Natalia Barasa
Natalia Barasa
OLEH :
NATALIA BARASA
KATA PENGANTAR
1
Puji syukur senantiasa kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas pemeliharaannyalah sehingga sampai hari ini kita semua masih tetap berada
dalam keadaan sehat. Lebih dari itu, rasa syukur juga kami panjatkan karena dalam
keadaan terbatas kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kepada semua pihak yang ikut berpartisipasi dalam proses penyusunan makalah
ini diucapkan terima kasih.
Dalam pembuatan makalah ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan,
namun kiranya dapat dimaklumi dan mendapat kritik dan saran yang dapat
membangun untuk selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
Ibnu Khaldun melihat peradaban (umran) sebagai organisasi social manusia,
kelanjutan dari proses tamaddun (semacam orbanisasi), lewat ashabiyah (group
feeling, espritde corp), peradaban di sini didefisinikan sebagai keseluruhan
kompleksitas produk pikiran kelompok manusia yang mengatasi negara, ras, suku
atau agama, yang membedakannya dari yang lain, tetapi tidak monolitik dengan
sendirinya.
Peradaban menurut fairchild adalah perkembangan kebudayaan yang telah
mencapai tingkat tertentu yang diperoleh manusia pendukungnya. Taraf kebudayaan
yang telah mencapai tingkat tertentu tercermin pada pendukungnya yang dikatakan
sebagai beradab atau mencapai peradaban yang tinggi.
Peradaban (civilization), istilah yang digunakan para sejarawan, ahli antropologi dan
ilmuan social lainnya, tetapi tidak mempunyai satu pengertian menentu.
Pengertian yang umum biasa dipakai yaitu bahwa peradaban merupakan
tahap-an tertentu dari kebudayaan masyarakat tertentu pula, yang telah mencapai
kemajuan tertentu yang dicirikan oleh tingkat ilmu pengetahuan, teknologidan seni
yang telah maju. suatu masyarakat yang telah mencapai tahapan peradaban tertentu,
berarti telah mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai pada
tahapan tertentu yang diakui tingkat iptek dan unsur-unsur budaya lainnya. Dengan
demikian, masyarakat tersebut dapat dikatakan telah mengalami proses perubahan
sosial yang berarti, sehingga taraf kehidupannya makin kompleks. Atau dengan kata
lain telah memasuki tahapan atau tingkatan peradaban tertentu.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam bahasa Latin individu berasal dari kata individuum, artinya tak terbagi.
Dalam bahasa Inggris Individu berasal dari kata in dan divided. Kata in salah satunya
mengandung pengertian tidak, sedangkan divided artinya terbagi. Jadi individu
artinya tidak terbagi, atau suatu kesatuan. Namun individu bukan berarti manusia
sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang
terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan (Setiadi dkk, 2008).
Individu adalah manusia yang memiliki kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai
manusia “perseorangan” atau “orang seorang” yang memiliki keunikan. Setiap
manusia memiliki keunikan atau ciri khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis
sama. Dari sekian banyak manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan
tersendiri. Sekalipun orang itu terlahir secara kembar, mereka tidak ada yang
memiliki ciri fisik dan psikis yang persis sama. Setiap anggota fisik manusia tidak
ada yang persis sama, meskipun sama-sama terlahir sebagai manusia kembar (Setiadi
dkk, 2008).
Setiap manusia memiliki ciri khas yang berbeda. Baik itu ciri fisik maupun
ciri psikisnya. Tidak mungkin seorang manusia memiliki ciri khas yang sama persis
dengan orang lain. bahkan seseorang yang di katakan kembar identik pun pasti
memiliki ciri khas yang berbeda, misal dari sidik jarinya. Keunikan dan ciri khas
masing-masing orang itulah yang dijadikan faktor pembeda antara manusia yang satu
dengan manusia yang lain.
Walaupun secara umum manusia itu memiliki perangkat fisik yang sama,
tetapi kalau perhatian kita tujukan pada hal yang lebih detail, maka akan terdapat
perbedaan-perbedaan. Perbedaan itu terletak pada bentuk, ukuran, sifat, dan lain-
lainnya. Kita dapat membedakan seseorang dari orang lainnya berdasarkan
perbedaan-perbedaan yang ada, baik pada perbedaan fisik maupun psikis. Begitu pula
dalam kumpulan atau kerumunan ribuan atau jutaan manusia, kita tetap dapat
mengenali seseorang yang sudah kita kenal karena memiliki ciri fisik yang sudah kita
kenal. Seperti di tengah-tengah pasar yang penuh orang atau di lapangan di mana
berkumpul ribuan orang, kita akan dapat mengenali orang yang sudah kita kenal.
Sebaliknya, bila hal terjadi pada kumpulan atau kerumunan hewan atau binatang, sulit
5
bagi kita untuk mengenali satu hewan di tengah ribuan hewan yang sejenis (Suratman
dkk, 2013).
Ciri-ciri seseorang tidak hanya bisa dilihat melalui fisiknya saja, tetapi juga
dapat dilihat dari sifatnya dan karakter seseorang tersebut. Jika dilihat dari fisiknya,
seseorang dapat dibedakan menjadi orang yang gemuk, orang yang kurus, tinggi,
langsing, pendek, mancung, tidak mancung, bermata sipit, bermata bundar, berkulit
putih, hitam atau berkulit sawo matang. Jika dilihat dari sifatnya, seseorang dapat
dibedakan menjadi orang yang penyabar, pendiam, cerewet, sombong, pemalas, rajin
dan lainnya.
Tetapi manusia tidak demikian, saat manusia masih baru dilahirkan, ia tidak
dapat melakukan aktivitasnya seorang diri. Ia tidak dapat langsung berjalan sendiri
dan mencari makanannya sendiri. Harus ada peran orang lain yang membantunya
beraktivitas dan mencarikan makanan untuknya. Manusia tidak dibekali dengan alat-
alat fisik seperti pada hewan. Tetapi manusia dibekali fikiran dan akal yang jauh lebih
sempurna dibandingkan hewan. Dengan akal fikiran manusia bisa memanfaatkannya
untuk mencari alat-alat yang diperlukan untuk memenuhi kehidupannya. Jadi dengan
akal yang dimilikinya, manusia dapat menciptakan alat-alat yang suatu saat dapat
digunakan untuk kepentingan atau kelangsungan hidupnya.
6
dengan yang lain. Maka seseorang tentu tidak bisa melaksanakan aktivitasnya secara
total hanya seorang diri, melainkan membutuhkan tenaga orang lain.
Sebagai anggota masyarakat, setiap orang akan mengenal orang lain, dan oleh
karena itu perilaku manusia selalu terkait dengan orang lain. perilaku manusia
dipengaruhi orang lain, ia melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya,
seperti tunduk pada aturan, tunduk pada norma masyarakat, dan keinginan mendapat
respons positif dari orang lain (pujian) (Suratman dkk, 2013).
Dalam bahasa Inggris kata masyarakat disebut society, asal katanya socius
yang berarti kawan. Adapun kata masyarakat berasal dari bahasa Arab yaitu syirk,
artinya bergaul. Adanya saling bergaul ini tentu karena ada bentuk-bentuk aturan
hidup yang bukan disebabkan oleh manusia sebagai perseorangan, melainkan oleh
unsur-unsur kekuatan lain dalam lingkungan sosial yang merupakan kesatuan
(Soelaeman, 1989).
7
suatu etika hidup bermasyarakat. Etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-
norma yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya. Nilai erat hubungannya dengan masyarakat, baik dalam bidang etika
yang mengatur kehidupan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai
makhluk yang bernilai akan memaknai nilai sebagai suatu yang objektif, apabila ia
memandang nilai itu ada tanpa ada yang menilainya, tetapi ada sebagian sesuatu yang
ada dan menuntun manusia dan kehidupannya. Jadi nilai memang tidak akan ada dan
tidak akan hadir tanpa hadirnya penilaian. Oleh karena itu nilai melekat dengan
subjek penilaian (Hartomo, 1997).
Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain
melalui sikap, penampilan, gaya hidup atau apa saja yang dimiliki oleh orang lain
tersebut. Misalnya seorang anak meniru kebiasaan-kebiasaan orang tuanya, baik cara
berbicara atau tutur kata, cara berjalan, cara berpakaian dan sebagainya. Proses
imitasi yang dilakukan oleh seseorang berkembang dari lingkup keluarga kepada
lingkup lingkungan yang lebih luas, seperti lingkungan tetangga, lingkungan sekolah
8
dan lingkungan kerja, seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan pergaulan
orang tersebut. ruang lingkup imitasi menjadi semakin luas seiring dengan
berkembangnya media massa terutama media audio-visual (Herimanto, 2011).
Simpati adalah suatu proses ketika seorang individu atau sekelompok individu
tertarik kepada (merasakan diri) dalam keadaan orang atau kelompok orang lain
sedemikian rupa sehingga menyentuh jiwa dan perasaannya. Dinyatakan sedemikian
rupa karena dapat terjadi bagi jiwa dan perasaan orang lain, keadaan tersebut biasa-
biasa saja, artinya tidak menimbulkan simpati. Karena merupakan proses kejiwaan,
berlangsungnya tidak selalu mudah dipahami secara rasional (Herimanto, 2011).
9
Manusia tidak hanya memiliki ciri khas, peranan khas tetapi juga memiliki
pola tingkah laku yang spesifik baik di lingkungan masyarakat atau di lingkungan
keluarga. Keluarga adalah wadah dimana seorang individu mempunyai suatu
hubungan sosial di dalamnya. Keluarga tersebut terdiri dari seorang suami, seorang
istri dan anak-anak mereka. Keluarga merupakan lembaga pertama yang menjadi
wadah utama dalam pembinaan seorang individu. Dimana pola perilaku seorang
individu akan tercermin dari perlakuan seorang individu bagaimana diperlakukan di
dalam keluarganya.
a) Pengaturan Seksual
b) Reproduksi
c) Sosialisasi
10
d) Pemeliharaan
Sebuah keluarga belum lengkap jika belum mempunyai seorang anak. Anak
menjadikan hubungan suami istri dalam suatu keluarga menjadi lebih erat dengan
cinta kasih yang di bawa oleh sang anak. Bagaimana anak dilahirkan tanpa seorang
ayah yang sah, maka anak tersebut akan mengalami penderitaan yang seharusnya
tidak pantas ia yang merasakan. Seorang anak juga dapat memberikan kepuasan
emosional di antara kedua orang tuanya. Kasih sayang kedua orang tua juga dapat
memberikan kepuasan emosional dalam diri sang anak.
g) Kontrol Sosial
11
4. Bermasyarakat dalam Berbagai Jenis Kehidupan
Setiap individu adalah anggota dari suatu kelompok. Tetapi tidak setiap warga
dari suatu masyarakat hanya menjadi anggota dari satu kelompok tertentu, ia bisa
menjadi anggota lebih dari satu kelompok sosial. Berkaitan dengan penempatan
individu dalam kelompok sosial, maka individu memiliki kemampuan untuk:
2) Ditempatkan oleh orang lain dalam suatu lapisan sosial ekonomi tertentu.
12
Pada waktu perkembangan kebudayaan mencapai puncaknya berwujud unsur-
unsur budaya yang bersifat halus, indah, tinggi, sopan, luhur dan sebagainya,
maka masyarakat pemilik kebudayaan tersebut dikatakan telah memiliki
peradaban yang tinggi.
Tinggi rendahnya peradaban suatu bangsa sangat dipengaruhi oleh faktor:
Pendidikan,
Kemajuan teknologi dan
Ilmu pengetahuan.
6. Evolusi Budaya Dan Wujud Peradaban Dalam Kehidupan Sosial Budaya
A. Wujud Peradaban
Orang Barat yang mempunyai peradaban tinggi dengan teknologi canggih
belum tentu kebudayaannya tinggi jika semua itu hanya akan
membinasakan umat manusia.
a. Nilai berarti mempertimbangkan untuk menentukan apakah sesuatu
itu bermanfaat atau tidak, hasil penilaian disebut nilai (value).
b. Moral adalah kebiasaan berbuat baik disebut perbuatan moral atau
susila. Moral bersifat kodrati, artinya manusia sejak diciptakan dibekali
dengn sifat-sifat baik, jujur, dan adil.
c. Norma adalah suatu aturan yang berlaku, bersifat mengikat, norma
diperlukan dalam menuntun sikap dan tingkah laku manusia.
d. Etika adalah ilmu tentang kebiasaan yang baik berupa perilaku.
e. Estetika adalah ilmu yang mengkaji tentang sifat estetis suatu objek
dan merupakan bagian dari ilmu filsafat yang menelaah dan membahas
aspek-aspek keindahan sesuatu mengenai rasa, sifat, norma, cara
menanggapi dan cara membandingkannya dengan menggunakan penilaian
perasaan.
13
menyejahterakan kehidupan masyarakat. Selain itu, evolusi budaya juga
dapat berakibat negative, yaitu merusak nilai-nilai kehidupan yang sudah
ada, menghambat kemajuan, memperburuk sendi-sendi kehidupan, dan
merugikan masyarakat sehingga terjadi krisis kemasyarakatan.
Perwujudan budaya dapat menekankan pada akal (rasio) saja atau
menekankan pada semua unsur akal, nurani, dan kehendak sebagai satu
kesatuan utuh. Dengan penekanan pada akal, muncul pernyataan ada
peradaban tinggi dan ada peradaban rendah karena diukur dengan tingkat
berpikir manusia.
7. Dinamika Peradaban
1. Tradisi
Tradisi (Bahasa Latin: traditio, "diteruskan") atau kebiasaan, dalam
pengertian yang paling sederhana adalah sesuatu yang telah dilakukan untuk
sejak lama dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat,
biasanya dari suatu negara, kebudayaan, waktu, atauagama yang sama. Tradisi
adalah suatu kebiasaan, suatu kepercayaan yang sudah mendarah daging pada
suatu masyarakat, yang jika tidak dilaksanakan akan mengakibatkan suatu
kejelekan.
2. Modernisasi
Modernisasi berasal dari bahasa latin yaitu modo (cara)
dan ernus (masa kini). Secara harfiah modernisasi berarti proses menuju masa
kini atau proses menuju masyarakat yang modern Modernisasi diartikan
sebagaiperubahan-perubahan masyarakat yang bergerak dari keadaan yang
tradisional atau dari masyarakat pra modern menuju kepada suatu masyarakat
yang modern. Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas. Kadang-
kadang batasnya tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Mungkin disuatu
daerah tertentu, modernisasi mencakup pemberantasan buta huruf, namun bisa
berarti berbeda di daerah lain. Dalam kehidupan manusia disadari bahwa
sesuatu yang baik, indah, dan berguna akan menciptakan kesenangan,
kebahagiaan, dan kedamaian bagi semua orang.
Dengan dasar pengertian di atas maka secara garis besar istilah
modern mencakup pengertian sebagai berikut.
a. Modern berarti berkemajuan yang rasional dalam segala bidang
dan meningkatnya tarat penghidupan masyarakat secara menyeluruh
dan merata.
14
b. Modern berarti berkemanusiaan dan tinggi nilai peradabannya
dalampergaulan hidup dalam masyarakat.
Soerjono Soekanto mengemukakan bahwa sebuah modernisasi
memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu sebagai berikut :
a. Cara berpikir yang ilmiah yang berlembaga dalam kelas penguasa
ataupun masyarakat.
b. Sistem administrasi negara yang baik, yang benar-benar
mewujudkan birokrasi.
c. Adanya sistem pengumpulan data yang baik dan teratur yang
terpusat pada suatu lembaga atau badan tertentu
d. Penciptaan iklim yang menyenangkan dan masyarakat terhadap
modernisasi dengan cara penggunaan alat-alatkomunikasi massa.
e. Tingkat organisasi yang tinggi yang di satu pihak berarti disiplin,
sedangkan di lain pihak berarti pengurangan kemerdekaan.
f. Sentralisasi wewenang dalam pelaksanaan perencanaan sosial.
3. Masyarakat Madani
Dalam Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat
sipil, sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. nMerujuk pada Bahmueller
(1997), ada beberapa karakteristik masyarakat madani, diantaranya:
1. Terintegrasinya individu-individu dan kelompok-kelompok ekslusif kedalam
masyarakat melalui kontrak sosial dan aliansi sosial.
2. Menyebarnya kekuasaan sehingga kepentingan-kepentingan yang
mendominasi dalam masyarakat dapat dikurangi oleh kekuatan-kekuatan
alternatif.
3. Dilengkapinya program-program pembangunan yang didominasi oleh negara
dengan program-program pembangunan yang berbasis masyarakat.
4. Terjembataninya kepentingan-kepentingan individu dan negara karena
keanggotaan organisasi-organisasi masyarakat mampu memberikan masukan-
masukan terhadap keputusan-keputusan pemerintah.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya
menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan
15
mewujudkan kepentingan-kepentingannya; dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreatifitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya.
Perubahan menyebabkan ketidaksesuaian antara unsur-unsur social yang
ada dalam masyarakat sehingga menghasilkan suatu pola kehidupan yang
tidak sesuai dengan fungsinya bagi masyarakat yang bersangkutan.
Penyebab atau faktor – faktor terjadinya perubahan :
Faktor intern :
a. Bertambah dan berkurangnya penduduk
b. Adanya penemuan – penemuan baru
c. Konflik dalam masyarakat
d. Pemberontakan dalam masyarakat
Faktor extern :
a. Faktor alam yang berubah
b. Pengaruh kebudayaan lain
16
BAB III
PENUTUP
17
tentang sifat estetis suatu objek dan merupakan bagian dari ilmu filsafat yang
menelaah dan membahas aspek-aspek keindahan sesuatu mengenai rasa, sifat, norma,
cara menanggapi dan cara membandingkannya dengan menggunakan penilaian
perasaan.
18