan dari orang tuanya. Tanpa pemeliharaan dari orang tuanya,
maka anak tidak akan dapat tumbuh sendiri. Manusia berbeda dari hewan yang dapat
berdiri dan langsung mencari makanannya sendiri sejak ia baru di lahirkan. Manusia
butuh orang lain dalam pemenuhan kebutuhan dan kelangsungan hidupnya. Maka
tahap demi tahap manusia baru dapat berjalan dan akhirnya dewasa, dan itu pula tidak
lepas dari peran orang lain di sekitarnya.

e) Penempatan Anak di dalam Masyarakat

Dengan menentukan penempatan sosial seorang anak, pengaturan wewenang


membantu menentukan kewajiban peranan orang-orang dewasa terhadap sang anak.
Penempatan sosial ditetapkan oleh masyarakat atas dasar keanggotaan keluarga
melalui pemberian orientasi hubungan seperti orang tua, saudara kandung, dan
kerabat. Berikutnya penempatan sosial melalui orientasi individu pada kelompok lain
yang secara sosial telah mapan, seperti hubungan nasional, etnik, agama, organisasi
masyarakat, kelas dan sebagainya (Suratman dkk, 2013).

f) Pemuas Kebutuhan Perseorangan

Sebuah keluarga belum lengkap jika belum mempunyai seorang anak. Anak
menjadikan hubungan suami istri dalam suatu keluarga menjadi lebih erat dengan
cinta kasih yang di bawa oleh sang anak. Bagaimana anak dilahirkan tanpa seorang
ayah yang sah, maka anak tersebut akan mengalami penderitaan yang seharusnya
tidak pantas ia yang merasakan. Seorang anak juga dapat memberikan kepuasan
emosional di antara kedua orang tuanya. Kasih sayang kedua orang tua juga dapat
memberikan kepuasan emosional dalam diri sang anak.

g) Kontrol Sosial

Keluarga menjadi wadah utama dalam pembentukan karakter seorang anak,


bagaimana ia akan bersikap dan berperilaku di luar lingkungan keluarganya. Maka
kontrol sosial keluarga dalam arti seorang ayah dan seorang ibu sangat berpengaruh
pada anak-anaknya. Anak-anak akan menjadi generasi penerus pada masa yang akan
datang. Maka orang tua yang tidak bisa memenuhi tanggung jawabnya dalam
mendidik anaknya, maka anak tersebut tidak akan berperilaku dengan baik, karena
keluarga sebagai suatu wadah pendidikan pertama dalam membentuk karakter anak
dalam pergaulannya nanti di lingkungan masyarakat.

11
4. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan

Dalam kehidupan masyarakat dikenal adanya struktur sosial, struktur bisa


diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada
pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Struktur sosial yaitu tatanan atau susunan
sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat.

Sistem sosial merupakan kesatuan yang terdiri dari bagian-bagian (elemen


atau komponen), yaitu:

a) Orang dan atau kelompok beserta kegiatannya.

b) Hubungan sosial, termasuk di dalamnya norma-norma, dan nilai-nilai yang


mengatur hubungan antar orang atau kelompok tersebut. sistem sosial tercakup nilai-
nilai dan norma-norma yang merupakan aturan perilaku anggota-anggota masyarakat.
Dalam sistem sosial pada tingkat-tingkat tertentu selalu mempertahankan batas-batas
yang memisahkan dan membedakan dari lingkungannya.

Setiap individu adalah anggota dari suatu kelompok. Tetapi tidak setiap warga
dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok tertentu, ia bisa
menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial. Berkaitan dengan penempatan
individu dalam kelompok sosial, maka individu memiliki kemampuan untuk:

1) Menempatkan diri, dan

2) Ditempatkan oleh orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu.

Penempatan seseorang dalam lapisan sosial ekonomi tertentu merupakan


pembahasan stratifikasi sosial. Dalam kaitannya dengan stratifikasi sosial, dapat
dibagi dalam tiga dimensi, yaitu dimensi kekayaan, dimensi kekuasaan, dan dimensi
prestise. Dimensi kekayaan membentuk formasi sosial yang disebut kelas, dimensi
kekuasaan membentuk partai, dan dimensi prestise membentuk status (Suratman dkk,
2013).

5. Makna Adab dan Peradaban


Istilah peradaban dalam bahasa Inggris disebut Civilization. Istilah
peradaban sering dipakai untuk menunjukkan pendapat dan penilaian kita
terhadap perkembangan kebudayaan. Definisi peradaban
menurut Koentjaraningrat menyatakan bahwa peradaban merupakan bagian
dan unsur kebudayaan yang halus, maju, dan indah seperti misalnya kesenian,
ilmu pengetahuan, adat sopan santun pergaulan, kepandaian menulis,
organisasi kenegaraan, kebudayaan yang mempunyai system teknologi dan
masyarakat kota yang maju dan kompleks.

12
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-
unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya,
maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki
peradaban yang tinggi.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor:
 Pendidikan,
 Kemajuan teknologi dan
 Ilmu pengetahuan.
6. Evolusi Budaya Dan Wujud Peradaban Dalam Kehidupan Sosial Budaya
A. Wujud Peradaban
Orang Barat yang mempunyai peradaban tinggi dengan teknologi canggih
belum tentu kebudayaannya tinggi jika semua itu hanya akan
membinasakan umat manusia.
a.       Nilai berarti mempertimbangkan untuk menentukan apakah sesuatu
itu bermanfaat atau tidak, hasil penilaian disebut nilai (value).
b.      Moral adalah kebiasaan berbuat baik disebut perbuatan moral atau
susila. Moral bersifat kodrati, artinya manusia sejak diciptakan dibekali
dengn sifat-sifat baik, jujur, dan adil.
c.       Norma adalah suatu aturan yang berlaku, bersifat mengikat, norma
diperlukan dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia.
d.      Etika adalah ilmu tentang kebiasaan yang baik berupa perilaku.
e.       Estetika adalah ilmu yang mengkaji tentang sifat estetis suatu objek
dan merupakan bagian dari ilmu filsafat yang menelaah dan membahas
aspek-aspek keindahan sesuatu mengenai rasa, sifat, norma, cara
menanggapi dan cara membandingkannya dengan menggunakan penilaian
perasaan.

B. Evolusi Budaya Dan Tahapan Peradaban


a.      gelombang pertama sebagai tahap peradaban pertanian, dimana
dimulai kehidupan baru dari budaya meramu ke bercocok
tanam. ( revolusi agraris)
b.      gelombang kedua sebagai tahap peradaban industri penemuan mesin
uap, energi listrik, mesin untuk mobil dan pesawat terbang.(revolusi
industri)
c.       gelombang ketiga sebagai tahap peradaban informasi. Penemuan TI
dan komunikasi dengan computer atau alat komunikasi digital.

Evolusi (perubahan) budaya dapat berakibat positif, yaitu memperkaya


nilai-nilai kehidupan yang sudah ada, mendorong kearah kemajuan dan

13
menyejahterakan kehidupan masyarakat. Selain itu, evolusi budaya juga
dapat berakibat negative, yaitu merusak nilai-nilai kehidupan yang sudah
ada, menghambat kemajuan, memperburuk sendi-sendi kehidupan, dan
merugikan masyarakat sehingga terjadi krisis kemasyarakatan.
Perwujudan budaya dapat menekankan pada akal (rasio) saja atau
menekankan pada semua unsur akal, nurani, dan kehendak sebagai satu
kesatuan utuh. Dengan penekanan pada akal, muncul pernyataan ada
peradaban tinggi dan ada peradaban rendah karena diukur dengan tingkat
berpikir manusia.

7. Dinamika Peradaban
1.      Tradisi
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atauagama yang sama. Tradisi
adalah suatu kebiasaan, suatu kepercayaan yang sudah mendarah daging pada
suatu masyarakat, yang jika tidak dilaksanakan akan mengakibatkan suatu
kejelekan.
2.       Modernisasi
Modernisasi berasal dari bahasa latin yaitu modo (cara)
dan ernus (masa kini). Secara harfiah modernisasi berarti proses menuju masa
kini atau proses menuju masyarakat yang modern Modernisasi diartikan
sebagaiperubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang
tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat
yang modern. Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas. Kadang-
kadang batasnya tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Mungkin disuatu
daerah tertentu, modernisasi mencakup pemberantasan buta huruf, namun bisa
berarti berbeda di daerah lain. Dalam kehidupan manusia disadari bahwa
sesuatu yang baik, indah, dan berguna akan menciptakan kesenangan,
kebahagiaan, dan kedamaian bagi semua orang.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah
modern mencakup pengertian sebagai berikut.
a.       Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang
dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh
dan merata.

14
b.      Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya
dalampergaulan hidup dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi
memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :
a.         Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa
ataupun masyarakat.
b.         Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar
mewujudkan birokrasi.
c.         Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang
terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu
d.        Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap
modernisasi dengan cara penggunaan alat-alatkomunikasi massa.
e.         Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin,
sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
f.          Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.

Adapun syarat-syarat dari modernisasi terdiri dari :


1.      Cara berfikir ilmiah.
2.      Sistem administrasi Negara yang baik.
3.      Kedisiplinan yang tinggi.
4.      Mampu menciptakan suasana yang kondusif.

3. Masyarakat Madani
Dalam Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat
sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. nMerujuk pada Bahmueller
(1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1.         Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat  melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2.         Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.
3.         Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4.         Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi masyarakat mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya
menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan

15
mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Perubahan menyebabkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur social yang
ada dalam masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang
tidak sesuai dengan fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Penyebab atau faktor – faktor terjadinya perubahan :
Faktor intern :
a.         Bertambah dan berkurangnya penduduk
b.         Adanya penemuan – penemuan baru
c.         Konflik dalam masyarakat
d.        Pemberontakan dalam masyarakat

Faktor extern :
a.       Faktor alam yang berubah
b.      Pengaruh kebudayaan lain

16
BAB III

PENUTUP

Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial. Di sisi manapun


sebagai makhluk sosial dan makhluk individu, akan ada pengaruh positif maupun
negatifnya. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat melakukan segala
aktivitasnya seorang diri. manusia butuh manusia lain untuk memenuhi kebutuhan
dasarnya.

Sebagai anggota masyarakat, manusia akan berkaitan dengan orang lain.


manusia hidup bersama orang lain. itu berarti manusia tidak dapat melakukan
tindakan sesuka hatinya karena ada orang lain yang menilai perilaku seorang
manusia. Baik buruknya perilaku manusia ditentukan juga dari faktor lingkungan
sosialnya, terutama lingkungan keluarganya. Karena keluarga merupakan dasar
seorang anak bersikap dan berperilaku. Keluarga adalah wadah pertama yang
menanamkan nilai moral seorang anak. Maka sikap dan perilaku seorang anak adalah
cerminan dari bagaimana anak tersebut dibesarkan dalam suatu wadah keluarga untuk
kelangsungan hidupnya di lingkungan masyarakat.

Perkembangan peradaban akan selalu menimbulkan benturan, ini adalah


pandangan dari abang Huntington. Ia menyebutnya sebagai Clash Civilization.
Perkembangan peradaban akan selalu seiring dengan timbulnya benturan-benturan
seperti peradaban barat dan peradaban timur. Manusia dan peradaban adalah hal yang
tidak bisa terpisahkan karena manusia itu memiliki cipta, rasa dan karsa. Cipta, rasa
dan karsa itu akan menimbulkan perkembangan pengetahuan yang berasal dari suatu
budaya. wujud-wujud peradaban: Nilai berarti mempertimbangkan untuk menentukan
apakah sesuatu itu bermanfaat atau tidak, hasil penilaian disebut nilai (value).
Moral adalah kebiasaan berbuat baik disebut perbuatan moral atau susila. Moral
bersifat kodrati, artinya manusia sejak diciptakan dibekali dengn sifat-sifat baik, jujur,
dan adil. Norma adalah suatu aturan yang berlaku, bersifat mengikat, norma
diperlukan dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia. Etika adalah ilmu
tentang kebiasaan yang baik berupa perilaku. Estetika adalah ilmu yang mengkaji

17
tentang sifat estetis suatu objek dan merupakan bagian dari ilmu filsafat yang
menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu mengenai rasa, sifat, norma,
cara menanggapi dan cara membandingkannya dengan menggunakan penilaian
perasaan.

18

Anda mungkin juga menyukai